Anda di halaman 1dari 30

ADAB MENDATANGI MASJID

OLEH : FAHARUDDIN
ADAB-ADAB MENDATANG! MASJID
Allah Ta'ala berfirman:
ِ ‫يَا بَنِي آ َد ُم ُخ ُذ ْوا ِز ْينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِّل َمس‬...
‫ْج ٍد‬
Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap “
(memasuki) masjid... ” (Al-A'raf: 31)
Nabi bersabda:
‫الها مع الناس‬%‫ة فص‬%‫الة المكتوب‬%‫ى الص‬%‫ى إل‬%‫م مش‬%‫بغ الوضوء ث‬%‫الة فأس‬%‫أ للص‬%‫ن توض‬%‫م‬
‫أو مع الجماعة أو في المسجد غفر هللا له ذنوبه‬
“Barangsiapa yang berwudhu untuk mengerjakan shalat lalu
menyempurnakan wudhunya, kemudian ia berjalan menuju
shalat wajib dan mengerjakan shalat bersama kaum muslimin
atau bersama jama'ah atau di masjid, maka Allah mengampuni
dosa-dosanya.” HR.Muslim (no. 232).
Di Antara Adab-Adab Mendatangi Masjid
1. Larangan Mendatangi Masjid Bagi Orang Yang Telah Memakan
Bawang Merah Atau Bawang Putih Dan Yang Semisalnya
Seseorang yang telah memakan bawang merah dan bawang putih
mentah wajib menjauhi masjid agar ia tidak mengganggu orang-
orang yang sedang shalat dengan bau yang tidak sedap. Dan
barangsiapa yang mengganggu orang-orang yang sedang shalat,
berarti dia telah mengganggu para malaikat…
Diriwayatkan dari Jabir bahwa Nabi bersabda:
‫من أكل ثوما أو بصال فليعتزلنا أو قال فليعتزل مسجدنا وليقعد في بيته‬
“Barangsiapa yang memakan bawang merah atau bawang putih,
maka hendaklah ia memisahkan diri dari kami-atau beliau
bersabda, “Maka hendaklah ia memisahkan diri dari masjid kami-
dan duduk di rumahnya.” HR. Al-Bukhari (no. 855).
Dan hadits-hadits yang sangat jelas menunjukkan larangan
menghadiri masjid bagi siapa yang memakan bawang putih dan
bawang merah, dan orang tersebut tidak berdosa karena tidak
menghadiri jama'ah, hanya saja sekelompok orang bersikeras
melakukan penyelisihan, sedangkan Allah Ta'ala berfirman:
‫فليحذر الين يخالفون عن أمره أن تصيبهم فتنة أو يصيبهم عذاب أليم‬
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut
akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih. ” (An-Nuur: 63)
Dan sebagian lainnya tidak menghendaki penyelisihan dan sama
sekali tidak berniat menyelisihi jama'ah shalat, akan tetapi karena
niat baiknya ia merasa sangat berat apabila meninggalkan shalat
jama'ah dan apabila tidak menghadirinya walaupun ia memakan
bawang putih atau bawang merah, dan ini bukan udzur yang bisa
diterima. Dan sebagian orang awam mengetahui larangan ini akan
tetapi mereka tidak memperhatikannya sama sekali, dan hal ini
disebabkan lemahnya iman di hatinya.
Catatan penting: Dikiyaskan kepada bawang putih, bawang merah dan al-
karats, setiap apa yang menimbulkan aroma tidak sedap yang mengganggu
orang-orang yang mengerjakan shalat, seperti rokok atau bau tidak sedap
yang timbul dari badan atau dari pakaian yang kotor. Maka wajib bagi orang
yang mengerjakan shalat untuk memeriksa dirinya sebelum mendatangi
masjid sehingga ia tidak mengganggu orang-orang yang mengerjakan shalat
yang menyebabkannya berdosa karenanya.
Faidah: Apabila setelah memakan bawang merah atau bawang putih ia
mengambil sesuatu yang akan menolak bau yang tidak sedap, maka ia tidak
terhalang untuk menghadiri masjid. Akan tetapi ia haruslah memastikan
terlebih dahulu bahwa bau yang tidak sedap itu telah hilang seluruhnya,
dan sudah tidak akan lagi mengganggu orang-orang yang mengerjakan
shalat. Adapun apa yang dilakukan oleh sebagian orang sekarang dengan
menggunakan pasta gigi, seperti penghilang bau bawang merah dan
bawang putih. Ini adalah kesalahan yang sangat jelas, karena bau bawang
merah dan bawang putih muncul dari lambung, bukan dari mulut.
2. Disunnahkan Untuk Bersegera Mendatangi Masjid
Nabi menganjurkan umatnya untuk bersegera dan berlomba-lomba mendatangi
:masjid. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda
‫ا في‬%‫و يعلمون م‬%‫تهموا ل‬%‫ه الس‬%‫تهموا علي‬%‫ن يس‬%‫م يجدوا إال أ‬%‫م ل‬%‫ف األول ث‬%‫ي النداء والص‬%‫ا ف‬%‫م الناس م‬%‫و يعل‬%‫ل‬
‫التهجير الستبقوا إليه لو يعلمون ما في العتمة والصبح ألتوهما ولو حبوا‬.
“Seandainya manusia mengetahui kebaikan yang ada pada adzan dan shaf yang
pertama kemudian mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan berundi,
niscaya mereka akan berundi. Dan seandainya mereka mengetahui keutamaan
waktu hajiirah (waktu awal shalat Zhuhur), niscaya mereka akan berlomba-lomba
mendapatkannya. Dan seandainya mereka mengetahui keutamaan waktu
'atamah (waktu shalat Isya’ dan shalat Shubuh, niscaya mereka akan
mendatanginya walaupun dengan merangkak.”
Dan dalam riwayat Muslim disebutkan:
‫لو تعلمون أو يعلمون ما في الصف المقدم لكانت قرعة‬
“Seandainya kalian mengetahui atau mereka mengetahui keutamaan shaf
terdepan, niscaya kalian akan mengadakan undian.” HR. AI-Bukhari (615), Muslim
(437), (439), ahmad (7680), at-Tirmidzi (225) dan AnNasa'i (540).
3. Berjalan Menghadiri Shalat Dengan Khusyu' Dan Tenang
Disunnahkan bagi orang yang berjalan menghadiri shalat, agar ia berjalan dengan
khusyu', hati yang tenang dan tuma’ninah. Karena siapa saja yang mendatangi
shalat dengan tenang, maka ia akan khusyu' dalam mengerjakan shalat dan juga
mengerjakan tata caranya. Sebaliknya, siapa saja yang mendatangi shalat dengan
tergesa-gesa dan terburu-buru, maka fikiran dan perasaannya akan bercabang.
Nabi telah melarang umat beliau menghadiri shalat mereka dengan tergesa-gesa
walaupun shalat tengah didirikan.
Diriwayatkan dari Abu Qatadah , ia berkata,“Ketika kami mengerjakan shalat
bersama Nabi, beliau mendengar kegaduhan dari beberapa orang.Setelah beliau
menyelesaikan shalat, beliau bersabda,Ada apa dengan kalian? Para shahabat
mengatakan, “Kami tergesa-gesa menghadiri shalat. Beliau bersabda:
‫سكينة فما أدركتم فصلوا وما فاتكم فأتموا‬%‫فال تفعلوا إذا أتيتم الصالة فعليكم بال‬
“Janganlah kalian melakukannya. Apabila kalian mendatangi shalat, maka kalian
wajib mendatanginya dengan tenang. Apa yang kalian dapati maka shalatlah, dan
apa yang kalian lewatkan maka sempurnakanlah.” HR. Al-Bukhari (no. 635), Muslim
(no. 603), Ahmad (no. 22102) dan ad-Darimi (no. 1283).
4. Do'a Yang Dibaca Ketika Berjalan Menghadiri Shalat (Di Masjid)
Disunnahkan bagi seseorang yang berjalan menghadiri shalat untuk membaca dengan do'a
yang diucapkan oleh Nabi ketika beliau keluar menghadiri shalat. Diriwayatkan bahwa ketika
Ibnu 'Abbas menginap di rumah bibinya, Maimunah, ia berkata (di akhir hadits), “Maka Bilal
mendatangi beliau dan mengumandangkan adzan shalat, maka beliau berdiri dan
mengerjakan shalat tanpa berwudhu lagi. Dan di antara do'a yang beliau ucapkan (ketika
mendatangi shalat) adalah:
‫ي نورا وعن يساري نورا وفوقي نورا وتحتي نورا‬%‫معي نورا وعن يمين‬%‫ري نورا وفي س‬%‫بي نورا وفي بص‬%‫ل في قل‬%‫اللهم اجع‬
‫وأمامي نورا وخلفي نورا وعظم لي نورا‬
“Ya Allah, jadikanlah cahaya di hatiku, cahaya pada penglihatanku, pendengaranku, cahaya
dari sebelah kanan dan kiriku, cahaya di atas dan di bawahku, cahaya di depan dan
belakangku dan berilah aku cahaya yang agung.”
Dan dalam riwayat Abu Dawud disebutkan,“... Kemudian beliau keluar menuju shalat sambil
mengucapkan:
‫ل خلفي نورا‬%‫ري نورا واجع‬%‫ي بص‬%‫ل ف‬%‫معي نورا واجع‬%‫ي س‬%‫ل ف‬%‫اني نورا واجع‬%‫ي لس‬%‫ل ف‬%‫بي نورا واجع‬%‫ي قل‬%‫ل ف‬%‫م اجع‬%‫الله‬
‫وأمامي نورا واجعل من فوقي نورا ومن تحتي نورا اللهم و أعظم لي نورا‬
“Ya Allah, jadikanlah cahaya di hatiku jadikanlah cahaya di lisanku jadikanlah cahaya di
pendengaranku, jadikanlah cahaya di penglihatanku, jadikanlah cahaya di belakang dan di
depanku, jadikanlah cahaya di atas dan di bawahku. Ya Allah, berilah aku cahaya yang agung.
” HR. Muslim (no. 7633); Abu Dawud (no. 1353), Syaikh al-Albani mengatakan. “Shahih.” (no.
1025), dan Ahmad (no. 3531).
5. Do'a Ketika Masuk dan Keluar dari Masjid
Disunnahkan bagi seseorang yang masuk ke dalam masjid untuk
mengucapkan:
‫اللهم صل وسلم على محمد وعلى آل محمد اللهم افتح لي أبواب رحمتك‬
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan
keluarga Muhammad. Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-
Mu. ”
Dan apabila keluar dari masjid mengucapkan:
‫اللهم صل وسلم على محمد وعلى آل محمد اللهم افتح لي أبواب فضلك‬
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan
keluarga Muhammad. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta karunia-Mu. ”

‫أعوذ باهلل العظيم وبوجهه الكريم وسلطانه القديم من الشيطان الرجيم‬


“Aku berlindung kepada Allah Yang Mahaagung, dengan wajah-Nya yang
mulia dan kekuasaan-Nya yang abadi dari syetan yang terkutuk."
6. Disunnahkan Mendahulukan Kaki Kanan Ketika Masuk ke Masjid dan Kaki
Kiri Ketika Keluar darinya
Seseorang yang masuk ke masjid disunnahkan mendahulukan kaki kanan,
karena hal itulah yang dilakukan oleh Rasulullah. Juga karena masjid adalah
tempat yang paling mulia, maka sepantasnyalah seseorang mendahulukan
kaki kanan ketika memasukinya. Dan sebaliknya ketika keluar dari masjid
maka kaki kiri didahulukan,
berdasarkan apa yangi dilakukan oleh Nabi. Juga karena tempat selain
masjid kemuliaannya lebih rendah. Dan di antara kebiasaan syara' adalah
mendahulukan tangan dan kaki kanan melakukan hal-hal yang utama dan
mulia, dan mendahulukan bagian kiri melakukan hal-hal yang rendah.
Adapun kaidah umum dalam permasalahan ini adalah hadits Aisyah , ia
mengatakan,“Nabi suka mendahulukan bagian yang kanan ketika memakai
sandal, menyisir, berwudhu dan di setiap keadaan yang baik beliau.” HR Al-
Bukhari (no. 168) dan lafazh hadits di atas adalah lafazh riwayat al-Bukhari,
Muslim (no. 268), Ahmad (no. 24106), at-Tirmidzi (no. 608). art-Nasa’i (no.
421) dan Ibnu Majah (no. 401).
7. Disunnahkan Mengerjakan Shalat Tahiyyatul Masjid Ketika Masuk
ke Masjid (Sebelum Duduk)
Disunnahkan bagi seseorang yang masuk ke masjid untuk memulai
dengan shalat dua raka'at, yaitu shalat Tahiyyatul Masjid. Dan shalat
ini tidak wajib, akan tetapi sunnah mu’akkadah, berdasarkan
perintah Nabi kepada para shahabat beliau dalam masalah ini.
Sebagaimana tercantum dalam hadits Abu Qatadah as-Sulami
bahwa Rasulullah bersabda:
‫إذا دخل أحدكم المسجد فليركع ركعتين قبل أن يجلس‬
”Apabila salah seorang di antara kalian masuk ke masjid hendaklah
ia mengerjakan shalat dua raka’at sebelum ia duduk. ” HR. Al-
Bukhari (no. 444), Muslim (no. 714), Ahmad (no. 22017), at-Tirmidzi
(no. 316), an-Nasa’i (no.730), Abu Dawud (no.467), Ibnu Majah
(no.1013) dan ad- Darimi (no. 1393).
8. Keutamaan Duduk di Masjid
Di antara hadits yang menunjukkan keutamaan duduk di masjid dan
menunggu didirikannya shalat adalah sabda beliau:
‫لون على‬%‫ة يص‬%‫ه والمالئك‬%‫ي تحبس‬%‫الة ه‬%‫ت الص‬%‫ا كان‬%‫الة م‬%‫ي الص‬%‫جد كان ف‬%‫ل المس‬%‫فإذا دخ‬
‫ب عليه‬%‫م ت‬%‫ه الله‬%‫ر ل‬%‫م اغف‬%‫ه الله‬%‫م ارحم‬%‫ الله‬: ‫ه يقولون‬%‫لى في‬%‫ه الذي ص‬%‫ي مجلس‬%‫ا دام ف‬%‫م م‬%‫أحدك‬
‫ما لم يؤذ فيه ما لم يحدث فيه‬
“… Apabila ia masuk ke masjid, maka ia berada dalam keadaan
shalat selama shalat yang ditujunya belum didirikan. Dan para
malaikat akan mendo'akan salah seorang di antara kalian selama ia
berada di tempat duduk yang ia shalat di dalamnya (masjid), mereka
mengucapkan, “Ya Allah, rahmatilah ia. Ya Allah, ampunilah ia. Ya
Allah, terimalah taubatnya, selama ia tidak mengganggu dan tidak
tidak berhadats. ” HR. Al-Bukhari (no.176), Muslim (no.749) dan
lafazh di atas adalah lafazh riwayat Muslim, Ahmad (no.7382), an-
Nasa’i (no.733), Abu Dawud (no.559), dan Malik (no.382).
Perlu diketahui bahwa pahala dan do'a para malaikat bagi seseorang yang
menunggu shalat terkait dengan beberapa perkara:
Pertama: Bahwa yang menghalanginya untuk pergi kepada keluarga atau
pekerjaannya adalah ibadah shalat semata.
Kedua: Bahwa do'a para malaikat bagi seseorang yang menunggu shalat terkait
dengan tetapnya seorang yang shalat tersebut di tempat ia shalat (di dalam
masjid). Pendapat lainnya mengatakan bahwa do'a para malaikat mencakup
siapa saja yang menunggu shalat di masjid, di tempat yang ia shalat
sebelumnya. Namun lafazh hadits menguatkan pendapat yang pertama.
Ketiga: Bahwa pahala seorang yang menunggu shalat dan do'a para malaikat
untuknya akan tertolak dengan adanya hadats atau gangguan. Dan yang
dimaksud dengan gangguan adalah gangguan yang ditimbulkannya kepada
malaikat atau kepada muslim lainnya, baik dengan perbuatan maupun dengan
ucapan, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Hajar(Fat-hul Bari (IV/400)).Dan
yang dimaksud dengan hadats adalah seorang yang menanti shalat melakukan
salah satu dari hal-hal yang membatalkan wudhu“.
Catatan penting: Sebagian besar kaum muslimin melalaikan Waktu yang utama
(waktu menanti shalat antara adzan dan iqamat). Kita akan dapati mereka
melemparkan pandangan kepada orang-orang yang mengerjakan shalat atau
membaca al-Qur’an. Sebagian dari mereka melepaskan pandangan dan akalnya
untuk memperhatikan kaligrafi masjid, bangunan dan selainnya. Seandainya
mereka memanfaatkan waktu yang utama ini dengan membaca al-Qur'an, dzikir
kepada Allah atau berdo'a dengan sungguh-sungguh, karena waktu ini adalah
waktu terkabulnya do'a, niscaya ia mendapat kebaikan yang sangat banyak.
Catatan penting lainnya: Imam shalat adalah bagian dari suatu kepemimpinan,
maka seorang imam haruslah berlemah lembut kepada para makmum, tidak
memberatkan mereka dengan setiap perbuatan yang menyusahkan.
Diriwayatkan dari 'Aisyah, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda:
‫متي شيئا فشق عليهم فاشقق عليه ومن ولي من أمر أمتي شيئا فرفق بهم فارفق به‬%‫اللهم من ولي من أمر أ‬
“Ya Allah, siapa saja yang memegang salah satu perkara umatku lalu ia
memberatkan mereka maka beratkanlah ia, dan siapa saja yang memegang salah
satu perkara umatku, lalu ia berlaku santun kepada mereka, maka berlemah
Iembutlah kepadanya.” HR. Muslim (no. 1828) dan Ahmad (no. 24101).
9. Bolehnya Tidur Terlentang di Masjid
Dibolehkan tidur terlentang di masjid. Rasulullah pernah tidur
terlentang di masjid dengan meletakkan salah satu kaki beliau di atas
kaki lainnya.
Diriwayatkan dari 'Abdullah bin Zaid bin 'Ashim, bahwa beliau pernah
melihat Rasulullah, tidur terlentang di masjid sambil meletakkan salah
satu kaki beliau di atas kaki lainnya.
Dan dari Ibnu Syihab, dari Sa'id bin al-Musyyab, ia berkata, 'Umar dan
‘Utsman melakukannya.” HR. Al-Bukhari (no. 475), Muslim (no. 2100),
at-Tirmidzi (no.3765), an-Nasa’i (no.721). Abu Dawud (no.4866),
Ahmad (no.15995), Malik (no.418) dan ad-Darimi (no.2656).
Akan tetapi haruslah terjaga agar auratnya tidak tersingkap, karena
meletakkan. salah satu kaki di atas kaki lainnya memungkinkan
tersingkapnya aurat, dan siapa yang mungkin bisa menjaganya, maka
hal tersebut tidak terlarang baginya.
Faidah: Sebagian orang merasa keberatan dengan menjulurkan kaki
mereka ke arah kiblat sebagai bentuk wara' mereka. Akan tetapi
perasaan berat ini tidak pada tempatnya. Siapa saja yang
menjulurkan kakinya atau kedua kakinya ke arah kiblat di masjid atau
di luar masjid, maka ia tidaklah berdosa. Lihat Fatawa al-Lajnah ad-
Da’imah lil Buhuts al-‘Ilmiyah wal Ifta' (VI/292) (no, 5795).
Peringatan: Orang yang menjulurkan kakinya atau kedua kakinya ke
arah kiblat di masjid wajib menjaga agar tidak menjulurkannya ke
arah mushhaf, sebagai adab dan pengagungan terhadap Kalamullah.
Bahkan, kaum muslimin pun mencela dan mengingkari orang yang
menjulurkan kakinya atau kedua kakinya ke hadapan mereka atau di
dalam majelis mereka, maka terlebih lagi dengan orang yang
menjulurkan kedua kakinya ke arah mushhaf. Tidak diragukan bahwa
hal tersebut lebih diingkari lagi.
10. Bolehnya Tidur di Masjid
Dibolehkan tidur di masjid bagi siapa yang
membutuhkannya. Para Ash-habush Shuffah telah
melakukannya di masjid.
Ibnu 'Umar pernah tidur di masjid sebelum beliau
berkeluarga. Diriwayatkan dari Nafi’, ia berkata,'Abdullah
bin 'Umar mengabarkan kepadaku bahwa ketika muda
sebelum menikah, ia tidur di masjid Nabi”.
Peringatan: Apabila seorang (muslim) bermimpi basah dan
ia tidur (di dalam masjid), maka ia harus segera keluar dari
masjid setelah terbangun untuk mandi junub.
11. Larangan Berjual Beli di Dalam Masjid
Jual beli tidak dibolehkan di masjid, karena masjid tidak didirikan untuk
berjual beli, melainkan ia dibangun untuk dzikir kepada Allah, mendirikan
shalat, tempat mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada kaum muslimin... dan
lain sebagainya. Dan barangsiapa yang melihat seseorang melakukan
transaksi jual beli atau menjual barang di masjid, maka hendaklah ia
menegurnya dan mengatakan kepada orang tersebut, “Semoga Allah tidak
memberi keuntungan dalam jual belimu.”
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:
‫ ال أربح هللا تجارتك‬: ‫إذا رأيتم من يبيع أو يبتاع في المسجدفقولوا‬...
“Apabila kalian melihat seseorang menjual atau membeli di dalam masjid,
maka katakanlah, “Semoga Allah tidak memberi keuntungan dalam jual
belimu …” (HR. At-Tirmidzi (no. 1321) dan ia berkata, “Hadits ini hasan
gharib,” dan sebagian ulama membenci jual beli di dalam masjid. Inilah
pendapat Ahmad dan Ishaq. Dan sebagian ulama memberi rukshah untuk
melakukan jual beli di dalam masjid. Diriwayatkan oleh ad-Darimi (no.
1401).)
Catatan penting: Seputar jual beli di ruangan-ruangan atau teras yang termasuk
area masjid atau aula yang dikhususkan untuk shalat, Lajnah Da’imah berpendapat,
tidak dibolehkan melakukan jual beli dan mengumumkan barang hilang di aula
yang khusus digunakan untuk shalat apabila tempat tersebut termasuk bagian dari
masjid. Nabi. bersabda, “Apabila kalian melihat seseorang menjual atau membeli di
dalam masjid, maka katakanlah, “Semoga Allah tidak memberi keuntungan dalam
jual belimu ...'” Lalu Lajnah Da'imah melanjutkan, “Adapun ruangan-ruangan, maka
haruslah dirinci: Apabila mangan tersebut masuk ke dalam denah masjid maka
ruangan itu tergolong ke dalam hukum masjid, dan penjabarannya sama dengan
penjabaran aula (teras) masjid. Adapun jika ruangan tersebut di luar denah masjid,
walaupun pintunya bersatu dengan masjid maka hukumnya tidak termasuk hukum
masjid, karena pintu rumah Nabi yang didiami oleh ‘Aisyah berada di dalam
masjid, dan hukumnya tidak menyatu
dengan hukum masjid." (VI/283) (no. 11967).
Faidah: Termasuk mengikuti Sunnah Nabi bahwa siapa yang mendengar seseorang
menjual atau membeli sesuatu di dalam masjid, hendaklah ia mengucapkan,
“Semoga Allah tidak memberi keuntungan dalam jual belimu.” Dan yang nampak
dari lafazh hadits di atas tidak dibedakan antara seorang alim dan seorang jahil.
12.Larangan Mengumumkan Barang Hilang Di Masjid
Masjid-masjid Allah dibangun untuk dzikir kepada Allah, bertasbih kepada-Nya,
membaca al-Qur“an, dan mendirikan shalat. Masjid-masjid Allah tidak
dibangun untuk dijadikan tempat menanyakan atau barang yang tidak
diketahui keberadaannya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata,“Rasulullah bersabda:
‫ ال ردها هللا عليك فإن المساجد لم تبن لهذا‬: ‫من سمع رجال ينشد ضالة في المسجد فليقل‬
"Barangsiapa yang mendengar seseorang mengumumkan barang hilang di
masjid maka hendaklah ia mengucapkan,“Semoga Allah tidak mengembalikan
barang hilang tersebut kepadamu,” karena sesungguhnya masjid tidaklah
dibangun untuk tujuan seperti ini.”
Dan, dalam riwayat Ahmad disebutkan, “Semoga Allah tidak menunaikannya
kepadamu.” Dan, riwayat ad-Darimi, “Semoga Allah tidak menunaikannya
bagimu.” “ HR. Muslim (no. 568), Ahmad (no. 8382, 9161), dengan dua lafazh
seluruhnya, at' Tirmidzi (no. 1321), Abu Dawud (no. 473), lbnu Majah (no. 77)
dan ad-Darimi (no. 1401).
13. Mengeraskan Suara di Dalam Masjid.
Diriwayatkan dari Ka'b bin Malik bahwa ia menagih piutang kepada Ibnu Abi Hadrad
di dalam masjid sehingga suara mereka melengking keras, dan Rasulullah
mendengar suara mereka, padahal beliau berada di rumahnya. Maka beliau keluar
menemui keduanya hingga tabir pintu rumah beliau tersingkap. Lalu beliau
menyeru, “Hai Ka'b. ” Ka'b menjawab, “Ya Rasulullah, aku menyambut
panggilanmu.” Beliau bersabda, “Kurangilah piutangmu ini.” Beliau mengisyaratkan
kepadanya, yaitu setengah dari piutangnya. Ka'b mengatakan, “Sudah aku lakukan
wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Maka berdiri dan lunasilah.” HR. Al-Bukhari
(no. 4587) dan lafazh di atas adalah lafazh riwayat al-Bukhari, Muslim (no. 1558),
Dan dari as-Sa’ib bin Yazid, ia mengatakan, “Aku pernah berdiri di dalam masjid, lalu
seseorang melempariku dengan batu kecil, kemudian aku menoleh, dan ternyata ia
adalah 'Umar bin al-Khaththab. Beliau berkata, “Pergi dan hadapkan kepadaku dua
orang ini.” Maka aku menghadapkan keduanya. Beliau berkata, “Siapa kalian?” atau,
“Dari mana kalian?” Keduanya menjawab, “Kami dari penduduk Tha’if.' Beliau
berkata, “Seandainya kalian berasal dari penduduk negeri ini, niscaya aku akan
menghukum kalian karena kalian telah mengeraskan suara didalam masjid
Rasulullah.“ HR. Al-Bukhari (no. 470).
14. Larangan Menyilangkan Jari-Jemari Ketika Keluar dari Masjid Sebelum
Melaksanakan Shalat dan Dibolehkan Setelah Mengerjakan Shalat
Telah shahih diriwayatkan dari Nabi bahwa beliau menyilangkan jari-jemarinya
lebih dari sekali di dalam masjid maupun di luar masjid, yang mana ini
menunjukkan bolehnya menyilangkan jari-jemari secara mutlak. Seperti
tercantum dalam hadits Abu Musa, dari Nabi, beliau bersabda:
‫إن المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا‬
“Sesungguhnya seorang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan satu
bangunan yang sebagiannya saling menguatkan sebagian lainnya.” Dan beliau
menyilangkan jari-jemarinya. HR. Al-Bukhari- Muslim.
Dan dalam hadits Abu Hurairah tentang Nabi yang lupa ketika shalat, ia berkata,
“Lalu beliau shalat mengimami kami dua raka'at kemudian beliau berdiri menuju
tiang kayu didalam masjid dan bersandar kepadanya, seolah-olah beliau dalam
keadaan marah, dan beliau meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya
lalu menyilangkan jari-jemari beliau, dan beliau meletakkan pelipis kanannya di
atas punggung telapak kirinya ...” (Al-hadits). HR Al-Bukhari -Muslim.
15. Bolehnya Membicarakan Perkara-Perkara Dunia yang Mubah di Dalam Masjid
Dibolehkan bagi seseorang membicarakan perkara-perkara keduniaan yang mubah
di dalam masjid bersama saudaranya, dan tidak ada dosa baginya dalam
pembicaraan tersebut. Rasulullah melakukannya, dan para shahabat beliau
memperbincangkan sesuatu di masjid sementara beliau berada di tengah mereka
dan membenarkannya. Maka ini menunjukkan dibolehkannya hal tersebut.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik , ia berkata, “Shalat telah didirikan, dan Nabi
menyeru kepada seseorang di samping masjid, dan tidaklah ia berdiri mengerjakan
shalat hingga orang-orang yang ada semuanya tidur.” HR. Al-Bukhari (no. 642) dan
lafazh di atas adalah lafazh riwayat al-Bukhari, Muslim (no. 376), Ahmad (no.
11576), at-Tirmidzi (no. 518), an-Nasa’i (no. 791) dan Abu Dawud (no. 201).
Dari Simak bin Harb, ia berkata, “Aku bertanya kepada Jabir bin Samurah, “Apakah
engkau pernah duduk bersama Rasulullah Ia menjawab, “Ya, beliau seringkali tidak
berdiri (pergi) dari mushalla beliau di mana beliau shalat Shubuh ditempat tersebut
hingga matahari terbit. Apabila matahari telah terbit, maka beliau pun berdiri
(pergi). Dan para shahabat biasanya berbincang-bincang dan menyebutkan perkara
jahiliyah hingga mereka tertawa dan beliaupun tersenyum.” HR. Muslim (no. 2322),
Ahmad (no. 20333) dan an-Nasa’i (no. 1358).
Berbincang-bincang seputar keduniaan di dalam masjid diharuskan
memperhatikan beberapa perkara:
Pertama: Jangan sampai mengganggu orang-orang yang mengerjakan shalat,
membaca al-Qur’an, atau orang-orang yang menyibukkan diri dengan ilmu.
Kedua: Tidak menjadikannya sebagai kebiasaan.
Ketiga: Menjaga jangan sampai mengucapkan perkataan atau melakukan
pebuatan yang diharamkan.
Keempat: Pembicaraannya mesti sedikit, tidak banyak.
16. Bolehnya Makan dan Minum di Masjid
Tidak mengapa makan dan minum di dalam masjid, karena Rasulullah pernah
makan di dalam masjid. Dan perbuatan beliau ini menunjukkan dibolehkannya.
Abdullah bin al-Harits bin Juz’i az-Zubaidi mengatakan,“Kami pernah makan roti
dan daging di dalam masjid pada zaman Rasulullah“HR. Ibnu Majah (no. 3300),
Syaikh al-Albani mengatakan, “Shahih," (no. 2685, 3363).
Akan tetapi hendaklah orang yang minum atau makan di dalam masjid tidak
sampai mengotorinya dengan sisa-sisa makanan atau minuman.
17. Bolehnya Melantunkan Sya'ir di Dalam Masjid
Dibolehkan melantunkan sya'ir di dalam masjid. Dan hal ini apabila Sya'ir
tersebut adalah sya'ir yang mubah, bukan yang haram. Dan haruslah menjaga
perkataan yang memang harus dijaga. Karena sya'ir adalah perkataan yang jika
baik maka ia pun baik, sedangkan yang buruk maka ia pun buruk.
Hasan bin Tsabit telah melantunkan sya'ir di dalam masjid di hadapan
Rasulullah.la memuji Rasulullah dan kaum mukminin,dan menghujat orang-
orang musyrik serta membantah mereka. Bahkan Rasulullah mendo'akannya.
Dari Sa'id bin al-Musayyab ia berkata,Umar melintas di dalam masjid
sementara Hassan menggubah sebuah sya'ir, lalu ia berkata, “Aku pernah
menggubah sebuah sya'ir di dalam masjid yang di dalamnya dihadiri oleh
seorang yang lebih baik darimu.
Kemudian ia menoleh kepada Abu Hurairah dan mengatakan, “Aku bersumpah
demi Allah, pernahkah engkau mendengar Rasulullah mengatakan,Belalah aku.
Ya Allah, kuatkanlah ia dengan Ruhul Kudus. ' Ia berkata,“Ya”.
18.Bolehnya Bermain dengan Tombak dan Semisalnya di Dalam Masjid
Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata,“Suatu hari aku melihat Rasulullah berada di
pintu kamarku dan orang-orang Habasyah bermain-main di dalam masjid. Dan
Rasulullah menutupiku dengan jubah beliau. Aku menyaksikan permainan mereka.”
Dalam riwayat lain, Aisyah berkata, “Rasulullah masuk ke dalam bilikku dan di sisiku
ada dua anak kecil wanita sedang bersenandung dengan senandung perang Bu'ats.
Maka beliau berbaring di tempat tidur dan memalingkan wajahnya. Kemudian Abu
Bakar masuk dan menegurku seraya berkata, “Seruling syetan berada di sisi Nabi”
Lalu Nabi menghadapkan wajah kepadanya, lalu bersabda, “Biarkanlah keduanya”.
Di saat beliau lengah, aku memberi isyarat kepada keduanya, lalu keduanya pun
keluar. Dan pada hari 'Ied orang-orang mengadakan permainan dengan
menggunakan perisai dan tombak. Waktu itu apakah aku yang meminta kepada
Nabi ataukah beliau yang mengatakan, “Apakah engkau ingin melihat?' Aku berkata,
“Ya! Maka beliau memberdirikan aku di belakangnya, dan pipiku bersentuhan
dengan pipi beliau, lalu beliau bersabda, 'Wahai Bani Arfadah, sekali lagi hingga aku
jenuh.” Beliau bertanya, “Sudah cukup? Aku menjawab, “Ya, Beliau bersabda,
“Kalau begitu pergilah. ” HR. Al-Bukhari (no.455,950), dan lafazh di atas menurut
riwayat beliau, Muslim (no.392). Ahmad (no.23775), an-Nasa’i (no.1594) dan lbnu
Majah (no.1898).
19. Disunnahkan Menampakkan Perhiasan untuk Shalat Jum'at dan Shalat
'Iedain (Dua Hari Raya)
Disunnahkan bagi seorang muslim untuk berhias dengan mengenakan
pakaian yang indah untuk shalat Jum'at dan shalat 'ledain, karena
mengenakan pakaian yang indah untuk melaksanakan shalat Jum'at dan
shalat 'ledain adalah sesuatu yang dianjurkan oleh syara'.
Hal ini ditunjukkan oleh hadits 'Abdullah bin 'Umar, ia berkata, 'Umar bin al-
Khaththab melihat pakaian sutera bergaris yang ada di depan pintu masjid.
Maka ia berkata, ”Ya Rasulullah, seandainya engkau membeli pakaian ini
dan mengenakannya pada hari Jum'at dan menyambut tamu yang
berkunjung kepadamu.' Maka Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya yang
mengenakan pakaian ini adalah orang yang tidak mendapatkan bagiannya
di akhirat.. .” (Al-hadits) HR. Al-Bukhari (no. 886), Muslim (no. 2068), Ahmad
(no. 4699), an-Nasa*i (no. 1382), Abu Dawud (no. 1076), Ibnu Majah (no.
3591) dan Malik (no. 1705).
20. Larangan Keluar dari Masjid Setelah Adzan Dikumandangkan
Dimakruhkan keluar dari masjid bagi orang yang telah mendengar
adzan dikumandangkan sementara ia telah berada di dalam masjid,
kecuali orang yang mempunyai udzur yang memang
mengharuskannya keluar dari dalam masjid, seperti untuk
memperbarui wudhu dan semisalnya.
Diriwayatkan dari Abu asy-Sya'tsa , ia berkata, “Kami pernah duduk di
dalam masjid bersama Abu Hurairah , lalu muadzdzin
mengumandangkan adzan. Maka seseorang berdiri dari dalam masjid
dan berjalan keluar, kemudian pandangan Abu Hurairah
mengikutinya hingga orang itu keluar dari masjid. Abu Hurairah
berkata, 'Sesungguhnya orang ini telah bermaksiat kepada Abul
Qasim.“HR Muslim (no.655), Ahmad (no.9118), at-Tirmidzi (no.204),
an-Nasa’i (no,683), Abu Dawud (no.536), lbnu Majah (no.733) dan
ad-Darimi (no. 1205).
21.Termasuk Sunnah Shalat dengan Memakai Sandal di Dalam Masjid
Telah shahih dari Nabi melalui banyak riwayat bahwa beliau mengerjakan shalat
dengan memakai sandal, bahkan beliau memerintahkan untuk melakukannya.
Anas bin Malik ditanya, “Apakah Nabi pernah shalat dengan mengenakan kedua
sandalnya?” Ia menjawab, “Ya”.
Dan diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri, ia berkata,“Rasulullah mengimami shalat
para shahabatnya, tiba-tiba beliau melepas kedua sandalnya dan meletakkannya di
samping kiri beliau; Dan ketika para shahabat melihatnya, mereka pun melepas
sandal mereka. Setelah Rasulullah shalat, beliau bertanya,Apa yang menyebabkan
kalian melepas sandal kalian? Para shahabat menjawab, Kami melihatmu melepas
sandal, maka kami pun melepas sandal kami! Rasulullah lantas
bersabda,'Sesungguhnya Jibril mendatangiku dan memberitahukan kepadaku bahwa
di kedua sandalku terdapat kotoran. Atau beliau bersabda, Terdapat najis. '”
Dan beliau bersabda:
‫إذا جاء أحدكم إلى المسجد فلينظر فإن رأى في نعليه قذرا أو أذى فليمسحه وليصل فيهما‬
“Apabila salah seorang di antara kalian mendatangi masjid hendaklah ia melihat
kedua sandalnya, jika dikedua sandalnya terdapat kotoran atau najis maka
hendaklah ia membasuhnya kemudian shalatlah dengan memakai keduanya.”
22.Adab-Adab Wanita Menghadiri Masjid
Tidak ada yang menghalangi seorang wanita untuk datang
ke masjid, dan ia tidak sepantasnya dilarang jika ingin
mendatanginya selama ia tidak melakukan sesuatu yang
terlarang dalam tinjauan syara'. Hal tersebut sangat jelas
disebutkan dalam hadits Ibnu 'Umar dari Nabi, beliau
bersabda:
‫إذا استأذنت امرأة أحدكم إلى المسجد فال يمنعها‬
“Apabila isteri salah seorang di antara kalian meminta izin
untuk pergi ke masjid maka janganlah ia melarangnya, ”
HR. Al-Bukhari (no. 5238), Muslim (no. 442), Ahmad (no.
4542), at-Tirmidzi (no.570), an-Nasa’i (no. 706), Abu
Dawud (no.568), Ibnu Majah (no.16) dan ad-Darimi
(no.1278).

Anda mungkin juga menyukai