Anda di halaman 1dari 9

Di dalam keseharian manusia, tidur adalah salah satu proses untuk

beristirahat dan juga menjaga energi agar tetap sehat dan fit. Banyak
permasalah tubuh dan juga proses detoksifikasi terjadi saat tidur. Untuk itu,
proses tidur menjadi bagian dari mekanisme biologis dalam tubuh manusia.
Tidak hanya dalam sudut pandang biologis, ternyata jauh sebelum ilmu biologi
banyak muncul di dunia, Islam sudah membahas mengenai tidur.
Di dalam islam terdapat beberapa anjuran tidur dalam islam yang dapat diikuti
dan dilakukan oleh umat muslim. Hal ini dilakukan pula oleh Rasulullah SAW
sebagaimana Rasulullah SAW adalah sebagai teladan kita. Untuk itu, hal seperti
tidur pun Rasulullah memberikan anjuran dan adabnya agar umat islam tidak
salah melakukannya.
Islam bukan hanya sekedar meyakini rukun iman dan rukun islam, melainkan
hal kecil seperti tidur pun islam memberikan panduannya. Sebagaimana
penjelasan di atas, bahwa tidur ternyata memiliki fungsi untuk mekanisme
biologi bahkan Allah mengingatkan bahwa tidur merupakan salah satu tanda-
tanda kekuasaan Allah bagi yang berpikir. Berikut adalah beberapa anjuran
tidur dalam islam :

1. Tidur saat Awal Malam


Sahabat mulia Ibnu Abbas pernah bertutur: “Suatu ketika aku pernah
bermalam dirumah bibiku Muimunah untuk meli-hat bagaimana shalatnya
Rusulullah, beliau berbincang sejenak bersama istrinya, kemudian tidur”.

Di dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa Rasulullah tidak tidur larut malam
hari. Beliau tidur di awal malam dan tentunya terbangun kembali di 1/3 malam
untuk menunaikan shalat tahajud. Selain dari tidur di awal malam dapat
mnejaga untuk membangun di 1/3 malam, tentunya hal tersebut memiliki
fungsi terhadap kesehatan.

Seseorang yang tidur larut malam akan mengganggu mekanisme tubuhnya.


Tubuh di atas pukul 23.00 sudah berproses untuk mendetoks racun,
melakukan proses pengistirahatan tubuh, termasuk jantung sebagai organ vital
sudah seharusnya beristirahat dari aktivitas padat. Jika saat malam hari masih
terjaga, tentunya akan merusak proses alamiah tersebut.

2. Tidak Tidur Sebelum Isya


Berdasarkan hadits: Dari Abu Barzah bahwasanya Rasulullah membenci tidur
sebelum isya’ dan bercakap-cakap setelahnya.

Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, bahwa orang yang tidur
sebelum shalat isya tentu akan melewati waktu isya dan terbangun saat shalat
subuh. Untuk itu, sebelum tidur maka diwajibkan shalat isya bahkan tidak
boleh tidur sebelum melaksanakan shalat isya. Tidak ada jaminan setelah tidur
dapat masih terbangun untuk menunaikan shalat isya atau langsung bertemu
sholat subuh.

3. Berwudhu
Dari Baro’ Bin ‘Azib bahwasanya Rasulullah bersabda: “Apabila kalian hendak
mendatangi tempat tidur, maka berwudhulah seperti wudhu kalian untuk
shalat”.

Dari hadist tersebut, seorang imam besar memberikan penafsiran. Imam


Nawawi berkata: “Hadits ini berisi anjuran berwudhu ketika hendak tidur,
apabila seseorang telah mempunyai wudhu maka hal itu telah mencukupinya,
karena maksud dari itu semua adalah tidur dalam keadaan suci khawatir maut
menjemput-nya seketika itu, maksud yang lain dengan berwudhu dapat
menjauhkan diri dari gangguan syaithon dan perasaan takut ketika tidur”.

Untuk itu seorang muslim harus dapat mengusahakan berwudhu sebelum


tidur. Tentu untuk melaksanakan wudhu sebelum tidur harus dengan cara
berwudhu yang benar.

4. Mengebuti Tempat Tidur


Berdasarkan hadits: Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda:
“Apabila salah seorang diantara kalian hendak tidur maka kebutilah tempat
tidurnya dengan ujung sarungnya, karena sesungguhnya dia tidak tahu apa
yang akan menimpa padanya”

5. Berbaring ke Sisi Kanan


Dari Ibnu Qoyim Al Jauziyah , “Adalah Nabi tidur dengan berbaring kekanan
dan beliau meletakkan tangannya yang kanan dibawah pipinya yang kanan”
Tidur dengan menghadap ke kanan menurut penelitian adalah tidur yang baik
karena melindungi kerja organ-organ vital seperti jantung, hati, dan ginjal.
1- Disunnahkan berbaring pada sisi kanan. Manfaatnya sebagaimana
disebutkan oleh Ibnul Qayyim, “Tidur berbaring pada sisi kanan dianjurkan
dalam Islam agar seseorang tidak kesusahan untuk bangun shalat malam. Tidur
pada sisi kanan lebih bermanfaat pada jantung. Sedangkan tidur pada sisi kiri
berguna bagi badan (namun membuat seseorang semakin malas)” (Zaad Al-
Ma’ad, 1:321-322).

Bagaimana cara tidur sesuai petunjuk Nabi?

Yuk pelajari dari hadits adab-adab tidur yang disebutkan dalam kitab Riyadhus Sholihin karya Imam
Nawawi berikut ini.
Hadits pertama:

Dari Al-Bara’ bin ‘Aazib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam akan tidur, beliau berbaring pada sisi kanan, lalu membaca doa:

َ ‫ الَ َم ْل َجأ َ َوالَ َم ْن َجا ِم ْن‬،‫ك‬


‫ك‬ َ ‫ َر ْغبَةً َو َر ْهبَةً إِلَ ْي‬،‫ك‬ َ ‫ظه ِْريْ إِلَ ْي‬ ُ ْ‫ َوأَ ْل َجأ‬،‫ك‬
َ ‫ت‬ ُ ‫ َو َو َّجه‬، َ‫ت أَ ْم ِريْ إِلَ ْيك‬
َ ‫ْت َوجْ ِه َي إِلَ ْي‬ ُ ‫اَللَّهُ َّم أَ ْسلَ ْم‬
ُ ْ‫ َوفَ َّوض‬، َ‫ت نَ ْف ِس ْي إِلَ ْيك‬
ْ َ َّ ْ ْ َ َّ
َ‫ آ َمنت بِ ِكتَابِكَ ال ِذيْ أنزَلتَ َوبِنَبِيِّكَ ال ِذيْ أرْ َسلت‬،‫ك‬ ُ ْ َ َّ
َ ‫إِال إِل ْي‬

Allahumma aslamtu nafsii ilaik, wa fawwadh-tu amrii ilaik, wa wajjahtu wajhiya ilaik, wa alja’tu
zhohrii ilaik, rogh-batan wa rohbatan ilaik, laa malja-a wa laa manjaa minka illa ilaik. Aamantu
bikitaabikalladzi anzalta wa bi nabiyyikalladzi arsalta.

[Artinya: “Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepadaMu, aku menyerahkan urusanku kepadaMu, aku
menghadapkan wajahku kepadaMu, aku menyandarkan punggungku kepadaMu, karena senang
(mendapatkan rahmatMu) dan takut pada (siksaanMu, bila melakukan kesalahan). Tidak ada tempat
perlindungan dan penyelamatan dari (ancaman)Mu, kecuali kepadaMu. Aku beriman pada kitab
yang telah Engkau turunkan, dan (kebenaran) NabiMu yang telah Engkau utus.” Apabila Engkau
meninggal dunia (di waktu tidur), maka kamu akan meninggal dunia dengan memegang fitrah
(agama Islam)].” (HR. Bukhari, no. 6313; Muslim, no. 2710)

Hadits kedua:

Dari Al-Bara’ bin Aazib, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padaku,
“Jika engkau hendak tidur, maka berwudhulah dengan wudhu yang digunakan untuk shalat lalu
berbaringlah pada sisi kanan.” Kemudian disebutkan do’a seperti di atas, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam lalu mengatakan, “Jadikanlah bacaan tersebut sebagai kalimat terakhir yang engkau
ucapkan.” (HR. Bukhari, no. 247; Muslim, no. 2710)

Hadits ketiga:

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
melakukan shalat malam sebanyak 11 raka’at. Ketika terbit fajar Shubuh, beliau melakukan dua
raka’at ringan, kemudian beliau berbaring lagi setelah itu pada sisi kakan sampai muadzin
mengumandangkan iqamah. (HR. Bukhari, no. 6310; Muslim, no. 736)
Hadits keempat:

Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika ingin tidur
di malam hari, maka beliau meletakkan tangannya di pipinya (yang kanan), kemudian mengucapkan,

‫ت َوأَحْ يَا‬
ُ ْ‫اللَّهُ َّم بِا ْس ِمكَ أَ ُمو‬

“ALLOHUMMA BISMIKA AMUUTU WA [Artinya: Ya Allah, dengan nama-Mu. Aku mati dan aku
hidup].” Jika beliau bangun dari tidur, beliau mengucapkan,

‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذيْ أَحْ يَانَا بَ ْع َد َما أَ َماتَنَا َوإِلَ ْي ِه النُّ ُشوْ ِر‬

“ALHAMDULILLAHILLADZI AHYANAA BA’DA MAA AMAATANAA WA ILAIHIN NUSYUUR [Artinya:


Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami dan kepada-Nya
lah kami dibangkitkan].” (HR. Bukhari, no. 6325)

Hadits kelima:

Dari Ya’isy bin Thokhfah Al-Ghifariy, dari bapaknya, ia berkata, “Ketika itu aku sedang berbaring
tengkurap di masjid karena begadang dan itu terjadi di waktu sahur. Lalu tiba-tiba ada seseorang
menggerak-gerakkanku dengan kakinya. Ia pun berkata, “Sesungguhnya ini adalah cara berbaring
yang dibenci oleh Allah.” Kemudian aku pandang orang tersebut, ternyata ia adalah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Abu Daud, no. 5040 dan Ibnu Majah, no. 3723. Imam Nawawi
dalam Riyadhus Sholihin mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al-Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Hadits keenam:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapa yang duduk
tanpa menyebut nama Allah di dalamnya, maka di dalamnya ada kekurangan (tirotun). Siapa yang
tidur dalam keadaan tidak menyebut nama Allah di dalamnya, maka di dalamnya ada kekurangan
(tirotun).” (HR. Abu Daud, no. 4856; 5059. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali mengatakan bahwa hadits
ini hasan).
Faedah dari Adab Tidur

1- Disunnahkan berbaring pada sisi kanan. Manfaatnya sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim,
“Tidur berbaring pada sisi kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang tidak kesusahan untuk
bangun shalat malam. Tidur pada sisi kanan lebih bermanfaat pada jantung. Sedangkan tidur pada
sisi kiri berguna bagi badan (namun membuat seseorang semakin malas)” (Zaad Al-Ma’ad, 1:321-
322).

2- Membaca dzikir sebelum tidur:

ALLOHUMMA ASLAMTU NAFSII ILAIK, WA WAJJAHTU WAJHII ILAIK, WA FAWWADH-TU AMRI ILAIK,
WA ALJA’TU ZHAHRI ILAIK, ROGHBATAN WA ROHBATAN ILAIK. LAA MALJA-A WA LAA MANJAA
MINKA ILLA ILAIK. AAMANTU BI KITAABIKALLADZI ANZALTA WA NABIYYIKALLADZI ARSALTA. Manfaat
dari dzikir ini: Jika seseorang membaca dzikir di atas ketika hendak tidur lalu ia mati, maka ia mati di
atas fithrah (mati di atas Islam).

Bismika allahumma amuutu wa ahyaa. Artinya: “Dengan namaMu, ya Allah! Aku mati dan hidup.”
(HR. Bukhari, no. 6312 dan Muslim, no. 2711). Bisa juga dengan lafazh, “ALLAHUMMA BISMIKA
AMUUTU WA AHYA”.

3- Membaca dzikir setelah bangun tidur, “ALHAMDULILLAHILLADZI AHYANAA BA’DA MAA


AMAATANAA WA ILAIHIN NUSYUUR.” (HR. Bukhari, 11:113)

4- Membaca dzikir sebelum dan sesudah tidur, agar tidurnya penuh berkah, tidak terdapat tirotun
(kekurangan). Juga dzikir ini moga sebagai akhir perkataan setiap orang yang akan tidur.

5- Disunnahkan berwudhu dengan wudhu yang digunakan untuk shalat.

6- Apa manfaat berwudhu sebelum tidur? Dijelaskan oleh Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali bahwa
dianjurkan berwudhu sebelum tidur dengan beberapa hikmah:

Dikhawatirkan nantinya seseorang yang akan tidur mati tiba-tiba. Mudah-mudahan jadi akhir hidup
yang baik.

Berwudhu tadi sebagai persiapan menyucikan hati karena itu lebih utama dari menyucikan badan.

Supaya kalau bermimpi dapat dikatakan sebagai mimpi yang benar dan terhindar dari dipermainkan
setan dalam tidur.
7- Dzikir atau wirid yang dilakukan sebelum tidur sifatnya tawqifiyyah, mesti patuh pada dalil, tidak
ada qiyas dalam hal ini. Maka wajib menjaga dzikir sebagaimana disebutkan dalam hadits. Karena Al-
Bara’ bin ‘Azib ketika keliru membaca dzikir sebelum tidur dengan kalimat “wa rosulikalladzi arsalta”,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan padanya, “Tidak seperti itu, namun yang benar
dengan kalimat ‘WA NABIYYIKALLADZI ARSALTA.’

8- Shalat malam yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah 11 raka’at.

9- Shalat sunnah fajar adalah dua raka’at, dengan raka’at yang ringan. Jika luput dari shalat ini bisa
dilakukan setelah shalat Shubuh langsung.

10- Dianjurkan tidur sebelum Shalat Fardhu Shubuh, setelah melakukan shalat sunnah Fajar. Kata
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimian bahwa perintah tersebut ditujukan bagi imam karena
imam diperintahkan untuk melakukan shalat sunnah di rumah. Imam pun ditunggu, berbeda dengan
makmum. Kalau makmum melakukan seperti itu saat melaksanakannya di rumah lantas ia tertidur,
maka bisa jadi ia akan tertinggal dari shalat Shubuh itu sendiri. Apakah berlaku bagi setiap yang
melaksanakan qabliyyah Shubuh? Kata Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin bahwa perintah ini
lebih tepat ditujukan pada orang yang melakukan shalat tahajjud (shalat malam) dan mereka menuai
lelah atau capek sehingga butuh akan istirahat sejenak seperti itu.

11- Imam itu keluar untuk shalat ketika jama’ah sudah pada berkumpul.

12- Imam dianjurkan melakukan shalat sunnah rawatib di rumah dan imam hadir ketika akan
iqamah.

13- Tidur tengkurap itu terlarang. Hadits lainnya yang membicarakan hal ini, dari Ibnu Tikhfah Al
Ghifari, dari Abu Dzarr, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat di hadapanku dan ketika
itu aku sedang tidur tengkurap. Beliau menggerak-gerakkanku dengan kaki beliau. Beliau pun
bersabda, “Wahai Junaidib, tidur seperti itu seperti berbaringnya penduduk neraka.” (HR. Ibnu
Majah no. 3724. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih). Syaikh Muhammad bin
Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Tidak pantas seseorang tidur tengkurap lebih-lebih lagi
dilakukan di tempat yang terbuka. Karena jika orang banyak melihat tidur semacam itu, mereka tidak
suka. Namun jika seseorang dalam keadaan sakit perut, dengan tidur seperti itu membuat teredam
sakitnya, maka seperti itu tidaklah mengapa karena dilakukan dalam keadaan butuh.” (Syarh
Riyadhus Sholihin, 4: 343)

Boleh Tidur Terlentang


Dari ‘Abbad bin Tamim, dari pamannya bahwa ia pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidur terlentang di masjid dalam keadaan meletakkan satu kaki di atas lainnya. (HR. Bukhari
no. 475 dan Muslim no. 2100).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin menerangkan, “Yang lebih afdhol adalah tidur pada sisi
kanan. Sedangkan tidur tengkurap adalah tidur yang tidak pantas kecuali dalam keadaan butuh.
Sedangkan tidur dalam keadaan terlentang adalah tidak mengapa selama menjaga aurat tidak
terbuka. Namun jika khawatir akan tersingkapnya aurat yaitu ketika mengangkat kedua kaki dan
tidak memakai celana di bagian dalam jubah misalnya, maka itu tidaklah pantas. Namun kalau aman,
maka tidaklah mengapa.” (Syarh Riyadhus Sholihin, 4: 346).

Tidur dalam Keadaan Junub

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata bahwa ‘Umar bin Al Khottob pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Apakah salah seorang di antara kami boleh tidur sedangan ia dalam keadaan
junub?” Beliau menjawab, “Iya, jika salah seorang di antara kalian junub, hendaklah ia berwudhu lalu
tidur.” (HR. Bukhari, no. 287; Muslim, no. 306).

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa jika dalam
keadaan junub dan hendak tidur, beliau mencuci kemaluannya lalu berwudhu sebagaimana wudhu
untuk shalat.” (HR. Bukhari, no. 288).

‘Aisyah pernah ditanya oleh ‘Abdullah bin Abu Qois mengenai keadaan Nabi shallallahu ’alaihi wa
sallam, “Bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika dalam keadaan junub? Apakah beliau
mandi sebelum tidur ataukah tidur sebelum mandi?” ‘Aisyah menjawab, “Semua itu pernah
dilakukan oleh beliau. Kadang beliau mandi, lalu tidur. Kadang pula beliau wudhu, barulah tidur.”
‘Abdullah bin Abu Qois berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan segala urusan begitu
lapang.” (HR. Muslim, no. 307).

Keadaan orang sebelum tidur sebagai berikut.

1- Junub lalu mandi sebelum tidur, ini lebih sempurna.

2- Junub dan wudhu terlebih dahulu sebelum tidur, ini yang disunnahkan untuk memperingan junub.

3- Junub dan tanpa wudhu, lalu tidur. Seperti ini masih dibolehkan.
Semoga bermanfaat.

Referensi:

Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. 2:94-98

Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. 4:340-342.

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:

https://rumaysho.com/16232-cara-tidur-sesuai-petunjuk-nabi.html

Anda mungkin juga menyukai