PERILAKU KONSUMEN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ekonomi Mikro
Dosen Pengampu : Haryati SE, M.SI
Disusun Oleh :
Makalah ini membahas tentang elastisitas permintaan, kurva konsumsi harga, pendekatan
atribut, tingkat batas subtitusi, garis kendala anggaran, keseimbangan konsumen, analisa kurva
kepuasan konsumen terhadap perubahan harga dan kurva permintaan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu, menambah pengetahuan, wawasan dan
pengalaman bagi para pembaca sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini dan dapat lebih baik lagi kedepannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami selalu
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT. senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
I. Pendahuluan
Konsumen pada dasarnya adalah orang yang sedang melakukan pencarian suatu barang yang
diinginkan untuk dikonsumsi, dalam pencarian itu para produsen mampu melihat dan
menganalisis perilakunya mulai dari mendapatkan informasi dari media sampai bersentuhan
dengan produk. Dalam kasus seperti ini perilaku konsumen dapat dilihat dengan berbagai
pendekatan yang ada pada teori sikap konsumen.
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan keinginan (Matsaini,2013). Menurut Kotler dan Keller perilaku
konsumen marupakan ilmu tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi untuk
memilih, membeli, dan menggunakan dan mendapatkan barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk
memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka. Sedangkan menurut Engel dalam Simamora
perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi,
dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti
tindakan ini. Perilaku konsumen sebagai proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan
aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan
jasa.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari dan menjadikan konsumen untuk
mengambil keputusan melakukan pembelian. Ketika konsumen mengambil keputusan untuk
membeli suatu barang atau produk jasa, seorang konsumen terlebih dahulu memikirkan barang
yang akan dibeli. Pertimbangan ini mulai dari harga, model, bentuk, kemasan, kualitas, fungsi
atau kegunaan barang tersebut.
Dari beberapa pengertian yang telah disampaikan oleh para ahli, dapat ditarik kesimpulan
bahwa perilaku konsumen adalah suatu tindakan konsumen baik itu individu ataupun kelompok
untuk memenuhi keinginan ataupun kebutuhannya dengan adanya proses mempertimbangkan
tentang apa yang akan dibeli.
iii
II. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud elastisitas permintaan dan bagaimana cara membuat kurva
konsumsi harga?
2. Apa yang dimaksud pendekatan atribut dan keseimbangan konsumen?
3. Bagaimana penerapan tingkat batas subtitusi?
4. Apa yang dimaksud garis kendala anggaran?
5. Bagaimana analisa garis kepuasan konsumen terhadap perubahan harga dan kurva
permintaan?
III. Tujuan
1. Untuk mengetahui elastisitas permintaan dan mempelajari cara membuat kurva
konsumsi harga
2. Untuk mengetahui pendekatan atribut dan mempelajari keseimbangan konsumen
3. Untuk mengetahui penerapan tingkat batas subtitusi
4. Untuk mengetahui garis kendala anggaran
5. Untuk mengetahui analisa garis kepuasan konsumen terhadap perubahan harga
dan kurva permintaan
iv
BAB II
Tinjauan Pustaka
1.1 Elastisitas permintaan dan kurva konsumsi harga
Elastisitas Permintaan
Misalkan harga berubah dari P menjadi P1 dan jumlah barang yang diminta berubah dari Q
menjadi Q1. Dengan pemisalan ini rumus di atas dapat dinyatakan secara berikut:
Q 1−Q 2
Ed = ¿ Q2
−¿¿ ¿
Jenis Elastisitas Permintaan
a. Elastis : E > 1
Jumlah yang diminta sangat terpengaruh oleh perubahan harga.
1
b. Inelastis : E < 1
Jumlah yang diminta tidak mudah terpengaruh oleh perubahan harga.
c. Elastis Uniter : E = 1
Jumlah yang diminta berubah secara proposional.
d. Elastis Sempurna : E = ∞
Perubahan jumlah yang diminta sama sekali tidak disebabkan oleh adanya perubahan
tingkat harga.
e. Inelastis Sempurna : E=0
Perubahan tingkat harga sama sekali tidak terpengaruh terhadap jumlah yang diminta.
2
● Barang-barang komplementer sempurna
Barang komplementer sempurna adalah barang yang harus digunakan dengan barang
komplementernya. Artinya adalah penggunaan antara barang A dan B harus memiliki rasio 1:1.
Maka, disebut barang komplementer ketika produk A dengan produk B memiliki ketergantungan
satu sama lain. Sehingga dari segi kebutuhan, kedua produk sama-sama dibutuhkan. Sementara
dari segi permintaan, barang komplementer mempengaruhi terjadinya permintaan produk satu
sama lain di pasar.
Contoh barang komplementer sempurna antara lain :
Mobil / Motor dan Bensin
HP merk Iphone dan IOS Apps
Smartphone dan penyedia jaringan
Penting untuk diketahui, bahwa efek antara barang komplementar satu dan yang
lain tidak selalu seimbang. Bahkan sering kali hanya berfek pada satu sisi atau satu
barang tertentu. Sebagai contoh, jika harga krim menjadi lebih murah, tidak berarti
penjualan volume kopi akan meningkat dengan murahnya krim sebagai barang
komplementarnya. Akan berbeda jika harga kopi menjadi mahal yang menyebabkan nilai
volume penjualannya menurun. Hampir dipastikan, volume penjualan krim sebagai
barang komplementarnya akan mengalami penurunan.
3
Kenaikan harga di satu stasiun akan membuat lebih banyak orang memilih opsi yang
lebih murah.
Adapun perbedaan barang subtitusi dan komplementer dapat dilihat pada table berikut:
Teori pendekatan ini pertama kali diperkenalkan oleh Kelvin Lancaster pada tahun 1966 dan
dikembangkan lagi pada tahun 1971. Kalau teori-teori sebelumnya menggunakan asumsi bahwa
yang diperhatikan oleh konsumen adalah produknya, maka teori sumbangan hasil pemikiran
Lancaster mendasarkan pada asumsi bahwa perhatian konsumen bukan pada produknya,
melainkan lebih pada ‘attribute’ barang bersangkutan. Yang dimaksud atribut suatu barang
adalah semua jasa yang dihasilkan dari penggunaan dan atau pemilikan barang tersebut. Sebagai
contoh atribut sebuah mobil antara lain meliputi jasa pengangkutan, prestise, privasi,
kenyamanan dan sebagainya.
Setiap konsumen memilih produk untuk memaksimalkan daya guna yang diturunkan dari
atribut-atribut yang melekat dari produk tersebut dengan kendala anggaran yang terbatas.
Dengan demikian, konsumen harus memilih kombinasi terbaik berdasarkan anggaran yang ada.
Adapun atribut yang biasa melekat dalam suatu produk diantaranya: harga, pendapatan dan
persepsi. Dalam pendekatan atribut konsumen akan mendapatkan kepuasan yang maksimal pada
saat garis anggaran bersinggungan dengan kurva frontier. Titik persinggungan ini disebut
efficiency frontier (Amaliah dan Westi Riani, 2013).
4
dalam praktek sehari-hari dibandingkan dengan asumsi yang dipergunakan oleh
pendekatan kurva indiferen. Di samping itu, hasil analisis dari penggunaan asumsi yang
dipergunakan oleh pendekatan atribut juga jauh lebih sejalan dengan kejadian yang
dijumpai sehari-hari.
Konsumen akan mendapatkan kepuasan dari pengkonsumsian atribut, Tapi sebelum itu
konsumen harus membeli barang untuk memperoleh atribut tersebut. Jadi, barang adalah
alat untuk menyampaikan atribut dalam proses konsumsi. Setiap barang memberikan satu
atribut atau lebih dalam suatu perbandingan tertentu. Berikut adalah contoh gambar kurva
garis kombinasi atribut.
Oleh karena selera konsumen berbeda-beda, maka garis atribut bagi konsumen yang
satu dengan konsumen yang lain, sudutnya berkecenderungan berbeda. Ini berarti bahwa
susunan atau struktur garis-garis kombinasi atribut cenderung berbeda antara yang
dimiliki konsumen yang satu dengan yang dimiliki konsumen yang lain. Singkatnya
dapat disebutkan, bahwa panjang sebuah garis kombinasi atribut tergantung pada:
1. besarnya anggaran yang disediakan oleh konsumen
2. harga barang
3. kombinasi atribut yang diperoleh konsumen
5
● Medan indiferen
Pendekatan atribut juga menggunakan konsep ‘indifference map’ atau Medan Indiferen.
Medan indiferen (indifference map) adalah kumpulan dari sejumlah kurva-kurva indiferen
konsumen. Bedanya dengan pendekatan kurva indiferen ialah dalam pendekatan atribut,
kurva sebuah kurva indiferen menunjukkan berbagai kemungkinan kombinasi dua atribut
(atau lebih) yang memberikan kepuasan yang sama bagi konsumen.
Gambar diatas adalah contoh gambar medan indiferen seorang konsumen. Kurva
indiferen yang letaknya semakin jauh dari titik silang sumbu 0, menunjukkan tingkat
kepuasan yang semakin tinggi.
● Keseimbangan konsumen
Keseimbangan konsumen adalah suatu titik dimana konsumen dengan pengeluaran
pendapatan yang terbatas dapat memaksimumkan kegunaan total (total utility) atau
kepuasannya. Umumnya masalah ekonomi dari konsumen terjadi ketika seorang
6
konsumen mempunyai pendapatan yang terbatas untuk dibelanjakan, sehingga tidak
dapat membeli semua barang dan jasa yang diinginkan. Dengan masalah ini diasumsikan
bahwa sasaran konsumen adalah memilih kombinasi barang yang sesuai dengan
keinginannya dan dapat memaksimumkan kegunaan total.
7
indiferen pada titik tersebut. Perhatikan bahwa sebagian besar kurva indiferen
sebenarnya adalah kurva, sehingga kemiringannya berubah saat Anda bergerak di
sepanjang kurva tersebut. Sebagian besar kurva indiferen juga biasanya berbentuk
cembung karena semakin Anda mengonsumsi satu barang, Anda akan mengonsumsi
lebih sedikit barang lainnya. Kurva indiferen bisa menjadi garis lurus jika kemiringannya
konstan, menghasilkan kurva indiferen yang diwakili oleh garis lurus miring ke bawah.
Jika laju substitusi marjinal meningkat, kurva indiferen akan cekung ke titik asal.
Ini biasanya tidak umum karena ini berarti konsumen akan mengkonsumsi lebih banyak
X untuk peningkatan konsumsi Y dan sebaliknya. Biasanya, substitusi marjinal semakin
berkurang, artinya konsumen memilih barang pengganti untuk menggantikan barang lain
daripada mengonsumsi lebih banyak secara bersamaan. Hukum tingkat substitusi
marginal yang semakin berkurang menyatakan bahwa MRS menurun saat seseorang
bergerak ke bawah kurva standar berbentuk cembung, yang merupakan kurva indiferen.
Anggaplah konsumen memiliki anggaran untuk membeli pakaian dan makanan sebesar
Rp400.000,00. Misalkan harga makanan adalah Rp40.000,00 per unit dan harga pakaian
Rp100.000,00 per unit. Berdasarkan data ini maka dapat ditunjukkan beberapa kombinasi
makanan dan pakaian yang dapat dibeli konsumen.
8
Nantinya titik A, B, C, D, dan E akan terhubung oleh sebuah garis yang dinamakan Garis
Anggaran (Budget Line). Budget Line tersebut menggambarkan kombinasi makanan dan
pakaian yang dapat dibeli konsumen dengan anggaran yang sama, yaitu sebesar Rp400.000,00.
Titik yang berada di bawah Budget Line (titik X) menunjukkan kombinasi makanan dan pakaian
yang dapat dibeli, namun dengan uang yang tersedia masih terdapat sisa. Sementara titik yang
berada di atas Budget Line (titik Y) menggambarkan kombinasi makanan dan pakaian yang tidak
dapat dibeli konsumen dengan anggaran yang tersedia.
Daerah feasibel bagi konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang adalah sebagai berikut:
9
Garis AB dibuat dengan mengasumsi fungsi pendapatan dibuat dalam bentuk persamaan yang
dalam ilmu ekonomi disebut dengan budget line (garis anggaran). Budget line ini mempunyai
kemiringan (slope) sama dengan rasio harga.
Keseimbangan Konsumen
Titik optimal bagi konsumen tercapai ketika apa yang diinginkannya dapat diperoleh dengan
anggaran yang dimiliki. Keseimbangan konsumen ini secara grafis nampak ketika Indifference
Curve bersinggungan/bersentuhan dengan Budget Line pada tingkat kombinasi konsumsi 5 unit
makanan dan 2 unit pakaian.
10
Untuk memaksimalkan kepuasannya, konsumen diharuskan mencapai IC yang tertinggi yang
mungkin diraihnya dengan anggaran yang dimiliki. Jika konsumen memilih kombinasi konsumsi
di titik A atau B, maka titik tersebut belumlah optimal. Titik A dan B berada di IC 2, di mana
kedua titik tersebut memiliki level kepuasan lebih rendah dari titik E yang berada di IC 1. Jadi
kesimpulannya, keseimbangan konsumen tercipta di titik E pada IC1 yang merupakan IC
tertinggi yang bersentuhan dengan Budget Line.
- IC1 dengan titik A dan B menunjukan kepuasan konsumen belum optimal (karena berpotongan dengan
budget line)
- IC2 dengan titik C konsumen mencapai titik kepuasan optimum (bersinggungan dengan budget line)
- IC3 dengan titik D anggaran konsumen tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhn barang X dan Y
11
1.5 Analisa kurva kepuasan konsumen terhadap perubahan harga dan kurva
permintaan
1) Akibat Perubahan Pendapatan
Perubahan atas pendapatan konsumen dapat mengubah kemampuannya untuk membeli makanan
dan pakaian. Jika pendapatan konsumen naik, maka ia bisa membeli makanan dan pakaian dalam
jumlah yang lebih banyak. Begitupun sebaliknya.
12
2) Akibat Perubahan Harga
Gambar 3 berikut ini menunjukkan perubahan Budget Line akibat adanya perubahan harga
barang. Namun sebelumnya kita asumsikan bahwa pendapatan konsumen yaitu tetap sebesar
Rp400.000,00, dan harga makanan pun sama sekali tidak berubah yaitu sebesar Rp40.000,00 per
unit. Jadi, yang berubah hanya harga pakaian saja.
Gambar 3
Perubahan Budget Line Akibat Perubahan Harga
Misalkan harga pakaian turun dari Rp100.000,00 per unit menjadi Rp80.000,00 per unit. Dengan
pendapatan dan harga makanan yang tidak berubah, maka ketika harga pakaian turun, konsumen
kini bisa membeli lebih banyak pakaian. Ini diperlihatkan oleh Budget Line yang berotasi
(berputar) keluar dari BL1 ke BL2. Dengan anggaran yang tersedia konsumen kini bisa membeli 5
unit pakaian.
Lalu sebaliknya, jika ternyata harga pakaian naik dari Rp100.000,00 per unit menjadi
Rp200.000,00 per unit, maka konsumen kini hanya bisa membeli lebih sedikit pakaian. Ini
diperlihatkan oleh Budget Line yang berotasi ke dalam dari BL1 ke BL3. Dengan anggaran yang
tersedia konsumen kini hanya bisa membeli 2 unit pakaian
Pengaruh perubahan harga terhadap keseimbangan konsumen :
- Pergeseran garis anggaran (A1 ke A2), naiknya jumlah X dan jumlah Y, disebabkan oleh
turunnya harga barang X.
13
- Price Consumption Curve (PCC), merupakan kombinasi barang atau jasa yang dikonsumsi oleh
konsumen yang memberikan kepuasan (utilitas) maksimum kepada konsumen pada berbagai
tingkat harga. Asumsi pada kondisi ini adalah bila hanya terjadi penurunan harga salah satu
barang, bukan oleh sebab lain.
BAB III
Studi Kasus
1.1 Elastisitas permintaan dan kurva konsumsi harga
14
Dalam analisis, elastisitas permintaan harga lebih kerap dinyatakan sebagai elastisitas
permintaan. Nilai perbandingan antara persentasi perubahan jumlah diminta dengan persentasi
perubahan harga disebut koefisien elastisitas permintaan. Seperti yang sudah dijelaskan,
terdapat dua cara untuk menghitung koefisien elastisitas permintaan. Dengan rumus yang sudah
diuraikan sebelumnya, dapatlah dihitung besarnya koefisien elastisitas permintaan, apabila
diketahui beasrnya perubahan harga dan perubahan jumlah yang diminta.
Misalkan kita ingin mengetahui besarnya koefisien elastisitas dari permintaan beras. Diketahui
bahwa pada waktu harga beras adalah Rp. 4000/kg, jumlah beras yang dibeli konsumen adalah
sebanyak 10.000kg; dan ketika harga beras turun menjadi Rp.3000/kg, jumlah beras yang dibeli
bertambah menjadi 15.000kg. Berapakah koefisien elastisitas permintaan beras tersebut?
Diketahui :
Q1 : 15.000
P1 : 3000
Q2 : 10.000
P2 : 4000
15.000−10.000
10.000
Ed = 3000−4000
4000
5000
10.000
Ed = −1000
4000
1
2
Ed = −1
= -2
4
Di dalam menghitung koefisien elastisitas, tanda negatif itu biasanya diabaikan. Berarti nilai
koefisien elastisitas permintaan beras di atas adalah 2. Jadi, nilai tersebut berarti bahwa
perubahan harga sebanyak 1 persen menimbulkan perubahan permintaan sebanyak 2 persen.
15
Dalam elastisitas permintaan silang kecenderungan perubahan permintaan suatu barang
disebabkan terjadi perubahan harga barang lain dengan persamaan :
Elastisitas silang dapat menunjukkan hubungan dua macam barang yang sifatnya :
Sebelum Sesudah
Komoditi
Harga Jumlah Harga Jumlah
Kopi (Y) 50 60 70 40
Teh(X) 30 50 30 40
Subtitusikan pada persamaan diatas, maka dapat diperoleh permasaan :
Karena Exy bernilai positif maka antara kopi dan teh adalah barang subtitusi.
Sebelum Sesudah
Komoditi
Harga Jumlah Harga Jumlah
Gula (Z) 20 30 30 25
Teh(X) 30 50 30 45
Subtitusikan pada persamaan diatas, maka dapat diperoleh permasaan :
Karena Exy bernilai negatif maka antara gula dan teh adalah barang komplementer.
16
makanan, pilihan bahan makanan dan sebagainya; bagaimana anggaran untuk makan di
restoran dialokasikan di antara berbagai restoran yang ada dalam ingatan konsumen, dan
sebagainya.
Gambar di atas menguraikan bagian pokok dari pendekatan atribut. Ilustrasi yang
disajikan ialah bagaimana seorang konsumen mengkonsumsi anggaran makan di restoran.
Atribut makan di restoran diasumsikan hanya ada dua macam, yaitu pertama kelezatan
makanan yang disajikan diukur dengan sumbu vertikal dan kedua suasana kenyamanan di
restoran yang diukur dengan sumbu horizontal.
Garis kombinasi atribut untuk masing-masing restoran dengan sendirinya bermula dari
titik silang sumbu 0. Adapun sebabnya ialah dengan tidak makan di restoran A konsumen
tidak memperoleh kepuasan baik dalam bentuk lezatnya makanan yang disajikan oleh
restoran A maupun kenyaman lingkungan makan di restoran A. Oleh karena cita rasa
konsumen berbeda-beda, maka garis atribut untuk sebuah restoran bagi konsumen yang satu
dengan konsumen yang lain sudutnya cenderung berbeda. Hal ini berarti struktur garis-garis
kombinasi atribut cenderung berbeda antara yang dimiliki konsumen satu dengan konsumen
lain.
17
Dalam contoh di atas, kalau misalnya sekali makan di restoran A konsumen harus
membayar sebesar Rp 1.000 dan perbulannya konsumen menganggarkan untuk mata
anggaran 'makan di restoran' sebesar Rp 1.000 juga, maka garis OA1 sudah merupakan garis
kombinasi atribut konsumen. Selanjutnya, kalau yang dianggarkan sebesar Rp 2.000 maka
garis kombinasi atribut bertambah panjang menjadi OA2. Jika yang dianggarkan Rp 3.000
maka garis kombinasi atribut makan di restoran A bertambah panjang lagi menjadi OA3,
demikian seterusnya.
Mengenai apakah OA1 = A1A2 = A2A3 tergantung pada apakah fungsi kepuasan
marginalnya konstan atau tidak. Kalau konstan, maka kesamaan jarak tersebut berlaku.
Tetapi kalau menurun atau meningkat maka kesamaan jarak tersebut tidak berlaku. Kalau
misalnya sampai pengkonsumsian sebesar 2 kali makan di restoran A nilai marginal
atributnya meningkat, dan mulai titik tersebut nilai marginal atributnya menurun, maka
berlaku OA1 < A1A2 dan A1A2 > A2A2.
Setelah dengan memperhatikan kendala anggaran, garis kombinasi atribut untuk masing-
masing restoran diketahui baik mengenai besarnya sudut maupun mengenai panjangnya
garis, maka berarti telah siap untuk menurunkan garis depan efisiensi. Ada kemungkinan
sebuah ujung garis kombinasi atribut tidak ikut menjadi bagian dari garis depan efisiensi.
Contohnya ialah garis kombinasi atribut OD. Oleh karena titik D terletak di bawah/kiri garis
depan efisiensi CE, maka tidaklah mungkin bagi konsumen, yang sikapnya rasional
mengkonsumsi pada titik D. Sebab dengan kedudukan titik D di bawah garis CE mempunyai
makna bahwa kepuasan yang diperoleh dari makan di restoran D dalam keadaaan
bagaimanapun akan lebih rendak jika dibandingkan dengan kepuasan yang diperolehnya dari
makan di restoran C maupun restoran E.
18
Medan indiferen konsumen terdiri dari jumlah banyaknya kurva-kurva indiferen konsumen.
Gambar di bawah menyajikan medan indiferen seorang konsumen dengan beberapa kurva
indiferen dengan tanda II. Kurva-kurva indiferen, dari seorang konsumen satu dengan
konsumen lainnya tidak saling berpotongan. Kurva indiferen yang letaknya semakin jauh dari
titiik silang sumbu 0 menunjukkan tingkat kepuasan yang juga semakin tinggi.
Mengenai titik singgung antara kurva indiferen konsumen dengan garis depan efisiensi
tersebut, didapatkan adanya dua pola yang perlu kita perhatikan. Pertama, titik singgung
tersebut tepat berada pada ujung salah satu garis kombinasi atribut. Kedua, titik singgung
berada pada bagian garis depan efisiensi yang berbentuk garis lurus yang menghubungkan
dua ujung garis kombinasi atribut.
19
Pada gambar di atas konsumen R yang memiliki garis depan efisiensi ABCE, kurva
indiferen konsumen yang menyinggung garis depan efisiensi adalah kurva indiferen II # R
dengan titik singgung B. Ini berarti bahwa ia akan memilih makan di restoran B. Sebab
dengan demikian kepuasan yang diperolehnya adalah maksimal.
Sebaliknya konsumen S dengan memiliki garis depan efisiensi yang sama ABCDE, tetapi
dari ketiga kurva indiferennya adalah kurva indiferen II # S3 yang mempunyai titik singgung
dengan garis depan efisiensi pada T, yang letaknya berada di antara dua ujung garis
kombinasi kepuasan C dan ujung garis kombinasi kepuasan E. Dengan menghadapi kasus
seperti ini ada dua kemungkinan konsumen A menentukan pilihannya:
1. Jika C dan E keduanya 'divisible' (yaitu dapat dibagi-bagi menjadi kecil-kecil sekali
tanpa berubah fungsi atau guna barang bersangkutan), maka ia akan membagi
anggarannya, sebagai untuk membeli C, sedangkan sisanya untuk membeli E, dengsn
kombinasi sedemikian rupa sehingga diperoleh kombinasi atribut T.
2. Apabila C dan E 'indivisible' maka ia akan memilih E. Dengan mengkonsumsi E,
konsumsinya tidak lagi optimal, tetapi hanya 'sub-optimal'. Kalau T bisa disebut 'the
first best' maka 'the second best' adalah titik E. T terpaksa tidak dipilih, oleh karena T
adalah 'infeasible' yaitu tidak dapat dilaksanakan karena jumlah pengeluaran yang
dibutuhkan melebihi anggaran pengeluaran untuk makan di restoran. Selanjutnya
konsumen S tidak memilih C oleh karena kurva indiferen yang melalui titik C, yaitu
II # S1 menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan
tingkat kepuasan yang dicapai oleh kurva indiferen II # S2.
20
Perubahan yang berlaku apabila konsumen menukar gabungan barang yang
dikonsumsinya dari gabungan A menjadi gabungan B. Perubahan ini menaikkan
konsumsi pakaian dari 2 menjadi 3 unit dan kenaikan ini dimungkinkan oleh
pengurangan konsumsi makanan dari 10 unit menjadi 7 unit. Keadaan ini berarti bahwa
untuk mempertahankan tingkat kepuasan yang dinikmati konsumen tersebut (Setiap
gabungan memberikan kepuasan yang sama besarnya) maka kenaikan konsumsi satu unit
pakaian harus dibayar dengan pengurangan 3 unit konsumsi makanan.
Penggantian ini menggambarkan besarnya pengorbanan ke atas konsumsi suatu
barang (makanan) untuk menaikan konsumsi satu barang lainnya (pakaian) dan pada
waktu yang sama tetap mempertahankan tingkat kepuasan yang diperolehnya.
Pengorbanan yang di lakukan tersebut dinamakan tingkat penggantian marjinal.
Perubahan dari gabungan A kepada gabungan B,tingkat penggantian marjinalnya adalah
3.
Selanjutnya, tingkat penggantin marjinal apabila konsumen mengubah
konsumsinya dari gabungan B kepada seperti yang ditunjukkan oleh gabungan C dapat
dilihat bahwa untuk memperoleh satu unit lagi pakaian dan agar tingkat kepuasan tidak
mengalami perubahan sebanyak 2 unit makanan harus dikorbankan. Dengan perubahan
konsumsi tersebut maka tingkat penggantian marjinalnya adalah 2.
Bagaimana tingkat penggantian marjinal dari perubahan konsumsi yang
berikutnya? Yaitu dari gabungan C ke gabungan D dari gabungan D ke gabungan E, dan
dari gabungan E ke gabungan F?Nilainya dapat dilihat pada kolom terakhir.
Nyata terlihat bahwa tingkat penggantian marjinal bertambah kecil. Tingkat
penggantin marjinal yang semakin kecil ini disebabkan oleh factor yang berikut:
1. Pada waktu konsumen mempunyai sesuatu barang Y yang relative banyak jumlahnya dan
barang X yang relative sedikit jumlahnya,diperlukan penguranagan konsumsi yang besar
ke atas barang Y untuk memperoleh satu tambahan barang X; akan tetapi
2. Semakin banyak barang X yang telah diperoleh,semakin sedikit pengurangan konsumsi
barang Y yang harus dilakukan untuk memperoleh satu barang X .
Akibat dari pergantian marjinal yang semakin kecil tersebut maka kurva kepuasan
sama semakin lama semakin kurang kecondongannya atau bentuk kurva kepuasan sama
adalah cekung ke titik 0.
1.5 Analisa kurva kepuasan konsumen terhadap perubahan harga dan kurva
permintaan
21
BAB IV
Kesimpulan
Teori elastisitas permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah
permintaan dan harga. Elastisitas permintaan adalah respon ukuran, dimana konsumen
mengubah kuantitas untuk perubahan harga. Semakin banyak permintaan barang
elastisitas, konsumen lebih reposif terhadap perubahan harga. Di sisi lain, semakin sedikit
permintaan harga elastis, konsumen kurang responsive terhadap perubahan harga.
Elastisitas permintaan dapat dibedakan kepada tiga konsep, yaitu :
22
Pendekatan atribut (attribute approach) adalah pendekatan yang relatif bisa digunakan
dalam mengukur tingkat kepuasan konsumen. Pendekatan atribut menjelaskan perilaku
konsumen dalam memilih suatu barang tidak hanya karena daya gunanya yang diberikan
barang tersebut. Setiap konsumen memilih produk untuk memaksimalkan daya guna
yang diturunkan dari atribut-atribut yang melekat dari produk tersebut dengan kendala
anggaran yang terbatas.
DAFTAR PUSAKA
● Pristyadi, Budiono. Sukaris. 2017. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Sidoarjo: Indomedia
Pustaka.
● Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Depok: Rajawali Pers.
● Supriyadims. (22 Oktober. 2015). Teori Permintaan Konsumen. Diakses tanggal 06 Sep.
2022, dari https://blog.unnes.ac.id/supriyadi/?p=616
● Nasrudin, Ahmad. (10 April. 2022). Tingkat Marginal Subtitusi. Diakses tanggal 06 Sep.
2022, dari https://cerdasco.com/tingkat-marginal-substitusi/
● Ensiklopedia keuangan. (25 Maret.2021). Tingkat batas subtitusi (MRS). Diakses tanggal 10 Sep.
2022 dari : https://id.nesrakonk.ru/marginal_rate_substitution/
● Mulachela, Husen. (8 Oktober. 2021). Barang Substitusi: Jenis, Contoh, dan Bedanya
dengan Komplementer. Diakses tanggal 06 Sep. 2022, dari
https://katadata.co.id/safrezi/berita/615fd5092828d/barang-substitusi-jenis-contoh-dan-
bedanya-dengan-komplementer
23
● Pandita, Giovanni. (26 Januari. 2021). Komplementer Vs Subtitusi, Apa sih Beda
keduanya?. Diakses tanggal 07 Sep. 2022, dari
https://www.jojonomic.com/blog/komplementer/#:~:text=Komplementer%20sempurna
%20adalah%20barang%20yang,jenis%20konsol%20video%20game%20saja.
● Rahayu, Yulinda. 2016. Teori Preferensi dengan Pendekatan Atribut. Skripsi. Bandung:
Universitas Islam Bandung.
● Barakah, Ainun. (2018). Utilitas Dalam Perilaku Konsumen Perspektif Nilai Keislaman.
CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, Volume 4, Nomor 2, 238.
● Soedijono, R. (1 Mei. 2009). Bab XII Teori Konsumen: Pendekatan Atribut. Diakses
tanggal 06 Sep. 2022, dari http://eprints.stiperdharmawacana.ac.id/78/15/bab12-
teori_konsumen_pendekatan_atribut.pdf
● Rahmad H. 2019. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Memilih Tempat Berbelanja Studi
Kasus (Pasar Tradisional, Modern Dan Online) Di Kota Medan. Perilaku Konsumen
(Kurva Indifferent). Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara: Medan.
● Suhermamn, Cepy. (3 juli.2020). Teori Perilaku Konsumen : Pendekatan Ordinal (Budget
Line dan Keseimbangan Konsumen). Diakses tanggal 13 September 2020, dari
https://jagoekonomi.com/2020/07/03/teori-perilaku-konsumen-pendekatan-ordinal-
budget-line-dan-keseimbangan-konsumen/
● Kennedy, Posma Sariguna Johnson. 2016. Modul Ekonomi Mikro Teori Perilaku
Konsumen dengan Pendekatan Ordinal. Jakarta: Universitas Kristen Indonesia.
24