Disusun oleh :
Wayan Risma Enjelika 2207311015
Kayla Salsabilla Diva Hariyanto 2207311016
Ida Ayu Mahayoni 2207311017
Ni Made Tiara Dinah Rahayu 2207311018
Ni Made Puspa Talitha Putri 2207311019
I Kadek Suma Wirawan 2207311020
Renatha Nadia Rohani Sianturi 2207311021
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, maka
dari itu kami memohon maaf apabila ada kesalahan maupun kekurangan dari
makalah kami. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang
yang membacanya.
Penulis
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Apakah yang akan terjadi pada permintaan sesuatu barang apabila
harga barang mengalami penrunan sebanyak satu persen?. Seperti yang kita
ketahui bersama bahwa hukum permintaan berbunyi “penurunan harga akan
meningkatkan permintaan”. Besarnya pertambahan itu berbeda dari satu
keadaan ke satu keadaan yang lain dan dari satu barang ke satu barang yang
lainnya, pertambahan permintaan mungkin mungkin jauh melebihi satu
persen dan mungkin pula kurang dari satu persen. Apabila perubahan harga
yang kecil menimbulkan perubahan yang besar terhadap jumlah barang yang
diminta maka dikatakan bahwa permintaan barang tersebut sangat responsif
terhadap perubahan harga atau disebut dengan elastis. Sebaliknya apabila
perubahan harga tidak terlalu berpengaruh terhadap jumlah barang yang
dimimta maka barang tersebut tidak terlalu responsif terhadap perubahan
harga atau biasa yang disebut dengan inelastic.
Dalam analisis ekonomi, secara teori maupun praktek sehari-hari
adalah sangat berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana responsifnya
permintaan terhadap perubahan harga. Untuk memudahkan kita mencapai
tujuan tersebut diperlukan sebuah satu pengukuran kuantitatif yang mampu
menunjukkannya, ini dinamakan elastisitas permintaan. Tidak hanya pada
sebatas permintaan, tetapi perubahan harga juga bisa menimbulkan akibat
yang berbeda trhadap suatu barang, ukuran kuantitatif sebagai akibat
perubahan harga terhadap penawaran disebut dengan elastisitas penawaran.
Pada kesempatan ini penulis mencoba untuk menerangkan lebih lanjut
tentang apa itu elastisitas dan bagaimana koefsiennya, apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan jenis jenis dari elastisitas.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.
1.2.2. Ya
1.2.3. Ya
1.2.4. Ya
1.2.5. ya
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan
1.3.2. Tujuan
1.3.3. Tujuan
1.3.4. Tujuan
1.3.5. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Elastisitas
2.1.1. Pengertian Menurut Para Ahli
Menurut Salvatore, Elastisitas harga adalah tingkat perubahan harga
berdasarkan kepekaan harga terhadap suatu barang yang diminta oleh
konsumen dimana perubahan tersebut bersifat relatif. Relativitas
tersebut dapat dilihat dari perubahan harga terhadap permitaan akan
suatu barang. Perubahan tersebut juga bersifat porposional antara
permintaan dan harga barang.
Menurut Nicholson, Elastisitas merupakan suatu perubahan pada
suatu variabel karena disebakan oleh adanya perubahan yang sama pada
variabel lain, sehingga perubahan tersebut saling terkait antar variabel.
Menurut Sadono Sukimo, Suatu ukuran yang diukur secara kuantitasi
untuk melihat perubahan yang terjadi pada besaran permintaan akan
suatu barang. Hal tersebut dapat menggambarkan besaran pengaruh
harga terhadap permintaan akan suatu barang tertentu.
Elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional dari sebuah
variabel dengan perubahan variabel lainnya. Dengan kata lain, elastisitas
mengukur seberapa besar kepekaan atau reaksi konsumen terhadap
perubahan harga. Tingkat sensitivitas yakni dapat diukur dengan rasio
perubahan persentase dalam jumlah barang, baik barang yang diminta
maupun terhadap barang yang telah ditawarkan, diukur dengan persentase
dalam perubahan faktor yang dapat menyebabkan adanya sebuah perubahan
dalam jumlah barang yang ditawarkan atau diminta dapat dibagi menjadi tiga
bidang, yaitu Harga barang tersebut, Pendapatan atau Income, Harga barang
lainnya.
2. Elastisitas busur ( Arc Elasticity ) adalah elastisitas berdasarkan dua titik yang
diberikan . Misalkan Anda mengukur elastisitas harga sendiri dari permintaan .
Dalam hal ini , itu adalah persentase perubahan jumlah yang diminta dibagi
dengan proporsi perubahan harga antara dua titik Elastisitas busur menghasilkan
nilai elastisitas yang sama , baik harga bergerak atau turun sampai tingkat tertentu
. Dengan menggunakan elastisitas busur kita dapat mengukur respons kuantitas
yang diminta terhadap perubahan harga meskipun tidak memiliki informasi
tentang kurva permintaan . Untuk menghitung elastisitas, dapat menggunakan
dua pengamatan harga dan kuantitas yang diminta.Metode ini menghasilkan
elastisitas nilai yang konsisten, terlepas dari apakah harga naik atau turun. Itu
karena kita menggunakan rata – rata sebagai penyebut untuk harga kuantitas yang
diminta . dan
∆Q P
Es= x
∆P Q
Keterangan :
Es : Elastisitas Penawaran
P : Harga mula-mula
∆P : Perubahan harga
2.6.1 Jenis – Jenis Elastisitas Penawaraan
a) In Elastis Sempurna : Es = 0.
Penawaran tidak dapat ditingkatkan pada tingkat
harga berapa pun, sehingga kurva penawaran (S)
terlihat vertikal. Perubahan harga sebesar apapun
sama sekali tidak berpengaruh terhadap jumlah yang
ditawarkan. Oleh karena itu kurvanya vertikal.
Kurva vertikal ini berarti jumlah barang/jasa adalah
sama berapapun harga yang ditawarkan. Contoh barang yang
penawaran inelastis sempurna adalah tanah (harga terus naik, tetapi
jumlah yang tersedia terbatas).
1) Elastistas Harga
Untuk barang-barang yang habis dipakai dalam waktu kurang dari setahun
(barang tidak tahan lama atau non durable goods), maka elastisitas harga dalam
jangka panjang lebih besar dibanding dalam jangka pendek. Ada dua penyebab
elastisitas harga yaitu :
Pertama, konsumen membutuhkan waktu untuk mengubah kebiasaan mereka.
Misalnya, bila harga kopi naik konsumen yang biasa minum kopi banyak (lebih dari
tiga gelas perhari), sulit mengubah kebiasaan itu dalam jangka pendek. Akibatnya
permintaan kopi dalam jangka pendek mengalami penurunan yang relatif sedikit
disbanding dalam jangka panjang.
Sebaliknya untuk barang yang masa konsumsinya lebih dari setahun (barang
tahan lama atau durable goods), permintaannya lebih elastis dalam jangka pendek
dibanding jangka panjang. Misalnya, jika harga mobil naik 10%, dalam jangka
pendek permintaan terhadap mobil dapat saja turun sekitar 15%. Tetapi dalam jangka
panjang, karena banyak mobil yang harus diganti (replaced). pembelian akan naik
lagi, sehingga penurunan permintaan dalam jangka panjang kurang dari 15%.
2) Elastisitas Pendapatan
b. Elastisitas Penawaran
Hampir semua barang memiliki penawaran yang lebih elastis dalam jangka
panjang, dibanding dalam jangka pendek. Sebab dalam jangka panjang perusahaan
mampu mengatasi kendala-kendala yang muncul dalam jangka pendek. Misalnya,
perusahaan mobil tidak mungkin membangun pabrik baru dalam waktu kurang dari
satu tahun, tetapi dalam waktu tiga atau empat tahun. Dengan demikian kurva
penawaran akan mobil dalam jangka panjang lebih elastis dibanding dalam jangka
pendek. Untuk beberapa barang, penawaran dalam jangka pendeknya inelastis
sempurna (Es=0). Output sektor properti adalah salah satu contohnya. Bila di Jakarta
ada 5.000 unit apartemen yang siap sewa, maka jumlah permintaan yang terpenuhi
maksimal 5.000 unit. Sehingga, dalam tiga bulan kedepan ada lonjakan permintaan
sebesar 10.000 unit, maka kelebihan pemintaan itu tidak terespon oleh sisi
penawaran. Sebab tidak mungkin membangun apartemen baru sebanyak 5.000 unit
dalam tempo kurang dari tiga bulan.
Tetapi ada juga barang yang penawarannya justru lebih elastis dalam jangka
pendek, dibanding jangka panjang. Barang itu umumnya yang dapat didaur ulang
(recycling). Misalnya logam besi untuk kebutuhan industri dapat diperoleh dari hasil
primer pertambangan (primary metal). Dan atau hasil dari daur ulang. Primary metal
mempunyai elastisitas penawaran dalam jangka panjang yang lebih besar dibanding
dalam jangka pendek, baik karena kemajuan teknologi maupun cukupnya waktu
untuk meningkatkan kapasitas produksi. Sebaliknya dengan besi hasil daur ulang.
Karena dapat terus didaur ulang, maka kurva penawaran dalam jangka panjangnya
lebih inelastis dibanding dalam jangka pendek.