Anda di halaman 1dari 16

TEORI ELASTISITAS

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ekonomi


Manajerial

Dosen Pengampu :

Dr. Muhammad Nafik HR, M. Si

Oleh :
Ferli Wahyudi F02419120
M. Adang FR F02419129
Relita Rofiqoh F02419140

PASCA EKONOMI SYARIAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SURABAYA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hal terpenting dalam ilmu ekonomi khususnya untuk suatu
perusahaan adalah konsep elastisitas karena pemahaman terhadap elastisitas
akan membantu bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan penjualan yang
mana dapat digunakan untuk mengetahui jumlah permintaan jika terjadi
perubahan harga, salah satunya adalah elastisitas permintaan dimana konsep
elastisitas permintaan digunakan untuk mengukur pengaruh kepekaan
konsumen tentang jumlah atau kuantitas barang maupun jasa yang diminta
akibat perubahan harga dari suatu komoditi.1
Konsep elastisitas digunakan untuk mengukur derajat kepekaan kuantitas
yang diminta sebagai akibat adanya perubahan dari faktor yang mempengaruhi
kuantitas Tergantung dari faktor yang berubah, banyak konsep elastisitas bisa
diturunkan. Dalam hal yang berubah adalah harga komoditi, elastisitas harga
permintaan yang digunakan untuk mengukur derajat kepekaan kuantitas.
Elastisitas silang dan elastisitas pendapatan masing-masing digunakan untuk
mengukur derajat kepekaan kuantitas yang diminta bila terjadi perubahan pada
harga barang lain dan pendapatan konsumen. dengan adanya pemahaman
elastisitas tersebut kita dapat mengukur sejauh mana pembeli dan penjual
bereaksi terhadap perubahan kondisi yang ada. Dengan demikian makalah ini
akan membahas mengenai beberapa konsep elastisitas serta faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan komoditi menjadi elastisitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Elastisitas, dan Elastistas Harga ?
2. Apa yang dimaksud dengan Elastisitas Pendapatan dan Elastistas Silang ?
3. Bagaimana pengaruh waktu terhadap elastisitas ?
4. Bagaimana elastistas harga untuk produk permintaan turunan ?

1
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013). 103.

1
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan elastisitas dan elastisitas harga
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan elastisitas pendapatan dan
elastisitas silang
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu terhadap elastisitas
4. Untuk mengetahui begaimana elastistas harga untuk produk turunan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Elastisitas dan Elastisitas Harga

Dalam konsepsi ilmu ekonomi, elastisitas adalah perbandingan perubahan


proporsional dari sebuah variabel dengan perubahan variable lainnya.2 Dengan
kata lain, elastisitas adalah ukuran untuk mengukur seberapa besar kepekaan
atau reaksi konsumen terhadap perubahan harga atau factor-faktor lain.3

Konsep Elastisitas ini lumrah digunakan untuk meramalkan hal apa yang
akan terjadi jika harga barang/jasa dinaikkan. Pengetahuan akan seberapa
dampak perubahan harga terhadap permintaan itu sangat penting bagi produsen.
Pengetahuan dan pemahaman tersebut akan digunakan sebagai pedoman
seberapa besar ia harus mengubah harga produknya. Hal ini berkaitan dengan
seberapa besar penerimaan penjualan yang akan ia peroleh,

Contoh, anggaplah biaya bahan baku produksi sebuah barang meningkat


sehingga seorang produsen terpaksa menaikkan harga jual produknya. Menurut
hukum permintaan, tindakan menaikkan harga ini jelas akan menurunkan
permintaan. Jika permintaan hanya menurun dalam jumlah yang kecil, kenaikan
harga akan menutupi biaya produksi sehingga produsen masih akan
mendapatkan keuntungan. Namun, jika peningkatan harga ini ternyata
menurunkan permintaan demikian besar, maka bukan keuntungan yang akan
diperoleh. Hasil penjualannya mungkin saja tidak dapat menutupi biaya
produksinya, sehingga ia menderita kerugian. Jelas di sini bahwa produsen
harus memahami dan mempertimbangkan tingkat elastisitas barang
produksinya sebelum membuat suatu keputusan. Ia harus memperkirakan
seberapa besar kepekaan konsumen atau seberapa besar konsumen akan
bereaksi jika ia mengubah harga sebesar sepuluh persen.

2
http://id. Wikipedia.org/wiki/Elastisitas_(ekonomi), pada tanggal 24 November 2020.
3 Maria Y.D. Hayu Agustini, Ekonomi Manajerial; Pembuatan Keputusan berdasar Teori Ekonomi,
Universitas (Semarang : Katholik Soegijapranata, 2018). 74

3
Elastisitas Harga

Elastisitas harga adalah elastisitas yg menunjukkan derajat kepekaan jumlah


produk yg diminta terhadap perubahan harga, Cateris Paribus.

Elastisitas harga dari suatu produk lebih tinggi dari produk lainnya, hal ini
dikarenakan secara umum, ada 3 alasan ntuk membedakan elastisitas harga
yaitu:4

1. Seberapa jauh suatu barang diangap sebagai kebutuhan pokok


2. Ketersediaan barang-barang pengganti (subtitusi) dan,
3. Proporsi pendapatannyang dibelanjakan untuk suatu produk tertentu.
B. Elastisitas Pendapatan dan Elastistas Silang
1. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)
Elastisitas pendapatan menunjukkan dampak perubahan pada
pendapatan terhadap kuantitas yang diminta atas suatu komoditi. Elastisitas
pendapatan adalah persentase perubahan kuantitas komooditi yang diminta
karena perubahan pendapatan konsumen sebesar satu persen. Berdasar
pengertian ini dapat dituliskan rumusan elastisitas titik dan elastisitas busur
pendapatan seperti di bawah ini.5
Elastisitas titik pendapatan:

𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎


EI = 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑜𝑑𝑖𝑡𝑖

Atau

(Q2 – Q1)/ Q1
=
(I2 – I1) / P1
∆Q/ Q
=
∆I/ I
∆Q I
=
∆I Q

Elastisitas busur pendapatan:

4
Lincolin Arsyad, Eonomi Manajeial, Edisi 4 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2008) 150
5
Vincent Gaspersz, Ekonomi Manajerial (Landasan Analisi dan Strategi Bisnis untuk menajemen
perusahan dan industry), (Bogor, 2011). 84.

4
∆Q (12+ I1)/ 2
Arc E1 =
∆I (Q2 – Q1) / 2

∆Q (12+ I1)
=
∆I (Q2 – Q1)

Persen perubahan kuantitas yang diminta persen perubahan pendapatan


dapat positif atau negatif. Hubungan antara kuantitas yang diminta dengan
tingkat pendapatan dapat positif atau negatif. Hubungan yang positif berarti
bila pendapatan naik maka kuantitas yang diminta juga naik dan sebaliknya
bila pendapatan turun, kuantitas yang diminta juga akan turun. Dengan kata
lain, hubungan positif menunjukkan perubahan yang searah. Sedangkan
hubungan negatif menunjukkan perubahan yang berkebalikan, yaitu bila
pendapatan naik maka kuantitas yang diminta akan turun dan sebaliknya
bila pendapatan turun, kuantitas yang diminta akan naik. Dengan demikian,
nilai elastisitas pendapatan akan ada yang positif dan ada yang negatif.6
Berbeda halnya dengan elastisitas harga pemintaan dimana tanda nilai
elastisitas dapat diabaikan, namun tidak demikian pada elastisitas
pendapatan. Tanda positif atau negatif dalam elastisitas pendapatan ini
penting untuk interpresi, yaitu berdasar tanda elastisitas pendapatannya, kita
bisa mengetahui jenis komoditi yang bersangkutan. Komoditi yang nilai
elastisitas pendapatannya positif merupakan komoditi yang tergolong
barang normal (normal goods). Kebanyakan komoditi yang kita jumpai
merupakan barang normal, dimana akan dibeli dalam kuantitas yang lebih
banyak bila pendapatan lebih besar. Contoh barang normal adalah pakaian,
hiburan, makanan, kendaraan bermotor, dan sebagainya. Namun ada barang
normal dimana kenaikan kuantitas yang diminta relatif sangat kecil ketika
terjadi kenaikan pendapatan. Hal ini terjadi pada komoditi yang tergolong
barang kebutuhan pokok (necessity goods), seperti beras atau baju.
Sebaliknya, ada komoditi yang kuantitasnya akan naik relatif banyak
dengan naiknya pendapatan. Biasanya hal ini terkait dengan komoditi yang

6
Anggita Camelia Putri dan Wayan Sukadana, Elastisitas Permintaan Komoditas Strategis di
Indonesia, E-Jurnal Unud, Vol. 08, No.07. 15.

5
tergolong sebagai barang mewah (luxury goods) seperti batu berharga atau
lukisan mahal.7
Sebaliknya komoditi yang elastisitas pendapatannya bertanda negatif
merupakan komoditi yang tergolong barang inferior (infeior goods).
Komoditi yang tergolong barang inferior biasanya adalah komoditi
berkualitas rendah, sehingga bila pendapatan seseorang naik, maka yang
bersangkutan akan mengurangi pembelian komoditi tersebut dan beralih
kepada komoditi lain yang kualitasnya lebih baik. Sebagai contoh adalah
transportasi (bis, kereta api atau pesawat terbang) kelas ekonomi. Dengan
naiknya pendapatan, konsumen akan beralih ke sarana transportasi kelas
bisnis atau eksekutif.
Komoditi yang elastisitas pendapatannya bernilai nol tergolong dalam
komoditi yang disebut barang independen terhadap pendapatan (income
independent goods). Elastisitas pendapatan nol berarti kuantitas yang
diminta tidak akan berubah walaupun pendapatan berubah. Misal, kuantitas
gula pasir yang dibeli oleh kelompok masyarakat menengah tidak akan
berubah walaupun pendapatan mengalami kenaikan.
Secara singkat, keterkaitan besarnya elastisitas pendapatan dan
kelompok komoditi dapat dituliskan sebagai berikut: 8
• EI > 0 (positif), komoditi merupakan barang normal
• EI = positif mendekati nol, komoditi merupakan barang kebutuhan
pokok
• EI = positif sangat besar, komoditi merupakan barang mewah
• EI = 0, komoditi merupakan barang independen terhadap pendapatan
• EI < 0 (negatif), komoditi merupakan barang inferior
Besar elastisitas pada kolom elastisitas pendapatan dihitung dengan
menggunakan rumus elastisitas busur pendapatan. Ketika pendapatan naik

7
Maria Y.D. Hayu Agustini, Ekonomi Manajerial; Pembuatan Keputusan berdasar Teori
Ekonomi..,87.
8
Lincolin Arsyad, Eonomi Manajeial, Edisi 4..,154.

6
dari 2000 menjadi 3000, kuantitas yang diminta naik dari 200 menjadi 400,
sehingga elastisitas pendapatan sama dengan

∆Q (12+ I1) (400−200) (2000+ 3000)


= = 1.67
∆I (Q2 – Q1) (3000−2000) (200 – 400)

Karena tandanya positif, maka komoditi tersebut tergolong barang normal.


Dengan cara yang sama, elastisitas pendapatan pada tingkat pendapataan
yang lain dapat dihitung dan golongan barang ditentukan berdasar tanda
nilai elastisitas yang diperoleh
Tabel 1. Nilai Elastisitas Pendapatan dan Golongan Barang
Pendapatan Kuantitas yang Elastisitas Golongan barang
(I) diminta (Q) pendapatan (EI)
2000 200
3000 400 1,67 Normal
4000 400 0 Independen terhadap
pendapatan
5000 300 -1,28 Inferior
2. Elastisitas Silang (Cross Elasticity)
Disebut elastisitas silang karena yang mengalami perubahan
sebenarnya adalah komoditi lain tetapi berdampak pada berubahnya
permintaan suatu komoditi. Elastisitas silang adalah persentase perubahan
kuantitas yang diminta atas komoditi X yang disebabkan karena perubahan
harga komoditi Y sebesar satu persen. Dengan cara yang sama dengan
elastisitas harga permintaan dan elastisitas pendapatan, besarnya elastisitas
titik dan elastisitas busur silang adalah seperti di bawah ini. Elastisitas titik
silang:9
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑋
EXY = persen perubahan harga Y

(QX2−QX1)/QX1
= (PY2 – PY11)/PY1

∆QX/QX
= ∆PY/PY1

9
Maria Y.D. Hayu Agustini, Ekonomi Manajerial; Pembuatan Keputusan berdasar Teori
Ekonomi..,88

7
∆QX PY
= ∆PY QX

Elastisitas busur silang:

∆Qx (Py2+Py1)/2
Arc EXY = ∆Py (Qx2+Qx1)/2

∆Qx (Py2+Py1)
= ∆Py (Qx2+Qx1)

Secara implisit dapat dikatakan bahwa ada hubungan atau


keterkaitan antara komoditi X dan Y. Dalam teori permintaan kita mengenal
bahwa dua komoditi dapat saling berhubungan sebagai barang substitusi
atau barang komplementer. Elastisitas silang menunjukkan hubungan ini,
yaitu apakah kedua komoditi bersifat substitusi atau komplemen.
Komoditi X dan Y bersifat substitusi bila naiknya kuantitas yang
diminta dari X menyebabkan turunnya kuantitas yang diminta dari Y.
Selanjutnya komoditi X dan Y bersifat komplemen bila kenaikan kuantitas
yang diminta dari komoditi X juga menyebabkan naiknya kuantitas
komoditi Y. Perubahan kuantitas kedua komoditi tersebut terjadi melalui
perubahan harga satu komoditi. Misalkan, harga komoditi X mengalami
penurunan. Sesuai dengan hukum permintaan, turunnya harga komodoti X
ini akan menyebabkan kuantitas yang diminta dari komoditi X akan
mengalami kenaikan. Turunnya harga komoditi X menyebabkan komoditi
Y yang mempunyai fungsi yang sama dengan komoditi X menjadi relatif
lebih mahal, sehingga konsumen akan beralih membeli komoditi X dan
meninggalkan komoditi Y.10
Dengan demikian, naiknya kuantitas yang diminta dari komoditi X
menyebabkan turunnya kuantitas yang diminta atas komoditi Y. Bila
komoditi X dan Y bersifat komplemen, maka naiknya kuantitas yang
diminta atas komoditi X sebagai akibat penurunan harganya akan diikuti
oleh kenaikan komoditi Y. Hal ini terjadi karena komoditi X akan dapat
berfungsi dengan baik bila digunakan bersamasama dengan komoditi Y.

10
Ibid..,89

8
Berdasarkan uraian di atas, keterkaitan antara besarnya elastisitas
silang dengan sifat hubungan antara komoditi X dan Y adalah sebagai
berikut :11
• EXY > 0 (positif), maka X dan Y bersifat saling subsitusi
• EXY = nol, maka X dan Y bersifat saling independen
• EXY < 0 (negative), maka X dan Y bersifat komplemen
Untuk memperjelas hal ini, contoh ilustratif diberikan untuk
komoditi X dan Y dengan harga dan kuantitas yang diminta masing-masing
komoditi seperti pada tabel .
Tabel 2. Harga dan Kuantitas Yang Diminta Atas Komoditi X dan Y
Harga X (PX) Kuantitas X (QX) Harga Y (PY) Kuantitas Y (QY)
20 50 10 40
30 30 10 50

Dari tabel kita lihat bahwa naiknya harga komoditi X dari 20


menjadi 30 menyebabkan kuantitas yang diminta atas komoditi Y juga
mengalami kenaikan dari 40 menjadi 50 (walaupun harga komoditi X tidak
berubah). Dengan demikian, elastisitas silang antara X dan Y adalah

∆Qy (Px1+ Px2) (50−40) (20+ 30)


EXY = = = 0,56
∆Px (Qy1 – Qy2) (30−20) (20+50)

Karena nilai elastisitasnya positif, berarti dapat disimpulkan bahwa


hubungan antara X dan Y adalah subtitusi. Tabel 3. menunjukkan kondisi
harga dan kuantitas yang diminta antara komoditi X dan Z. Kita lihat bahwa
ada kenaikan harga komoditi X dari 20 menjadi 30, sedangkan harga
komoditi Z tidak berubah. Dengan demikian, perubahan kuantitas komoditi
Z adalah karena perubahan harga komoditi X. Berarti ada hubungan antara
komoditi X dan Z. Dengan menghitung nilai elastisitas silang antara kedua
komoditi tersebut akan dapat ditentukan hubungan antara komoditi X dan
Z.
Tabel 5.5. Harga dan Kuantitas Yang Diminta Atas Komoditi X dan Z

11
Ibid..,91.

9
Harga X (PX) Kuantitas X (QX) Harga Z (PZ) Kuantitas Z (QZ)
20 50 5 20
30 30 5 15

Besarnya elastisitas silang antara X dan Z adalah

∆Qz (Px1+ Px2) (15−20) (20+ 30)


EXZ = = = -0,71
∆Px (Qz1 – Qz2) (30−20) (20+50)

Oleh karena nilai elastisitas silang antara X dan Z negatif, berarti dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara X dan Z bersifat komplemen.
C. Pengaruh Waktu Terhadap Elastisitas
Waktu merupakan faktor penting dalam analisis permintaan. Dimana
semakin lama jangka waktu itu dianalisis maka semakin elastis permintaan
suatu barang tersebut karena dalam jangka waktu yang singkat permintaan
bersifat tidak elastis. Salah satu karakteristik jangka waktu yang singkat dari
permintaan adalah kurangnya respon yang seketika (intantaneous) dipasar.
Konsumen seringkali bereaksi terlambat terhadap perubahan-perubahan harga
dan keadaan-keadaan lainnya dipasar dan cenderung akan meminta barang-
barang yang biasa dibeli walau harga naik.12
Untuk melukiskan pengaruh yang terlambat (delayed) atau tertinggal
(lagged) ini. Perhatikan permintaan akan tenaga listrik. Misalkan perusahaan
listrik menaikkan tarifnya sebesar 30 persen. Bagaimaan pengaruh kenaikkan
tersebut terhadap kuantitas listrik yang diminta? Dalam jangka waktu yang
sangat pendek pengaruh tersebut sangat kecil. Para pelanggan listrik mungkin
akan menguranggi pemakaian lampu yang tidak diperlukan, tetapi permintaan
total akan listrik, yang sangat tergantung pada alat-alat listrik yang dimiliki para
pelanggan listrik tersebut dan pada peralatan yang digunakan oleh sektor
industri dan komersial, tidak terpengaruh banyak. Harga-harga akan naik dan
kuantitas yang diminta tidak akan turun banyak, oleh karena itu TR akan

12
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar..,113.

10
meningkat cukup tinggi. Dengan kata lain, permintaan jangka pendek akan
tenaga listrik secara relatif inelatis.13
Namun demikian, dalam jangka waktu yang lebih panjang, kenaikan tarif
listrik tersebut mempunyai pengaruh yang cukup besar. Penduduk akan
menguranggi pembelian AC, lemari es dan alat-alat listrik lainnya. Dan alat-
alat listrik yang akan dibeli adalah yang lebih hemat energi. Tindakan-tindakan
tersebut akan mengurangi permintaan akan tenaga listrik. Sama juga halnya
sektor industri akan beralih ke sumber-sumber energi lainnya, akan
menggunakan teknologi produksi yang hemat energi, atau akan berpindah ke
daerah-daerah yang tarif listriknya lebih murah. oleh karena itu, pengaruh akhir
dari kenaikan harga tersebut terhadap permintaan akan tenaga listrik mungkin
cukup besar, tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama sebelum
dampak tersebut secara penuh terasa.
Fenomena elastisitas jangka panjang yang lebih besar dari elastisitas jangka
pendek ini terjadi untuk hampir semua faktor-faktor yang menentukan
permintaan hal ini dikarenakan dalam jangka panjang konsumen dapat mencari
barang penganti yang memiliki fungsi yang sama dari barang yang mengalami
kenaikan harga dan ini akan banyak mengurangi permintaan dari barang yang
disebutkan.14
D. Elastisitas Harga Untuk Produk Permintaan Turunan

Fungsi permintaan dari beberapa barang biasanya memasukkan salah satu


variabel independen dari fungsi permintaan akan produk lainnya. Hubungan ini
menunjukkan bahwa kuantitas barang yang dibeli diturunkan (derived) dari
permintaan akan barang lainnya, oleh karena itu kita menggunakan istilah
permintaan turunan (derived demand) yang mana permintaan terhadap suatu
barang dikatakan sebagai permintaan turunan bila permintaan terhadap barang
tersebut sangat tergantung pada permintaan terhadap barang lain. Misal BBM
merupakan permintaan turunan, karena permintaan BBM sangat dipengaruhi

13
Lincolin Arsyad, Ekonomi Manajerial, (Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta, 2008), 159.
14
Ibid 160.

11
oleh permintaan terhadap mobil. Pembelian mobil akan mempengaruhi jumlah
penggunaan BBM.

Meskipun permintaan akan barang-barang konsumsi (produk-produk akhir)


bisa atau tidak merupakan permintaan turunan, tetapi permintaan akan semua
barang-barang produktif (produk-produk yang digunakan dalam industri
pengolahan untuk konsumen akhir) adalah permintaan turunan, permintaan
agregat akan barang-barang konsumen menentukan permintaan akan peralatan-
peralatan model, bahan-bahan baku, tenaga kerja dan energi yang digunakan
untuk mengolah barang-barang konsumen tersebut.
Misalnya, permintaan akan baja, alumunium dan plastik, semuanya
merupakan permintaan turunan. Sama halnya dengan peralatan mesin dan
tenaga kerja. Tidak satupun dari barang-barang produksi tersebut yang diminta
karena nilai langsungnya bagi konsumen, tetapi oleh karena peranan dari
permintaan turunan tersebut dalam proses produksi barang dan jasa. Seperti
telah dijelaskan di muka, permintaan akan barang-barang produktif tergantung
dengan permintaan akan produk-produk akhir yang akan diproduksi.
Oleh karena itu analisis tentang permintaan akan produk-produk akhir
merupakan bagian penting dari analisis permintaan akan barang-barang atau
produktif. Hubungan ini tidak selalu langsung. Misalnya, permintaan akan
produk-produk akhir. Hal ini terjadi karena barang antara tersebut hanya
mewakili satu input dalam proses produksi, kecuali kalau biaya input tersebut
merupakan bagian yang terbesar dan biaya total untuk menghasilkan produk
akhir, maka setiap persentase perubahan harga barang antara tersebut akan
mengakibatkan persentase perubahan baiaya (harga) produk akhir akan kecil.
Hubungan ini bisa digambarkan dengan melihat permintaan akan sejenis
lem sepatu yang khusus digunakan untuk produksi sepatu. Biaya total
pembuatan mobil merk Cennacar (sekedar mis adalah Rp. 10.000.000,00 dan
sebanyak Rp. 500.000,00 dari biaya total tersebut digunakan untuk cat.
Misalkan harga cat tersebut naik dua kali lipat (naik sebesar 100 persen) maka
sekarang dibutuhkan uang sebanyak Rp. 1.000.000.00 untuk setiap unit mobil
yang diproduksi. Pada keadaan ini, biaya total produk akhir tersebut, dan

12
mungkin juga harganya, akan meningkat sebesar 5 persen (500.000/10,000.000
= 0,05). Jika elastisitas harga permintaan akan mobil sebesar -2,5, maka
kenaikan harga sebesar 5 persen ini akan menurunkan permintaan akhir sebesar
12,5 persen.
Dengan menganggap bahwa jumlah cat khusus yang dibutuhkan untuk
setiap mobil adalah tetap dan tidak ada barang subtitusinya, maka kenaikkan
harga cat tersebut sebesar 100 persen hanya akan mengakibatkan penurunan
permintaan akan cat tersebut hanya sebesar 12,5 persen. Hal ini secara tidak
langsung menunjukkan bahwa elastistas harga adalah -0,125 (-12,5/100 = -
0,125 = €p). dengan kata lain, 1 persen kenaikan harga cat tersebut akan
mengakibatkan permintaan akan cat itu turun hanya sebesar 0,125 persen.
Permintaan akan cat tersebut tidak elastis walaupun permintaan akan produk
akhirnya cukup elastis.15

15
Ibid..,161-162.

13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa elastisitas sangat penting
dalam menentukan kebijakan penjualan produk bagi suatu perusahaan sehingga
suatu perusahaan harus mampu malakukan perhitungan elastisitas permintaan pasar
untuk produk-produk yang sedang ditawarkan. Konsep elastisitas digunakan untuk
mengukur derajat kepekaan kuantitas yang diminta sebagai akibat adanya
perubahan dari faktor yang mempengaruhi kuantitas. Dengan elastisitas silang
dapat diketahui sifat hubungan suatu komoditi terhadap komoditi lain, apakah
sebagai barang substitusi, komplementer, atau independen (tidak ada hubungan satu
sama lain). Elastisitas pendapatan menunjukkan sifat komoditi sebagai barang
normal, inferior atau independen terhadap pendapatan. Konsep elastisitas yang lain
dapat dibuat sesuai dengan perubahan faktor yang mempengaruhi kuantitas yang
diminta, seperti elastisitas iklan. Pada kenyataannya, tidak hanya satu faktor saja
yang berubah tetapi bisa lebih dari satu. Oleh karena itu elastisitas gabungan
merupakan konsep yang lebih realistis.

14
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. Ekonomi Manajerial, Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta, 2008.
Agustini, Maria Y.D. Hayu Ekonomi Manajerial; Pembuatan Keputusan berdasar
Teori Ekonomi, Universitas Semarang : Katholik Soegijapranata, 2018.

Gaspersz. Vincent, Ekonomi Manajerial (Landasan Analisi dan Strategi Bisnis


untuk menajemen perusahan dan industry), Jakarta: Gramedia pustaka
utrama, 2011.

Putri, Anggita Camelia dan Wayan Sukadana, Elastisitas Permintaan Komoditas Strategis
di Indonesia, E-Jurnal Unud, Vol. 08, No.07. 15.

Sukirno, Sadono. Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada, 2013.

http://id. Wikipedia.org/wiki/Elastisitas_(ekonomi), pada tanggal 24 November


2020.

15

Anda mungkin juga menyukai