Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI EKONOMI MIKRO


Tentang
TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Riska Amalia Kartika 2310003722004


David Manurung

Dosen Pengampu :
Reni Respita S.Pd M.PdE

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULITAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS EKASAKTI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas pada mata kuliah teori ekonomi mikro. Makalah yang berjudul teori tingkah laku
konsumen ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan berbagai pihak,maka dari itu kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada yang telah mendukung.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya,dan makalah ini
juga tidak terlepas dari kekurangan. Maka dari itu diharapkan pula saran dan masukan dari
berbagai pihak agar makalah ini dapat menjadi lebih sempurna kedepannya.

Padang,2maret 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian utility dalam analisis perilaku konsumen berarti manfaat yang dirasakan
dari konsumsi suatu barang atau kepuasan yang diperoleh dari barang atau jasa tersebut
dan dengan demikian juga penghargaan konsumen terhadapnya. Jadi utility juga
merupakan suatu yang subyektif, tergantung pada pribadi yang melekat pada diri
konsumen yaitu sejauh mana kebutuhannya terpenuhi dengan konsumsi barang/jasa
tertentu.Paradoks nilai atau juga dikenal sebagai paradoks berlian-air merupakan contoh
klasik dari paradoks nilai yang menggambarkan kontras antara harga tinggi berlian dan
harga rendah air, meskipun air memiliki nilai guna yang jauh lebih tinggi dan esensial
bagi kehidupan manusia daripada berlian.

B. Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan teori nilai guna?
2. bagaimana pemaksimuman nilai guna?
3. apa itu paradoks nilai?
4. bagaimana surplus konsumen?

C. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan menjelaskan teori tingkah laku konsumen yang ada
di Indonesia. Serta makalah ini juga bertujuan untuk memberikan penjelasan dan
pemahaman kepada pembaca.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.Teori Nilai Guna


Menurut Sukirno (1994) teori nilai guna (utility) adalah total kepuasan yang diperoleh ketika
seseorang menggunakan suatu barang. Pengertian utility dalam analisis perilaku konsumen
berarti manfaat yang dirasakan dari konsumsi suatu barang atau kepuasan yang diperoleh dari
barang atau jasa tersebut dan dengan demikian juga penghargaan konsumen terhadapnya. Jadi
utility juga merupakan suatu yang subyektif, tergantung pada pribadi yang melekat pada diri
konsumen yaitu sejauh mana kebutuhannya terpenuhi dengan konsumsi barang/jasa tertentu
(Gilarso, 2003)

B.Konsep Utilitas
•Setiap barang / komoditi akan mempunyai nilai guna atau utilitas tertentu, yang disebabkan
barang tersebut mempunyai kemampuan untuk memuaskan konsumen yang menggunakan
barang tersebut.
•Pendekatan tradisional membedakan dua macam teori yaitu teori nilai guna ‘kardinal’ dan teori
nilai guna ‘ordinal’.
•Teori nilai guna kardinal menganggap bahwa besarnya nilai guna yang diterima atau dinikmati
oleh seseorang dapat diukur dengan unit pengukuran tertentu (dapat dinyatakan secara
kuantitatif)
•Teori nilai guna ‘ordinal’ menyatakan kita tidak perlu mengetahui secara pasti besarnya nilai
guna suatu barang Yang terpenting adalah bahwa konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif).
•Teori nilai guna ‘ordinal’ menyatakan kita tidak perlu mengetahui secara pasti besarnya nilai
guna suatu barang Yang terpenting adalah bahwa konsumen dapat barang. Yang terpenting
adalah bahwa konsumen dapat mengetahui urutan dari nilai guna dari barang yang
dikonsumsinya.

C.Pemaksimuman Nilai Guna


• Setiap orang akan memaksimumkan kepuasan yang dinikmatinya
•setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan berbagai jenis barang akan
memberikan nilai guna marjinal yang sama besarnya.
•MU barang A= MU barang B= MU barang C

2
C. Paradoks Nilai

Paradoks nilai atau juga dikenal sebagai paradoks berlian-air merupakan contoh klasik dari
paradoks nilai yang menggambarkan kontras antara harga tinggi berlian dan harga rendah air,
meskipun air memiliki nilai guna yang jauh lebih tinggi dan esensial bagi kehidupan manusia
daripada berlian.

Contoh paradoks ini sering dihubungkan dengan pemikiran Adam Smith dalam karyanya “The
Wealth of Nations.” Pemahaman nilai berlian-air dapat dijelaskan dengan dua konsep:

1. Nilai Guna (Use Value)


Air memiliki nilai guna yang sangat tinggi karena merupakan kebutuhan pokok manusia untuk
bertahan hidup. Air diperlukan untuk minum, memasak, mandi, dan berbagai keperluan lainnya.
Kegunaan air bagi kehidupan manusia sangat penting dan vital.

2. Nilai Tukar (Exchange Value)

Berlian memiliki nilai tukar yang tinggi karena sifatnya yang langka, keindahannya, dan
permintaan dari pasar yang menginginkannya sebagai bahan perhiasan atau status simbol.
Permintaan berlian sering kali berada di tingkat yang cukup tinggi, sementara pasokan berlian
alami yang berkualitas tinggi cenderung terbatas, menjadikannya mahal.

Paradoks nilai berlian-air muncul karena perbedaan sifat kedua benda tersebut dalam hal utilitas
dan ketersediaan di pasar. Air memiliki nilai guna yang sangat penting, namun ketersediaannya
melimpah sehingga harganya rendah atau bahkan gratis dalam kebanyakan kasus. Di sisi lain,
berlian memiliki nilai guna yang lebih rendah dalam arti praktis, tetapi ketersediaannya terbatas,
dan permintaan yang tinggi menyebabkan harganya melambung.

3
D.Surplus Konsumen

Surplus konsumen adalah manfaat yang dicapai konsumen ketika mereka dapat membeli barang
atau jasa dengan harga lebih rendah dari jumlah maksimum yang bersedia mereka bayarkan.
Surplus terjadi ketika konsumen akan membayar harga lebih tinggi dari harga pasar untuk suatu
produk.

Misalnya, untuk membeli roti konsumen bersedia membayar Rp5.000, namun dia mendapati roti
yang diinginkan di harga Rp3.000, maka kelebihan harga sebesar Rp2.000 adalah surplus yang
dinikmati oleh konsumen.

Grafik di atas menunjukkan penawaran dan permintaan barang. Permintaan adalah agregat dari
pembelian individu semua konsumen. Konsumen akan mengkonsumsi sejumlah barang yang
tersedia dan membayar dengan harga pasar yang sama.

Bahkan, beberapa konsumen akan membayar harga lebih tinggi dari harga pasar. Karena itu,
dengan hanya membayar dengan harga pasar, mereka menikmati manfaat dari harga yang lebih
rendah. Misalnya, konsumen hanya perlu membayar dengan harga pasar Pe, meskipun harga
tertinggi yang bersedia mereka bayar adalah P1.

Secara grafis surplus konsumen adalah segitiga di atas harga pasar (harga ekuilibrium) dan di
bawah kurva permintaan. Sedangkan, area di atas tingkat penawaran dan di bawah harga
ekuilibrium disebut surplus produksi.

Rumus untuk menghitung surplus konsumen


Surplus konsumen dan surplus produsen

 Surplus konsumen = (1/2) x Qe x ΔP

Dimana:

 Qe = Kuantitas permintaan pada titik ekuilibrium, di mana permintaan dan penawaran adalah
sama
 ΔP = Pmax – Pe
 Pmax = Harga yang bersedia dibayarkan konsumen
 Pe = Harga pada ekuilibrium, di mana permintaan dan penawaran sama

Misalnya, untuk air minum kemasan, pelanggan bersedia membayar Rp10 untuk permen, yang
merupakan yang tertinggi di antara pelanggan lainnya. Sebagian besar pelanggan hanya bersedia
membayar Rp5, yang merupakan harga yang ditentukan saat permintaan sama dengan penawaran
(harga ekuilibrium).

Di harga Rp5, permintaan ada sebanyak 20 permen. Oleh karena itu, surplus yang dinikmati
konsumen adalah sebesar Rp50 = (1/2) x 20 x (Rp10-Rp5).

Kaitan surplus konsumen dengan elastisitas harga dari permintaan


Surplus konsumen untuk suatu produk adalah nol ketika permintaan atas produk itu elastis
sempurna (kurva permintaan berbentuk garis horizontal). Tetapi, ketika permintaan benar-benar
tidak elastis atau perfectly inelastic (kurva permintaan berbentuk garis horizontal), surplus tidak
terbatas karena perubahan harga produk tidak mempengaruhi permintaannya. Ini termasuk
produk yang merupakan kebutuhan dasar seperti air dan makanan.

Kurva permintaan biasanya miring ke bawah karena permintaan untuk suatu produk biasanya
dipengaruhi oleh harganya. Dengan permintaan tidak elastis, surplus tinggi karena permintaan
tidak terpengaruh oleh perubahan harga, dan konsumen bersedia membayar lebih untuk suatu
produk.

Dalam keadaan seperti itu, penjual akan menaikkan harganya untuk mengubah surplus
konsumen menjadi surplus produsen. Atau, dengan permintaan elastis, perubahan kecil dalam
harga akan menghasilkan perubahan besar dalam permintaan. Ini akan menghasilkan surplus
konsumen yang rendah karena pelanggan tidak lagi mau membayar sebanyak sebelumnya.

6
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN

1.Pengertian utility dalam analisis perilaku konsumen berarti manfaat yang dirasakan dari
konsumsi suatu barang atau kepuasan yang diperoleh dari barang atau jasa tersebut dan dengan
demikian juga penghargaan konsumen terhadapnya.

2.Paradoks nilai atau juga dikenal sebagai paradoks berlian-air merupakan contoh klasik dari
paradoks nilai yang menggambarkan kontras antara harga tinggi berlian dan harga rendah air,
meskipun air memiliki nilai guna yang jauh lebih tinggi dan esensial bagi kehidupan manusia
daripada berlian.

3.Surplus konsumen adalah manfaat yang dicapai konsumen ketika mereka dapat membeli
barang atau jasa dengan harga lebih rendah dari jumlah maksimum yang bersedia mereka
bayarkan. Surplus terjadi ketika konsumen akan membayar harga lebih tinggi dari harga pasar
untuk suatu produk.

B.SARAN

Disarankan pembaca dapat memahami pembahasan makalah dengan fokus agar dapar mengerti
untuk mengaplikasikan pembahasan dalam kehidupan

7
DAFTAR PUSTAKA
https://feb.umsu.ac.id/pengertian-dan-penjelasan-tentang-ekonomi-mikro-dan-ekonomi-
makro/

d4.stekom.ac.id/informasi/baca/Ekonomi-Mikro-Adalah-Pengertian-Tujuan-

https://www.gramedia.com/literasi/teori-ekonomi-mikro/

Anda mungkin juga menyukai