Anda di halaman 1dari 53

BUKU PANDUAN PRAKTIK

ILMU DASAR KEPERAWATAN I

Disusun oleh:
Ns. Arif Tirtana, M.Sc
NIDN 0520068901

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Madani Yogyakarta
2019
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, Allohumma Shalli’ala Muhammad Wa’ala aali


Muhammad. Ilmu dasar keperawatan I (IDK I) merupakan Mata kuliah ini merupakan bagian
dari kelompok ilmu alam dasar yang membahas tentang konsep biologi, fisika, biokimia, gizi
dengan memperhatikan lingkungan dan etika keilmuan, serta konsep-konsep anatomi dan
fisiologi manusia dalam mempertahankan homeostasis tubuh.

Adapun strategi pembelajaran pada praktikum IDK I adalah Demontrasi dan ceramah.
Buku panduan ini dibuat guna menunjang pembelajaran praktikum IDK I. Kami menyadari
masih banyak sekali kekurangan dalam penulisan buku panduan ini. Besar harapan kami
mendapatkan saran untuk lebih menyempurnakan buku panduan ini. Kami ucapkan
terimakasih kepada penulis-penulis materi yang kami jadikan sumber rujukan. Kami mohon
maaf jika ada kalimat yang sama dan kami mohon maaf jika ada yang terlewat dalam daftar
pustaka kami. Semoga para penulis materi sebelumnya mendapatkan pahala dari Alloh
Ta’ala.

Yogyakarta, 12 Juli 2019


Penananggung Jawab Mata Kuliah

Ns. Arif Tirtana, M.Sc


DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar Isi ii
Pengantar anatomi dan fisiologi hal.1
Pengenalan Sel hal.4
Anatomi reproduksi hal. 13
Anatomi perkemihan hal. 20
Anatomi Sensori hal. 22
Anatomi muskuloskeletal hal. 25
Anatomi Respirasi hal. 35
Anatomi kardiovaskuler hal. 36
Anatomi pencernaan hal. 38
Refleks hal. 40
Daftar Pustaka hal. 49
BAB I. PENGANTAR ANATOMI DAN FISIOLOGI

A. Pendahuluan
Manusia memiliki banyak cara untuk menjaga keseimbangan di dalam tubuh. Pada
tubuh manusia, anatomi dan fisilogi tubuh manusia menjadi peran yang sangat penting
dalam menjaga keseimbangan. Dua cabang ilmu yang sangat penting yang manjadi
bagian dari makhluk hidup harus dipahami secara keseluruhan. Anatomi dan fisiologi
merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai oleh para calon tenaga kesehatan. Anatomi
adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh manuasia dan hubunganya.
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fungsi-fungsi bagaimana tubuh bekerja.
Dalam mempelajari ilmu dasar keperawatan anatomi dan fisiologi tidak dapat dipisahkan
satu sama lain, keduanya memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan.
Level pembelajaran anatomi dan fisiologi dimulai dari atom sampai ke organ
manusia. Dimulai dari yang paling kecil sampai yang paling besar dalam tubuh manusia.
Sistem anatomi dan fisiologi dalam tubuh manusia terdiri dari dari sistem reproduksi,
sistem perkemihan, sistem sensori, sitem muskuloskeletal, sistem respirasi dan sistem
kardivaskuler.
B. Istilah Anatomi
1. Posisi Anatomi
Adalah posisi tubuh manusia, berdiri tegak, pandangan lurus kedepan, telapak tangan
menghadap kedepan, ibu jari menjauhi sumbu tubuh.

1
2. Arah
a. Anterior : Arah depan
b. Posterior : Arah belakang
c. Superior : Arah atas
d. Inferior : Arah bawah
e. Cranial : Arah kepala
f. Caudal : Arah ekor
g. Dorsal : Arah punggung
h. Ventral : Arah perut
i. Dextra/Dexter : Arah kanan
j. Sanistra/sinister : Arah kiri
k. Medial : Arah tengah/mendekati sumbuh tubuh
l. Lateral : Arah samping/menjauhi sumbu tubuh
m. Proksimal : Arah pangkal
n. Distal : Arah ujung
o. External : Arah luar
p. Internal : Arah dalam
q. Superficial : Arah permukaan
r. Propundal : Arah dalam
3. Gerakan
a. Fleksi : Gerakan membengkok
b. Extensi : Gerakan melurus
c. Abduksi : Gerakan menjauhi sumbu tubuh
d. Adduksi : Gerakan mendekati sumbu tubuh
e. Endorotasi : Gerakan memutar kedalam
f. Exorotasi : Gerakan memutar keluar
4. Garis
a. Coronal : Garis semu sesuai dengan sumbu memanjang tubuh
b. Transversal : Garis semu melintang dari arah kanan ke kiri
c. Sagital : Garis semu memanjang dari arah depan ke belakang

2
5. Rongga
Dalam istilah anatomi ada istilah lain untuk kata rongga, yaitu cavitas atau cavum.
Berikut adalah jenis-jenis rongga yang kmai ketahui. Diantaranya:
a. Cavitas cranii di cranium (Kepala)
b. Cavitas orbitalis di orbita (Mata)
c. Cavitas nasi di nasus ( Hidung)
d. Cavitas oris di oris (Mulut)
e. Cavitas thoracis di thorax (Dada)
f. Cavitas abdominalis di abdomen (Perut)
g. Cavitas pelvis di pelvis (Panggul)
h. Cavitas tympanica di tympanum (Telinga)
i. Cavitas pharyngealis di pharinxd (Batang Tenggorokan)
j. Cavitas laringis di larynx (Tenggorokan)

3
BAB II. PENGENALAN SEL

A. Defenisi Sel
Sel berasal dari bahasa latin cella adalah bagian kecil. Sel pertama kali ditemukan
oleh Robert Hooke pada tahun 1635. Sel merupakan bagian kecil yang dilapisi oleh
membran. Di dalam sel terdapat cairan yang disebut dengan protoplasma. Bagian dari
protoplasma terdiri dari plasma sel (sitoplasma) dan Inti sel (Nukleus). Sel merupakan
satuan terkecil makhluk hidup yang merupakan unit penyusun struktur makhluk hidup.
Kumpulan sel-sel akan membentuk jaringan atau dengan nama lain organ.
Sel sebagai Unit Hidup Tubuh. Setiap organ adalah kumpulan dari banyak sel yang
berbeda disatukan oleh struktur pendukung interselular. Setiap jenis sel secara khusus
disesuaikan dengan masing-masing lokasi sel tersebut berada. Misalnya, sel darah merah,
masing-masing berjumlah 25 triliun pada manusia yang berfungsi mengangkut oksigen
dari paru-paru ke jaringan. Meskipun banyak sel tubuh sering berbeda satu sama lain,
semuanya memiliki karakteristik dasar yang sama. Misalnya, Didalam semua sel akan ada
reaksi oksigen dengan karbohidrat, lemak dan protein untuk melepaskan energy
diperlukan untuk fungsi sel. Selanjutnya, mekanisme kimia umum untuk berubah nutrisi
menjadi energi pada dasarnya sama di semua sel. Semua sel menghasilkan produk akhir
dari reaksi kimianya ke dalam cairan di sekitarnya. Hampir semua sel juga memiliki
kemampuan untuk mereproduksi sel-sel tambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan
sel itu sendiri.
B. Jenis-jenis Sel
1. Sel Prokariotik
a. Dinding sel
b. Membran plasma
c. Sitoplasma
d. Mesosom
e. Ribosom
f. DNA
g. RNA

4
2. Sel Eukariotik
a. Membran plasma
b. Sitoplasma
c. Nukleus
d. Sentriol
e. Retikulum endoplasma
f. Ribosom
g. Aparatus golgi
h. Lisosom
i. Mitokondria
j. Mikrotubulus dan mikrofilamen

5
C. Prosedur Pengamatan Sel
1. Memegang dan Memindahkan Mikroskop

 Mikroskop dipindahkan dengan cara memegang lengan mikroskop


menggunakan tangan kanan, sedangkan kaki mikroskop disangga dengan
tangan kiri.
 Mikroskop diletakkan dengan hati-hati di meja laboratorium
dengan posisi lengan mikroskop mengarah pada tempat duduk praktikan
 Kabel listrik pada mikroskop dihubungkan dengan dengan stop kontak pada
meja laboratorium.
2. Menyiapkan Mikroskop Sebelum Pengamatan

 Meja obyek dinaikkan dengan memutar pengatur kasar, sehingga


apabila revolver diputar lensa obyektif tidak membentur meja obyek.
 Lensa obyektif lemah ditempatkan tepat dibawah lensa okuler dengan
memutar revolver.
 Lampu dinyalakan dan besarnya diafragma diatur sesuai dengan
kebutuhan.

6
3. Membersihkan Object Glass dan Cover Glass

 Object glass atau cover glass dicelupkan kedalam air dengan cara
memegang bagian tepi diantara telunjuk dan ibu jari.
 Pengeringan dilakukan dengan meletakkannya diantara lipatan kain
lunak dan bersih atau beberapa lapis kertas tissue.
 Kedua permukaan object glass atau cover glass diusap dengan
gerakan melingkar menggunakan kertas tissue yang dibasahi alcohol
70%.
 Permukaan object glass atau cover glass yang bersih tidak boleh
disentuh dengan tangan.
4. Mempersiapkan Bahan yang Akan Diamati

 Preparat (bahan pengamatan)


 Membran plasma

7
 Sitoplasma

 Nukleus

8
 Sentriol

 Retikulum endoplasma

 Ribosom

9
 Aparatus golgi

 Lisosom

10
 Mitokondria

 Mikrotubulus dan mikrofilamen

5. Mengatur Fokus Mikroskop

 Meja obyek dinaikkan, sehingga lensa obyektif lemah hanya berjarak kurang
lebih 1 mm diatas preparat.
 Selanjutnya pengamatan dilakukan dari lensa okuler dengan menaikkan
meja secara perlahan memakai pengatur kasar sampai terlihat bayangan yang
paling jelas.
 Bayangan dapat lebih diperjelas dengan sedikit memutar pengatur
halus. Amati posisi bayangan yang terlihat pada mikroskop
dengan posisi obyek yang sebenarnya. Catat dan gambar pada lembar
laporan sementara. Amati arah pergerakan bayangan bayangan,
apabila obyek digerakkan ke kanan atau ke kiri. Catat pada lembar
laporan sementara.
 Untuk mengamati obyek dengan perbesaran kuat, revolver diputar untuk
mengarahkan lensa obyektif yang diinginkan pada preparat.

11
 Untuk mempertajam fokus dipergunakan pengatur halus, bukan pengatur
kasar.
Amati perubahan besar bayangan dan luas bidang pandang, apabila
perbesaran lemahdiganti kuat.
 menggunakan lensa obyektif 100x (perbasaran 1000x), maka dipergunakan
minyak emersi yang diteteskan langsung diatas cover glass tanpa membuka
cover glass dan tanpa menggeser preparat
 Perbesaran bayangan dari obyek yang sesungguhnya merupakan hasil
perkalian perbesaran dari lensa obyektif dan lensa okuler

12
BAB III. ANATOMI REPRODUKSI

A. Pendahuluan
Sistem reproduksi manusia adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam
kehidupan organisme. Reproduksi sebagai penunjang kehidupan selanjutnya. Sistem
reproduksi pria maupun wanita tidak dapat bekerja dengan baik jika tidak didukung
dengan sistem lainnya yang ada dalam tubuh. Misalnya, sistem reproduksi manusia tidak
dapat berfungsi dengan sesungguhnya jika tidak di dukung dengan sistem endokrin.
Testis tidak dapat memproduksi sperma jika tidak ada dukungan dari hormon testosteron
begitu juga pada wanita. Organ reproduksi wanita yakni ovarium tidak akan
memproduksi ovum jika tidak terdapat hormon progesteron atapun estrogen dalam
tubuhunya. Kompleksifitas inilah yang mmebuat sistem reproduksi sebagai sistem yang
utama dalam menunjang keturuna setiap manusia.
B. Tujuan
Adapun tujuan pembelajaran pada Bab ini adalah
1. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
organ reproduski pria dan wanita.
2. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
letak organ reproduski pria dan wanita.
3. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan mampu
menjelaskan kembali tentang sistem reproduksi pria dan wanita
C. Anatomi Reproduksi Pria
1. Testes

13
2. A system of ducts
a. Ducts of the Testis
b. Epididymis
c. Ductus Deferens
d. Spermatic Cord
e. Ejaculatory Ducts
f. Urethra

3. Accessory Sex Gland


a. Seminal vesicles
b. Prostate
c. Bulbourethral glands

14
4. Several supporting structures

15
D. Anatomi Reproduksi Wanita
1. The ovaries (female gonads)

2. The uterine (fallopian) tubes

16
3. The uterus

4. The vagina

17
Vagina

5. External organs
a. Vulva

18
b. Perinium

19
BAB IV. ANATOMI PERKEMIHAN (URINARIA)

A. Pendahuluan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
B. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran pada Bab ini adalah
1. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
organ perkemihan manusia.
2. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
letak organ perkemihan.
3. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan mampu
menjelaskan kembali tentang anatomi pria dan wanita
C. Jenis Jenis Anatomi Perkemihan

20
21
BAB V. ANATOMI SENSORI

A. Pendahuluan
Sensori merupakan stimulus atau rangsangan yang berasal dari internal ataupun
eksternal. stimulus dapat dirasakan oleh tubuh diawali dari penerimaan organ sensori.
Secara terus menerus organ sensori menerima stimulus dari luar ataupun dalam tubuh
berupa informasi kemudian akan di maknai oleh tubuh. Sistem sensori sangat berkaitan
dengan sistem saraf pusat.
B. Tujuan
Adapun tujuan pembelajaran pada Bab ini adalah
1. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
organ sensori manusia.
2. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
letak organ sensori.
3. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan mampu
menjelaskan kembali tentang organ sensori.

C. Jenis-jenis Anatomi Sensori


1. Mata

22
2. Telinga

3. Hidung

23
4. Lidah

5. Kulit

24
BAB VI. ANATOMI MUSKULUSKELETAL

Secara umum pembahasan pada bab ini mengenai tulang, otot, kartilago, ligamen, tendon,
fascia, bursae dan persendian. Dalam hal ini akan digabungkan menjadi sistem
muskuluskeletal. Muskuluskeletal dibagi menjadi dua yaitu muskulo adalah otot dan skeletal
adalah tulang. Setelah mempelajari Pada bab ini diharapkan mahasiswa mampu mengerti,
memahami dan menjelaskan kembali anatomi muskuluskeletal pada manusia.

A. Muskulo
1. Pendahuluan
Muskulo atau muskular adalah sebuah jaringan yang terbentuk dari sekumpulan selsel
yang berfungsi sebagai alat gerak. Otot mempunyai selsel yang tipis dan panjang yang
mengubah energi yang tersimpan dalam lemak dan gula darah (glukosa) menjadi
gerakan dan panas. Otot melakukan semua gerakan tubuh.
2. Jenis jenis otot

3. Bagian bagian otot


a. Tendon
Jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang

25
b. Ligamen
Jaringan ikat yang mempertemukan kedua ujung tulang

26
c. Bursae
Kantong kecil dari jaringan ikat, antara tulang dan kulit, antara tulang dan tendon
atau diantara otot.

d. Fascia
Pemersatu dalam badan yang membuat otot yang terpisah menjadi satu kesatuan
utuh, juga membuat kita bergerak bebas.

27
4. Anatomi otot manusia

28
B. Skeletal
1. Pendahuluan
Sistem skeletal atau rangka tubuh manusia yang terdiri dari tulang (rangka)
dan struktur yang membangun hubungan (sendi) di antara tulang-tulang tersebut.
Secara umum fungsi dari sistem skeletal adalah: Menyediakan bentuk untuk
menopang tubuh (formasi kerangka). Nama lain dari tulang adalah os dan bone.
2. Jenis-jenis tulang
a. Tulang rawan (kartilago)
jaringan ikat lentur yang terdapat di berbagai anggota badan manusia maupun
hewan, termasuk sendi di antara tulang, sangkar rusuk, telinga, hidung, saluran
tenggorok dan cakram intervertebra. Ia lebih lunak daripada tulang tetapi lebih
keras dan kurang lentur daripada otot.

29
b. Tulang sejati (kuat/ keras/ osteon)
Tulang sejati bersifat keras dan matriksnya banyak mengandung kalsium dan fosfat.

30
3. Bentuk bentuk tulang
a. Tulang pipih
Tulang pipih berbentuk pipih, contohnya adalah tulang rusuk, tulang belikat, dan
tulang tengkorak. Tulang pipih memiliki dua lapisan tulang kompakta yang
disebut lamina eksterna dan interna osiskrani yang dipisahkan oleh satu lapisan
tulang spongiosa yang disebut diploe
b. Tulang pendek
Tulang pendek berbentuk kubus atau pendek tidak beraturan, contohnya ruas-ruas
tulang belakang, pangkal lengan, dan pangkal kaki. Tulang ini memiliki inti tulang
spongiosa yang dikelilingi tulang kompakta.
c. Tulang pipa
Tulang pipa terdiri atas epifisis (bagian ujung tulang yang membesar seperti
bongkol) dan diafisis (bagian tengah tulang di antara dua epifisis). Di antara
diafisis dan epifisis terdapat tulang rawan berbentuk lempengan atau cakram
epifisis. Jika cakra epifisis masih aktif, maka tulang pipa masih dapat memanjang.
Cakra epifisis tidak aktif lagi sekitar umur 20 tahun.
d. Tulang tak berbentuk
Tulang tak berbentuk memiliki bentuk yang tidak teratur. Tulang ini tidak
memiliki bentuk, seperti pipa, pendek, atau pipih. Contoh tulang tak berbentuk,
yaitu wajah dan tulang belakang.
Contoh bentuk bentuk tulang

31
4. Susunan tulang
a. Skeleton aksial
1) Tulang tengkorak
Tulang tengkorak pada manusia terdiri dari 8 Tulang kranium dan 14 tulang
wajah

32
2) Tulang belakang

3) Tulang dada

33
b. Skeleton apendikuler
1) Tungkai atas
2) Tungkai bawah

5. Anatomi Skeletal

34
BAB VII. ANATOMI RESPIRASI

A. Pendahuluan
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O2) yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme sel dan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut
dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Respirasi adalah proses mobilisasi energi yang
dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk
digunakan dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan
sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan pernapasan. Namun, istilah respirasi
mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan.

B. Tujuan
Adapun tujuan pembelajaran pada Bab ini adalah
1. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
organ respirasi.
2. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
letak organ respirasi.
3. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan mampu
menjelaskan kembali tentang sistem respirasi

C. Anatomi respirasi

35
BAB VIII. ANATOMI KARDIOVASKULER

A. Pendahuluan
Sistem kardiovaskuler adalah Sistem dlm tubuh yang mengedarkan darah utk
keperluan pertukaran zat dan gas. Sistem transpor tubuh yang membawa gas-gas
pernafasan, nutrisi, hormon, dan zat-zat lain ke dan dari jaringan tubuh. Komponen sistem
kardiovaskuler meliputi darah, jantung dan pembuluh darah.
B. Tujuan
Adapun tujuan pembelajaran pada Bab ini adalah
1. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
organ kardiovaskuler.
2. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
letak organ kardiovaskuler.
3. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan mampu
menjelaskan kembali tentang sistem kardiovaskuler.
C. Anatomi

36
37
BAB IX. ANATOMI PENCERNAAN (DIGESTI)

A. Pendahuluan
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh.
B. Tujuan
Adapun tujuan pembelajaran pada Bab ini adalah
1. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
organ pencernaan.
2. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
letak organ pencernaan.
3. Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa dapat mengetahui dan mampu
menjelaskan kembali tentang pencernaan.

38
C. Anatomi

39
BAB X. REFLEK
A. Pendahuluan
Refleks adalah jawaban terhadap suatu perangsangan. Gerakan yang timbul namanya
gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik merupakan gerakan yang bangkit untuk
penyesuaian diri, baik untuk menjamin ketangkasan gerakan volunter, maupun untuk
membela diri. Bila suatu perangsangan dijawab dengan bangkitnya suatu gerakan,
menandakan bahwa daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak secara reflektorik
terdapat suatu hubungan.
B. Dasar teori
Refleks neurologik bergantung pada suatu lengkungan (lengkung refleks) yang terdiri
atas jalur aferen yang dicetus oleh reseptor dan sistem eferen yang mengaktifasi organ
efektor, serta hubungan antara kedua komponen ini. Bila lengkung ini rusak maka refleks
akan hilang. Selain lengkungan tadi didapatkan pula hubungan dengan pusat-pusat yang
lebih tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi refleks tersebut. Bila hubungan dengan
pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi refleks tersebut. Bila
hubungan dengan pusat yang lebih tinggi ini terputus, misalnya karena kerusakan pada
sistem piramidal, hal ini akan mengakibatkan refleks meninggi. Bila dibandingkan
dengan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya, misalnya pemeriksaan sensibilitas, maka
pemeriksaan refleks kurang bergantung kepada kooperasi pasien. Ia dapat dilakukan pada
orang yang kesadarannya menurun, bayi, anak, orang yang rendah inteligensinya dan
orang yang gelisah. Dalam sehari-hari kita biasanya memeriksa 2 macam refleks
fisiologis yaitu reflex dalam dan releks superfisial.
Refleks dalam (refleks regang otot)
Refleks dalam timbul oleh regangan otot yang disebabkan oleh rangsangan, dan
sebagai jawabannya maka otot berkontraksi. Refleks dalam juga dinamai refleks
regang otot (muscle stretch reflex). Nama lain bagi refleks dalam ini ialah refleks
tendon, refleks periosteal, refleks miotatik dan refleks fisiologis.
Refleks superfisialis
Refleks ini timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa yang mengakibatkan
berkontraksinya otot yang ada di bawahnya atau di sekitarnya. Jadi bukan karena
teregangnya otot seperti pada refleks dalam. Salah satu
contohnya adalah refleks dinding perut superfisialis (refleks abdominal).

40
Tingkat jawaban refleks
Jawaban refleks dapat dibagi atas beberapa tingkat yaitu :
 (negatif) : tidak ada refleks sama sekali
 ± : kurang jawaban, jawaban lemah
 + : jawaban normal
 ++ : jawaban berlebih, refleks meningkat
C. Tujuan
Mahasiswa memilki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara pemeriksaan refleks
baik refleks fisiologis maupun refleks patologis.
D. Alat
Hammer refleks
E. Prosedur
1. Pemeriksaan reflek fisiologis
Tahap - Baca catatan perkembangan
Prainterak - Ekplorasi perasaan, kekuatan dan kelemahan diri
si - Siapkan alat
- Cuci tangan
Tahap - Ucapkan salam
Orientasi - Panggil nama klien
- Jelaskan prosedur
- Berikan kesempatan klien bertanya
Tahap - Awali dengan doa (Bismillahirrahmanirrahim)
Kerja
PEMERIKSAAN REFLEK BISEPS
- Mintalah klien berbaring telentang dengan santai
- Fleksikanlah lengan bawah klien di sendi siku
- Letakkanlah tangan klien di daerah perut di bawah umbilicus
- Letakkanlah ibu jari pemeriksa pada tendo biseps klien lalu
ketuklah tendo tersebut palu

41
PEMERIKSAAN REFLEKS TRISEPS
- Mintalah klien berbaring dengan santai
- Fleksikan lengan bawah klien di sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan
- Letakkanlah tangan klien di daerah perut di atas umbilicus
- Ketuklah tendo otot triseps pada fosa olekrani

42
PEMERIKSAAN REFLEKS BRAKHIORADIALIS
- Mintalah klien berbaring dengan santai
- Posisikan lengan bawah klien dalam posisi setengah fleksi dan
tangan sedikit dipronasikan
- Mintalah klien untuk merelaksasikan lengan bawahnya sepenuhnya
- Ketuklah pada processus styloideus

PEMERIKSAAN REFLEKS PATELLA


- Mintalah klien berbaring telentang dengan santai
- Letakkan tangan pemeriksa di belakang lutut
- Fleksikan tungkai klien pada sendi lutut
- Ketuklah pada tendon muskulus kuadriseps femoris di bawah

43
patella

PEMERIKSAAN REFLEKS ACHILLES


- Mintalah klien berbaring dengan santai
- Fleksikan tungkai bawah sedikit, kemudian pegang kaki pada
ujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki
- Ketuklah pada tendo Achilles

44
Tahap - Sampaikan hasil pada klien
Terminasi - Kaji perasaan klien
- Berikan reinforcement positive
- Kontrak waktu
- Akhiri dengan do’a (Alhamdulillahirabbil’alami)

45
- Ucapkan salam

2. Pemeriksaan reflek patologis


Tahap - Baca catatan perkembangan
Praintera - Ekplorasi perasaan, kekuatan dan kelemahan diri
ksi - Siapkan alat
- Cuci tangan
Tahap - Ucapkan salam
Orientasi - Panggil nama klien
- Jelaskan prosedur
- Berikan kesempatan klien bertanya
Tahap - Awali dengan doa (Bismillahirrahmanirrahim)
Kerja
PEMERIKSAAN REFLEKS HOFFMANN
- Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai
- Tangan klien kita pegang pada pergelangan dan jari jarinya disuruh
fleksi-entengkan
- Jari tengah klien kita jepit di antara telunjuk dan jari tengah kita.
- Dengan ibu jari kita ”gores kuat” ujung jari tengah klien
INTERPRETASI :
Refleks positif (+), bila goresan kuat tadi
mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta fleksi dan
aduksi ibu jari.
Kadang disertai fleksi jari lainnya.
PEMERIKSAAN REFLEKS TROMNER
- Mintalah klien berbaring telentang atau duduk dengan santai
- Tangan klien kita pegang pada pergelangan dan jarijarinya disuruh
fleksi-entengkan
- Jari tengah klien kita jepit di antara telunjuk dan jari tengah kita.
- Dengan jari tengah kita mencolek-colek ujung jari klien

46
INTERPRETASI :
Refleks positif (+), bila goresan kuat tadi mengakibatkan fleksi jari
telunjuk, serta fleksi dan aduksi ibu jari.
Kadang disertai fleksi jari lainnya.
PEMERIKSAAN REFLEKS BABINSKI (EXTENSOR PLANTAR
RESPONSE)
- Mintalah klien berbaring dengan santai
- Kita (pemeriksa) memegang pergelangan kaki klien supaya tetap
pada tempatnya.
- Telapak kaki klien digores dengan menggunakan ujung gagang palu
refleks secara perlahan dan tidak menimbulkan rasa nyeri untuk
menghindari reflex menarik kaki. Goresan dilakukan pada telapak
kaki bagian lateral, mulai dari tumit menuju pangkal ibu jari.

47
INTERPRETASI :
Positif (+) jika didapatkan gerakan dorso fleksi ibu jari ,
yang dapat disertai mekarnya jari-jari lainnya.
Tahap - Sampaikan hasil pada klien
Terminasi - Kaji perasaan klien
- Berikan reinforcement positive
- Kontrak waktu
- Akhiri dengan do’a (Alhamdulillahirabbil’alami)
- Ucapkan salam

48
DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Ashari dan D. Wuysang. 2014. Pemeriksaan Sistem Motorik Dan Refleks Fisiologis,
Patologis Dan Primitif. Makassar: Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin

Benson, U.J., Gunstream, S.E., Talaro, A., and Talaro, K.P. (1999). Anatomy & Physiology
Laboratory Textbook. 7th ed. New York: The McGraw-Hill Companies.

Guyton, A.C dan J.E. 2006. Hall. Medical Phisiology 12 ed. elsevier saunder

Homdijah, O.S. Perkembangan Sensori Yang Berhubungan Dengan Persepsi. Natalie C.


Barraga

Junqeira, L.C. & Jose Carneiro (1980). Basic Histology. Lange Medical Publications,
Clifornia.

Pradanie, Retnayu. Pengantar Keperawatan Persepsi Sensori. PSIK FKp Unair

Raven, P.H., and Johnson, G.B. (1986). Biology. Times Mirror/ Mosby College Publishing.

Suarnianti. 2016. Anatomi dan Fisiologi pada Tubuh Manusia. Yogyakarta: Indomedia
Pustaka

Tortora, G.J dan B. Derrickson. 2009. Principle of anatomy and physology.

49

Anda mungkin juga menyukai