Anda di halaman 1dari 28

Kewajiban

Mencintai &
Membela
Nabi

Syaikh Abdurrazzaq al-Badr


Syaikh Abdurrazzaq al-Badr

Judul Asli :
“Wujuubu Mahabbati an-Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam wa nushraanihi”

Penulis:
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr

Mohon maaf bila terdapat kekeliruan dalam


penterjemahan, silakan disebarluaskan, semoga
bermanfaat
Ibnu Hanifah_
2
Kewajiban Mencintai
dan Membela Nabi ‫ﷺ‬
Oleh: Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr

ْ ْ َ َ ُ ْ ُ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ ْ

ُ ْ َْ
ُ‫اﺤﻟ َ ِّﻖ ُِ ْﻈﻬ َﺮه‬
ِ ‫ا ي أرﺳﻞ رﺳﻮ ﺑِﺎﻟﻬﺪى و ِدﻳ ِﻦ‬ ِ ‫ﺑ‬ ِ ِ ‫اﺤﻟﻤﺪ‬
ُ‫ إ
ﻻ اﷲ‬ َ َ ‫ َوأَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ْن َﻻ إ‬،‫ﻳْﻦ ُﻠﻛِّﻪ َو َ' َﻰﻔ ﺑﺎﷲ َﺷﻬﻴْ ًﺪا‬$‫ا‬ ِّ ‫ﺒﻟ‬ََ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ً‫ َوأَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ
ن ُﺤﻣَ
ﻤﺪا‬،‫ارا ﺑﻪ َوﺗَ ْﻮﺣﻴْ ًﺪا‬ ً ‫ إﻗْ َﺮ‬َُ ‫ﻚ‬
َ ْ َ َ َُ ْ َ
‫ﺮﺷﻳ‬
ِ ِِ ِ ِ ‫وﺣﺪه ﻻ‬
َ‫ﺤﺒ ِﻪ َو َﺳ
ﻠﻢ‬ ْ َ َ ََ َ َْ َ ُ
َ ُُْ ُ َ َ ُ ُ ْ َ
ِ ‫آ وﺻ‬ ِ ِ ‫ ﺻﻰﻠ اﷲ ﻋﻠﻴ ِﻪ وﺒﻟ‬،‫ﻗﺒﺪه ورﺳﻮ‬
ً‫ﺗ َ ْﺴﻠﻴْ ًﻤﺎ َﻣﺰﻳْﺪا‬
ِ ِ
Segala puji bagi Allah yang telah mengutus rasul-Nya dengan
petunjuk dan agama yang benar untuk Dia memenangkannya
atas semua agama dan cukuplah Allah sebagai saksi. Aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah dengan
benar selain Allah satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya,
3
dengan mengikrarkan dan mentauhidkan-Nya. Dan aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, semoga
Allah senantiasa memberikan shalawat dan salam kepada beliau,
keluarga beliau, dan shahabat beliau, dengan salam yang
senantiasa bertambah.
Amma ba’du.
Sesungguhnya kebutuhan manusia untuk diutus para rasul
kepada mereka tidaklah seperti kebutuhan mereka kepada bumi
dan langit, tidak juga seperti kebutuhan mereka kepada
matahari, bulan, cahaya terang, dan udara, tidak seperti
kebutuhan manusia kepada ruhnya sendiri, tidak seperti
kebutuhan mata terhadap cahaya, tidak pula seperti kebutuhan
tubuh kepada makanan, minuman, dan udara pernafasan.
Sesungguhnya kebutuhan manusia kepada para rasul jauh lebih
besar dan lebih penting dari itu semua, karena sesungguhnya
para rasul ‘alaihimussalam adalah penyambung antara Allah dan
makhluk-Nya untuk menyampaikan kepada mereka agama-Nya
dan menjelaskan kepada mereka syari’at-syari’at-Nya. Para nabi
adalah duta-duta Allah Tabaraka wa Ta’ala kepada hamba-
hamba-Nya untuk menyampaikan risalah Allah dan mengajak
manusia kepada agama Allah, mengajak manusia kepada
petunjuk, serta menjauhkan mereka dari kebinasaan dan
kehancuran. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

4

ُ َ ْ َ َْ َ G َ َ َ
ْ َ L َ ْ ُ َ َْ َُ
‫إِﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻜـﻦ ﻧـ ِﻲﺒ ﻗـﺒ ِﻲﻠ إِﻻ ﺎﻛن ﺣﻘـﺎ ﻋﻠﻴـ ِﻪ أن ﻳـﺪل‬
َ
َ ْ ُ َ َُْ ْ َُ ُ ُ َ ْ َ َ ْ َ ََ ُ َ
ُ
‫ وﻳﻨــ ِﺬرﻫﻢ ﺮﺷ ﻣــﺎ‬،‫ﺮﻴ ﻣــﺎ ﻓﻌﻠﻤــﻪ ﻟﻬــﻢ‬
ِ ‫أﻣﺘــﻪ ﺒﻟ ﺧــ‬
ْ.‫َﻓ ْﻌﻠَ ُﻤ ُﻪ ﻟ َ ُﻬﻢ‬

“Sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun sebelumku kecuali ia


berkewajiban menunjuki umatnya kebaikan apapun yang ia ketahui
untuk mereka dan memperingatkan mereka dari keburukan apapun
yang ia ketahui untuk mereka.” (HR. Muslim (1844)
Sesungguhnya penutup para nabi, pemimpin mereka.
teladan mereka, yaitu Nabi Muhammad bin Abdillah _Shalawat
dan salam Allah semoga senantiasa tercurah kepada beliau_
adalah sebagai rahmat yang dihadiahkan bagi semesta alam.
Allah Ta’ala berfirman,
َ َ َ ْ ِّ ً َ ْ َ
َ َ ْ َ ْ َ َ َ
[cde : ‫وﻣﺎ أرﺳﻠﻨﺎك إِﻻ رﻤﺣﺔ ﻟﻠﻌﺎﻟ ِﻤﻦﻴ ]اﻷﻧﺒﻴﺎء‬
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya: 107)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ٌ َ ْ ُ ٌ َ ْ َ َ َ َ
ُ
َ ُّ َ َ
‫ إِﻏﻤﺎ أﻧﺎ رﻤﺣﺔ ﻣﻬﺪاة‬،‫ﻳﺎ أﻓﻬﺎ اﺠﺎس‬
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah rahmat yang
dihadiahkan (untuk seluruh alam).” (HR. al-Hakim (1/35)

5
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah rahmat bagi
semesta alam, penunjuk jalan bagi orang-orang yang berjalan
menuju Allah, dan sebagai hujjah bagi makhluk semuanya.
Beliau telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah,
menasehati ummat, dan berjihad di jalan Allah dengan sebenar-
benar jihad sampai kematian datang menjemput beliau.
Tidaklah ada satu kebaikanpun kecuali beliau telah menunjuki
ummatnya kepada kebaikan itu, dan tidak ada satu keburukan
pun kecuali beliau telah memperingatkan ummatnya dari
keburukan itu. Dengan diutusnya beliau, Allah ‘Azza wa Jalla
telah membuka mata yang buta, hati yang lalai, dan telinga yang
tuli. Lewat beliau Allah mengangkat kebodohan dan memberi
petunjuk kepada manusia yang sebelumnya berada dalam
kesesatan dan kegelapan. Beliau adalah nikmat yang sangat
agung, anugerah yang sangat besar, dan hadiah yang sangat
berharga yang diberikan Allah Tabaraka wa Ta’ala kepada
hamba-hamba-Nya.
ً َُ ْ
ْ‫ﻮﻻ ِّﻣﻦ‬ َ َ َ ْ َ ْ ُْ ََ ُ

َ ْ ََ
‫ﻴﻬﻢ رﺳــ‬
ِ ‫ﻟﻘـﺪ ﻣﻦ اﺑ ﺒﻟ اﻟﻤﺆ ِﻣ ِﻨﻦﻴ إِذ ﻧﻌـﺚ ِﻓ‬
ْ ُ َ
[ctu : ‫أﻧﻔ ِﺴ ِﻬﻢ ]آل ﻋﻤﺮان‬
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari
golongan mereka sendiri.” (Ali-Imran: 164)

6
ْ‫ﻳﺰ َﻋﻠَﻴْﻪ َﻣﺎ َﻋﻨ ُّﺘﻢ‬
ٌ ُ
َ‫ﻜ ْﻢ ﻋﺰ‬ ُ َ ْ ِّ ٌ ُ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ
ِ ِ ِ ‫ﻟﻘﺪ ﺟﺎءﻛﻢ رﺳـﻮل ﻣﻦ أﻧﻔ ِﺴـ‬
ٌ
ٌ َُ َ ْ ُْ ُ َْ َ ٌ َ
[c|} : ‫ﺣ ِﺮﻳﺺ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑِﺎﻟﻤﺆ ِﻣ ِﻨﻦﻴ رءوف ر ِﺣﻴﻢ ]اﺤﻛﻮﺑﺔ‬
“Sungguh telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian
sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (At-Taubah: 128)
Manakala Allah telah memberikan anugerah kepada kita
dengan mengikuti, mencontoh, dan mengenal beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka wajib bagi kita untuk memuji
Allah Jalla wa ‘alaa dengan pujian yang banyak dan pujian yang
baik-baik, dikarenakan Allah telah memberikan hidayah kepada
kita dengan menjadikan kita sebagai pengikut-pengikut beliau,
penolong-penolong beliau, dan pengikut-pengikut agama beliau.
Ini merupakan anugrah yang sangat agung dan pemberian dari
Allah yang sangat besar. Maka segala puji bagi Allah yang telah
memberi petunjuk kepada kita. Segala puji bagi Allah dari awal
sampai akhir, segala puji bagi Allah lahir maupun batin. Milik
Allah pujian yang banyak sebagaimana Dia Subhanahu wa
Ta’ala telah memberikan kenikmatan yang sangat banyak
kepada kita.
Wajib bagi setiap mukmin yang mengetahui tingginya
kedudukan Rasul untuk mencintai beliau melebihi
kecintaannya kepada dirinya sendiri, orang tuanya, anak-

7
anaknya, dan manusia seluruhnya. Dalam hal ini Allah Ta’ala
berfirman,
ْ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ ٰ َ ْ َ ُّ

[t : ‫اﺠ ِﻲﺒ أو ﺑِﺎﻟﻤﺆ ِﻣ ِﻨﻦﻴ ِﻣﻦ أﻧﻔ ِﺴ ِﻬﻢ ]اﻷﺣﺰاب‬


“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri
mereka sendiri.” (Al-Ahzab: 6)
Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
َ ْ ْ َ
َ َ َ ُ َ
َ ْ ُ ُ َ َ ُ ُْ َ
ِ‫ه‬$‫ا‬
ِ ِ ‫ أﻛـﻮن أﺣـﺐ إِـ ِﻪ ِﻣـﻦ و‬k‫ﻻ ﻳـﺆ ِﻣـﻦ أﺣـﺪﻛـﻢ ﺣـ‬
َ ْ َ‫اﺠﺎس أ‬
َ‫ﻤﺟﻌﻦﻴ‬
َ َََ
ِ ِ ‫ و‬،ِ‫ه‬$
ِ ‫وو‬
“Tidak beriman (dengan sempurna) salah seorang dari kalian hingga
aku lebih dia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan manusia
seluruhnya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam riwayat Bukhari dari Umar bin Khattab Radhiyallahu
‘anhuma beliau berkata, “Wahai Rasullullah, sungguh engkau
lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri.” Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak, demi Dzat yang
jiwaku ada di Tangan-Nya, sampai aku lebih engkau cintai
daripada dirimu sendiri.” Maka Umar pun berkata kepada
beliau, “Sekarang demi Allah, sungguh engkau lebih aku cintai
daripada diriku sendiri.” Maka beliau Shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda, “Sekarang baru benar wahai Umar.” (HR .
Bukhari: 6632). Maksudnya, “Sekarang baru engkau telah
mewujudkan dan menyempurnakan keimanan (wahai Umar).”

8
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari
shahabat Anas Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ada seorang laki-
laki bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam, “Kapan
terjadinya hari kiamat wahai Rasulullah? Beliau bersabda, “Apa
yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang itu
menjawab, “Aku tidak mempersiapkan untuk menghadapinya
amal yang banyak dari shalat, puasa, dan sedekah, akan tetapi
aku mencintai Allah dan rasul-Nya. Nabi Shallallahu’alaihi wa
sallam pun bersabda, “Engkau bersama orang yang engkau
cintai.”
Anas berkata, “Tidaklah kami gembira setelah kami masuk
Islam dengan kegembiraan yang sangat besar melebihi
kegembiraan kami dengan sabda Nabi Shallallahu’alaihi wa
sallam, “Sesungguhnya engkau bersama orang yang engkau
cintai.” Beliau berkata, “Aku mencintai Allah dan rasul-Nya,
Abu Bakar dan Umar, aku berharap bersama mereka sekalipun
aku belum bisa beramal seperti amal-amal mereka.” (HR. Bukhari
3688, Muslim 2633)
Hadits-hadits dalam masalah ini sangat banyak. Karena itu
seharusnya bagi setiap muslim dan wajib bagi setiap mukmin
untuk mencintai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
kecintaan yang paling tinggi di atas kecintaannya kepada dirinya
sendiri, orang tuanya, anaknya, dan manusia seluruhnya.
Bagaimana tidak, sementara Rabbul ‘alamin telah berfirman,
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri
mereka sendiri.” (Al-Ahzab: 6)?

9
Beliau _semoga shalawat dan salam Allah senantiasa
tercurah kepada beliau_ lebih utama dari pada dirimu sendiri,
maka kecintaanmu kepada beliau harus melebihi kecintaanmu
kepada dirimu sendiri.
Sangat perlu ditegaskan di sini mengenai perkara besar
terkait kecintaan kepada Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam, yaitu
bagaimana kita menunjukkan kecintaan kita kepada beliau
Shallallahu’alaihi wa sallam? Atau dengan kata lain, bagaimana
realisasi nyata kecintaan kita kepada Nabi yang mulia
Shallallahu’alaihi wa sallam?
Sesungguhnya perkara yang paling utama dan paling penting
dalam memperlihatkan atau menampakan kecintaan kita
kepada Nabi kita _semoga shalawat dan salam Allah senantiasa
tercurah kepada beliau_ adalah dengan kita menjadi pengikut
beliau yang setia, senantiasa berpedoman dengan petunjuk
beliau, menjalankan sunnah-sunnah beliau, dan berpegang
teguh dengan syariat yang beliau bawa. Ini merupakan pertanda
yang jelas dan ciri yang nyata kecintaan kepada Nabi yang mulia
Shallallahu’alaihi wa sallam. Allah Rabbul ‘alamin berfirman
dalam kitab-Nya,

ُ ُ ْ ُْ
ُ‫اﺑ‬ ُ
َ َ
َ ُّ ُ ْ ُ ُ ْ ُ
‫ﻮﻰﻳ ﺤﻳ ِﺒــﺒﻜﻢ‬
ِ ‫ﺤﺗﺒــﻮن اﺑ ﻓــﺎﺗ ِﺒﻌ‬
ِ ‫ﻗــﻞ إِن ﻛﻨــﺘﻢ‬
ٌ
ٌ ُ َ ُ
َ ْ ُ َ ُُ ْ ُ َ ْ ََْ
‫وﻳﻐ ِﻔــﺮ ﻟﻜــﻢ ذﻧــﻮﺑﻜﻢ واﺑ ﻟﻔــﻮر ر ِﺣــﻴﻢ ]آل‬
[Œc : ‫ﻋﻤﺮان‬
10
“Katakanlah: “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian”.
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31).
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata, “Ayat yang mulia
ini adalah sebagai hakim (pengadil) bagi setiap orang yang
mengaku mencintai Allah namun dia tidak berada di atas jalan
Muhammad, bahwa ia berdusta dalam pengakuannya itu,
sampai ia mengikuti syariat Muhammad dan agama Nabawi
dalam seluruh perkataan dan perbuatannya. (Tafsir Ibnu Katsir,
(2/31)
Oleh karena itu, para ulama mengatakan bahwa ayat ini
adalah ayat ‘mihnah’ (ayat ujian), artinya; barangsiapa mengaku
mencintai Allah dan mencintai rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, maka hendaklah ia menyodorkan ayat ini kepada dirinya
sendiri. Apabila benar ia termasuk pengikut Rasul Shallallahu
‘alaihi wa sallam, maka inilah tandanya yang nyata dan inilah
indikasinya yang terang tentang kejujuran cintanya kepada Rasul
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itu, telah datang dari beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa hadits yang
memperingatkan dari perbuatan bid’ah dalam agama, guna
menutup pintu praktek-praktek (cinta nabi) yang palsu dan
pengakuan-pengakuan (cinta nabi) yang tidak benar, karena ada
sebagian orang ada yang berusaha memperlihatkan kecintaan
kepada Nabi bukan dari pintunya (tidak sesuai dengan syariat
beliau) dan menampakkan kecintaanya itu dengan cara yang
tidak tepat. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

11
Lَ َ َُ َُ َْ َْ َ َ َْ ً َ َ َ َ ْ َ
‫ﻣﻦ ﻋ ِﻤﻞ ﻗﻤﻼ ﻟﻴﺲ ﻋﻠﻴ ِﻪ أﻣﺮﻧﺎ ﻓﻬﻮ رد‬
“Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak ada perintahnya dari
kami maka amal itu tertolak.” (HR. Muslim,1718)
Di antara tanda dan bukti kecintaan kepada nabi adalah
banyak menyebut nama beliau dan berharap agar kelak dapat
melihat beliau Shallallahu’alaihi wa sallam. Imam Muslim
meriwayatkan sebuah hadits dalam Kitab Shahih beliau, dari
Abu Hurairah Radhiyallahu ’anhu bahwasanya Nabi
Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
ُّ َ َ َْ َ ُ ُ َ ٌ َ Gُ
ُ ِّ َ َ ْ
‫ ﻳﻮد‬،‫ ﻧـﺎس ﻳﻜﻮﻧﻮن ﻧﻌـ ِﺪي‬،‫ِﻣﻦ أﺷـــﺪ أﻣ ِﻲﺘ ِﻲﻟ ﺣﺒـﺎ‬
َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ُ َ َ
‫ﺎ‬ َ
ِ ِ ‫ ﺑِﺄﻫ ِﻠ ِﻪ وﻣ‬k‫أﺣﺪﻫﻢ ﻟﻮ ر ِآ‬
“Di antara ummatku yang sangat besar kecintaannya kepadaku adalah
orang-orang yang hidup sepeninggalku, salah seorang dari mereka
sangat ingin seandainya ia bisa melihat aku berada di tengah-tengah
keluarga dan hartanya.” (HR. Muslim, 2832).
Sebagian shahabat berkata, “Esok (di akhirat) kita akan
bertemu dengan para kekasih, Nabi Muhammad dan golongan
beliau.” (HR. Ahmad (12026), an-Nasa-i (8294), Ibnu Hibban (7291).
Di antara tanda, bukti, dan realisasi cinta Nabi adalah
banyak mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lebih-lebih ketika disebut nama

12
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga pada hari Jumat.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ َ َ ْ َ َ َ ُ ُْ َ ْ َ َ َ َ َ

َ‫اﺠﻟ ُ ُﻤﻌﺔ‬ ْ
ُ ِ ‫أﻛ‬َ
ِ ‫ﻲﻠﻋ ﻳﻮم اﺠﻟﻤﻌ ِﺔ وﻠﺔ‬
‫ﺮﺜوا اﻟﺼﻼة‬
“Perbanyaklah bershalawat untukku pada hari dan malam Jum’at.”
(HR. Baihaqi dalam As-Sunan (5994)
Di antara tanda kecintaan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah mencintai Ahli-Bait (keluarga) beliau sebagai
orang-orang yang baik, istri-istri beliau Ummahatul mukminin,
dan shahabat-shahabat beliau orang-orang mulia yang mendapat
keberkahan. Allah Ta’ala berfirman,
ُ ُ َ ْ ََ ْ ُ َ ْ َ ْ ُْ َ ْ َ ُّ

ٰ ‫اﺠـــﻲﺒ أو‬
‫ ِﺑـــﺎﻟﻤﺆ ِﻣ ِﻨﻦﻴ ِﻣـــﻦ أﻧﻔ ِﺴـــ ِﻬﻢ وأزواﺟـــﻪ‬ ِ
ْ ُ ُ َ
ُ
[t : ‫أﻣﻬﺎﻳﻬﻢ ]اﻷﺣﺰاب‬
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri
mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. (Al-Ahzab: 6).
Dalam Shahih Muslim telah datang sebuah hadits dari
beliau _Shalawatullah wasalaamuhu ‘alaihi_ bahwasannya
beliau bersabda,
ْ َ ْ َ َ
ُ ُ ُ ِّ َ ُ
‫أذﻛﺮﻛﻢ اﺑ ِﻲﻓ أﻫ ِﻞ ﻧﻴ ِﻲﺘ‬
“Aku mengingatkan kalian kepada Allah tentang Ahli baitku. (HR.
Muslim 2408).

13
Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali.
Di dalam Shahih Bukhari dari Ibnu Umar
Radhiyallahu ’anhu bahwa Abu Bakar as-Shiddiq berkata,
“Jagalah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam dengan
menjaga ahli bait beliau.” (Shahih Bukhari, 3713)
Dalam Shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim), terdapat
sebuah hadits dari Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam
bahwasannya beliau bersabda,
َ َُ َ

ُ ْ َُ َُ َ

ُ َْ
ْ،‫ﻮﻏ ُﻬﻢ‬
ُ ْ َ
‫ا ﻳﻦ ﻳﻠ‬
ِ ‫ ﻋﻢ‬،‫ا ﻳﻦ ﻳﻠﻮﻏﻬﻢ‬
ِ ‫ ﻋﻢ‬،‫ﺎس ﻗﺮ ِﻰﻳ‬
ِ ‫ﺧﺮﻴ اﺠ‬
“Sebaik-baik manusia adalah orang-orang di zamanku (para shahabat),
kemudian orang-orang setelah mereka (Thabi’in), kemudian orang-
orang setelah mereka (Tabi’ut Thabi’in).” (HR. Bukhari (2652), Muslim
(2533).

Juga di dalam Shahihain disebutkan dari Abu Sa’id al-


Khudri radhiallahu Anhu beliau berkata, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ ُ َْ َ ََْ ْ ُ َ َ َ
َ ََْ َ ْ َ ُّ ُ َ َ
‫ﻻ ﺗﺴــﺒﻮا أﺻــﺤ ِﺎŸ ؛ ﻓﻠﻮ أن أﺣﺪﻛﻢ أﻏﻔﻖ ِﻣﺜﻞ أﺣ ٍﺪ‬
ُ َ َ ََ ْ َ َ
ُ َََ َ ًَ َ
‫ وﻻ ﻧ ِﺼﻴﻔﻪ‬،‫ ﻣﺎ ﺑﻠﻎ ﻣﺪ أﺣ ِﺪ ِﻫﻢ‬،‫ذﻫﺒﺎ‬
“Jangan kalian mencela para shahabat ku, seandainya salah seorang
dari kalian berinfak emas sebesar gunung Uhud, itu tidak akan
menyamai satu mud infak salah seorang shahabatku, tidak juga
setengahnya.” (HR. Bukhari (3673), Muslim (2540)

14
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

َ َ َ َْ َ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ُّ ُ َ ْ َ
‫ﺎس‬
ِ ‫ﷲ واﻟﻤﻠﺌِﻜـ ِﺔ واﺠـ‬
ِ ‫ﻣﻦ ﺗﺴـ ـﺐ أﺻــﺤـ ِﺎŸ ﻓﻌﻠﻴـ ِﻪ ﻟﻌﻨـﺔ ا‬
َ ْ َ‫أ‬
َ‫ﻤﺟﻌ ْﻦﻴ‬
ِ
“Barangsiapa mencela para shahabat ku maka untuknya laknat Allah,
para malaikat, dan manusia semuanya.” (HR. Thabrani (12/42), Silsilah
As-Shahihah (2340)

Diantara tanda cinta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa


sallam adalah mencintai sunnah beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, mencintai orang-orang yang berpegang teguh dengan
sunnah beliau, mencintai orang-orang yang mengajak kepada
sunnah beliau, yaitu orang-orang yang menyeru kepada
kebenaran dan petunjuk serta berada di atas bashirah (ilmu) dan
cahaya dari Allah.
Terdapat sebuah hadis dalam kitab as Shahih, hadits
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ’anhu, ada seorang laki-laki
mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia
berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang
seseorang laki-laki yang mencintai suatu kaum namun ia tidak
berjumpa dengan mereka? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab,

‫اﻟ ْ َﻤ ْﺮ ُء َﻣ َﻊ َﻣ ْﻦ أَ َﺣﺐ‬

“Seseorang itu bersama dengan orang yang dicintainya.” (HR. Bukhari,


6169)

15
Bukan termasuk cinta Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
perbuatan bid’ah, menghidupkan perkara yang dibuat-buat
dalam agama dan hawa nafsu, sekalipun hal itu dimaksudkan
sebagai ungkapan cinta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Sungguh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda dalam sebuah hadits yang shahih,
Lَ ََُ َ َْ َ َ َ َ َْ َ َ ْ َ ْ َ
‫ﻣﻦ أﺣﺪث ِﻲﻓ أﻣ ِﺮﻧﺎ ﻫﺬا ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ِﻓﻴ ِﻪ ﻓﻬﻮ رد‬
“Barangsiapa membuat-buat sesuatu yang baru dalam urusan (agama)
kami ini dengan perkara yang bukan darinya (tidak ada contohnya)
maka ia tertolak.” (HR. Muslim (1718)
Bukan juga termasuk cinta Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam perbuatan ‘ghuluw’ (berlebih-lebihan) terhadap beliau dan
mengangkat beliau melebihi derajat beliau sebagai seorang
hamba dan seorang rasul dengan menyandangkan kepada beliau
sifat-sifat yang merupakan kekhususan Allah Tabaraka wa
Ta’ala, apakah itu dalam masalah Rububiyah, Uluhiyah,
ataupun Asma wa sifat.
Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar
sebagian ucapan berlebih-lebihan terhadap beliau, beliau
langsung menegurnya dengan sangat keras sebagaimana di
sebutkan dalam banyak hadits. Suatu ketika beliau mendengar
seorang laki-laki berkata, “Atas kehendak Allah dan atas
kehendakmu.” Mendengar itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam marah, beliau bersabda, “Apakah kamu hendak

16
menjadikan aku sebagai tandingan bagi Allah? Katakanlah,
“Atas kehendak Allah saja.” (HR. Ahmad (1075), Ibnu Majah (2117),
Beliau juga mendengar dua orang budak wanita
bersenandung dengan berkata, “Di tengah-tengah kami terdapat
seorang Nabi yang mengetahui apa yang terjadi esok hari.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun marah, beliau
bersabda, “Adapun perkataan ini, jangan kalian
mengucapkannya, tidak ada yang mengetahui perkara yang
terjadi besok kecuali Allah.” (HR. Ibnu Majah (1887)
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
ََ َ
َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ
َ ْ َ َ َ
ُ ْ ُ َ
‫ ﻓـﺈِﻏﻤـﺎ أﻧـﺎ‬،‫وﻰﻳ ﻛﻤـﺎ أﻃﺮ ِت اﺠﺼـ ـﺎرى اﻧﻦ ﻣﺮﻳﻢ‬
ِ ‫ﻻ ﻳﻄﺮ‬
ُ ََُ
َُْ ُ َُ َُُْ
ُ‫ﻮ‬‫اﺑ ورﺳ‬
ِ ‫ ﻓﻘﻮﻟﻮا ﻗﺒﺪ‬،‫ﻗﺒﺪه‬
“Jangan kalian berlebih-lebihan dalam menyanjungku sebagaimana
orang-orang nasrani berlebih-lebihan dalam menyanjung Nabi Isa Ibnu
Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka
katakanlah, “Hamba Allah dan rasul-Nya.” (HR. Bukhari, 3445)
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
َ َ ْ َ َ ََْ ُ
َ ِّ
ُ ُْ َ ْ ُ
‫إ‬
‫ﻳــﻦ ؛ ﻓﺈِﻧــﻪ أﻫﻠــﻚ ﻣــﻦ ﺎﻛن‬
ِ $‫ا‬ ‫ﻲﻓ‬ ِ ‫ﻮ‬ ‫ﻠــ‬ ‫ﻐ‬ ‫اﻟ‬‫و‬ ‫ﻢ‬‫ﺎﻛ‬ ‫ﻳــ‬ ِ
ِّ ُّ ُ ُْ ُ ُ ََْ
‫ﻳﻦ‬
ِ $‫ﻗﺒﻠﻜﻢ اﻟﻐﻠﻮ ِﻲﻓ ا‬
“Berhati-hatilah kalian dari perbuatan ghuluw (berlebih-lebihan) dalam
agama, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian
17
adalah perbuatan ghuluw dalam agama.” (HR. Ahmad dalam Kitab
Musnad (1851), An-Nasa-I (268), Ibnu Majah (3029)

Ada banyak hadits yang maknanya serupa dengan hadits ini.


Maka bukanlah termasuk bentuk kecintaan kepada beliau sikap
ghuluw terhadap beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan di
akhir hayat beliau dalam nafas-nafas terakhir beliau, Ummul
mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘anha mendengar beliau
bersabda,
ْ‫ﻮر أَﻧْﺒ َﻴـﺎﺋﻬﻢ‬ َ

َ ُ‫ﺨﺗـ ُﺬوا ُﻗﺒ‬ َ َ


َ ُ َ ْ ََ
ََُْ
‫اﺑ ﺒﻟ اﻬﻮ ِد واﺠﺼــﺎرى ؛ ا‬
ِِ ِ ِ ‫ﻟﻌﻨـﺔ‬
‫ﺎﺟ َﺪ‬
ِ
َ ‫َﻣ‬
‫ﺴ‬
“Laknat Allah atas orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka telah
menjadikan kuburan-kuburan nabi mereka sebagai masjid.” (Muttafaqun
‘alaih, Bukhari (432), Muslim (531)

Ibunda Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata, “Beliau terus


mengingatkan dari perbuatan mereka itu.”
***
Di saat agama ini semakin asing, semakin sedikit
pemahaman dan pengetahuan tentang petunjuk penghulu para
Nabi dan Rasul _Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka terjadilah
pada sebagian manusia perkara-perkara yang sangat
mengherankan, perkara yang dibuat-buat dan sangat aneh, yang
mereka maksudkan untuk menampakan kecintaan kepada Nabi
yang mulia _Shalawatullahi wa salaamuhu ‘alaihi_. Mereka
menjadikan hari kelahiran beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
18
sebagai hari raya, hari Isra Mi’raj beliau sebagai perayaan, dan
hari hijrah beliau ke Madinah juga sebagai musim khusus yang
diperingati. Pada hari-hari itu mereka berkumpul membaca
kasidah-kasidah, pujian-pujian, dan dan nasyid-nasyid yang
dilagukan dengan maksud menampakkan dan memperlihatkan
kecintaan mereka kepada Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam.
Perbuatan ini memang bermaksud baik, namun menampakan
kecintaan kita kepada nabi kita haruslah dengan cara-cara
seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali,
para shahabat semuanya, serta orang-orang yang mengikuti
mereka dengan kebaikan hingga hari kiamat.
Para shahabat Radhiyallahu ‘anhum, tidak ada seorangpun
dari mereka melakukan perbuatan-perbuatan seperti ini, tidak
ada satupun dari mereka melakukan perbuatan-perbuatan ini.
Cara mereka menampakan kecintaan kepada Nabi bukanlah
dengan membuat-buat sesuatu yang baru, akan tetapi cara
mereka adalah dengan mencontoh dan mengikuti beliau. Oleh
karena itu wajib bagi kita semua untuk menampakkan kecintaan
kita kepada rasul kita dan teladaan kita Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dengan mencontoh para shahabat yang mulia dan orang-
orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan. Hamba-hamba
Allah yang cerdas adalah orang yang mewajibkan kepada dirinya
sendiri untuk mengikuti sunnah dengan mencontoh orang-
orang yang terpilih itu dari kalangan para shahabat dan orang-
orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan, serta
menghindari sejauh-jauhnya perkara-perkara yang dibuat-buat
dalam agama, yang diada-adakan, dan bid’ah-bidah yang tidak
19
pernah Allah turunkan hujjahnya, tidak juga ada dalil dan
keterangannya dalam kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah nabi-
Nya.
Sungguh Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mewajibkan kepada
hamba-hamba-Nya untuk men-Ta’zir (menguatkan) beliau, men-
Tauqir (membesarkan/menghormati) beliau, dan Nushrah
(menolong/ membela) beliau. Memuliakan Rasul yang mulia
Shallallahu’alaihi wa sallam, menghormati beliau, serta
membela beliau adalah salah satu cabang yang agung dari
cabang-cabang keimanan, serta merupakan hak beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang besar atas ummatnya. Hal
tersebut merupakan kewajiban yang Allah perintahkan kepada
hamba-hamba-Nya di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman.

ُ ْ ُ ِّ ً َ َ ً ِّ َ ُ َ ً َ َ َْ َ ْ َ

‫ﺎﺑ‬
ِ ِ‫إِﻧﺎ أرﺳـﻠﻨﺎك ﺷ ـﺎ ِﻫﺪا وﻣﺒﺮﺸ ـا وﻧ ِﺬﻳﺮا )}( ﺤﻛﺆ ِﻣﻨﻮا ﺑ‬
ً َ َ ً َ ْ ُ ُ ُ ِّ َ ُ َ ُ ِّ َ ُ َ ُ ُ ِّ َ ُ َ ُ
ُ
‫ وﺗﺴــﺒﺤﻮه ﺑﻜﺮة وأ ِﺻــﻴﻼ‬،‫ﻮ وﻳﻌﺰروه وﺗﻮﻗﺮوه‬ ِ ِ ‫َو َرﺳــ‬
[¯-} : ‫)¯({ ]اﻟﻔﺘﺢ‬
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkannya, membesarkannya. Dan
bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Al-Fath: 8-9)
‘Ta’zir’ (menguatkan) beliau adalah dengan membela beliau.
‘Tauqir’ (membesarkan) beliau adalah dengan menghormati,

20
menghargai, dan memuliakan beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Huruf Lam dalam firman Allah ( ‫ﻮﺍ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﺆ‬ ‫ﺘ‬‫ ) ﱢﻟ‬adalah ‘Lam Amr’
(Lam untuk perintah). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
‘Ta’zir’ (penguatan) adalah istilah lengkap yang mengandung arti
membela beliau, menguatkan beliau, dan menjauhkan semua
hal yang menyakiti beliau. ‘Tauqir’ (pembesaran/penghormatan)
adalah istilah lengkap untuk setiap perkara yang di dalamnya
terdapat ketenangan dan ketentraman yang diperoleh karena
pemuliaan dan penghargaan. ‘Tasyrif’, ‘Takrim’, ‘Ta’zhim’ adalah
istilah-istilah yang digunakan untuk setiap perkara yang
maknanya tidak keluar dari arti “wiqar’ (penghormatan/
pembesaran/pemuliaan).
Ibnu Jarir At-Thabari berkata, “Adapun ‘Tauqir’ maka ia
bermakna pemuliaan, dan pengagungan, dan penghormatan.”
Ibnu Katsir Rahimahullah berkata, “Tauqir adalah
penghormatan, pemuliaan, dan pengagungan.”
Allah Ta’ala berfirman,
ً َْ ُ ْ َ َ ُ َ ْ ُ ََْ ُ
َ َ ُ ُ ََْ

‫ﻮل ﺑﻴﻨﻜﻢ ﻛﺪﺨ ِء ﻧﻌ ِﻀـﻜﻢ ﻧﻌﻀـﺎ‬ِ ‫ﻻ ﺠﺗﻌﻠﻮا دﺨء اﻟﺮﺳـ‬


[tŒ : ‫]اﺠﻮر‬
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti
panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain).” (An-Nur:
63)
21
Allah Ta’ala juga berfirman,
ْ َ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ
َ ُّ َ َ
‫ا ﻳﻦ آﻣﻨﻮا ﻻ ﺗﺮﻓﻌﻮا أﺻــﻮاﺗﻜﻢ ﻓﻮق ﺻــﻮ ِت‬ ِ ‫ﻳـﺎ أﻓﻬـﺎ‬
ِّ ‫اﺠ‬
[| : ‫ﻲﺒ ]اﺤﻟﺠﺮات‬

ِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan
suaramu melebihi suara Nabi.” (Al-Hujurat: 2)
Dan masih banyak ayat-ayat lain yang mewajibkan para
hamba untuk menghormati Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
mengetahui kedudukan beliau yang tinggi, memuliakan beliau
dengan pemuliaan yang layak untuk beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Memuliakan beliau dengan hati adalah dengan
mencintai beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengetahui
derajat dan tingginya kedudukan beliau _shalawatullahi wa
salaamuhu ‘alihi._ Memuliakan beliau dengan lisan adalah
dengan menyanjung beliau dengan sanjungan yang pantas
untuk beliau tanpa berlebih-lebihan atau merendahkan.
Memuliakan beliau dengan anggota badan adalah dengan
mengikuti beliau dengan baik, mencontoh beliau dengan
sempurna, meneladani beliau sebagai Rasul yang mulia
Shallallahu’alaihi wa sallam secara keseluruhan. Allah Ta’ala
berfirman,
ُ‫اﺑ أُ ْﺳـ َﻮ ٌة َﺣ َﺴـﻨَ ٌﺔ ﻟ ِّ َﻤﻦ َﺎﻛ َن ﻳَ ْﺮﺟﻮ‬

ُ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ

ِ ‫ﻮل‬
ِ ‫ﻟﻘﺪ ﺎﻛن ﻟﻜﻢ ِﻲﻓ رﺳـ‬
ً َ َ
َ َ َ َ َ ْ َ ْ َْ َ َ

[|c : ‫اﺑ واﻮم اﻵ ِﺧﺮ وذﻛﺮ اﺑ ﻛ ِﺜﺮﻴا ]اﻷﺣﺰاب‬


22
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-
Ahzab: 21).
Ketika kita berbicara mengenai “Nushrah” (membela) Nabi
yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka harus dijelaskan
dan ditegaskan bahwa membela Nabi hakikatnya adalah dengan
meneladani beliau, berpegang teguh dengan petunjuk beliau,
dan mengikuti cara hidup beliau yang indah _semoga shalawat
dan salam dari Allah senantiasa tercurah kepada beliau,
berpegang dengan apa-apa yang dilakukan oleh para shahabat
beliau yang mereka merupakan orang-orang terpilih dari
kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang
mengikuti mereka dengan kebaikan. Sesungguhnya hakikat
membela Nabi adalah dengan mencontoh mereka-mereka itu.
Oleh karena itu, ketika membela Nabi hanya dilandasi dengan
kebodohan dan sedikitnya ilmu tentang agama Allah, maka
pertolongan untuk nabi itu justru berubah menjadi praktek-
praktek yang yang tidak benar yang menyerupai orang-orang
kafir ketika hendak mengutuk dan mengingkari (perbuatan
orang-orang yang menghina Nabi), seperti menghasut massa,
menggerakkan demonstrasi, dan meneriak-neriakan slogan di
jalanan. Perbuatan-perbuatan seperti ini tidak ada hujjahnya
dari Allah, dan tidak ada dalilnya baik dari as-Sunnah (hadits)
maupun Al-Qur’an. Bahkan perbuatan seperti ini merupakan
tindakan-tindakan yang muncul dari kecintaan yang kosong dari

23
Ittiba’ (mengikuti Rasul), jauh dari ilmu, jauh dari petunjuk rasul
yang mulia Shallallahu’alaihi wa sallam.
Saat inilah kesempatan besar kita untuk menyongsong
sunnah beliau yang indah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
perjalanan hidup beliau yang indah, dan perjalanan hidup para
shahabat beliau yang mulia, untuk kita pelajari petunjuk
mereka, kita kenali jalan hidup mereka, serta kita contoh mereka
dalam kebaikan, keimanan, ketaatan, dan pertolongan mereka
untuk agama Allah.
Sungguh pasti berlaku Sunnatullah Tabaraka wa Ta’ala
terhadap orang-orang yang menentang rasul, juga orang-orang
yang menentang rasul-rasul sebelum beliau dan mengolok-olok
serta merendahkan para Rasul. Mereka semua pasti akan
mendapatkan hukuman yang berat dan azab yang pedih di dunia
sebelum nanti di akhirat. Perhatikanlah hal tersebut dalam
firman Allah Tabaraka wa Ta’ala,
ْ‫ﻛ َﻔ ُﺮوا ﺗُﺼــﻴﺒُ ُﻬﻢ ﺑ َﻤﺎ َﺻــﻨَ ُﻌﻮا ﻗَﺎر َﻋ ٌﺔ أَو‬
َ َ
ُ ََ ََ
‫ا ﻳﻦ‬ ِ ‫وﻻ ﻳﺰال‬
ِ ِ ِ
َ َ


ُ ْ َ َ ْ َ
َ ْ َ ِّ ً َ ُّ ُ َ
‫اﺑ إِن اﺑ ﻻ‬ ِ ‫ وﻋـﺪ‬¹ِ ‫ ﻳـﺄ‬k ٰ ‫ار ِﻫﻢ ﺣ‬ِ ‫ﺤﺗـﻞ ﻗ ِﺮﻳﺒـﺎ ﻣﻦ د‬
َ ْ َ ِّ ُ ُ َ ُْ ْ َََ َ َ ْ ُ ُْ
‫Œ( وﻟﻘـ ِﺪ اﺳــﺘﻬ ِﺰئ ﺑِﺮﺳــ ٍﻞ ﻣﻦ ﻗﺒ ِﻠـﻚ‬c) ‫ﺨﻳ ِﻠﻒ اﻟ ِﻤﻴﻌـﺎد‬
َ َ َ َْ َ َ ْ ُُْ َ َ
ُ ُ َ َ َ
ُ َْ ََْ
‫ﺎب‬ ِ ‫ﺜﻳﻦ ﻛﻔﺮوا ﻋﻢ أﺧـﺬﻳﻬﻢ ﻓﻜﻴﻒ ﺎﻛن ِﻋﻘـ‬ ِ ِ ‫ﻓـﺄﻣﻠﻴـﺖ ﻟ‬
[Œ|-Œc : ‫)|Œ({ ]اﻟﺮﻋﺪ‬
24
“Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan
perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat
kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah
tidak menyalahi janji. Dan sesungguhnya telah diperolok-olokkan
beberapa rasul sebelum kamu, maka Aku beri tangguh kepada orang-
orang kafir itu kemudian Aku binasakan mereka. Alangkah hebatnya
siksaan-Ku itu!” (Ar-Ra’du: 31-32)
Benar Allah Tabaraka wa Ta’ala memang memberi tangguh
bagi orang yang zhalim itu, namun Allah tidak akan
membiarkan mereka begitu saja. Benar Allah memang memberi
tangguh bagi orang-orang yang mengolok-olok dan mengejek itu
namun Allah tidak akan meninggalkan mereka begitu saja.
Apabila tiba saatnya Allah mengazab mereka, Allah akan azab
mereka dengan azab dari Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha
Kuasa. (‫ﻭﺍ‬‫ﻦ ﹶﻛ ﹶﻔﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻟﱠﻠﺬ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻣﹶﻠ‬ ‫“ ) ﹶﻓﹶﺄ‬Aku beri tangguh kepada orang-orang kafir
itu.” (Ar-Ra’du: 32) Maksudnya, Aku biarkan mereka sebentar
dan azab Allah (untuk mereka) adalah azab dari Dzat Yang Maha
Perkasa lagi Maha Kuasa.
Barangsiapa mempelajari sejarah, maka dia akan
menemukan hukuman yang banyak dan siksaan yang bermacam-
macam yang Allah berikan kepada orang-orang yang menentang
para rasul, lebih-lebih kepada mereka yang mengejek dan
mengolok-olok para rasul. Sungguh Allah Ta’ala telah berfirman
untuk menenangkan hati rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
َ َْ ْ ُْ َ َْ َ َ

[¯¿ : ‫إِﻧﺎ ﻛﻔﻴﻨﺎك اﻟﻤﺴﺘﻬ ِﺰﺋِﻦﻴ ]اﺤﻟﺠﺮ‬


25
“Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-
orang yang memperolok-olokkan (kamu).” (Al-Hijr: 95)
Allah Jalla wa ‘Alaa juga berfirman,
ُ ََْ ْ َ ُ َ َ َ

[Œ : ‫إِن ﺷﺎﻧِﺌﻚ ﻫﻮ اﻷﺑﺮﺘ ]اﻟﻜﻮﺛﺮ‬


“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang
terputus.” (Al-Kautsar: 3)
Allah Tabaraka wa Ta’ala memutus sumber penghidupan
mereka, melenyapkan harta benda dan peninggalan mereka.
Dan Allah menghalalkan untuk mereka siksa-Nya yang pedih
dan hukuman yang berat bagi setiap orang yang mengejek dan
mengolok nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya yang mulia, lebih-lebih
orang yang mengolok pemimpin para rasul dan penutup para
nabi, _Semoga shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah
kepada beliau.
Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman dalam sebuah hadits qudsi,
ْ َُُْ ْ ََ G َ َ
،‫َﻣ ْﻦ َﺨدى ِﻲﻟ و ِﺎ ﻓﻘﺪ آذﻏﺘﻪ ﺑِﺎﺤﻟﺮ ِب‬
ْ َ
“Barang siapa memusuhi wali-Ku, sungguh aku telah mengumumkan
perang terhadapnya.” (HR. Bukhari (6502)
Lalu bagaimana dengan orang yang memusuhi seorang nabi?
Bagaimana dengan orang orang yang menyakiti pemimpin para
rasul, teladan seluruh makhluk, dan penghulu anak keturunan
Adam ‘alaihi shalatu was salaam?

26
Sekiranya ada segerombolan saudara-saudara kera dan babi1
di zaman kita ini mengejek kepribadian Nabi yang mulia
‘Alaihisshalatu was salaam dan mengolok-olok beliau dengan
gambar-gambar penghinaan dan kalimat-kalimat olokan, maka
sungguh perbuatan ini adalah sebuah pengumuman bahwa
mereka akan dilenyapkan dan dibinasakan dengan seizin Allah
Tabaraka wa Ta’ala. Sunnah Allah pasti berlaku pada orang-
orang seperti itu. Barangsiapa yang ingin bukti, bacalah sejarah
semuanya, sejarah penuh dengan bukti-bukti yang menunjukkan
kesempurnaan kekuasaan Allah.
Kita harus benar-benar kembali kepada Allah ‘Azza wa Jalla
dengan mengakui kelemahan kita dan sedikitnya kemampuan
kita, dengan kita merendahkan diri hanya kepada-Nya Dzat Yang
Maha Suci, agar Dia menolong rasul-Nya yang mulia. Ya Allah,
Engkaulah yang bisa membalas mereka wahai Dzat yang Maha
Agung lagi Maha Mulia. Ya Allah, kami menjadikan-Engkau di
atas dada-dada mereka (Penolong dan Pembela kami atas
mereka), dan kami berlindung kepada-Mu ya Allah dari
keburukan mereka.
Semoga shalawat, salam, dan keberkahan senantiasa
tercurah kepada kepada Nabi kita Muhammad, beserta keluarga
dan shahabat beliau semuanya.

1
Bani Israel dulu (moyangnya orang-orang Yahudi sekarang) ada yang dikutuk oleh Allah
menjadi kera dan babi disebabkan keingkaran mereka. (Lihat QS al-Baqarah: 65, Al_Maidah :
60)_Pen
27
Catatan:

28

Anda mungkin juga menyukai