Anda di halaman 1dari 6

ADAB SEBELUM TIDUR

Tidurlah dalam keadaan berwudhu


Hal ini berdasarkan hadits Al Baro’ bin ‘Azib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ ُثَّم اْض َطِج ْع َع َلى ِش ِّقَك اَألْيَمِن‬، ‫ِإَذ ا َأَتْيَت َم ْض َج َع َك َفَتَو َّض ْأ ُو ُضوَء َك ِللَّص َالِة‬
“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu
berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

Tidur berbaring pada sisi kanan


Hal ini berdasarkan hadits di atas. Adapun manfaatnya sebagaimana disebutkan oleh
Ibnul Qayyim, “Tidur berbaring pada sisi kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang tidak
kesusahan untuk bangun shalat malam. Tidur pada sisi kanan lebih bermanfaat pada jantung.
Sedangkan tidur pada sisi kiri berguna bagi badan (namun membuat seseorang semakin malas)”
(Zaadul Ma’ad, 1/321-322).

Membaca Surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An Naas


Meniup kedua telapak tangan sambil membaca surat Al Ikhlash (qul huwallahu ahad),
surat Al Falaq (qul a’udzu bi robbil falaq), dan surat An Naas (qul a’udzu bi robbinnaas),
masing-masing sekali. Setelah itu mengusap kedua tangan tersebut ke wajah dan bagian tubuh
yang dapat dijangkau. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali. Inilah yang dicontohkan oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dikatakan oleh istrinya ‘Aisyah.

Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,

‫َك اَن ِإَذ ا َأَو ى ِإَلى ِفَر اِش ِه ُك َّل َلْيَلٍة َج َم َع َك َّفْيِه ُثَّم َنَفَث ِفيِهَم ا َفَقَر َأ ِفيِهَم ا ( ُقْل ُهَو ُهَّللا َأَح ٌد ) َو ( ُقْل َأُعوُذ ِبَر ِّب‬
‫اْلَفَلِق) َو ( ُقْل َأُعوُذ ِبَر ِّب الَّناِس ) ُثَّم َيْمَس ُح ِبِهَم ا َم ا اْسَتَطاَع ِم ْن َج َسِدِه َيْبَد ُأ ِبِهَم ا َع َلى َر ْأِس ِه َو َو ْج ِهِه َو َم ا َأْقَبَل‬
‫ِم ْن َجَسِدِه َيْفَع ُل َذ ِلَك َثَالَث َم َّراٍت‬
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau
mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan
dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq)
dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak
tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh
bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017).
Membaca Al Qur’an sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini
lebih menenangkan hati dan pikiran daripada sekedar mendengarkan alunan musik.
Membaca ayat kursi sebelum tidur
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,

‫ َفَأَخ ْذ ُتُه‬، ‫ َفَجَعَل َيْح ُثو ِم َن الَّطَع اِم‬، ‫ َفَأَتاِنى آٍت‬، ‫َو َّكَلِنى َر ُسوُل ِهَّللا – صلى هللا عليه وسلم – ِبِح ْفِظ َزَك اِة َر َم َض اَن‬
‫ َفَذ َك َر اْلَحِد يَث َفَقاَل ِإَذ ا َأَو ْيَت ِإَلى ِفَر اِش َك َفاْقَر ْأ آَيَة‬. – ‫َفُقْلُت َألْر َفَع َّنَك ِإَلى َر ُسوِل ِهَّللا – صلى هللا عليه وسلم‬
« – ‫ َفَقاَل الَّنِبُّى – صلى هللا عليه وسلم‬. ‫ َو َال َيْقَر ُبَك َشْيَطاٌن َح َّتى ُتْص ِبَح‬، ‫اْلُك ْر ِس ِّى َلْن َيَز اَل َع َلْيَك ِم َن ِهَّللا َح اِفٌظ‬
‫ َذ اَك َشْيَطاٌن‬، ‫» َص َد َقَك َو ْهَو َك ُذ وٌب‬

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadhan
kemudian ada orang yang datang mencuri makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku
katakan, “Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam“.
Lalu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini.
Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata, “Jika kamu hendak berbaring di atas
tempat tidurmu, bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala
dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi“. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan“.
(HR. Bukhari no. 3275)

Membaca do’a sebelum tidur “Bismika allahumma amuutu


wa ahyaa”
Dari Hudzaifah, ia berkata,

‫ َو ِإَذ ا اْسَتْيَقَظ ِم ْن َم َناِمِه‬. » ‫َك اَن الَّنِبُّى – صلى هللا عليه وسلم – ِإَذ ا َأَر اَد َأْن َيَناَم َقاَل « ِباْس ِم َك الَّلُهَّم َأُم وُت َو َأْح َيا‬
‫ َو ِإَلْيِه الُّنُش وُر‬، ‫» َقاَل « اْلَح ْم ُد ِهَّلِل اَّلِذ ى َأْح َياَنا َبْع َد َم ا َأَم اَتَنا‬

“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika
allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan
apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana
wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami,
dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari no. 6324)

Masih ada beberapa dzikir sebelum tidur lainnya yang tidak kami sebutkan dalam tulisan
kali ini. Silakan menelaahnya di buku Hisnul Muslim, Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qohthoni.

Jangan Begadang
Sebisa mungkin membiasakan tidur di awal malam (tidak sering begadang) jika tidak ada
kepentingan yang bermanfaat.
Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,

‫َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا – صلى هللا عليه وسلم – َك اَن َيْك َر ُه الَّنْو َم َقْبَل اْلِع َش اِء َو اْلَح ِد يَث َبْعَدَها‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-
ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568)

Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka begadang
setelah shalat ‘Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika
sampai luput dari shalat shubuh berjama’ah. ‘Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah
memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang
begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!” (Syarh Al Bukhari, Ibnu
Baththol, 3/278, Asy Syamilah)

ADAB BANGUN TIDUR


Membaca doa bangun dari tidur dan memperbanyak dzikir
Dianjurkan ketika bangun tidur untuk membaca doa sebagaimana yang ada dalam hadits
dari Hudzaifah bin Al Yaman berikut ini. Beliau radhiallahu ‘anhu mengatakan:

‫ فإذا استيقظ‬. ) ‫ ( اللهم باسمك أموت وأحيا‬: ‫كان النبُّي صَّلى ُهللا عليِه وسَّلَم إذا أخذ مضجعه من الليِل قال‬
) ‫ ( الحمد ِهلل الذي أحيانا بعد ما أماتنا وإليه النشوُر‬: ‫قال‬

“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbaring di tempat berbaringnya


(untuk tidur) ketika malam hari, beliau berdoa: /Allahumma bismika amuutu wa ahyaa/ (Ya
Allah, dengan namaMu aku mati dan aku hidup). Jika beliau bangun beliau berdoa:

‫الحمد ِهلل الذي أحيانا بعد ما أماتنا وإليه النشوُر‬

/Alhamdulillahilladzi ahyaana ba’damaa amaatana wa ilaihin nusyuur/

(Segala puji bagi Allah yang menghidupkanku dan mematikanku dan kepadaNya lah kita
dikembalikan)” (HR. Bukhari no. 6325, Muslim no. 2711).

Imam An Nawawi menjelaskan:

:‫ قال العلماء‬, ‫فنبه صلى هللا عليه وسلم بإعادة اليقظة بعد النوم الذي هو كالموت على إثبات البعث بعد الموت‬
‫ وحكمته إذا أصبح أن يكون أول عمله بذكر‬, ‫وحكمة الدعاء عند إرادة النوم أن تكون خاتمة أعماله كما سبق‬
‫التوحيد والكلم الطيب‬
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengingatkan di setiap bangun tidur, yang tidur itu
mirip dengan kematian, terhadap hari kebangkitan setelah mati kelak. Para ulama mengatakan,
bahwa hikmah doa sebelum tidur adalah agar penutup amalannya adalah sebagaimana
disebutkan. Dan hikmah doa bangun tidur adalah agar pembuka amalan di hari itu berupa
mengingat tauhid dan perkataan yang baik” (Syarah Shahih Muslim, 17/35).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menerangkan tentang doa bangun tidur:

‫فتحمد هللا الذي أحياك بعد الموت وتذكر أن النشور يعني من القبور واإلخراج من القبور يكون إلى هللا عز‬
‫وجل فتتذكر ببعثك من موتتك الصغرى بعثك من موتتك الكبرى‬

“(dengan membaca doa ini) maka Anda memuji Allah yang telah menghidupkan anda dari maut
(tidur), dan mengingatkan anda tentang hari kebangkitan, yaitu kebangkitan dari kubur dan
keluar dari kuburan, menuju Allah ‘Azza wa Jalla. Maka dengan bangkit dari kematian yang
kecil (tidur) Anda ingat kepada kebangkitan dari kematian yang besar” (Syarah Riyadus
Shalihin, 1/1652).

Hadits ini juga menunjukkan bahwa dianjurkan untuk memperbanyak dzikir mutlak
ketika bangun tidur. Sebagaimana akan disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu
pada poin berwudhu untuk menghilangkan malas.

Mencuci tangan
Ketika bangun tidur disyariatkan untuk mencuci tangan sebelum memasukkan tangan ke
dalam bejana atau melakukan aktifitas lainnya. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ فإنه ال َيْد ِر ي أين باتت يُده‬. ‫ فال َيْغ ِم ْس يَده في اإلناِء حتى يغسَلها ثالًثا‬،‫إذا استيقظ أحُدكم من نوِمِه‬

“Jika salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka jangan mencelupkan
tangannya ke dalam bejana sebelum ia mencucinya tiga kali. Karena ia tidak mengetahui
dimana letak tangannya semalam” (HR. Bukhari no. 162, Muslim no. 278).

Ulama berbeda pendapat apakah larangan mencelupkan tangan ke dalam bejana (semua
tempat yang menyimpan air) di dalam hadits ini apakah makruh ataukah haram. Ulama
Hanabilah berpendapat hukumnya haram dan mencuci tangan hukumnya wajib. Namun jumhur
ulama berpendapat hukumnya makruh dan mencuci tangan hukumnya mustahab (sunnah). Dalil
yang dijadikan landasan oleh jumhur adalah firman Allah Ta’ala:

‫ِإَذ ا ُقْم ُتْم ِإَلى الَّصالِة فاْغ ِس ُلوْا ُوُجوَهُك ْم‬


“Jika kalian berdiri untuk shalat maka cucilah wajah-wajah kalian” (QS. Al Maidah: 6).

Andaikan mencuci tangan itu wajib, maka tentu akan disebutkan dalam ayat ini.
Bersiwak
Dianjurkan bersiwak ketika bangun tidur. Dari Hudzaifah bin Al Yaman radhiallahu’anhu beliau
mengatakan:

‫كان النبُّي صَّلى ُهللا عليِه وسَّلم إذا قام ِم ن الليِل َيُش وُص فاه بالسواِك‬
“Biasanya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika bangun di malam hari beliau menggosok-
gosok mulutnya dengan siwak” (HR. Al Bukhari no. 245, Muslim no. 255).

Hikmahnya anjuran ini dijelaskan oleh Syaikh Shalih Al Fauzan:

‫ والسواك في هذه الحالة ينظف الفم من آثارها‬،‫وذلك ألن النوم تتغير معه رائحة الفم؛ لتصاعد أبخرة المعدة‬

“Ini dianjurkan karena ketika tidur bau mulut biasanya berubah, disebabkan uap dari perut yang
naik. Dan dalam keadaan ini, dengan bersiwak akan menghilangkan bau yang tidak sedap di
mulut” (Al Mulakhas Al Fiqhi, 1/36).

Berwudhu untuk menghilangkan malas


Ketika bangun tidur, rasa kantuk dan malas biasanya masih terasa. Dianjurkan untuk
membaca dzikir ketika bangun tidur, segera berwudhu dan menuju shalat, untuk menghilangkan
rasa kantuk dan malas. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

، ‫ عليَك ليٌل طويٌل فارُقْد‬:‫ َيضِر ُب كَّل ُعقدٍة َم كاَنها‬، ‫َيعِقُد الَّش يطاُن َعلى قافَيِة رأِس َأحِد ُك م إذا هَو نام َثالَث ُعقٍد‬
‫ فَأصبَح َنشيًطا طِّيَب‬،‫ فإن صَّلى انحَّلت ُعقُده كُّلها‬،‫ فإن َتوَّضأ انحَّلت ُعقدٌة‬،‫فإِن اسَتيقَظ فَذ َك ر َهللا انحَّلت ُعقدٌة‬
‫ وإاَّل َأصبَح َخبيَث الَّنفِس َك سالَن‬،‫الَّنفِس‬
“Setan mengikat tengkuk kepala seseorang di antara kalian ketika sedang tidur dengan tiga
ikatan. Pada setiap ikatannya ia mengatakan: “malammu masih panjang, teruslah tidur”. Maka
jika orang tersebut bangun, kemudian ia berdzikir kepada Allah, terbukalah satu ikatan.
Kemudian jika ia berwudhu terbukalah satu ikatan lagi. Kemudian jika ia shalat maka
terbukalah seluruh ikatan. Sehingga ia pun bangun dalam keadaan bersemangat dan baik
jiwanya. Namun jika tidak melakukan demikian, maka ia biasanya akan bangun dalam keadaan
buruk jiwanya dan malas” (HR. Bukhari no. 1142, Muslim no. 776).

Bersegera untuk shalat


Jika seseorang bangun di malam hari atau bangun di waktu subuh, maka hendaknya ia
bersegera untuk mengerjakan shalat dan tidak menunda-nundanya agar tidak terus tenggelam
dalam rasa malas dan kantuk. Sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Abu Hurairah di atas. Dan
ini juga merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah Ta’ala karena telah dihidupkan kembali,
diberi kesempatan untuk bangun dan menghirup udara kembali. Sehingga rasa syukur atas hal ini
diwujudkan dalam bentuk ibadah. Al ‘Aini mengatakan:

‫ َو يعلم َأن إلقامتها‬،‫َيْنَبِغ ي َأن يْج َتهد المستيقظ على َأَداء َص اَل ة اْلفْج ر شكرا هلل على َحَياته وإعادة روحه ِإَلْيِه‬
‫فضال َع ِظ يما‬

“Hendaknya orang yang bangun tidur bersungguh-sungguh untuk segera mengerjakan shalat
fajar (subuh), sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas kehidupan yang Allah berikan dan
atas dikembalikannya ruh ke dalam tubuh kita. Dan hendaknya ia memahami bahwa hal itu
merupakan nikmat yang besar” (Umdatul Qari, 5/70).

Anda mungkin juga menyukai