Anda di halaman 1dari 9

Adab Shalat Berjamaah di Masjid

oleh dr. Adika Mianoki, Sp.S.

26 April 2021

Shalat berjamaah di masjid merupakan salah satu amal yang mulia. Agar ibadah ini semakin
sempurna, ada beberapa adab dan petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak
boleh diabaikan. Berikut di antara beberapa adab yang perlu diperhatikan seorang muslim
ketika hendak melakukan shalat berjamaah di masjid:

Memilih Pakaian yang Bagus

Hendaknya kita memilih pakaian yang bagus saat pergi ke masjid. Allah tidak hanya
memerintahkan kita untuk sekedar memakai pakaian yang menutup aurat, akan tetapi
memerintahkan pula untuk memperbagus pakaian, lebih-lebih lagi ketika akan pergi ke
masjid. Allah Ta’ala berfirman

‫َي ا َب ِني آَد َم ُخ ُذ وْا ِز يَنَت ُك ْم ِع نَد ُك ِّل َم ْس ِجٍد‬

“Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (Al A’raf:
31).

Dari ayat ini dapat diambil pelajaran bahwa kita dianjurkan untuk berhias ketika shalat, lebih-
lebih ketika hari jumat dan hari raya. Termasuk dalam hal ini memakai parfum bagi laki-laki.

Namun sekarang banyak kita jumpai kaum muslimin yang ketika pergi ke masjid hanya
mengenakan pakaian seadanya padahal ia memiliki pakaian yang bagus. Bahkan tidak sedikit
yang mengenakan pakaian yang penuh gambar atau berisi tulisan-tulisan kejahilan.
Akibatnya, mau tidak mau orang yang ada dibelakangnya akan melihat dan membacanya
sehingga mengganggu konsentrasi dan kekhusyukan shalat.

Berwudhu dari Rumah

Sebelum pergi ke masjid, hendaknya berwudhu sejak dari rumah, sebagaimana diterangkan
oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

‫َم ْن َت َط َّهَر ِفي َبْيِتِه ُث َّم َم َش ى ِإَلى َب ْيٍت ِمْن ُبُيوِت ِهللا ِلَي ْق ِض َي َفِر يَض ًة ِمْن َفَر اِئِض ِهللا َك اَنْت َخ ْط َو َت اُه ِإْح َد اُه َم ا َت ُح ُّط َخ ِط يَئ ًة‬
‫َو اُأْلْخ َر ى َت ْر َفُع َد َر َج ًة‬

“Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berjalan ke salah satu rumah dari
rumah-rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu dari kewajiban-kewajiban yang
Allah wajibkan, maka kedua langkahnya salah satunya akan menghapus dosa dan langkah
yang lainnya akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim 1553)

Membaca Doa Menuju Masjid

Saat keluar dari rumah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita untuk
mengucapkan doa. Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ِإَذ ا َخ َر َج الَّر ُجُل ِمْن َبْيِتِه َفَقاَل ِبْس ِم ِهَّللا َت َو َّك ْلُت َع َلى ِهَّللا اَل َح ْو َل َو اَل ُقَّو َة ِإاَّل ِباِهَّلل َق اَل ُي َقاُل ِحيَن ِئٍذ ُهِديَت َو ُك ِفيَت َو ُو ِقيَت‬
‫َفَتَتَن َّح ى َلُه الَّش َياِط يُن َفَي ُقوُل َلُه َش ْي َط اٌن آَخ ُر َك ْي َف َلَك ِبَر ُج ٍل َقْد ُه ِدَي َو ُك ِفَي َو ُو ِقَي‬

“Jika seorang laki-laki keluar dari rumahnya lalu mengucapkan: “Bismillahi tawakkaltu
‘alallaahi, laa haula wa laa quuwata illa billah” (Dengan nama Allah aku bertawakal
kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah). ‘ Beliau bersabda,
“Maka pada saat itu akan dikatakan kepadanya, ‘Kamu telah mendapat petunjuk, telah
diberi kecukupan, dan mendapat penjagaan’, hingga setan-setan menjauh darinya. Lalu
setan yang lainnya berkata kepadanya (setan yang akan menggodanya, pent.), “Bagaimana
(engkau akan mengoda) seorang laki-laki yang telah mendapat petunjuk, kecukupan, dan
penjagaan.” (HR. Abu Daud no. 595, At-Tirmizi no. 3487)

Ketika hendak menuju masjid, dianjurkan membaca:

‫الَّلُهَّم اْج َع ْل ِفي َقْلِبي ُنوًر ا َو ِفي َبَص ِر ي ُن وًر ا َو ِفي َس ْمِعي ُن وًر ا َو َع ْن َي ِميِني ُن وًر ا َو َع ْن َيَس اِر ي ُن وًر ا َو َفْو ِقي ُن وًر ا َو َت ْح ِتي‬
‫ُن وًر ا َو َأَم اِمي ُن وًر ا َو َخ ْلِفي ُن وًر ا َو اْج َع ْل ِلي ُن وًر ا‬

“Allahummaj’al fii qolbi nuura wa fii bashari nuura wa fii sam’i nuura wa ‘an yamiinihi
nuura wa ‘an yasaarii nuura wa fauqi nuura wa tahti nuura wa amaami nuura wa khalfi
nuura waj’al lii nuura (Ya Allah jadikanlah cahaya dalam hatiku, cahaya dalam
penglihatanku, cahaya dalam pendengaranku, cahaya dari kananku, cahaya dari kiriku,
cahaya dari belakangku, dan jadikanlah untukku cahaya” (H.R Muslim 763)

Berdoa Ketika Masuk Masjid

Setelah sampai di masjid, hendaknya masuk masjid dengan mendahulukan kaki kanan sambil
membaca doa masuk masjid. Bacaan doa masuk masjid sebagaimana terdapat dalam hadits
Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu:

‫ َو ِإَذ ا َخ َر َج َفْلَي ُقِل الَّلُهَّم ِإِّن ى َأْس َأُلَك ِمْن َف ْض ِلَك‬. ‫ِإَذ ا َد َخ َل َأَح ُد ُك ُم اْلَم ْس ِجَد َفْلَي ُقِل الَّلُهَّم اْف َت ْح ِلى َأْب َو اَب َر ْح َمِتَك‬

“Jika salah seorang di antara kalian memasuki masjid, maka


ucapkanlah, ‘Allahummaftahlii abwaaba rahmatik’ (Ya Allah, bukakanlah pintu-pintu
rahmat-Mu). Jika keluar dari masjid, ucapkanlah: ‘Allahumma inni as-aluka min fadhlik’
(Ya Allah, aku memohon pada-Mu di antara karunia-Mu).” (HR. Muslim 713)

Tidak Lewat di Depan Orang yang Sedang Shalat

Harap diperhatikan ketika kita berjalan di dalam masjid, jangan sampai melewati di depan
orang yang sedang shalat. Hendaklah orang yang lewat di depan orang yang shalat takut akan
dosa yang diperbuatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َخ ْيًر ا َلُه ِمْن َأْن َيُمَّر َب ْي َن َي َد ْيِه‬، ‫ َلَك اَن َأْن َيِقَف َأْر َب ِعْي َن‬،‫َلْو َي ْع َلُم اْلَماُّر َب ْي َن َي َد ي اْلُم َص ِّلي َم اَذ ا َع َلْيِه‬

“Seandainya orang yang lewat di depan orang yang shalat mengetahui (dosa) yang
ditanggungnya, niscaya ia memilih untuk berhenti selama 40 ( tahun), itu lebih baik baginya
daripada lewat di depan orang yangsedang shalat.” (HR. Bukhari 510 dan Muslim 1132)
Yang terlarang adalah lewat di depan orang yang shalat sendirian atau di depan imam.
Adapun jika lewat di depan makmum maka tidak mengapa. Hal ini didasari oleh perbuatan
Ibnu Abbas ketika beliau menginjak usia baligh. Beliau pernah lewat di sela-sela shaf
jamaa’ah yang diimami oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menunggangi
keledai betina, lalu turun melepaskan keledainya baru kemudian beliau bergabung dalam
shaf. Dan tidak ada seorangpun yang mengingkari perbuatan tersebut (Lihat dalam riwayat
Bukhari 76 dan Muslim 504). Namun demikian, sebaiknya memilih jalan lain agar tidak
lewat di depan shaf makmum.

Melaksanakan Shalat Dua Rakaat Sebelum Duduk

Di antara adab ketika memasuki masjid adalah melaksanakan shalat dua rakaat sebelum
duduk. Shalat ini diistilahkan para ulama dengan shalat tahiyatul masjid.
Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ِإَذ ا َد َخ َل َأَح ُد ُك ْم اْلَم ْس ِجَد َفْلَي ْر َك ْع َر ْك َع َت ْي ِن َقْب َل َأْن َي ْج ِل‬

“Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat
sebelum dia duduk.” (H.R. Bukhari 537 dan Muslim 714)

Syariat ini berlaku untuk laki-laki maupun wanita. Hanya saja para ulama mengecualikan
darinya khatib jumat, dimana tidak ada satupun dalil yang menunjukkan bahwa
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam shalat tahiyatul masjid sebelum khutbah. Akan tetapi
beliau datang dan langsung naik ke mimbar. Syariat ini juga berlaku untuk semua masjid,
termasuk masjidil haram. Yang dimaksud dengan tahiyatul masjid adalah shalat dua rakaat
sebelum duduk di dalam masjid. Tujuan ini sudah tercapai dengan shalat apa saja yang
dikerjakan sebelum duduk. Oleh karena itu, shalat sunnah wudhu, shalat sunnah rawatib,
bahkan shalat wajib, semuanya merupakan tahiyatul masjid jika dikerjakan sebelum duduk.
Merupakan suatu hal yang keliru jika tahiyatul masjid diniatkan tersendiri, karena pada
hakikatnya tidak ada dalam hadits ada shalat yang namanya ‘tahiyatul masjid’, akan tetapi ini
hanyalah penamaan ulama untuk shalat dua rakaat sebelum duduk. Karenanya jika seorang
masuk masjid setelah adzan lalu shalat qabliah atau sunnah wudhu, maka itulah tahiyatul
masjid baginya. Tahiyatul masjid disyariatkan pada setiap waktu seseorang itu masuk masjid
dan ingin duduk di dalamnya. Termasuk di dalamnya waktu-waktu yang terlarang untuk
shalat, menurut sebagian pendapat kalangan ulama.

Menghadap Sutrah Ketika Shalat

Yang dimaksud denagan sutrah adalah pembatas dalam shalat, bisa berupa tembok, tiang,
orang yang sedang duduk/sholat, tongkat, tas, dll. Sutrah disyariatkan bagi imam dan bagi
orang yang shalat sendirian. Dalil yang menunjukkan disyariatkannya shalat menghadap
sutrah terdapat dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:

‫ِإَذ ا َص َّلى َأَح ُد ُك ْم َف ْلُيَص ِّل ِإَلى ُس ْت َر ٍة َو ْلَي ْد ُن ِم ْن َه ا‬

“Apabila salah seorang di antara kalian shalat, hendaknya ia shalat dengan menghadap
sutrah dan mendekatlah padanya” (HR. Abu Daud 698. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih sebagaimana dalam Shahihul Jaami’ 651)
Sebagian ulama berpendapat bahwa hukum memasang sutrah adalah wajib karena adanya
perintah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.. Dalam shalat berjamaah yang menghadap
sutrah adalah imam, dan sutrah bagi imam juga merupakan sutrah bagi makmum yang
dibelakangnya.

Hendaklah orang yang shalat menolak/mencegah apa pun yang lewat di depannya, baik orang
dewasa maupun anak-anak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َفِإّن ّما ُه َو‬،‫ َفِإْن َأَب ى َفْلُي َقاِتْلُه‬،‫ َف ْلَي ْد َفْع ِفي َن ْح ِر ِه‬،‫ َف َأَر اَد َأَح ٌد َأْن َي ْج َت اَز َب ْي َن َي َد ْيِه‬، ‫ِإَذ ا َص َّلى َأَح ُد ُك ْم ِإَلى َش ْي ٍء َي ْس ُت ُرُه ِمَن الَّن اِس‬
‫َش ْي َط اٌن‬

“Apabila salah seorang dari kalian shalat menghadap sesuatu yang menutupinya dari
manusia (menghadap sutrah), lalu ada seseorang ingin melintas di hadapannya, hendaklah
ia menghalanginya pada lehernya. Kalau orang itu enggan untuk minggir (tetap memaksa
lewat) perangilah (tahanlah dengan kuat) karena ia hanyalah setan.” (HR. Bukhari 509 dan
Muslim 1129)

Menjawab Panggilan Adzan

Ketika mendengar adzan, dianjurkan untuk menjawab adzan. Rasulullah shallallahu ‘alihi
wa sallam bersabda:

‫ِإَذ ا َس ِمْع ُتُم الِّن َد اَء َفُقْو ُلْو ا ِم ْث َل َم ا َي ُقْو ُل اْلُم َؤ ِّذ ُن‬

“Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah seperti yang sedang diucapkan
muadzin.” (HR. Bukhari 611 dan Muslim 846)

Ketika muadzin sampai pada pengucapan hay’alatani yaitu kalimat{ ‫ َح َّي َع َلى‬,‫َح َّي َع َلى الَّص اَل ِة‬
ِ‫ }اْلَفاَل ح‬disenangi baginya untuk menjawab dengan hauqalah yaitu kalimat { ‫َال َح ْو َل َو اَل ُقَّو َة ِإاَّل‬
‫ } ِباِهلل‬sebagaimana ditunjukkan dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫ َأْش َه ُد َأْن َال ِإَلَه‬: ‫ َف قَاَل‬،‫ َأْش َه ُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا‬: ‫ ُهللا َأْك َب ُر ُهللا َأْك َب ُر؛ ُث َّم َق اَل‬: ‫ َفَقاَل َأَح ُد ُك ُم‬،‫ ُهللا َأْك َب ُر ُهللا َأْك َب ُر‬: ‫ِإَذ ا َقاَل اْلُم َؤ ِّذ ُن‬
‫ َال َح ْو َل‬: ‫ َقاَل‬،‫ َح َّي َع َلى الَّص اَل ِة‬: ‫ َأْش َه ُد َأَّن ُم َح َّم ًد ا َر ُسوُل ِهللا؛ ُث َّم َقاَل‬: ‫ َفَقاَل‬،‫ َأْش َه ُد َأَّن ُم َح َّم ًد ا َر ُسوُل ِهللا‬: ‫ِإَّال ُهللا؛ ُث َّم َقاَل‬
‫ُهللا َأْك َب ُر ُهللا‬: ‫ َقاَل‬،‫ ُهللا َأْك َب ُر ُهللا َأْك َب ُر‬: ‫ اَل َح ْو َل َو اَل ُقَّو َة ِإَّال ِباِهلل؛ ُثَّم َقاَل‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َح َّي َع َلى اْلَفاَل ِح‬: ‫َو اَل ُقَّو َة ِإاَّل ِباِهلل؛ ُث َّم َقاَل‬
‫َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا؛ ِمْن َقْلِبِه َد َخ َل اْلَج َّنَة‬: ‫ َقاَل‬،‫ َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا‬: ‫َأْك َب ُر؛ ُثَّم َق اَل‬

“Apabila muadzin mengatakan, “Allahu Akbar Allahu Akbar”, maka hendaklah kalian yang
mendengar menjawab, “Allahu Akbar Allahu Akbar.” Kemudian muadzin mengatakan,
“Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah”, maka dijawab, “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah.”
Muadzin mengatakan setelah itu, “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”, maka maka
dijawab, “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah.” Saat muadzin mengatakan, “Hayya
‘Alash Shalah”, maka maka dijawab “Laa Haula wala Quwwata illa billah.” Saat muadzin
mengatakan, “Hayya ‘Alal Falah”, maka maka dijawab “Laa Haula wala Quwwata illa
billah.” Kemudian muadzin berkata, “Allahu Akbar Allahu Akbar”, maka dijawab, “Allahu
Akbar Allahu Akbar.” Dan muadzin berkata, “Laa Ilaaha illallah”, maka dijawab, “La Ilaaha
illallah” Bila yang menjawab adzan ini mengatakannya dengan keyakinan hatinya niscaya ia
pasti masuk surga.” (HR. Muslim. 848)
Ketika selesai mendengarkan adzan, dianjurkan membaca doa yang diajarkan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits berikut:

‫َم ْن َقاَل ِحيَن َي ْس َم ُع الِّن َد اَء الَّلُهَّم َر َّب َهِذِه الَّدْع َو ِة الَّت اَّمِة َو الَّص اَل ِة اْلَقاِئَمِة آِت ُم َح َّم ًد ا اْلَو ِس يَلَة َو اْلَفِض يَلَة َو اْب َع ْث ُه َم َقاًما‬
‫َم ْح ُموًد ا اَّلِذي َو َع ْد َت ُه َح َّلْت َلُه َشَفاَع ِتي َي ْو َم اْلِقَياَمِة‬

“Barangsiapa yang setelah mendengar adzan membaca doa: Allahumma Robba hadzihid
da’wattit taammah was shalatil qaaimah, aati muhammadanil wasiilata wal fadhiilah
wab’atshu maqaamam mahmuudanil ladzi wa ‘adtahu “(Ya Allah pemilik panggilan yang
sempurna ini dan shalat yang didirikan berilah Muhammad wasilah dan keutamaan dan
bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan padanya) melainkan
dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.” (HR. Bukhari 94)

Tidak Keluar dari Masjid Tanpa Udzur

Jika kita berada di dalam masjid dan adzan sudah dikumandangkan, maka tidak boleh keluar
dari masjid sampai selesai dtunaikannya shalat wajib, kecuali jika ada udzur. Hal ini
sebagaiamana dikisahkan dalam sebuah riwayat dari Abu as Sya’tsaa radhiyallahu’anhu,
beliau berkata:

‫َر ُجٌل ِمْن اْلَم ْس ِجِد َي ْم ِش ي َفَأْت َبَع ُه َأُبو ُه َر ْي َر َة َبَصَر ُه َح َّت ى َخ َر َج ِمْن‬ ‫ُكَّن ا ُقُعوًد ا ِفي اْلَم ْس ِجِد َمَع َأِبي ُه َر ْي َر َة َفَأَّذ َن اْلُم َؤ ِّذ ُن َفَقاَم‬
‫َفَقْد َع َص ى َأَب ا اْلَقاِس ِم َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬ ‫اْلَم ْس ِجِد َفَقاَل َأُبو ُه َر ْي َر َة َأَّما َه َذ ا‬

“Kami pernah duduk bersama Abu Hurairah dalam sebuah masjid. Kamudian muadzin
mengumandangkan adzan. Lalu ada seorang laki-laki yang berdiri kemudian keluar masjid.
Abu Hurairah melihat hal tersebut kemudian beliau berkata: “ Perbuatan orang tersebut
termasuk bermaksiat terhadap Abul Qasim (Nabi Muhammad) shallallahu ‘alaihi wa sallam”
(H.R Muslim 655)

Imam Nawawi menjelaskan bahwa berdasarkan hadits di atas dibenci keluar dari masjid
setelah ditunaikannya adzan sampai sholat wajib selesai ditunaikan, kecuali jika ada udzur.

Tidak boleh keluar dari masjid setelah dikumandangkan adzan kecuali ada udzur seperti mau
ke kamar kecil, berwudhu, , mandi, atau keperluan mendesak lainnya.

Memanfaatkan Waktu Antara Adzan dan Iqomah

Hendakanya kita memanfaatkan waktu antara adzan dan iqomah dengan amalan yang
bermanfaat seperti shalat sunnah qabliyah, membaca al quran, berdizikir, atau berdoa. Waktu
ini merupakan waktu yang dianjurkan untuk berdoa, berdasarkan sabda
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:

‫الدعاء ال يرد بين األذان واإلقامة‬

“Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata: “Hasan
Shahih”)
Boleh juga diisi dengan membaca quran atau mengulang-ulang hafalan al quran asalkan tidak
dengan suara keras agar tidak mengganggu orang yang berdzikir atau sedang shalat sunnah.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

‫ال إن كلكم مناج ربه فال يؤذين بعضكم بعضا وال يرفع بعضكم على بعض في القراءة أو قال في الصالة‬

“Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat kepada Allah, maka janganlah saling
mengganggu satu sama lain. Janganlah kalian mengeraskan suara dalam membaca Al
Qur’an,’ atau beliau berkata, ‘Dalam shalat’,” (HR. Abu Daud.1332, Ahmad, 430,
dishahihkan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Nata-ijul Afkar, 2/16).

Tidak selayaknya seseorang justru mengisi waktu-waktu ini dengan obrolan-obrolan yang
tidak bermanfaat.

Jika Iqamah Telah Dikumandangkan

‫َع ْن َأِبي ُه َر ْي َر َة َع ْن الَّن ِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأَّن ُه َقاَل ِإَذ ا ُأِقيَم ْت الَّص اَل ُة َفاَل َص اَل َة ِإاَّل اْلَم ْكُت وَب ُة‬

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Jika shalat wajib telah
dilaksanakan, maka tidak beleh ada shalat lain selain shalat wajib” (H.R Muslim 710)

Berdasarkan hadits di atas, jika seseorang sedang shalat sunnah kemudian iqamah telah
dikumandangkan, maka tidak perlu melanjutkan shalat sunnah tersebut dan langsung ikut
shalat wajib bersama imam.

Raihlah Shaf yang Utama

Di antara kesempurnaan shalat berjamaah adalah sebisa mungkin menempati shaf yang
utama. Bagi laki-laki yang paling depan, adapun bagi wanita yang paling belakang. Imam
Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫َخ ْيُر ُص ُفوِف اِلرَج اِل َأِّو ُلَه ا َو َش ُّر َه ا آِخُر َه ا َو َخ ْيُر ُص ُفوِف الِنَس اِء آِخُر َه ا َو َش ُّر َه ا َأَّو ُلَه ا‬

“Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama dan seburuk-buruknya adalah yang
terakhir. Sebaik-baik shaf wanita adalah yang terakhir dan seburuk-buruknya adalah yang
pertama.” (H.R.Muslim 440)

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

‫َلْو َي ْع َلُمْو َن َم ا ِفي الَّصِّف اْلُم َقَّد ِم َالْس َت َه ُمْو ا‬

“Seandainya mereka mengetahui keutamaan (pahala) yang diperoleh dalam shaf yang
pertama, niscaya mereka akan mengundi untuk mendapatkannya.” (HR. Bukhari 721 dan
Muslim 437)

Merapikan Barisan Shalat


Perkara yang harus diperhatikan dengan serius dan tidak boleh diremehkan adalah
permasalahan lurus dan rapatnya shaf (barisan dalam shalat). Masih banyak kita dapati di
sebagian masjid, barisan shaf yang tidak rapat dan lurus

Dijelaskan di dalam hadits dari sahabat Abu Abdillah Nu’man bin Basyir, beliau berkata, aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َلُتَس ُّو َّن ُس ُفْو َفُك ْم َأْو َلُي َخ اِلَفَّن ُهللا َب ْي َن ُو ُجْو ِه ُك ْم‬

“Hendaknya kalian bersungguh- sungguh meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah sungguh-
sungguh akan memperselisihkan di antara wajah-wajah kalian” (HR. Bukhari 717 dan
Muslim 436)

Jangan Mendahului Gerakan Imam

Imam shalat dijadikan sebagai pemimpin dan wajib diikuti dalam shalat, sebagaimana
dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

‫ِإَّن َم ا ُج ِعَل اِإْلَم اُم ِلُيْؤ َت َّم ِبِه َفاَل َت ْخ َت ِلُفوا َع َلْيِه َفِإَذ ا َر َك َع َف اْر َك ُعوا َو ِإَذ ا َقاَل َسِمَع ُهَّللا ِلَم ْن َح ِمَد ُه َف ُقوُلوا َر َّب َن ا َلَك اْلَح ْمُد َو ِإَذ ا‬
‫َس َج َد َفاْس ُج ُد وا َو ِإَذ ا َص َّلى َج اِلًس ا َفَص ُّلوا ُج ُلوًس ا َأْج َم ُعوَن‬

“Sesungguhnya imam hanya untuk diikuti, maka janganlah menyelisihnya. Apabila ia ruku’,
maka ruku’lah. Dan bila ia mengatakan ‘sami’allahu liman hamidah’, maka
katakanlah,’Rabbana walakal hamdu’. Apabila ia sujud, maka sujudlah. Dan bila ia shalat
dengan duduk, maka shalatlah kalian dengan duduk semuanya“. (H.R. Bukhari 734)

Rasulullah memberikan ancaman keras bagi seseorang yang mendahului imam, seperti
disebutkan dalam hadits berikut:

َ ‫َأَم ا َي ْخ َش ى اَّلِذي َي ْر َفُع َر ْأَس ُه َقْب َل اِإْلَم اِم َأْن ُي َح ِّو َل ُهَّللا َر ْأَس ُه َر ْأَس ِحَم ار‬

“Tidakkah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam takut jika Allah akan
mengubah kepalanya menjadi kepala keledai? “(H.R Bukhari 691)

Berdoa Ketika Keluar Masjid

Dari Abu Humaid atau dari Abu Usaid dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫ِإَذ ا َد َخ َل َأَح ُد ُك ْم اْلَم ْس ِجَد َفْلَي ُقْل الَّلُهَّم اْف َت ْح ِلي َأْب َو اَب َر ْح َمِتَك َو ِإَذ ا َخ َر َج َفْلَي ُقْل الَّلُهَّم ِإِّن ي َأْس َأُلَك ِمْن َف ْض ِلَك‬

“Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka hendaknya dia membaca,
“Allahummaftahli abwaaba rahmatika” (Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmat-Mu). Dan
apabila keluar, hendaknya dia mengucapkan, “Allahumma inni as-aluka min fadhlika (Ya
Allah, aku meminta kurnia-Mu).” (HR. Muslim. 713)

Ketika kelauar masjid dmulai dengan kaki kiri terlebih dahulu.

Jika Wanita Hendak Pergi ke Masjid


Tempat shalat yang paling baik bagi seorang wanita adalah di dalam rumhanya.
Allah Ta’ala berfirman:

‫َو َقْر َن ِفي ُبُيوِتُك َّن َو اَل َت َبَّر ْج َن َت َبُّر َج اْلَج اِه ِلَّيِة اُأْلوَلى‬

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (Al Ahzab:33)

Shalatnya seorang wanita di rumahnya lebih baik daripada di masjid. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َال َت ْم َن ُعوا ِنَس اَء ُك ُم اْلَمَس اِجَد َو ُبُيوُتُهَّن َخ ْيٌر َلُهَّن‬

“Jangan kalian larang istri-istri kalian untuk pergi ke masjid, tetapi rumah-rumah mereka
lebih baik bagi mereka”. (HR. Abu Daud dan dihasankan di dalam kitab Irwa Al Ghalil 515)

Namun demikian, tidak terlarang bagi seorang wanitaa untuk pergi ke masjid. Jika seorang
wanita hendak pergi ke masjid, ada beberapa adab khusus yang perlu diperhatikan:

1. Meminta izin kepada suami atau mahramnya


2. Tidak menimbulkan fitnah
3. Menutup aurat secara lengkap
4. Tidak berhias dan memakai parfum

Abu Musa radhiyallahu‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda:

« ‫» ُك ُّل َع ْي ٍن َز اِنَي ٌة َو اْلَمْر َأُة ِإَذ ا اْس َت ْع َط َر ْت َفَمَّر ْت ِباْل َمْج ِلِس َفِه َى َك َذ ا َو َك َذ ا َيْع ِنى َز اِنَي ًة‬.

“Setiap mata berzina dan seorang wanita jika memakai minyak wangi lalu lewat di sebuah
majelis (perkumpulan), maka dia adalah wanita yang begini, begini, yaitu seorang wanita
pezina”. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih At Targhib wa At
Tarhib 2019)

Inilah di antara beberapa adab yang perlu diperhatikan ketika hendak shalat berjamaah di
masjid. Semoga penjelasan ini dapat menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat. Wallahu
a’lam.[1]

Penulis: Adika Mianoki


Artikel www.muslim.or.id

[1] Tulisan ini banyak mengambil faedah dari Kitab Shahih Fiqih Sunnah karya Syaikh Abu
Malik dal Al Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil ‘Aziiz karya Syaikh Dr. ‘Abdul ‘Adzim
Badawi serta beberapa tambahan dari sumber lain.

Anda mungkin juga menyukai