Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI IJARAH

1. Pendahuluan
Akuntansi syariah berlandaskan nilai Al-Qur’an dan Al-Hadis membantu
manusia untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan
pengakuan, pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban secara adil (Wiroso, 2011). Hak dan kewajiban itu timbul karena
manusia ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah. Sehingga
akuntansi sesungguhnya adalah alat pertanggungjawaban kepada Sang Pencipta dan
sesama makhluk, yang digunakan oleh manusia untuk mencapai kodratnya sebagai
khalifah.
Bentuk-bentuk akad dalam bermuamalah ada 2 yaitu Akad tabarru’ dan akad
tijarah, pada pembahasan kali ini, akan membahas akad ijarah. Akad ijarah masuk
kedalam akad tijarah untuk NCC (Natural Certainty Contract). Salah satu kegiatan
penyaluran dana Bank Syariah kepada masyarakat, yakni dengan prinsip sewa yang
terbagi atas Ijaroh dan Ijaroh Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) yang mungkin masih
belum dikenal dan diketahui secara jelas oleh masyarakat di Indonesia, sekalipun para
umat muslim.
Semakin diminati dan semakin dibutuhkannya peranan Bank Syariah di
Indonesia, secara tidak langusng diperlukan adanya dasar dan pedoman terhadap
penilaian, perhitungan, dan pengungkapan transaksi-transaksi yang terjadi pada Bank
Syariah. Hal inilah yang mendorong dikeluarkannya PSAK 107 yang mengatur
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi ijarah. Ijarah adalah
akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan. Aset ijarah adalah aset baik
berwujud maupun tidak berwujud, yang atas manfaatnya disewakan.
Pembiayaan sewa ini dirasa cukup menguntungkan karena biaya yang
dikeluarkan lebih efisien dibanding ongkos pembelian barang, karena yang dibutuhkan
konsumen hanyalah manfaat barang saja. Sebagai misal, dalam sebuah perusahaan
konstruksi bangunan, perusahaan biasanya lebih senang melakukan pembiayaan sewa
untuk keperluan sewa excavator, truk semen dan sebagainya, dibandingkan dengan
membeli secara langsung. Islam, transaksi model sewa menyewa ini disebut dengan
ijarah. Perbincangan mengenai pembiayaan sewa sebenarnya dapat ditemukan dengan
mudah dalam literatur-literatur fikih klasik, namun masih dalam tataran konsep
sederhana.

2. Tinjauan Pustaka
a. Sumber : Beberapa artikel dan buku yang saya ambil sebagai referensi untuk
membuat tugas paper ini, yaitu:
1). Khadaffi, Muammar dkk.. Akuntansi Syariah: Meletakkan Nilai-nilai Syariah Islam
dalam Ilmu Akuntansi. 2014
2). Sofyan Safri Harahap dkk.. Akuntansi Perbankan Syariah. 2010

b. Peraturan
1). Al-Qur’an
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan
antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah
menggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian
mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik
dari apa yang mereka kumpulkan“. (Q.S. Az-Zukhruf:32)
2). Hadits
Rasulullah SAW. bersabda: “Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu
upahnya kepada tukang bekam itu.“ (HR. Bukhari dan Muslim)

Sa’ad bin Abi Waqqash mangatakan, “Dahulu kami menyewa tanah dengan (jalan
membayar dari) tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami cara seperti
itu dan memerintahkan kepada kami agar membayarnya dengan emas atau perak.“
(HR. Imam An-Nasa’i)

3). PSAK 107 Tentang Akuntansi Ijarah


Di Indonesia peraturan akuntansi keuangan syariah diatur dalam Standar Akutansi
Syariah (SAS) dalam bentuk Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK). PSAK yang
berkaitan dengan syariah diatur dalam PSAK 100 sampai dengan PSAK 112. Dengan
berkaitan materi yang akan dibahas mengenai akuntansi ijarah, saya mengambil PSAK 107
tentang akuntansi ijarah sebagai aturan bagaimana perlakuan akuntansi ijarah di
Indonesia.PSAK 107 tentang akuntansi ijarah bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan terkait transaksi yang menggunakan akad ijarah.

3. Pembahasan
Overview Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT)
Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) merupakan transaksi sewa-menyewa
yang diperbolehkan oleh Syariah. Akad Ijarah merupakan akad yang memfasilitasi transaksi
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa atau upah tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang. Adapun akad
IMBT memfasilitasi transaksi ijarah, yang pada akhir masa sewa, penyewa diberi hak pilih
untuk memiliki barang yang di sewa dengan cara yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Akad ijarah dalam suatu lembaga keuangan syariah dapat digunakan untuk transaksi
penyewaan suatu barang maupun penggunaan suatu jasa yang dibutuhkan oleh nasabah.
Bagi bank syariah transaksi ini memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan
dengan jenis akad lainnya, yaitu:
1. Dibandingkan dengan akad murabahah akad tijarah lebih fleksibel dalam hal objek
transaksi pada akad murabahah objek transaksi haruslah berupa barang sedangkan pada
akad tijarah objek transaksi dapat berupa jasa seperti jasa kesehatan pendidikan
Ketenagakerjaan pariwisata dan lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah
2. dibandingkan dengan investasi akad ijarah mengandung risiko usaha yang lebih rendah
yaitu adanya pendapatan ijarah yang relatif tetap.
Ketentuan syar’i transaksi ijarah juga telah diatur dalam fatwa DSN Nomor 09 Tahun
2000, untuk transaksi ijarah dalam bidang jasa diatur dalam fatwa DSN Nomor 44 tahun 2004,
dan ketentuan syar’i IMBT diatur dalam fatwa DSN Nomor 27 Tahun 2000. Secara detil fatwa
DSN tentang ijarah dan IMBT dibahas salam rukun transaksi ijarah dibawah ini:
a. Pelaku, yang terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa/lessor/mu’jir dan
penyewa/pengguna jasa/lessee/musta’jir. Nasabah sebagai penyewa dan Bank sebagai
pemberi sewa harus lah sudah akil baligh dan memiliki kemampuan yang optimal,
seperti tidak gila ataupun tidak sedang dipaksa. Dengan kewajiban penyewa:
- Membayar sewa dan menjaga keutuhan aset serta menggunakannya sesuai
kontrak
- Menanggung biaya pemeliharaan
- Bertanggungjawab apabila terjadinya kerusakan
b. Objek akad ijaroh, berupa manfaat aset/ma’jur dan pembayaran sewa atau manfaat jasa
dan pembayaran upah. Dibawah ini adalah ketentuan dari objek ijarah:
- Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang atau jasa
- Manfaat barang harus bisa dinilai dan dilaksanakan dalam kontrak
- Fasilitasnya diperbolehkan
- Kesanggupan memenuhi manfaat dan sesuai dengan syariat
- Manfaat harus dikenali secara spesifik agar tidak mendatangkan perkara
c. Ijab kabul/serah terima.
Alur Transaksi Ijarah dan IMBT
Pertama, nama nasabah mengajukan permohonan ijarah dengan mengisi formulir
permohonan. Berbagai informasi yang diberikan selanjutnya di verifikasi kebenarannya dan
dianalisis kelayakannya oleh bank syariah. Bagi nasabah yang dianggap layak, selanjutnya
diadakan perikatan dalam bentuk penandatanganan kontrak ijarah atau IMBT.
Kedua, sebagaimana difatwakan oleh DSN, Bank selanjutnya menyediakan objek sewa
yang akan digunakan oleh kepada nasabah. Bank dapat mewakilkan kepada nasabah untuk
mencarikan barang atau jasa yang akan disewakan nasabah untuk selanjutnya dibeli atau di
bayar oleh bank syariah.
Ketiga, nasabah menggunakan barang atau jasa yang disewakan sebagaimana yang
telah disepakati dalam kontrak. Selama penggunaan objek sewa, nasabah menjaga dan
menanggung biaya pemeliharaan barang yang di sewa sesuai kesepakatan. Sekiranya terjadi
kerusakan bukan karena kesalahan penyewa, maka Bank Syariah sebagai pemberi sewa akan
menanggung biaya perbaikannya.
Keempat, nasabah penyewa membayar fee sewa kepada bank syariah Sesuai dengan
kesepakatan akad sewa.
Kelima, pada transaksi IMBT, setelah masa ijarah selesai, bank sebagai pemilik barang
apat melakukan pengalihan hak milik kepada penyewa.
Cakupan Standar Akuntansi Ijarah dan IMBT
Transaksi ijarah, selain didasari oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah, pada bidan akuntansi
juga sudah diatur dalam PSAK. Standar akuntansi tentang ijarah mengacu pada PSAK 107
tentang Akuntansi Ijarah yang mulai berlaku secara efektif per 1 Januari 2008. PSAK 107
menggantikan PSAK 59 yang menyangkut tentang pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan transaksi ijarah. Cakupan di dalam PSAK 107 meliputi: pengakuan dan
pengukuran objek ijarah, pendapatan ijarah dan IMBT, piutang pendapatan Ijarah dan IMBT,
biaya perbaikan yang dikeluarakan, perpindahan hak milik objek sewa, terjadinya penurunan
nilai objek sewa secara permanen. Dalam kasus akad ijarah, bank syariah dapat bertindak
sebagai pemilik objek sewa maupun penyewa. Disamping itu, standar PSAK 107 ini dapat pula
diterapkan pada entitas lain yang melakukan transaksi ijarah.

Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi Ijarah bagi Bank Syariah


Pembahasan teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi ijarah akan mengacu pada kasus
berikut:
Harga perolehan barang dalam hal ini merupakan nilai historis yang dikeluarkan oleh bank
syariah untuk memperoleh barang yang akan disewakan. Umur ekonomus dihtung berdasarkan
standar yang umum diterapkan terhadap kebijakan penyusutan suatu asset.Adapun nilai sisa
adalah perkiraan nilai asset setelah habisnya umur ekonomis. Masa sewa ditentukan oleh
kebutuhan nasabah dalam menggunakan fasilitas yang akan disewa. Sewa per bulan dihitung
dengan mempertimbangkan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh bank syariah.
 Teknis Perhitungan Transaksi Ijarah
Beberapa hal yang perlu dilakukan terhadap perhitungan terkait transaksi ijarah adalah
perhitungan penentuan keuntungan dan fee ijarah, perhitungan uang muka sewa, dan biaya
administrasi ijarah.
 Perhitungan Penyusutan dan Pendapatan Ijarah
Misalkan kebijakan bank syariah adalah memperoleh keuntungan 20% dari modal
penyewaan
( beban penyusutan ).
Penyusutan per bulan = Harga Perolehan – Nilai Sisa
Jumlah Bulan Umur Ekonomis
Rp120.000.000  Rp0
 Rp 2.000.000
Penyusutan pe bulan = 60
Pendapatan ijarah pe bulan = Modal penyewaan + n% modal penyewaan
= Rp 2.000.000 + (20% x 2.000.000)
= Rp 2.400.000
Dalam praktik, mengingatkan sewa dilakukan lebih dari satu tahun, penentuan
sewa dapat menggunakan table anuitas.Akan tetapi, setelah dihitung nilai nominalnya,
angka tersebut harus bersifat tetap selama kontrak sewa. Pertimbangan lain dalam
penentuan sewa adalah (1) risiko kerusakan yang menjadi tanggungan bank syariah,
(2) kemampuan nasabah, dan (3) opportunity cost nasabah sekiranya ada alternative
skema lain yang memungkinkan untuk dipilih oleh nasabah, baik dari bank syariah
yang sama, maupun dengan bank lain untuk kebutuhan tujuan yang sama.
 Perhitungan Biaya Administrasi Ijarah
Biaya administrasi bisa diterakan dengan menggunakan presentase tertentu dari modal
yang digunakan untuk perseewaan.Misalkan dalam kasus diatas, bank syariah
menggunakan kebijakan 1% dari modal persewaan.Maka biaya administrasinya
adalah sebagai berikut.
Biaya administrasi ijarah = n% x modal persewaan per bulan x jumlah bulan
= 1% x RP 2.000.000 x 24
= 1% x Rp 48.000.000
= Rp 480.000
 Penjurnalan Transaksi Ijarah
 Transaksi Pengadaan Aset Ijarah
Sebelum akad ijarah dilakukan, bank syariah telebih dahulu melakukan
pengadaan asset iajrah .berdasarkan PSAK nomor 107 disebutkan bahwa objek ijarah
diakui pada saat objek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan.
Misalkan untuk keperluan transaksi ijarah PT Iwang di atas, pada tanggal 5 Juni 20XA
Bank Syariah membeli asset kepada perusahaan yang menyuplai barng yang diperlukan.
Pembelian dilakukan via rekening pemasok tersebut.Jurnal terhadap transaksi tersebut
adalah sebagai berikut.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
05/06/XA Db. Persediaan ijarah 120.000.000
Kr. Kas/ Rekening pemasok 120.000.000

 Transaksi pada Saat Akad Disepakati


Pada saat akad disepakati, terdapat beberapa transaksi yang harus diakui oleh bank
syariah.Transaksi tersebut adalah (1) konversi persediaan ijarah menajadi asset, sebaga
bentuk pengakuan atas adanya pengalihan hak guna kepada penyewa, dan (2) penerimaan
biaya administrasi.
Misalkan pada tanggal 10 juni, PT Iwang menandatangani akad ijarah atas sebuah
mobil. Maka jurnal yang diperlukan pada waktu itu adalah :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
10/06/XA Db. Aset yang diperoleh untuk ijarah 120.000.000
Kr. Persediaan ijarah 120.000.000
10/06/XA Db. Rekening nasabah – PT Iwang 480.000
Kr. Pendapatan administrasi 480.000

 Transaksi Pengakuan Penerimaan Pendapatan Ijarah


Berdasarakan PSAK 107 pendapatan ijarah selama masa akad diakui pada saat
manfaat atas asset telah diserahkan kepada penyewa.Piutang pendapatan ijarah diukur
sebesar nilah yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan.
Misalkan rencana dan realisasi pembayaran sewa oleh PT Iwang adalah sebagai
berikut:
No. Tanggal Jatuh Sewa per Porsi Porsi Ujrah Tanggal Jumlah
Tempo bulan (Rp) Pokok (Rp) (Rp) Pembayara dibayar
n
1 10 Juli XA 2.400.000 2.000.000 400.000 10 Juli XA 2.400.000
2 10 Agt XA 2.400.000 2.000.000 400.000 10 Agt XA 2.400.000
3 10 Sept XA 2.400.000 2.000.000 400.000 10 Sept XA 2.400.000
4 10 Okt XA 2.400.000 2.000.000 400.000 10 Okt XA 2.400.000
5 10 Nov XA 2.400.000 2.000.000 400.000 5 Des XA 2.400.000
6 10 Des XA 2.400.000 2.000.000 400.000 10 Des XA 1.400.000
3 Jan XA 1.000.000
Pembayaran yang dilakukan oleh PT Iwang diatas dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk,
Pertama, pembayaran pada saat tanggal jatuh tempo seperti pada pembayaran bulan Juli sampai
dengan bulan Oktober.Kedua, pembayaran setelah jatuh tempo seperti pada pembayaran untuk
bulan November.Ketiga pembayaran yang dilakukan sebagian pada saat jatuh tempo dan
sisanya setelah tanggal jatuh tempo seperti pada pembayaran untuk bulan Desember. Berikut
akan ditunjukkan penjurnalan untuk masing-,asing klasifikasi tersebut.
(i) Pembayaran sewa oleh nasaba dilakukan saat jatuh tempo

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


10/7/XA Db. Kas/ rekening nasabah 2.400.000
Kr. Pendapatan ijarah 2.400.000
10/8/XA Db. Kas/ rekening nasabah 2.400.000
Kr. Pendapatan ijarah 2.400.000
10/9/XA Db. Kas/ rekening nasabah 2.400.000
Kr. Pendapatan ijarah 2.400.000
10/10/XA Db. Kas/ rekening nasabah 2.400.000
Kr. Pendapatan ijarah 2.400.000

(ii) Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan setelah tanggal jatuh tempo
Misalkan untuk pembayaran sewa bula November, pada tanggal 10 November
20XA, nasabah belum membayar sewa kepada bank.Pembayaran baru
dilakukan pada tanggal 5 Desember 20XA. Maka jurnal transaksi tanggal 10
November dan 5 Desember tersebut ialah :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
10/11/XA Db. Piutang sewa (porsi pojok) 2.000.000
Db. Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah) 400.000
Kr. Pendapatan ijarah – akrual 2.400.000
05/12/XA Db. Kas/ rekening nasabah 2.400.000
Kr. Piutang sewa (porsi pokok) 2.000.000
Kr. Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah) 400.000
Db. Pendapatan ijarah – akrual 2.400.000
Kr. Pendapatan ijarah 2.400.000
Penambahan istilah akrual pada pendapatan ijarah akrual adalah untuk
keperluan praktis membedakannya dengan pendapatan yang telah berwujud
kas.Pembedaan ini dipandang perlu untuk keperluan bagi hasil, yang mana
pendapatan yang belum berwujud kas tidak diikutsertakan dalam perhitungan
bagi hasil.
(iii) Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan sebagian pada saat jatuh tempo
dan sebagian lagi setelah tanggal jatuh tempo
Misalkan tanggal 10 Desember 20XA, nasabah membayar sebesar Rp 1.400.000.
sisanya dibayar kemudian pada tanggal 3 Januari 20XB, Maka jurnal atas
transaksi tanggal 10 Desember 20XA dan 3 Januari 20XB tersebut adalah
sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit


(Rp)
10/12/XA Db. Kas/rekening nasabah 1.400.000
Db. Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah)* 166.667
Db. Piutang sewa (porsi pokok)** 833.333
Kr. Pendapatan ijarah 1.400.000
Kr. Pendapatan ijarah – akrual 1.000.000
*(Rp1.000.000/Rp2.400.000)xRp400.000=Rp166.667
**Rp1.000.000-Rp166.667=Rp833.333
03/01/XB Db. Kas/rekening nasabah 1.000.000
Kr. Piutang sewa (porsi pokok) 833.333
Kr. Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah) 166.667
Db. Pendapatan ijarah – akrual 1.000.000
Kr. Pendapatan ijarah 1.000.000

 Pengajuan Penyusuta Aset yang Diperoleh untuk Ijarah


Berdasarkan PSAK 107, objek ijarah, jika berupa asset yang dapat disusutkan atau
diamortisasi, sesuai dengan kebijakan penyusutan atau penyusutan untuk asset sejenis
selama umur manfaatnya ( umur ekonomis ). Dalam hal ini, penyusutan asset ijarah,
dapat diakui setiap bulan ketika pendapatan diakaui.Pengakuan penyusutan
mengakibatkan meningkatnya rekening beban penyusutan dan rekening akumulasi
penyusutan.
Dengan menggunakan teknik perhitungan penyusutan yang telah dibahas pada sub-
bab perhitungan penyusutan dan pendapatan ijarah, jurnal untuk pengakuan penyusutan
asset yang diperoleh ijarah untuk enam bulan pertama adalah sebagai berikut :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
10/07/XA Db. Beban penyusutan asset ijarah 2.000.000
Kr. Akumulasi penyusutan asset ijarah 2.000.000
10/08/XA Db. Beban penyusutan asset ijarah 2.000.000
Kr. Akumulasi penyusutan asset ijarah 2.000.000
10/09/XA Db. Beban penyusutan asset ijarah 2.000.000
Kr. Akumulasi penyusutan asset ijarah 2.000.000
10/10/XA Db. Beban penyusutan asset ijarah 2.000.000
Kr. Akumulasi penyusutan asset ijarah 2.000.000
10/11/XA Db. Beban penyusutan asset ijarah 2.000.000
Kr. Akumulasi penyusutan asset ijarah 2.000.000
10/12/XA Db. Beban penyusutan asset ijarah 2.000.000
Kr. Akumulasi penyusutan asset ijarah 2.000.000

Perlakuan Akuntansi Bebas Perbaikan dan Pemeliharaan


Berdasarkan PSAK 107, biaya perbaikan objek ijarah merupakan tanggungan pemilik.
Perbaikan tersebut dapat dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa
atas persetujuan pemilik. Pengakuan biaya perbaikan objek ijarah adalah sebagai berikut :
(a) Biaya perbaikan tidak rutin objek ijarah diakui pada saat terjadinya;
(b) Jika penyewa melakukan perbaikan rutin obejk ijarah dengan persetujuan pemilik,
maka biaya tersebut dibebankan kepada pemlik dan diakui sebagai beban pada saat
terjadinya dan;
(c) Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya perbaikan
obejk ijarah ang dimaksud dalam huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik maupun
oenyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing atas objek ijarah.
Misalkan pada tanggal 23 Desember 20XA dilakukan perbaikan asset ijarah sebesar Rp
500.000 . Perbaikan tersebut dilakukan atas tanggungan bank syariah sebagai pemilik objek
sewa dengan sistem pembayaran langsung pada perusahaan jasa ruko maka jurnal atas
transaksi tersebut adalah :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
23/12/XA Db. Beban perbaikan asset ijarah 500.000
Kr. Kas/ Rekening nasabah 500.000

Penyajian pada Laporan Laba Rugi dan Laporan Perhitungan Bagi Hasil
Pendapatan ijarah dilaporkan, baik pada laporan laba rugi maupun laporan perhitungan bagi
hasil. Pada kedua laporan, pendapatan yang disajikan adalah pendapatan bersih, yaitu
pendapatan ijarah dikurangi dengan beban-beban yang terkait dengan ijarah, antara lain beban
penyusutan dan beban perbaikan dan pemeliharaan. Pada laporan laba rugi biasanya dibuat
pada akhir tahun, sedangkan laporan perhitungan bagi hasil biasanya disajikan setiap bulan
untuk keperluan perhitungan bagi hasil dengan pemilik dana pihak ketiga. Laporan laba rugi
memasukkan pendapatan iajarah yang memang terjadi pada periode terkait, tetapi laporan
untuk perhitungan bagi hasil hanya memasukkan pendapatan ijarah yang sudah berwujud kas
pada periode terkait.
(i) Laporan Laba Rugi

Juli Agustus September Oktober November Desember Total


Pendapatan 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 14.400.000
ijarah (saldo
kas+akrual)
(beban 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 12.000.000
penyusutan)
(beban - - - - - 500.000 500.000
perbaikan)
(beban lain) - - - - - - -
Pendapatan 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 (100.000) 1.900.000
ijarah bersih

(ii) Laporan Perhitungan Bagi Hasil

Juli Agustus September Oktober November Desember Total


Pendapatan 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 - 3.800.000 13.400.000
ijarah (kas)
(beban 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 12.000.000
penyusutan)
(beban - - - - - 500.000 500.000
perbaikan)
(beban lain) - - - - - - -
Pendapatan 400.000 400.000 400.000 400.000 (2.000.000) 1.300.000 900.000
ijarah bersih

Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi IMBT bagi Bank Syariah


Teknis perhitungan transaksi IMBT pada dasarnya sama dengan transaksi ijarah.
Perbedaan terknis perhitungannya terletak pada ketentuan penyusutan asset ijarah. Berdasarkan
PSAK 107, penyusutan atau amortisasi yang dipilih harus mencerminkan pola konsumsi yang
diharapkan dari manfaat ekonomi di masa depan dari objek ijarah. Umur ekonomis dapat
berbeda dengan umur teknis. Misalnya, mobil yang dapat dipakai selama 5 tahun diijarahkan
dengan akad ijarah IMBT selama 2 tahun, maka umur ekonomisnya adalah 2 tahun.
Selanjutnya biaya perolehan dibagi dengan umur ekonomis (atau masa sewa) untuk
mendapatkan besaran penyusutan IMBT per bulan.
Penjurnalan transaksi IMBT pada dasarnya sama dengan penjurnalan pada transaksi
ijarah. Perbedaan yang mendasar hanya terdapat pada konsep perhitungan penyusutan yang
tidak dikaitkan dengan umur ekonomis, melainkan dengan masa sewa. Dengan demikian,
pembahasan penjurnalan IMBT langsung ditujukan pada transaksi pemindahan kepemilikan
asset kepada penyewa. Pemindahan hak milik IMBT dapat dilakukan dengan cara:
- Pelepasan sebagai hadiah
- Pelepasan melalui penjualan sebelum berakhirnya masa sewa
- Pelepasan melalui penjualan setelah berakhirnya masa sewa

Penyajian Transaksi Ijarah Atas Asset Berwujud


Berdasarkan papsi 2013 (h.6.4) terdapat beberapa ketentuan penyajian laporan
keuangan terhadap akun yang berkaitan dengan transaksi ijarah dengan aset berwujud.
1. Objek sewa yang diperoleh bank disajikan sebagai aset ijarah
2. akumulasi penyusutan atau amortisasi dan cadangan kerugian penurunan nilai dari
aset ijarah disajikan sebagai pos lawan aset ijarah
3. Porsi pokok atas pendapatan sewa yang belum dibayar disajikan sebagai piutang
sewa
4. porsi ujrah atas pendapatan sewa yang belum dibayar disajikan sebagai pendapatan
sewa yang akan diterima yang merupakan kan bagian dari aset lainnya pada saat
nasabah tergolong Performing sedangkan apabila nasabah tergolong non-
Performing maka pendapatan sewa yang akan diterima disajikan pada rekening
administratif.
5. Cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang sewa disajikan sebagai pos lawan
(contra account) piutang ijarah.
Beban penyusutan/amortisasi aset ijarah disajikan sebagai pengurang pendaparan ijarah
pada laporan laba rugi.

Pengungkapan Transaksi Ijarah Atas Asset Berwujud


Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 6.6.-7), hal-hal yang harus diungkapkan terkait transaksi
ijarah dengan menggunakan aset berwujud antara lain:
1. Sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan ijarah;
2. Jumlah piutang cicilan ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua tahun terakhir;
3. Jumlah objek sewa berdasarkan jenis transaksi (ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik),
jenis aset dan akumulasi penyusutan Nya serta cadangan kerugian penurunan nilai jika
ada apabila bank sebagai pemilik objek sewa;
4. komitmen yang berhubungan dengan perjanjian ijarah muntahiyah bittamlik Yang
berlaku efektif pada periode laporan keuangan berikutnya;
5. kebijakan akuntansi yang digunakan atas transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah
bittamlik
6. Transaksi dan saldo dengan pihak-pihak yang berelasi.
Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi Ijarah untuk Multijasa
Ijarah untuk multi jasa adalah pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa dengan
menggunakan akad ijarah.dalam pembiayaan untuk multijasa ini, LKS memperoleh imbalan
jasa (ujrah) atau fee yang harus telah disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal,
bukan persentase.
Praktik perhitungan dan penjurnalan transaksi ijarah untuk jasa pada dasarnya sama
dengan perhitungan dan penjurnalan transaksi ijarah untuk barang. Perbedaannya adalah pada
ijarah untuk jasa tidak terdapat kegiatan pemeliharaan dan perbaikan asset ijarah. Dibawah ini
adalah contoh kasus ijarah untul multijasa dan contoh pernjurnalannya.

Ibu uli melakukan transaksi ijarah dengan BPRS Anugerah Sejahtera untuk keperluan
biaya sekolah anaknya selama 1 semester di Universitas Gajah Mada (UGM). Adapun
informasi tentang transaksi untuk penyediaan jasa tersebut adalah sebagai berikut:
Harga perolehan jasa : Rp. 9.000.000 (dibayar ke UGM tgl 1 Feb)
Masa sewa : 6 bulan (mulai 1 Feb-1 Agus)
Sewa per bulan : Rp. 1.700.000 (setiap tgl 1 mulai bulan Maret)
Penyusutan per bulan : Rp. 1.500.000 (setaip tgl 1 mulai bulan Maret)
Biaya administrasi 0,5% : Rp. 45.000 (diterima tgl 1 Feb)

 Jurnal pengadaan asset ijarah


01/Feb: Aset yang diperoleh untuk ijarah Rp.9.000.000
Rekening UGM Rp.9.000.000
 Saat akad disepakati (pembayaran biaya administrasi)
01/Feb: Rekening Nasabah/Kas Rp.45.000
Pendapatan administrasi Rp.45.000
 Pengakuan penyusutan dan penerimaan pembayaran sewa ijarah
Bank mengakui penyusutan asset ijarah sebesar Rp.1.500.000 dan penerimaan pendapatan
sewa ijarah sebesar Rp.1.700.000 setiap bulan mulai Maret – Agustus, degan penjurnalan
setiap bulannya:
Beban amortisasi
Beban amortisasi asset ijarah Rp.1.500.000
Akumulasi amortisasi asset ijarah Rp.1.500.000

Penerimaan pembayaran sewa ijarah


Rekening Nasabah/kas Rp.1.700.000
Pendapatan ijarah Rp.1.700.000

Mengakhiri siklus transaksi ijarah multijasa


Akumulasi amortisasi asset ijarah Rp.9.000.000
Asset yang diperoleh untuk ijarah Rp.9.000.000
Penyajian Transaksi Ijarah Atas Jasa
Berdasarkan PAPSI 2013 terdapat beberapa ketentuan penyajian di laporan keuangan
terhadap akun yang berkaitan dengan transaksi ijarah dengan jasa
1. Perolehan atas jasa disajikan sebagai bagian asset ijarah dan disajikan terpisah dari
asset ijarah lain
2. Amortisasi atas perolehan asset ijarah disajikan sebagai pos lawan dari asset ijarah
3. Porsi pokok atas pendapatan sewa multijasa yang belum dibayar disajikan sebagai
piutang sewa.
4. Porsi ujrah atas pendapatan sewa multijasa yang belum dibayar disajikan sebagai
pendapatan sewa multijasa yang akan diterima yang merupakan bagian dari asset
lainnya pada saat nasabah tergolong performing. Sedangkan apabila nasabah
tergolong nonperforming maka pendapatan sewa multijasa yang akan diterima
disajikan pasa rekning administrative
5. Cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang sewa disajikan sebagai pos lawan (
contra account) piutang sewa.
6. Beban amortisasi asset ijarah disajikan sebagai pengurang pendapatan ijarah pada
laporan laba rugi.
Pengungkapan Transaksi Ijarah Atas Jasa
Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 6.10), hal-hal yang harus diungkapkan terkait transaksi
ijarah dengan jasa antara lain:
1. sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan ijarah
2. rincian perolehan atas jasa berdasarkan jenis
3. Jumlah piutang cicilan ijarah yang akan jatuh tempo hingga 2 tahun terakhir
4. Transaksi dan saldo dengan pihak-pihak yang berelasi.

4. Kesimpulan
Akad ijarah adalah akad pemindahan kepemilikan atas suatu barang atau jasa dalam
waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri. Konsep al-ijarah dalam perbankan syariah sama seperti
sewa-menyewa pada umumnya, namun yang membedakannya adalah bahwa pada
perbankan syariah ada suatu sewa yang pada akhir masa kontrak, diberikan pilihan kepada
nasabah untuk memiliki barang tersebut atau tidak, yang biasa disebut dengan sewa beli,
dan hal ini belum pernah terjadi di masa awal Islam.

Manusia antara yang satu dengan yang lain selalu terikat dan saling membutuhkan.
Ijarah merupakan salah satu aplikasi keterbatasan yang dibutuhkan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat. Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua
belah pihak yang berakad , baik secara verbal atau dalam bentuk lain.

Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau jasa. Manfaat barang
atau jasa harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah yang
akan mengakibatkan sengketa. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat
pula dijadikan sewa atau upah dalam ijarah. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk
jasa dari jenis yang sama dengan objek kontrak.

Penyewaan merupakan salah satu aktivitas bisnis normal layaknya jual beli dan bukan
model pembiayaan. Namun untuk beberapa alasan tertentu seperti adanya pemberlakuan
pajak sehingga harga penjualan menjadi lebih tinggi penyewaan kemudian dibeberapa
negara dilakukan untuk tujuan pembiayaan, dan institusi finansial akhirnya banyak
menyewakan beragam asset dan perlengkapan kepada nasabah mereka. Bentuk penyewaan
yang digunakan oleh institusi tersebut dikenal dengan istilah finansial lease, security lease
atau sewa beli dan operating lease. Ketika menentukan besarnya uang sewa, bank
menghitung total biaya untuk pembelian asset plus keuntungan yang diinginkan selama
periode penyewaan.
Seperti yang kita ketahui bahwa transaksi syariah di Indonesia sudah banyak diminati
oleh masyarakat tetapi masih ada challenge-challenge yang harus dihadapi untuk
perkembangan akad syariah ini seperti masalah kepercayaan (Trust), sebagai sebuah
lembaga keuangan atau non keuangan syariah memberikan kepercayaan kepada masyarakat
bahwa akad syariah ini aman,nyaman, tidak ada bunga, tidak memberatkan, dan lain-
lain.Jadi tinggal dibenahi saja untuk masalah kepercayaan kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai