Anda di halaman 1dari 10

1.

Pendahuluan
Akuntansi syariah berlandaskan nilai Al-Qur’an dan Al-Hadis membantu
manusia untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan
pengakuan, pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban secara adil (Wiroso, 2011). Hak dan kewajiban itu timbul karena
manusia ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah. Sehingga
akuntansi sesungguhnya adalah alat pertanggungjawaban kepada Sang Pencipta dan
sesama makhluk, yang digunakan oleh manusia untuk mencapai kodratnya sebagai
khalifah.
Salah satu bahasan akuntansi syariah adalah akuntansi, Menurut pernyataan
standar akuntansi keuangan PSAK No. 109, Zakat ialah harta yang wajib dikeluarkan
oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya (mustahiq). Darisegi bahasa, zakat berarti tumbuh(numuw) dan
bertambah(ziyadah). Kata ini juga sering dikemukakan untuk makna thaharah(suci).
Allah SWT Berfirman “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu”.
(QS. As Syam:9).
Kedudukan kewajiban zakat dalam Islam sangat mendasar dan fundamental.
Begitu mendasar sehingga dalam Al-Quran seringkali kata zakatdipakai bersama
dengan kata shalat, yang menegaskan adanya kaitankomplementer antara ibadah sholat
dan zakat. Jika shalat berdimensi vertical ketuhanan perintah zakat dalam Al-Quran
seiring disertai dengan ancaman yang tegas, zakat berfungsi sebagai distributor aliran
kekayaan dari orang yang punya (Muzakki) kepada orang yang tidak punya (mustahiq).
Ini merupakan institusi resmi yang diarahkan untuk menciptakan pemerataan dan
keadilan bagi masyarakat, sehingga taraf kehidupan masyarakat dapat ditingkatkan.
Dalam Membantu menggerakkan dan mengarahkan kegiatan perekonomian
Negara, maka zakat perlu dikelola secara profesional karena melibatkan dana umat
yang peruntukannya sudah ditentukan. Salah satu contoh pengelolaan dana secara
profesional adalah bank syariah. Bank syariah sebagai salah satu lembaga highly
regulated memiliki keunggulan dalam hal pengelolaan dana dan penyaluran kepada
pihak yang membutuhkan. Dalam pelaksanaannya bank syariah dapat menerima dana
zakat dari masyarakat yang nantinya akan disalurkan langsung ke badan amil zakat.

2. Tinjauan Pustaka
a. Sumber : Beberapa artikel dan buku yang saya ambil sebagai referensi untuk
membuat tugas paper ini, yaitu:
1). BAZNAS – Pusat Kajian Strategis. “Kajian Penyusunan Pedoman Akuntansi dan
Keuangan Organisasi Pengelola Zakat”.2020
2). Khadaffi, Muammar dkk.. Akuntansi Syariah: Meletakkan Nilai-nilai Syariah Islam
dalam Ilmu Akuntansi. 2014
3). Sofyan Safri Harahap dkk.. Akuntansi Perbankan Syariah. 2010

b. Peraturan
1). Al-Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan
benar….” (Q.S 2:282)
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu….(Q.S 5:1)
"Sungguh zakat itu hanya untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, orang
yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk
(membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang
dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah maha mengetahui, maha
bijaksana." (Q.S. 9:60)

2). PSAK109 Tentang Akuntansi ZIS


Di Indonesia peraturan akuntansi keuangan syariah diatur dalam Standar Akutansi
Syariah (SAS) dalam bentuk Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK). PSAK
yang berkaitan dengan syariah diatur dalam PSAK 100 sampai dengan PSAK 112.
Dengan berkaitan materi yang akan dibahas mengenai akuntansi zakat, saya mengambil
PSAK 109 tentang akuntansi zakat sebagai aturan bagaimana perlakuan akuntansi zakat
di Indonesia.PSAK 109 tentang akuntansi zakat bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan terkait zakat.

3. Pembahasan
A. Definisi
1) Zakat adalah Harta wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahik)
2) Dana zakat adalah dana yang berasal dari penerimaan zakat
3) Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat.
4) Muzakki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat
5) Nishab adalah batas minimum harta yang wajib dikeluarkan zakatnya.

B. Penjelasan
1) Zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh muzakki kepada
mustahik, baik melalui amil maupun secara langsung. Ketentuan zakat mengatur mengenai
persyaratan nishab, haul periodeik maupun tidak periodik, tarif zakat (qadar), dan
peruntukannya.
2) Zakat meliputi zakat maal dan zakat fitrah
3) Zakat Maal
Zakat mal merupakan zakat atas harta yang dimiliki oleh muzaki perseorangan atau badan
usaha yang meliputi48 :
a. Emas, perak, dan logam mulia lainnya.
Nishab zakat emas dan logam mulia adalah 85 gram emas, sedang untuk nishab zakat perak
sebesar 595 gram perak. Tarif zakat emas, perak dan logam mulai 2,5% dan berlaku haul.
b. Uang dan surat berharga lainnya.
Nishab zakat uang dan surat berharga adalah senilai 85 gram emas dengan tarif 2,5% dan
berlaku haul
c. Perniagaan.
Nishab zakat perdagangan 85 gram emas, tarif 2,5% dan berlaku haul. Zakat perniagaan
dihitung dari aset lancar dikurangi dengan kewajiban lancar.
d. Pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
Nishab zakat pertanian, perkebunan, dan kehutanan adalah senilai 653 kg gabah dan/atau
524 kg beras dengan tarif 10% jika tadah hujan atau 5% jika menggunakan irigasi dan
perawatan lainnya dan dikeluarkan pada saat panen.
e. Peternakan dan perikanan
Zakat peternakan dikenakan pada hewan ternak yang digembalakan di tempat
penggembalaan umum, sedang hewan ternak dipelihara di dalam kandang
dikategorikan sebagai zakat perniagaan. Zakat hewan ternak meliputi unta, sapi/kerbau,
kuda dan kambing dengan ketentuan nishab dan tariff sebagai berikut:
Tabel 1. Takaran Zakat Unta
Jumlah Nilai
Zakat
5 – 24 Satu ekor kambing untuk setiap lima unta, mulai dari satu
sampai empat.
25 – 35 1 Bintu Makhadh (Unta betina yang usianya memasuki
tahun kedua)
36 – 45 1 Bintu Labun (Unta betina yang usianya memasuki tahun
ketiga)
46 – 60 1 Haqqah (Unta betina yang usianya memasuki tahun
keempat)
61 – 75 1 Jadza’ah (Unta betina yang usianya memasuki tahun
kelima)
76 – 90 2 Bintu Labun
Tabel 2. Takaran Zakat Sapi/Kerbau
Jumlah Nilai
Zakat
30 – 39 1 Tabi’, yaitu yang berusia 1 tahun
40 – 59 1 Musinnah, yaitu yang berusia dua tahun
60 – 69 2 Tabi’
70 – 79 1 Musinnah + 1 Tabi’
80 – 89 2 Musinnah
90 – 99 3 Tabi’

Tabel 3. Zakat Domba/Kambing


Jumlah Nilai
Zakat
40 – 120 Satu ekor kambing
121 – 200 Dua ekor kambing
201 – 299 Tiga ekor kambing
Setiap bertambah 100 Satu ekor kambing

Hasil perikanan yang dikenakan zakat mencakup hasil budidaya dan hasil tangkapan ikan.
Nishab zakat perikanan adalah senilai 85 gram emas dengan tariff 2,5% dan ditunaikan
pada saat panen.
f. Pertambangan
Nishab zakat pertambangan adalah senilai 85 gram emas dengan tariff 2,5% dan ditunaikan
saat mencapai haul.
g. Perindustrian
Ketentuan dan perhitungan zakat perindustrian mengikuti zakat perniagaan.
h. Pendapatan dan jasa
Nishab zakat pendapatan dan jasa dapat mengacu pada nishab zakat emas senilai 85 gram
emas atau zakat pertanian senilai 653 kg gabah dengan tariff 2,5%.
i. Rikaz.
Zakat rikaz tidak berlaku nishab dan tarifnya 1/5 atau 20% serta ditunaikan pada saat
diperoleh.
4) Zakat Fitrah
Zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk beras atau makanan pokok seberat 2,5 kg atau 3,5 liter
per jiwa. Kualitas beras atau makanan pokok yang dizakatkan sesuai dengan kualitas beras
atau makanan pokok yang dikonsumsi sehari-hari. Beras atau makanan pokok dapat diganti
dalam bentuk uang senilai 2,5 kg atau 3,5 liter beras. Zakat fitrah ditunaikan sejak awal
Ramadhan dan paling lambat sebelum pelaksanaan Shalat Idul Fitri.
5) Mustahik terdiri dari49:
a. Fakir
b. Miskin
c. Amil
d. Muallaf
e. Riqab
f. Gharim
g. Fisabilillah
h. Ibnu sabil
6) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir
miskin dan peningkatan kualitas umat. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif
dilakukan dengan syarat50:
a. apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi;
b. memenuhi ketentuan syariah;
c. menghasilkan nilai tambah ekonomi untuk mustahik; dan
d. mustahik berdomisili di wilayah kerja lembaga pengelola zakat.
7) Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada OPZ dapat dikurangkan dari penghasilan
kena pajak.

C. Perlakuan Akuntansi Pengukuran dan Pengakuan Penerimaan Zakat


1) Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset nonkas diterima.
2) Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat sebesar :
a. Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas
b. Nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas
3) Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar. Jika harga
pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai
dengan SAK yang relevan.
4) Jika muzaki menentukan mustahik yang menerima penyaluran zakat melalui amil,
maka tidak ada bagian amil atas zakat yang diterima. Amil dapat memperoleh ujrah atas
kegiatan penyaluran tersebut. Ujrah ini berasal dari muzaki, di luar dana zakat. Ujrah
tersebut diakui sebagai penambah dana amil.
5) Jika terjadi penurunan nilai aset zakat nonkas, maka jumlah kerugian yang ditanggung
diperlakukan sebagai pengurang dana zakat atau pengurang dana amil bergantung pada
penyebab kerugian tersebut.
6) Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai :
a. Pengurang dana zakat, jika tidak disebabkan oleh kelalaian amil
b. Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.
Penyaluran Zakat
1) Zakat yang disalurkan kepada mustahik, termasuk amil, diakui sebagai pengurang dana
zakat sebesar :
a. Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas
b. Jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset nonkas
2) Efektifitas dan efisiensi pengelolaan zakat bergantung pada profesionalisme amil.
Dalam konteks ini, amil berhak mengambil bagian dari zakat untuk menutup biaya
operasional dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai dengan kaidah atau prinsip
syariah dan tata kelola organisasi yang baik.
3) Penentuan jumlah atau presentase bagian untuk masing-masing mustahik ditentukan
oleh amil sesuai dengan prinsip syariah, kewajaran, etika, dan ketentuan yang berlaku yang
dituangkan dalam bentuk kebijakan amil.
4) Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari porsi amil. Amil
dimungkinkan untuk meminjam dana zakat dalam rangka menghimpun zakat. Pinjaman ini
sifatnya jangka pendek dan tidak boleh melebihi satu periode (haul).
5) Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui sebagai penambah dana amil
6) Zakat telah disalurkan kepada mustahik nonamil jika sudah diterima oleh mustahik
nonamil tersebut. Zakat yang disalurkan melalui amil lain, tetapi belum diterima oleh
mustahik nonamil, belum memenuhi pengertian zakat telah disalurkan. Amil tersebut tidak
berhak mengambil bagian dari dana zakat, namun dapat memperoleh ujrah dari amil
sebelumnya. Dalam keadaan tersebut, zakat yang disalurkan diakui sebagai piutang
penyaluran, sedangkan bagi amil yang menerima diakui sebagai liabilitas penyaluran.
Piutang penyaluran dan liabilitas penyaluran tersebut akan berkurang ketika zakat
disalurkan secara langsung kepada mustahik nonamil.
7) Dana zakat yang diserahkan kepada mustahik nonamil dengan keharusan untuk
mengembalikanya kepada amil, belum diakui sebagai penyaluran.
8) Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap (aset kelolaan), misalnya
rumah sakit, sekolah, mobil ambulan, dan fasilitas umum lain, diakui sebagai:
a. Penyaluran zakat seluruhnya jika aset tersebut diserahkan untuk dikelola kepada pihak
lain yang tidak dikendalikan amil.
b. Penyaluran secara bertahap jika aset tetap tersebut masih dalam pengendalian amil atau
pihak lain yang dikendalikan amil. Penyaluran secara bertahap diukur sebesar penyusutan
aset tetap tersebut sesuai dengan pola pemanfaatannya.
Penyajian
1) Saldo dana zakat disajikan secara terpisah dengan dana lainnya pada komponen saldo
dana
2) Zakat yang diterima dalam bentuk aset nonkas disajikan dalam kelompok aset lancar
jika OPZ berkewajiban untuk menyalurkannya secara langsung, dan disajikan kedalam
kelompok aset tidak lancar jika aset nonkas tersebut dikelola oleh OPZ.
3) Zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap yang dikelola oleh OPZ
disajikan kedalam kelompok aset tidak lancar.
4) Zakat yang diserahkan kepada mustahik nonamil dengan keharusan untuk
mengembalikanya kepada amil, disajikan sebagai piutang bergulir.
5) Zakat yang disalurkan melalui amil lain disajikan sebagai piutang penyaluran sampai
amil lain melaporkan program penyalurannya.

D. Ilustrasi Jurnal
1) Pada saat OPZ menerima pembayaran zakat tunai
Db. Kas/bank
Kr. Penerimaan Zakat
2) Pada saat OPZ menerima pembayaran zakat nonkas
Db. Persediaan Zakat
Kr. Penerimaan Zakat
3) Pada saat aset nonkas zakat mengalami penurunan karena bukan kelalaian OPZ Db.
Penurunan Aset Zakat
Kr. Persediaan Zakat
4) Pada saat penyaluran zakat tunai Db. Penyaluran Zakat
Kr. Kas/bank
5) Pada saat penyaluran melalui amil lain Db. Piutang Penyaluran Zakat
Kr. Kas/bank
6) Pada saat amil lain melaporkan program penyaluran Db. Penyaluran Zakat
Kr. Piutang Penyaluran Zakat
7) Pada saat penyaluran dengan keharusan pengembalian Db. Piutang bergulir
Kr. Kas/bank
8) Pada saat penyaluran zakat untuk pembelian aset kelolaan Db. Aset Kelolaan Zakat
Kr. Kas/bank
9) Pada saat penyusutan aset kelolaan zakat
Db. Penyaluran Zakat – Beban Penyusutan Aset Kelolaan Zakat Kr. Akumulasi
Penyusutan Aset Kelolaan Zakat

E. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain :
1) Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran zakat dan
mustahik nonamil
2) Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahik nonamil, seperti persentase
pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan.
3) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset
nonkas.
4) Rincian jumlah penyaluran dana zakat untuk masing-masing mustahik
5) Penggunaan dana zakat dalam bentuk aset kelolaan yang masih dikendalikan oleh amil
atau pihak lain yang dikendalikan amil, jika ada, diungkapkan jumlah dan persentase
terhadap seluruh penyaluran dana zakat serta alasannya
6) Hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dan mustahik yang meliputi :
a. Sifat hubungan
b. Jumlah dan jenis aset yang disalurkan
c. Presentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran zakat selama
periode.
F. Contoh Transaksi
Berikut ini adalah contoh transaksi dan jurnal transaksi zakat pada OPZ :
1) Menerima pembayaran zakat dari muzakki secara tunai sebesar Rp 25.000.000 Jurnal
transaksi :
Tgl Akun D K
Kas/bank 25.000
Penerimaan Zakat 25.000

2) Penerimaan zakat fitrah berupa beras seberat 1 ton, dengan nilai wajar Rp 12.000.000
(1 kg = Rp 12.000) Jurnal transaksi :
Tgl Akun D K
Persediaan Zakat Fitrah 12.000
Penerimaan Zakat 12.000
3) Sebelum disalurkan persediaan zakat mengalami penurunan nilai yang bukan karena
kelalaian amil sebesar Rp 500.000. Jurnal transaksi :
Tgl Akun D K
Penurunan Nilai – Penyaluran Dana Zakat 500
Persediaan Zakat 5.000

4) Seluruh persediaan zakat fitrah disalurkan kepada fakir miskin Jurnal transaksi :
Tgl Akun D K
Penyaluran Zakat – Fakir Miskin 11.500
Persediaan Zakat 11.500

5) Penyaluran zakat melalui OPZ lain untuk program muallaf sebesar Rp 5.000.000 Jurnal
transaksi :
Tgl Akun D K
Piutang Penyaluran 5.000
Kas/bank 5.000

6) Menerima laporan penyaluran zakat dari OPZ lain sebesar Rp 5.000.000 Jurnal
transaksi :
Tgl Akun D K
Penyaluran Zakat - Muallaf 5.000
Piutang Penyaluran 5.000

7) Menyalurkan zakat untuk program dana bergulir untuk fakir miskin sebesar Rp
2.500.000 Jurnal transaksi :
Tgl Akun D K
Piutang Bergulir 5.000
Kas/bank 5.000

8) Menyalurkan zakat untuk pembelian aset kelolaan berupa kendaraan Rp 50.000.000


Jurnal transaksi :
Tgl Akun D K
Aset Kelolaan - kendaraan 50.000
Kas/bank 50.000
4. Kesimpulan
Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No. 109, Zakat ialah harta yang
wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada
yang berhak menerimanya (mustahiq). Darisegi bahasa, zakat berarti tumbuh(numuw) dan
bertambah(ziyadah). Kata ini juga sering dikemukakan untuk makna thaharah(suci). Allah
SWT Berfirman “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu”. (QS. As
Syam:9).
Ketentuan zakat mengatur mengenai persyaratan nishab, haul periodeik maupun tidak
periodik, tarif zakat (qadar), dan peruntukannya. Zakat terbagi atas zakat mal dan zakat
fitrah. Zakat mal merupakan zakat atas harta yang dimiliki oleh muzaki perseorangan atau
badan usaha seperti emas, perak, barang perniagaan, perkebunan, perternakan dan lainnya.
Sedangkan zakat fitrah adalah Zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk beras atau makanan
pokok seberat 2,5 kg atau 3,5 liter per jiwa.

Zakat adalah instrumen penting untuk keadilan sosial karena mengarah pada peningkatan
kemakmuran di suatu Negara. Seperti pada bahasan sebelumnya bahwa Penerima zakat
telah diklasifikasikan ke dalam kategori (ashnaf). Kelompok ini didasarkan pada Surah al-
Taubah: 60. Penerima zakat ini adalah orang miskin (fuqara), yang membutuhkan
(masakin), pemungut zakat (amilin), mereka yang baru masuk Islam (muallaf), tebusan
budak (riqab), para debitur (al‐ gharimin), di jalan Allah (fi sabilillah), dan para musafir
(ibnu sabil)

Masih ada challenge yang harus dihadapi untuk perkembangan syariah ini baik
akuntansi,ekonomi maupun akad seperti masalah kepercayaan (Trust), sebagai sebuah
lembaga keuangan atau non keuangan syariah memberikan kepercayaan kepada masyarakat
bahwa akad syariah ini aman,nyaman, jujur, tidak memberatkan,tidak curang,amanah dan
lain-lain.Jadi tinggal dibenahi saja untuk masalah kepercayaan kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai