Anda di halaman 1dari 13

1.

Pendahuluan
Akuntansi syariah berlandaskan nilai Al-Qur’an dan Al-Hadis membantu
manusia untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan
pengakuan, pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban secara adil (Wiroso, 2011). Hak dan kewajiban itu timbul karena
manusia ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah. Sehingga
akuntansi sesungguhnya adalah alat pertanggungjawaban kepada Sang Pencipta dan
sesama makhluk, yang digunakan oleh manusia untuk mencapai kodratnya sebagai
khalifah.
Bentuk-bentuk akad dalam bermuamalah ada 2 yaitu Akad tabarru’ dan akad
tijarah, pada pembahasan kali ini, akan membahas akad musyarakah. Akad musyarakah
masuk kedalam akad tijarah untuk NUC (Natural Uncertainty Contract). Akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana.
Dalam konteks perbankan, musyarakah berarti penyatuan modal dari bank dan
nasabah untuk kepentingan usaha. Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk
pembiayaan proyek, dimana nasabah dan pihak bank sama-sama menyediakan dana
untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan
dana tersebut bersama dengan bagi hasil yang telah disepakati dalam kontrak untuk
pihak bank. Musyarakah juga bisa diterapkan dalam skema modal ventura, pihak bank
diperbolehkan untuk melakukan investasi dalam kepemilikan sebuah perusahaan.
Penanaman modal dilakukan oleh pihak bank untuk jangka waktu tertentu dan setelah
itu bank melakukan divestasi, baik secara singkat maupun bertahap. Musyarakah ini
sekilas merupakan akad yang didasarkan atas prinsipprinsip syariah. Padahal
musyarakah dalam fiqih, kontribusi prosentase modal yang diberikan jumlahnya harus
sama antara bank dan nasabah.
Resiko usaha merupakan tanggung jawab pihak nasabah karena pihak bank
dalam hal ini hanya bertindak sebagai sumber dana dan monitoring serta konsultan
dalam usaha. Jika dalam perjalanan terjadi kegoyangan dalam usaha maka pihak bank
akan mengambil tindakan apakah dihentikan pengucuran modalnya atau justru
ditambah modal guna menyehatkan perusahaan, dengan cara memperbaharui kontrak,
keputusan ini tergantung dari pihak bank. Jika terjadi kerugian dalam menjalankan
usaha merupakan tanggung jawab nasabah.

2. Tinjauan Pustaka
a. Sumber : Beberapa artikel dan buku yang saya ambil sebagai referensi untuk
membuat tugas paper ini, yaitu:
1). Khadaffi, Muammar dkk.. Akuntansi Syariah: Meletakkan Nilai-nilai Syariah Islam
dalam Ilmu Akuntansi. 2014
2). Sofyan Safri Harahap dkk.. Akuntansi Perbankan Syariah. 2010

b. Peraturan
1). Al-Qur’an
Maka mereka berserikat pada sepertiga.” (QS.An-Nisa:12)

”Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian


mereka berbuat dzalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan
mengerjakan amal shaleh.” (QS.Shad:24 )
2). Hadits
Hadits Qudsi dari Abu Hurairah: ”Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang
berserikat, sepanjang salah seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya.
Apabila seseorang berkhianat terhadap lainnya maka Aku keluar dari keduanya.”
(HR.Abu Dawud dan al-Hakim dari Abu Hurairah).
3). PSAK 106 Tentang Akuntansi Musyarakah
Di Indonesia peraturan akuntansi keuangan syariah diatur dalam Standar
Akutansi Syariah (SAS) dalam bentuk Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK).
PSAK yang berkaitan dengan syariah diatur dalam PSAK 100 sampai dengan PSAK
112. Dengan berkaitan materi yang akan dibahas mengenai akuntansi musyarakah, saya
mengambil PSAK 106 tentang akuntansi musyarakah sebagai aturan bagaimana
perlakuan akuntansi musyarakah di Indonesia.PSAK 106 tentang akuntansi musyarakah
bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan terkait
transaksi yang menggunakan akad musyarakah.

3. Pembahasan
Pengertian Musyarakah
Secara bahasa : al-syirkah/al-ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua orang atau
lebih, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan.
Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana.
Karakteristik Akad Musyarakah
a. Modal musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aktiva non-kas,
termasuk aktiva tidak berwujud seperti lisensi dan hak paten yang sesuai dengan
syariah.
b. Setiap mitra harus memberi kontribusi dalam modal dan pekerjaan.
c. Keuntungan atau pendapatan musyarakah dibagi di antara mitra musyarakah
berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian musyarakah dibagi diantara mitra
musyarakah secara proporsional berdasarkan modal yang disetorkan
d. Keuntungan dibagi menggunakan nisbah yang disepakati dan menggunakan nilai
realisasi keuntungan

Jaminan Modal
Dalam pembiayaan musyarakah setiap mitra tidak dapat menjamin modal mitra lainnya,
namun setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian
atau kesalahan yang di sengaja.

Perjanjian
Untuk menghindari persengketaan di kemudian hari, sebaiknya akad kerjasama dibuat
secara tertulis dan dihadiri para saksi. Akad atau perjanjian tersebut harus mencakup
berbagai aspek antara lain terkait dengan besaran modal dan penggunaannya (tujuan usaha
musyarakah), pembagian kerja diantara mitra, nisbah yang digunakan sebagai dasar
pembagian laba, periode pembagian laba dan lain sebagainya.

Persengketaan
Apabila terjadi perselisihan diantara dua belah pihak maka dapat diselesaikan secara
musyawarah diantara mereka berdua atau melalui badan arbitrase syari’ah.

Hikmah Akad Musyarakah


Dalam musyarakah dapat ditemukan nilai ajaran Islam tentang ta’awun (gotong royong),
ukhuwah (persaudaraan) dan keadilan. Keadilan sangat terasa ketika penentuan nisbah
untuk pembagian keuntungan yang bisa saja berbeda dari porsi modal karena disesuaikan
oleh faktor lain selain modal misalnya keahlian, ketersediaan waktu dan sebagainya. Selain
itu keuntungan yang dibagikan kepada pemilik modal merupakan keuntungan riil, bukan
merupakan nilai nominal yang telah ditetapkan sebelumnya seperti bunga/riba. Prinsip
keadilan juga terasa ketika hanya orang yang punya modal saja yang dapat
dibebankan/menanggung resiko finansial.

Skema Musyarakah
Musyarakah
Mitra11
Mitra Mitra22
Mitra
Proy
Proy
ek
ek
Laba Usah
Usah Laba
Keuntun
Mitra 1 aa
Keuntun Mitra 2
gan
gan
Bagihasil
Bagi hasilkeuntungan
keuntungan
sesuaiporsi
sesuai porsikontribusi
kontribusi
Sifat Musyarakah modal(nisbah)
modal (nisbah)
o Musyarakah permanen

Dalam musyarakah permanen bagian modal setiap mitra ditentukan saat akad dan
jumlahnya tetap hingga akhir masa akad.
o Musyarakah menurun

Dalam musyarakah menurun, bagian modal salah satu mitra akan dialihkan secara
bertahap kepada mitra lain, sehingga pada akhir akad mitra yang lain akan memiliki
usaha tersebut secara penuh.
Jenis Musyarakah
1. Syirkah Al Milk merupakan kepemilikan bersama dan keberadaannya muncul apabila
dua orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama (joint ownership) atas suatu
kekayaan (asset) tanpa telah membuat perjanjian kemitraan yang resmi.

a) Apabila harta bersama (warisan/hibah/wasiat) dapat dibagi, namun para mitra


memutuskan untuk tetap memilikinya bersama, maka syirkah Al Milk tersebut bersifat
ikhtiari (sukarela/voluntary).
b) Apabila barang tersebut tidak dapat dibagi-bagi dan mereka terpaksa harus memilikinya
bersama, maka syirkah Al Milk tersebut bersifat jabari (tidak sukarela/involuntary atau
terpaksa).

2. Syirkah Al ’uqud (kontrak), yaitu kemitraan yang tercipta dengan kesepakatan dua
orang atau lebih untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan tertentu. Setiap mitra dapat
berkontribusi dengan modal/modal dan atau kerja, serta berbagi keuntungan dan
kerugian. Syirkah jenis ini dapat dianggap sebagai kemitraan yang sesungguhnya,
karena para pihak yang bersangkutan secara sukarela berkeinginan untuk membuat
suatu kerjasama investasi dan berbagi untung dan risiko. Berbeda dengan syirkah al
milk, dalam kerjasama jenis ini setiap mitra dapat bertindak sebagai wakil dari pihak
lainnya.

Syirkah Al’uqud dibagi menjadi:


o Syirkah Abdan

Syirkah abdan (syirkah fisik)/syirkah a’mal (syirkah kerja)/ syirkah shanaa’i


(syirkah para tukang)/ syirkah taqabbul (syirkah penerimaan). Merupakan bentuk
syirkah antara dua pihak atau lebih dari kalangan pekerja/profesional dimana
mereka sepakat untuk bekerja sama mengerjakan suatu pekerjaan dan berbagi
penghasilan yang diterima.
Contoh: kerjasama antara para akuntan, dokter, ahli hukum, tukang jahit, tukang
bangunan dan lainnya.
o Syirkah Wujuh

Kerjasama antara dua pihak di mana masing-masing pihak sama sekali tidak
menyertakan modal. Mereka menjalankan usahanya berdasar kan kepercayaan
pihak ketiga. Setiap mitra menyumbangkan nama baik, reputasi, creditworthiness,
tanpa menyetorkan modal.

o Syirkah ‘Inan

Sebuah persekutuan di mana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat di


dalamnya adalah tidak sama, baik dalam hal modal maupun pekerjaan. Setiap mitra
bertindak sebagai agen untuk kepentingan pihak lain (mutual agency), karena
tindakan yang dilakukan atas nama mitra lain harus berdasarkan pengakuan hukum.
o Syirkah Mufawwadhah

Sebuah persekutuan di mana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat di


dalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama, keuntungan
maupun resiko kerugian. Bentuk syirkah ini mirip seperti firma, namun dalam firma
jumlah modal yang disetorkan tidak harus sama.

Rukun Musyarakah
1. Pelaku (para mitra)

2. Obyek musyarakah

3. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)

4. Nisbah keuntungan

Ketentuan Syariah
1. Pelaku
a) Para mitra harus cakap hukum
b) Setiap mitra dianggap sebagai wakil dari mitra lain dan dari usaha kerjasama
Objek Musyarakah

a) Modal
 Modal yang diberikan harus tunai.
 Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak, atau aset
perdagangan
 Jika modal dalam bentuk non kas, maka harus menggunakan nilai tunainya
 Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur.
 Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset
kemitraan.
 Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian juga
meminjamkan uang kepada pihak ketiga
 Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan modal
itu untuk kepentingannya sendiri
 Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada penjaminan modal,
 Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau
investasi yang dilarang oleh syariah.

b) Kerja
 Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan
musyarakah,
 Tidak dibenarkan bila salah seorang di antara mitra menyatakan tidak ikut serta
menangani pekerjaan dalam kemitraan tersebut.
 porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainnya tidak harus sama.
 Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya.
 Para mitra harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.
 Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah tugas yang ia
sepakati, berhak mempekerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan
tersebut.
 Jika seorang mitra mempekerjakan pekerja lain untuk melaksanakan tugas yang
menjadi bagiannya, biaya yang timbul harus ditanggungnya sendiri.

Ijab Qabul

Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)


Akad dapat dilakukan secara lisan atau secara tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara cara komunikasi modern. Namun bentuk perjanjian musyarakah secara
tertulis lebih baik dengan disaksikan oleh saksi-saksi yang memenuhi syarat untuk
menghindari persengketaan di kemudian hari.

Nisbah
a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para mitra
diawal akad
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungan keuntungan
tersebut.
d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan tetapi harus
menggunakan nilai realisasi keuntungan.
e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan menyatakan nilai
nominal tertentu.
f. Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan mengalokasikan
keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati.

Apabila terjadi kerugian, akan dibagi secara proporsional sesuai dengan porsi modal dari
masing masing mitra.

Berakhirnya Akad Musyarakah


Apabila:
a. Salah seorang mitra menghentikan akad,
b. Salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal. Dalam hal ini mitra yang
meninggal atau hilang akal dapat digantikan oleh salah seorang ahli warisnya yang
cakap hukum (baligh dan berakal sehat) apabila disetujui oleh semua ahli waris lain
dan mitra lainnya.
c. Modal musyarakah hilang/habis.

Penentuan Nisbah
1. Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal
Menurut pendapat ini, keuntungan harus dibagi di antara para mitra secara proporsional
sesuai modal yang disetorkan, tanpa memandang apakah jumlah pekerjaan yang
dilaksanakan oleh para mitra sama ataupun tidak sama. Apabila salah satu pihak
menyetorkan modal lebih besar, maka pihak tersebut akan mendapatkan proporsi laba yang
lebih besar.
2. Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal
Menurut pendapat ini, dalam penentuan nisbah yang dipertimbangkan bukan hanya modal
yang disetorkan, tapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi atau waktu kerja yang
lebih panjang.

Akuntansi untuk Mitra Aktif/Pasif


1. Pengakuan Investasi Musyarakah

Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset nonkas untuk usaha
musyarakah.

2. Biaya pra-akad

Terjadi akibar akad musyarakah (mis: biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai
bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.
Jurnal untuk mitra aktif pada saat mengeluarkan biaya:
Dr. Uang Muka Akad xxx
Cr. Kas xxx
Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah maka
dicatat sebagai penambah nilai investasi musyarakah.
Jurnal:
Dr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Uang Muka Akad xxx
Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah
maka akan dicatat sebagai beban.
Jurnal:
Dr. Beban Musyarakah xxx
Cr. Uang Muka Akad xxx

3. Pengukuran Investasi Musyarakah


Apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang diserahkan dan
dicatat:
Dr. Investasi Musyarakah – Kas xxx
Cr. Kas xxx

Pencatatan yang dilakukan jika nilai wajar asset non kas yang diserahkan lebih besar dari
nilai buku, maka selisihnya akan dicatat dalam akun selisih penilaian asset musyarakah:
Dr. Investasi Musyarakah xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Cr. Selisih penilaian aset musyarakah xxx
Cr. Aset non kas xxx
Pencatatan amortisasi selisih penilaian asset musyarakah adalah sebagai berikut:
Dr. Selisih penilaian asset musyarakah xxx
Cr. Keuntungan xxx
Pencatatan yang dilakukan jika nilai wajar asset non kas yang diserahkan lebih kecil dari
nilai buku, maka selisihnya dicatat sebagai kerugian:
Dr. Investasi Musyarakah xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Aset non kas xxx
Apabila investasi dalam bentuk aset non-kas dan diakhir akad akan diterima kembali maka
atas aset nonkas musyarakah disusutkan berdasarkan nilai wajar tersebut.
Dr. Beban Depresiasi xxx
Cr. Akumulasi Depresiasi xxx

4. Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan, maka Jurnal:


Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan investasi musyarakah xxx

Apabila dari investasi yang dilakukan rugi, maka Jurnal:


Dr. Kerugian xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx
5. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset non-kas, dan diakhir akad
dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset non kas yang disepakati ketika
aset tersebut diserahkan. Ketika akad musyarakah berakhir, aset nonkas akan
dilikuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan aktiva
ini (selisih antara nilai buku dengan nilai jual) didistribusikan pada setiap mitra sesuai
kesepakatan.

Jika untung maka akan dicatat:


Dr. Piutang xxx
Cr. Pendapatan xxx
Jika rugi, akan dicatat:
Dr. Kerugian xxx
Cr Penyisihan Kerugian xxx

o Pencatatan di akhir akad:

1. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas:


- Jika tidak ada kerugian, Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
- Jika ada kerugian, jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
2. Apabila modal investasi berupa aset nonkas, dan dikembalikan
dalam bentuk aset non kas yang sama pada akhir akad:
- Jika tidak ada kerugian, jurnal:
Dr. Aset non-kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
- Jika ada kerugian, maka perusahaan harus menyetorkan uang
sebesar nilai kerugian, jurnal:
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Kas xxx
Dr. Aset non kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
3. Apabila modal investasi berupa aset nonkas, dan dikembalikan dalam bentuk kas
sebesar nilai wajar ketika aset non kas diserahkan,

- Jika tidak ada penyisihan kerugian dan penjualan aset nonkas menghasilkan keuntungan;
Dr. Kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Cr.Piutang xxx
- Jika ada penyisihan kerugian dan penjualan aset nonkas menghasilkan keuntungan:
Dr. Kas xxx
Dr Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Piutang xxx
o Penyajian

Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah
dalam laporan keuangan:
(a) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai investasi
musyarakah
(b) Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada nilai
wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi musyarakah.

Akuntansi untuk Pengelola Dana


1. Pengukuran investasi musyarakah:
Dr. Uang muka akad xxx
Cr. Kas xxx

2. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak
dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh
mitra.
Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah
Dr. Investasi musyarakah xxx
Cr. Uang muka akad xxx
Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah
Dr. Beban xxx
Cr. Uang muka akad xxx
Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra aktif diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar:
a) Jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam bentuk kas, Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Dana syirkah Temporer xxx
Dana syirkah temporer harus dipisahkan (dalam bentuk sub ledger) antara dana yang
berasal dari mitra aktif atau mitra pasif.
b) Nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk aset nonkas, Jurnal:
Dr. Aset non-kas xxx
Cr. Dana Syirkah Temporer xxx
Apabila diakhir akad aset nonkas tidak dikembalikan maka yang mencatat beban
depresiasi adalah usaha musyarakah atas dasar nilai wajar dan disusutkan selama masa
akad atau selama umur ekonomis. Sedangkan jika dikembalikan, yang mencatat beban
depresiasi adalah mitra yang menyerahkan aset nonkas sebagai modal investasinya.
Dr. Beban Depresiasi xxx
Cr. Akumulasi Depresiasi xxx
Sebelum pembagian laba, pengelola akan mengakui pendapatan dan beban dimana
dicatat dengan cara yang tidak berbeda dengan akuntansi konvensional. Jurnal penutup:
Dr. Pendapatan xxx
Cr. Beban xxx
Cr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx
Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif/pasif :
Dr. Beban bagi hasil xxx
Cr. Utang xxx
Pada saat pembagian laba tersebut dibagikan
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx
Pada akhir periode, akun pendapatan yang belum dibagikan dan beban bagi hasil
ditutup. Jurnal:
Dr. Pendapatan belum dibagihasilkan xxx
Cr. Beban bagi hasil xxx
Jika pengelola mengakui adanya kerugian, jurnal penutup:
Dr. Pendapatan xxx
Dr. Kerugian yang belum dialokasikan xxx
Cr. Beban xxx

Untuk pengakuan pendisitribusian kerugian,Jurnal:


Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr Kerugian yang belum dialokasikan xxx
Pencatatan yang dilakukan pada akhir akad:
1. Apabila dana investasi yang diserahkan kas, jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx

2. Apabila dana investasi yang diserahkan berupa aset non-kas, dan diakhir akad
dikembalikan, jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Aset nonkas xxx
Jika aset harus dikembalikan, dan terjadi kerugian maka harus menyerahkan kas untuk
menutup kerugian. Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx

3. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset non-kas, dan diakhir akad
dikembalikan dalam bentuk kas, maka aset nonkas harus dilikuidasi/dijual terlebih
dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan aktiva didistribusikan pada setiap
mitra sesuai kesepakatan. Jika penjualan menghasilkan keuntungan:
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi Depresiasi xxx
Cr. Aset non kas xxx
Cr. Keuntungan xxx
Dr. Keuntungan xxx
Cr. Utang xxx
Jika penjualan tersebut menghasilkan kerugian, :
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi Depresiasi xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Aset non kas xxx
Dr. Piutang xxx
Cr. Kerugian xxx
4. Ketika Pelunasan, asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan dari penjualan aset non-
kas mengalami kerugian:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Piutang xxx
Ketika Pelunasan, asumsi ada penyisihan kerugian dan dari penjualan aset non-kas
mengalami kerugian:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas/Kewajiban xxx
Cr. Piutang xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx

Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah menurun (dengan pengembalian modal
mitra secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang
diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad ditambah dengan jumlah modal
syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada mitra pasif, dan dikurangi kerugian
(jika ada).

Penyajian
Pengelola menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah
dalam laporan keuangan:
a) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari mitra
pasif disajikan sebagai investasi musyarakah;
b) Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsur dana syirkah
temporer;
c) Selisih penilaian aset musyarakah, disajikan sebagai unsur ekuitas.

Pengungkapan
Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas,
pada:
a) Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil
usaha,aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain;
b) Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan
c) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syari’ah.

4. Kesimpulan
Pembahasan mengenai macam-macam syirkah, para ulama fiqih memberikan beberapa
macam syirkah, sebagian ulama ada yang memperoleh syirkah tertentu dan ada yang
melarang syirkah tertentu pula. Dan fuqaha Hanabilah membedakan menjadi lima macam
syirkah yaitu Syirkah al-’inan, syirkah al-mufawadhah, syirkah al-abdan dan syirkah al-
wujuh serta syirkah al-mudharabah dan yang terakhir menurur fuqaha Malikiyah dan
Syafi’iyah membedakanya menjadi empat jenis syirkah yaitu syirkahal-’inan, syirkah al-
mufawadhah, abdan dan wujuh. Mereka menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan
pihak ketiga keuntungan yang dihasilkan dibagi berdasarkan kesepakatan bersama. Syirkah
al-’inan adalah sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat
didalamnya adalah belum tentu sama baik dalam hal modal pekerjaan maupun dalam hal
keuntungan dan resiko kerugian.Syirkah al-mufawadhah adalah sebuah persekutuan dimana
posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat didalamya adalah sama baik dalam hal
modal keuntungan dan resiko kerugian. Syirkah al-mudharabah adalah persekutuan antara
pihak pemilik modal dengan pihak yang ahli dalam melakukan usaha, dimana pihak
pemodal menyediakan seluruh modal kerja.

Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang
dijalankan oleh pelaksana proyek. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka
waktu proyek harus diketahui bersama. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan
dalam akad. Setelah proyek selesai nasabah harus mengembalikan dana bersama bagi hasil
yang telah disepakati untuk bank.Pembiayaan invetasi, adalah untuk memenuhi kebutuhan
barang-barang modal serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. Pembiayaan
konsumtif, adalah pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang
akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Seperti yang kita ketahui bahwa transaksi syariah di Indonesia sudah banyak diminati
oleh masyarakat tetapi masih ada challenge-challenge yang harus dihadapi untuk
perkembangan akad syariah ini seperti masalah kepercayaan (Trust), sebagai sebuah
lembaga keuangan atau non keuangan syariah memberikan kepercayaan kepada masyarakat
bahwa akad syariah ini aman,nyaman, tidak ada bunga, tidak memberatkan, dan lain-
lain.Jadi tinggal dibenahi saja untuk masalah kepercayaan kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai