Anda di halaman 1dari 13

Tiga Macam Tidur

Tidur pertama, haylulah, yaitu tidur setelah Subuh. Haylulah diambil dari kata hala


yahulu haulan yang artinya mencegah atau menghalangi.

Tidur ini termasuk dilarang. Sebab, tidur usai Subuh dapat menghalangi rezeki.

Tidur kedua, 'aylulah, yang dilakukan di waktu Ashar. 'Aylulah berasal dari kata illat,


artinya penyakit.

Kebiasaan tidur setelah Ashar diyakini dapat mendatangkan penyakit, membuat rentan
terhadap stres dan mengurangi kemampuan menghapal sehingga termasuk dilarang.

Tidur ketiga, qaylulah, yang dikerjakan selama 10 menit usai Zuhur. Asal


kata qaylulah adalah qalil, artinya sedikit.

Tidur ini sangat dianjurkan karena dapat memulihkan stamina tubuh dan
merenggangkan otot. Dalam istilah populer dikenal dengan power snap, yaitu tidur
singkat dan efektif.

Qaylulah juga bisa dilakukan sebelum menjalankan sholat Tahajud. Rasulullah


Muhammad SAW juga sering menjalankan tidur ini, baik di waktu Zuhur maupun
saat qiyamul lail.

agar ummat manusia merasakan kesehatan baik jasmani maupun rohani.

Ketahuilah bahwasanya tidur dalam Islam itu ada (5) lima jenis:

1. ‫ الفجر يورث الغفلة‬6‫العيلولة و هو النوم بعد‬

Pertama: Al-Ailulah: tidur setelah subuh Tidur ini menyebabkan kelalaian-Lupa.

2. ‫الغيلولة وهو النوم وقت الضحى يورث الفقر‬


Kedua: Al-Ghailulah: tidur waktu dhuha. Tidur waktu ini menyebabkan kemiskinan.

3.‫القيلولة وهو النوم وقت االستواء يورث الغنى‬

Ketiga: Al-Qailulah: Tidur waktu matahari istiwa'(matahari pas sejajar di atas kepala).
Tidur waktu ini menyebabkan kekayaan.

4.‫الكيلولة وهو النوم بعد العصر يورث الجنون‬

Keempat: al-Kailulah: tidur setelah ashar bisa menyebabkan kegilaan.

5.‫الفيلولة وهو النوم بعد المغرب يورث الفتنة‬

Kelima: Al-Failulah: Tidur setelah maghrib bisa menyebabkan timbulnya fitnah.

(Waalahu a’lam bi al-Shawab)

dalam kitab tadzkiroh buah karya Al-Jalal As-Suyuthi bahwa:


- Tidur di permulaan siang (pagi hari) disebut 'ailulah yaitu (menyebabkan) kefakiran.
- Tidur di waktu dluha disebut failulah, (menyebabkan) kelemahan/lesu pada badan.
- Ketika tergelincir matahari (zawal) disebut qoilulah, dapat menambah (kecerdasan)
akal.
- Tidur setelah zawal disebut chailulah, yakni dapat menghalangi antara orang itu dan
salat.
- Dan tidur di akhir siang (sore hari) disebut ghoilulah, dapat menyebabkan binasa

Artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul 5 Macam Jenis Tidur dan
Dampaknya Bagi Tubuh Menurut Kepala Kemenag
Tanahbumbu, https://banjarmasin.tribunnews.com/2018/05/29/5-macam-jenis-tidur-dan-
dampaknya-bagi-tubuh-menurut-kepala-kemenag-tanahbumbu.
Penulis: Man Hidayat
Editor: Elpianur Achmad
erikut 7 adab sebelum tidur menurut sunah Rasulullah seperti yang diterangkan dai
kondang KH Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym.
1. Jangan tidur larut malam
Manusia membutuhkan waktu tidur yang cukup hingga 7-8 jam per harinya. Selain tak
baik untuk kesehatan, kebiasaan begadang atau terjaga di malam hari juga tak disukai
oleh Rasulullah. Hal ini karena begadang dinilai menyia-nyiakan waktu dan dapat
memengaruhi waktu ibadah menjadi terlewatkan.
Diriwayatkan dari Abu Barzah radhiyallahu anhu, beliau berkata; “Bahwasanya
Rasulullah membenci tidur malam sebelum Sholat Isya dan berbincang-bincang yang
tidak bermanfaat setelahnya,” (HR. Bukhari Muslim).
“Jadi tidak ada istilah begadang dalam Islam, meskipun kita nampaknya untuk
mengerjakan hal-hal baik tetapi kalau itu menguras waktu dan tenaga kita sehingga
merusak istirahat dan ibadah malam kita, maka tidurlah lebih awal karena itu lebih
utama,” kata Aa Gym, dikutip dari channel YouTubenya, Aagym Official, Kamis
(13/8/2020).
2. Berwudhu
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Apabila engkau hendak mendatangi
pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana
wudhumu untuk melakukan sholat,” (HR. Bukhari Muslim).
Dengan berwudhu, jelas tubuh akan lebih bersih dan terasa lebih nikmat saat
beristirahat, serta lebih mudahnya kita untuk beribadah karena dalam keadaan suci.
Tak hanya itu, keutamaan berwudhu saat hendak tidur juga akan memengaruhi kualitas
tidur seseorang, salah satunya dilihat dari mimpinya.
Baca juga: Meneladani Kebijaksanaan Nabi Daud dalam Menyelesaikan
Perselisihan
“Kalau mimpi orang yang berwudhu itu beda mimpinya, Insya Allah mendapat Al-
Mubasyiro, atau mimpi yang benar. Dan adapun jika kita ditakdirkan untuk meninggal,
mudah-mudahan jika dalam keadaan yang suci, kita akan meninggal dalam keadaan
lebih baik,” terang pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid itu.
3. Membersihkan tempat tidur
Rasulullah menganjurkan untuk selalu membersihkan tempat tidur saat hendak tidur,
yakni dengan mengambil kain dan mengibaskannya ke arah tempat tidur sebelum
dibaringkan.
“Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain
dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan
'Bismillah'. Karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi,” (HR. Bukhari
Muslim).
4. Matikan lampu dan menutup wadah makanan dan minuman
Sebelum tidur, Rasulullah menyuruh kita untuk mematikan lampu, menyuruh menutup
pintu, mengamankan bejana, dan mengamankan makanan-makanan, sebagaimana
sabda beliau berikut.
“Matikanlah lampu-lampu kalian jika kalian hendak tidur. Dan tutuplah pintu-pintu,
tutuplah bejana serta wadah makanan dan minum kalian,” (HR. Bukhari).
5. Membaca Ayat Kursi
Saat hendak tidur, umumnya kita membaca doa sebelum tidur, yaitu “Bismika
Allahumma ahya wa bismika aamuut”. Selain itu, ternyata juga dianjurkan untuk
membaca bacaan lainnya, seperti membaca Ayat Kursi. Keutamaan membaca Ayat
Kursi ini disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari: “Barang siapa yang membaca Ayat
Kursi ketika akan tidur, maka Allah senantiasa menjaganya dan tidak akan didekati
setan sampai subuh,” (HR. Bukhari).
“Rasulullah juga menganjurkan untuk membaca Surah Al Ikhlas, An Naas, dan Al
Falaq. Setelah baca, ditiup ke tangan lalu diusap ke seluruh tubuh. Ini akan
mendatangkan perlindungan,” kata Aa Gym.
Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi ketika kita sedang tidur. Allah Maha Tahu
kita tidak berdaya kalau kita sedang pulas, tapi Allah Maha Kuasa atas segalanya. Allah
telah berjanji untuk melindungi kita ketika mengamalkan sunah Nabi, maka jangan
tinggalkan doa-doa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad.

Mengambil penjelasan kitab Aadaab Islaamiyyah, karya Syaikh ‘Abdul Hamid bin
‘Abdirrahman as-Suhaibani yang dilansir almanhaj Berikut ini adalah rincian adab tidur
dalam Islam 

1. Tidak mengakhirkan tidur malam selepas shalat Isya’ kecuali dalam keadaan darurat


seperti untuk mengulang (muraja’ah) ilmu atau adanya tamu atau menemani keluarga,
sebagaimana diriwayatkan dari sahabat Abu Barzah radhiyallahu anhu :

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membenci tidur malam sebelum


(shalat Isya’) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.”
(HR. Al-Bukhari no. 568 dan Muslim no. 647).

2. Hendaknya tidur dalam keadaan suci (sudah berwudhu’ terlebih dahulu)


sebagaimana hadits :

“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu’


terlebih dahulu sebagaimana wudhu’mu untuk melakukan shalat.”
(HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710).

3. Hendaknya mendahulukan posisi tidur di atas sisi sebelah kanan (rusuk kanan
sebagai tumpuan) dan berbantal dengan tangan kanan, tidak mengapa apabila
setelahnya berubah posisinya di atas sisi kiri (rusuk kiri sebagai tumpuan). Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam :

“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.”


(HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710).

4. Tidak dibenarkan telungkup dengan posisi perut sebagai tumpuannya baik ketika
tidur malam ataupun tidur siang. Sebagaimana hadits :
“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai oleh Allah
‘Azza Wa Jalla.”
(HR. Ahmad, Tirmidzi dan Abu Daud, dengan sanad yang shahih).

5. Membaca ayat-ayat al-Qur-an, yaitu :

a. Membaca ayat kursi:

“Allah, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) melainkan Dia, Yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-
Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah
tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.”
(QS. Al-Baqarah : 255) (lihat Shahih al-Bukhari dengan syarahnya, Fat-hul Baari XI/267
no. 2311).

b. Membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah:

“Rasul telah beriman kepada al-Qur-an yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya,


demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-
Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya dan Rasul-Rasul-Nya. (Mereka mengatakan): ‘Kami
tidak membedabedakan antara seorang pun (dengan yang lain) dari Rasul-Rasul-Nya,’
dan mereka mengatakan: ‘Kami dengar dan kami taat.’ (Mereka berdo’a): ‘Ampunilah
kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdo’a): ‘Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika
kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada
kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang
sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak
sanggup kami memikulnya. Beri ma-aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.
Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.’”
(QS. Al-Baqarah : 285-286). (lihat HR. Al-Bukhari, no. 5051 dan Muslim, no. 807-808).

c. Membaca Surat Al ikhlas, Al Falaq Dan An Naas, (Qul Huwallaahu Ahad, Qul
a’uudzu bi Rabbil falaq dan Qul a’uudzu bi Rabbin naas, dengan cara mengumpulkan
dua tapak tangan lalu ditiup dan dibacakan, “Qul Huwallaahu Ahad, qul a’uudzu bi
Rabbil falaq dan Qul a’uudzu bi Rabbin naas, kemudian dengan dua telapak tangan
mengusap bagian tubuh yang dapat dijangkau dengannya dimulai dari kepala, wajah
dan tubuh bagian depan, hal ini diulang sebanyak 3 (tiga) kali.
(lihat HR. Al-Bukhari dalam Fat-hul Baari XI/277 no. 4439, 5016 dan Muslim, no. 2192).

d. Membaca surat as-Sajdah ayat pertama hingga akhir dan membaca surat al-Mulk,
sebagaimana hadits :

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak tidur sebelum beliau membaca Alif laam miim
tanziilus Sajdah (Surat As-Sajdah) dan Tabaarakalladzii biyadihilmulku (Surat Al-Mulk).”
(HR. Al-Bukhari dalam al-Adaabul Mufrad no. 1207, Ahmad, III/340. Lihat Silsilah al-
Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 585).

e. Membaca surat Al-Kaafiruun:

“Katakanlah hai orang-orang kafir…” (sampai akhir surat Al-Kafirun)

Manfaatnya : “(Membaca surat al-Kafirun) dapat membebaskan diri dari kesyirikan.”


(HR. Abu Dawud, no. 5055, at-Tirmidzi, no. 3464, dihasankan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar
dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 1161).

6. Hendaknya mengakhiri berbagai dzikir dan do’a tidur dengan do’a berikut:

“Dengan Nama-Mu, ya Rabb-ku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan Nama-Mu


pula aku bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah
rahmat padanya. Tapi apabila Engkau melepaskannya, maka peliharalah,
sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih.”
(HR. Al-Bukhari, no. 6320, dan Muslim, no. 2714).

Atau bisa membaca ;

“Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu aku
menghadapkan wajahku kepada-Mu, dan aku sandarkan punggungku kepada-Mu
karena mengharap dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan
menyelamatkan diri dari (ancaman)-Mu kecuali kepada-Mu, aku memohon ampunan-
Mu dan aku bertaubat kepada-Mu, aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan
dan kepada Nabi yang Engkau utus.”
(HR. Al-Bukhari, no. 247, dan Muslim, no. 2710).

Atau bisa membaca ;

“Ampunilah dosa-dosaku di masa lalu dan masa yang akan datang, yang tersembunyi,
serta yang nampak. Engkaulah Yang terdahulu dan Yang terakhir dan tidak ada ilah
yang berhak diibadahi kecuali Engkau.”
(HR. Al-Bukhari, no. 1120 dan Muslim, no. 2717).

Atau bisa membaca ;

“Ya Allah, jauhkanlah aku dari siksa-Mu pada hari dimana Engkau membangkitkan
hamba-hamba-Mu.”
(HR. Abu Dawud, no. 5045, dan at-Tirmidzi, no. 3399, dinilai hadits shahih oleh ahli
hadits syaikh Al albani dalam Shahiih at-Tirmidzi no. III/143).

7. Disunnahkan apabila hendak membalikkan tubuh (dari satu sisi ke sisi yang lain)
ketika tidur malam untuk mengucapkan do’a :

“Tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah Yang Mahaesa, Maha Perkasa,
Rabb Yang menguasai langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya,
Yang Mahamulia lagi Maha Pengampun.”
(HR. Al-Hakim, I/540 disepakati dan dishahihkan oleh Imam adz-Dzahabi. Lihat juga
Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah no. 2066)

8. Apabila merasa gelisah, risau, merasa takut ketika tidur malam atau merasa
kesepian maka dianjurkan sekali baginya untuk berdo’a sebagai berikut :

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, siksa-
Nya, dari kejahatan hamba-hamba-Nya, dari godaan para syaitan dan dari kedatangan
mereka kepadaku.”
(HR. Abu Dawud, no. 3893, at-Tirmidzi, no. 3528 dan lainnya. Lihat Silsilah al-Ahaadiits
ash-Shahii-hah no. 264)

9. Memakai celak mata ketika hendak tidur, berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar radhiallahu
anhuma :

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa memakai celak


dengan batu celak setiap malam sebelum beliau hendak tidur malam, beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam memakai celak pada kedua matanya sebanyak tiga kali goresan.”
(HR. Ibnu Majah, no. 3497. Lihat Syamaa-il Muhammadiyyah hal. 44)

10. Hendaknya mengibaskan tempat tidur (membersihkan tempat tidur dari kotoran,


debu, dan semisalnya) ketika hendak tidur. Hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam :

“Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain
dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan,
‘bismillaah,’ karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi.”
(HR. Al-Bukhari, no. 6320, dan Muslim, no. 2714).

11. Jika sudah bangun tidur hendaknya membaca do’a sebelum berdiri dari tempat
pembaringan, yaitu:

“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah ditidurkan-Nya dan
kepada-Nya kami dibangkitkan.”
(HR. Al-Bukhari, no. 6312 dan Muslim, no. 2711).

12. Hendaknya menyucikan hati dari setiap dengki yang (mungkin timbul) pada
saudaranya sesama muslim dan membersihkan dadanya dari setiap kemarahannya
kepada manusia lainnya.

13. Hendaknya senantiasa menghisab (mengevaluasi) diri dan melihat (merenungkan)


kembali amalan-amalan dan perkataan-perkataan yang pernah diucapkan.

14. Hendaknya bersegera bertaubat dari seluruh dosa yang dilakukan dan memohon
ampun kepada Allah Ta’ala dari setiap dosa yang dilakukan pada hari itu.

Adab-Adab Tidur ADAB-ADAB TIDUR Oleh Syaikh ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-
Suhaibani 1. Tidak mengakhirkan tidur malam selepas shalat Isya’ kecuali dalam
keadaan darurat seperti untuk mengulang (muraja’ah) ilmu atau adanya tamu atau
menemani keluarga, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Barzah Radhiyallahu
anhu: ‫ْث َبعْ دَ َها‬ َ ‫صالَةِ) ْال ِع َشا ِء َو ْال َح ِدي‬ َ َّ‫َأنَّ ال َّن ِبي‬. “Bahwasanya Rasulullah
َ ( ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َي ْك َرهُ ال َّن ْو َم َق ْب َل‬
Shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur malam sebelum (shalat Isya’) dan
berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.”[1] 2. Hendaknya tidur dalam
keadaan sudah berwudhu’ terlebih dahulu sebagaimana hadits: ‫ضْأ‬ َّ ‫ك َف َت َو‬ َ ‫ِإ َذا َأ َتي‬
َ ‫ْت َمضْ َج َع‬
‫صالَ ِة‬َّ ‫ك لِل‬ َ ‫وُ ض ُْو َء‬. “Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah
berwudhu’ terlebih dahulu sebagaimana wudhu’mu untuk melakukan shalat.” [HR. Al-
Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710] 3. Hendaknya mendahulukan posisi tidur di atas
sisi sebelah kanan (rusuk kanan sebagai tumpuan) dan berbantal dengan tangan
kanan, tidak mengapa apabila setelahnya berubah posisinya di atas sisi kiri (rusuk kiri
sebagai tumpuan). Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
‫ك ْاَأل ْي َم ِن‬
َ ‫اِضْ َط ِجعْ َعلَى َش ِّق‬. “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” [HR. Al-Bukhari no.
247 dan Muslim no. 2710] 4. Tidak dibenarkan telungkup dengan posisi perut sebagai
tumpuannya baik ketika tidur malam ataupun tidur siang. Sebagaimana hadits: ‫ضجْ َع ٌة‬ َ ‫ِإ َّن َها‬
‫ض َها هللاُ َع َّز َو َج َّل‬ ُ ‫ َي ْب َغ‬. “Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang
dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla.”[2] 5. Membaca ayat-ayat al-Qur-an, antara lain: a.
Membaca ayat kursi: ‫ض ۗ َمنْ َذا‬ ِ ْ‫ت َو َما فِي اَأْلر‬ ِ ‫هَّللا ُ اَل ِإ ٰلَ َه ِإاَّل ه َُو ْال َحيُّ ْال َقيُّو ُم ۚ اَل َتْأ ُخ ُذهُ سِ َن ٌة َواَل َن ْو ٌم ۚ َل ُه َما فِي ال َّس َم َاوا‬
‫ت‬ِ ‫ون ِب َشيْ ٍء مِنْ عِ ْل ِم ِه ِإاَّل ِب َما َشا َء ۚ َوسِ َع ُكرْ سِ ُّي ُه ال َّس َم َاوا‬ َ ‫ِيط‬ ُ ‫ِيه ْم َو َما َخ ْل َف ُه ْم ۖ َواَل ُيح‬ ِ ‫الَّذِي َي ْش َف ُع عِ ْن َدهُ ِإاَّل بِِإ ْذ ِن ِه ۚ َيعْ لَ ُم َما َبي َْن َأ ْيد‬
‫ظ ُه َما ۚ َوه َُو ْال َعلِيُّ ْال َعظِ ي ُم‬ ُ ‫ض ۖ َواَل َيُئو ُدهُ ِح ْف‬ ‫َأْل‬
َ ْ‫“ َوا ر‬Allah, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi)
melainkan Dia, Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak
mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah
yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa
yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-
apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan
bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi
Mahabesar.” [Al-Baqarah/2: 255][3] b. Membaca dua ayat terakhir dari surat al-
Baqarah: ۚ ‫ون ۚ ُك ٌّل آ َم َن ِباهَّلل ِ َو َماَل ِئ َك ِت ِه َو ُك ُت ِب ِه َو ُر ُسلِ ِه اَل ُن َفرِّ ُق َبي َْن َأ َح ٍد مِنْ ُر ُسلِ ِه‬ َ ‫آ َم َن الرَّ سُو ُل ِب َما ُأ ْن ِز َل ِإلَ ْي ِه مِنْ َر ِّب ِه َو ْالمُْؤ ِم ُن‬
ْ ‫ت َو َعلَ ْي َها َما ْاك َت َس َب‬
‫ت ۗ َر َّب َنا‬ ْ ‫﴾ اَل ُي َكلِّفُ هَّللا ُ َن ْف ًسا ِإاَّل وُ سْ َع َها ۚ لَ َها َما َك َس َب‬٢٨٥﴿ ‫ك ْالمَصِ ي ُر‬ َ ‫ك َر َّب َنا َوِإلَ ْي‬َ ‫َو َقالُوا َسمِعْ َنا َوَأ َطعْ َنا ۖ ُغ ْف َرا َن‬
ۖ ‫ِين مِنْ َق ْبلِ َنا ۚ َر َّب َنا َواَل ُت َحم ِّْل َنا َما اَل َطا َق َة لَ َنا ِب ِه‬ َ ‫اَل ُتَؤ اخ ِْذ َنا ِإنْ َنسِ ي َنا َأ ْو َأ ْخ َطْأ َنا ۚ َر َّب َنا َواَل َتحْ ِم ْل َعلَ ْي َنا ِإصْ رً ا َك َما َح َم ْل َت ُه َعلَى الَّذ‬
‫ين‬َ ‫ت َم ْواَل َنا َفا ْنصُرْ َنا َعلَى ْال َق ْو ِم ْال َكاف ِِر‬ َ ‫اغفِرْ َل َنا َوارْ َح ْم َنا ۚ َأ ْن‬ ْ ‫“ َواعْ فُ َع َّنا َو‬Rasul telah beriman kepada al-Qur-
an yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang
beriman. Semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya dan
Rasul-Rasul-Nya. (Mereka mengatakan): ‘Kami tidak membedabedakan antara seorang
pun (dengan yang lain) dari Rasul-Rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan: ‘Kami dengar
dan kami taat.’ (Mereka berdo’a): ‘Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo’a): ‘Ya Rabb
kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami,
janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau
bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau
pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma-aflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir.’” [Al-Baqarah/2: 285-286][4] c. Membaca Qul Huwallaahu
Ahad, Qul a’uudzu bi Rabbil falaq dan Qul a’uudzu bi Rabbin naas. Hal ini berdasarkan
pada riwayat-riwayat yang menganjurkan hal tersebut.[5] 6. Hendaknya mengakhiri
berbagai do’a tidur dengan do’a berikut: ،َ‫ت َن ْفسِ يْ َفارْ َحمْها‬ َ ‫ ِإنْ َأ ْم َس ْك‬،ُ‫ك َأرْ َف ُعه‬ َ ‫ت َج ْن ِبي َو ِب‬ ُ ْ‫ضع‬ َ ‫ك َربِّي َو‬ َ ‫ِباسْ ِم‬
‫ادَك الصَّالِ ِحي َْن‬ ُ ْ ‫َأ‬
َ ‫وِإنْ رْ َس ْل َت َها َفاحْ َفظ َها ِب َما َتحْ َفظ ِب ِه عِ َب‬.َ “Dengan Nama-Mu, ya Rabb-ku, aku meletakkan
lambungku. Dan dengan Nama-Mu pula aku bangun daripadanya. Apabila Engkau
menahan rohku (mati), maka berilah rahmat padanya. Tapi apabila Engkau
melepaskannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-
Mu yang shalih.”[6] ‫ َر ْغ َب ًة‬،‫ْك‬ َ ‫ت َظه ِْري ِإلَي‬ ُ ‫ك َوَأ ْل َجْأ‬ َ ‫ْت َوجْ ِهي ِإلَ ْي‬ ُ ‫ك َو َوجَّ ه‬ َ ‫ت َأ ْم ِري ِإلَ ْي‬ ُ ْ‫ك َو َف َّوض‬ َ ‫ت َن ْفسِ ي ِإلَ ْي‬ ُ ‫اللَّ ُه َّم َأسْ لَ ْم‬
‫ت‬ َ ‫ِّك الَّذِي َأرْ َس ْل‬ َ ‫ت َو ِب َن ِبي‬ َ ‫ك الَّذِي َأ ْن َز ْل‬ َ ‫ت ِب ِك َت ِاب‬ ُ ‫ آ َم ْن‬،‫ك‬ َ ‫ك َوَأ ُت ْوبُ ِإلَ ْي‬ َ ‫ك َأسْ َت ْغفِ ُر‬ َ ‫ الَ َم ْل َجَأ َوالَ َم ْن َجا ِم ْن‬,‫ْك‬
َ ‫ك ِإالَّ ِإلَ ْي‬ َ ‫و َرهْ َب ًة ِإلَي‬.َ “Ya
Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu aku
menghadapkan wajahku kepada-Mu, dan aku sandarkan punggungku kepada-Mu
karena mengharap dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan
menyelamatkan diri dari (ancaman)-Mu kecuali kepada-Mu, aku memohon ampunan-
Mu dan aku bertaubat kepada-Mu, aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan
dan kepada Nabi yang Engkau utus.” [HR. Al-Bukhari no. 247, 6113, 6313, 7488,
Muslim no. 2710, Abu Dawud no. 5046 dan at-Tirmidzi no. 3394]

Referensi: https://almanhaj.or.id/4009-adab-adab-tidur.html ‫ت َو َما‬ ُ ْ‫ت َو َما َأ َّخر‬ ُ ‫اغفِرْ لِي َما َق َّد ْم‬ ْ ‫َف‬
‫ت‬ ‫َأ‬
َ ‫ت ْال ُمَؤ ِّخ ُر الَ ِإل َه ِإالَّ ْن‬ ‫َأ‬
َ ‫ت ْال ُم َق ِّد ُم َو ْن‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ‫ت عْ لَ ُم ِب ِه ِم ِّنيْ ْن‬ ‫َأ‬
َ ‫ت َو َما ْن‬ ‫َأ‬
ُ ‫ت َوما عْ لَ ْن‬ ‫َأ‬
ُ ْ‫ سْ َرر‬. “Ampunilah dosa-dosaku di
masa lalu dan masa yang akan datang, yang tersembunyi, serta yang nampak.
Engkaulah Yang terdahulu dan Yang terakhir dan tidak ada ilah yang berhak diibadahi
kecuali Engkau.” [HR. Al-Bukhari no. 1120, 6317 dan Muslim no. 2717] ‫ك َي ْو َم‬ َ ‫اَللّ ُه َّم قِنِيْ َع َذا َب‬
‫ادَك‬
َ ‫ث عِ َب‬ ُ ‫ َتب َْع‬. “Ya Allah, jauhkanlah aku dari siksa-Mu pada hari dimana Engkau
membangkitkan hamba-hamba-Mu.” [HR. Abu Dawud no. 5045, at-Tirmidzi no. 3399,
Ibnu Majah no. 3877 dan Ibnu Hibban no. 2350. Lihat Shahiih at-Tirmidzi no. III/143] 7.
Disunnahkan apabila hendak membalikkan tubuh (dari satu sisi ke sisi yang lain) ketika
tidur malam untuk mengucapkan do’a: ‫ض َو َما َب ْي َن ُه َما ْال َع ِز ْي ُز‬ ِ ْ‫ت َو ْاَألر‬ِ ‫ َربُّ ال َّس َم َاوا‬،ُ‫الَ ِإل َه ِإالَّ هللاُ ْال َوا ِح ُد ْال َقهَّار‬
ْ “Tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah Yang Mahaesa, Maha
‫ال َغ َّفا ُر‬.
Perkasa, Rabb Yang menguasai langit dan bumi serta apa yang ada di antara
keduanya, Yang Mahamulia lagi Maha Pengampun.” [HR. Al-Hakim I/540 disepakati
dan dishahihkan oleh Imam adz-Dzahabi. Lihat Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah no.
2066] 8. Apabila merasa gelisah, risau, merasa takut ketika tidur malam atau merasa
kesepian maka dianjurkan sekali baginya untuk berdo’a sebagai berikut: ‫هللا‬ ِ ‫ت‬ ِ ‫َأع ُْو ُذ ِب َكلِ َما‬
‫ضر ُْو ِن‬ ُ ْ‫ْن َوَأنْ َيح‬ ِ ‫ت ال َّشيَاطِ ي‬ ِ ‫ض ِب ِه َوعِ َق ِاب ِه َو َشرِّ عِ َبا ِد ِه َومِنْ َه َم َزا‬ َ ‫ت منْ َغ‬ ِ ‫ال َّتامَّا‬. “Aku berlindung dengan kalimat-
kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, siksa-Nya, dari kejahatan hamba-hamba-
Nya, dari godaan para syaitan dan dari kedatangan mereka kepadaku.” [HR. Abu
Dawud no. 3893, at-Tirmidzi no. 3528 dan lainnya. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-
Shahii-hah no. 264] 9. Memakai celak mata ketika hendak tidur, berdasarkan hadits
Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma : ‫ان َي ْك َت ِح ُل ِباِإل ْث ِم ِد ُك َّل َل ْيلَ ٍة َق ْب َل َأنْ َي َنا َم فِيْ ُك ِّل‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َك‬ َ َّ‫َأنَّ ال َّن ِبي‬
‫ال‬ ٍ ‫ْن َثالَ َث َة َأمْ َي‬ ٍ ‫عي‬.
َ “Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa memakai
celak dengan batu celak setiap malam sebelum beliau hendak tidur malam, beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memakai celak pada kedua matanya sebanyak tiga kali go-
resan.” [HR. Ibnu Majah no. 3497. Lihat Syamaa-il Muhammadiyyah hal. 44] 10.
Hendaknya mengibaskan tempat tidur (membersihkan tempat tidur dari kotoran) ketika
hendak tidur. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‫ِإ َذا َجا َء‬
َ ‫ار ِه َف ْل َي ْن ُفضْ ِب َها ف َِرا َش ُه َو ْل ُي َس ِّم‬ ْ ‫ْأ‬ ‫َأ‬
ُ‫هللا َفِإ َّن ُه الَ َيعْ َل ُم َما َخ َل َف ُه َبعْ دَ ه‬ ِ ‫ َح ُد ُك ْم ِإ َلى ف َِراشِ ِه َف ْل َي ُخذ دَا ِخ َل َة ِإ َز‬. “Jika salah seorang di
antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat
tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan, ‘bismillaah,’ karena ia tidak tahu
apa yang terjadi sepeninggalnya tadi.” [HR. Al-Bukhari no. 6320, Muslim no. 2714, at-
Tirmidzi no. 3401 dan Abu Dawud no. 5050. Lafazh yang seperti ini berdasarkan
riwayat Muslim] 11. Jika sudah bangun tidur hendaknya membaca do’a sebelum berdiri
dari tempat pembaringan, yaitu: ‫ش ْو ُر‬ ُ ‫هلل الَّذِي َأحْ َيانا َ َبعْ َد َما َأ َما َت َنا َوِإلَ ْي ِه ال ُّن‬
ِ ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد‬. “Segala puji bagi Allah
yang telah menghidupkan kami setelah ditidurkan-Nya dan kepada-Nya kami
dibangkitkan.”[7] 12. Hendaknya menyucikan hati dari setiap dengki yang (mungkin
timbul) pada saudaranya sesama muslim dan membersihkan dadanya dari setiap
kemarahannya kepada manusia lainnya. 13. Hendaknya senantiasa menghisab
(mengevaluasi) diri dan melihat (merenungkan) kembali amalan-amalan dan perkataan-
perkataan yang pernah diucapkan. 14. Hendaknya bersegera bertaubat dari seluruh
dosa yang dilakukan dan memohon ampun kepada Allah dari setiap dosa yang
dilakukan pada hari itu.[8] [Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis ‘Abdul Hamid
bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim
Teladan, Penerjemah Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan
Kedua Shafar 1427H – Maret 2006M] _______ Footnote [1]. HR. Al-Bukhari no. 568
dan Muslim no. 647 (235). Lafazh ini milik al-Bukhari dan kata ‫صالَة‬ َ tidak terdapat dalam
lafazh al-Bukhari di no. 568.-penj. [2]. HR. Abu Dawud dengan sanad yang shahih. [3].
Keterangan ini tercantum di dalam Shahih al-Bukhari dengan syarahnya, Fat-hul Baari
XI/267 no. 2311, 5010 (cet. Daar Abi Hayaan, 1416 H) Manfaat membaca ayat Kursiy
(ketika akan tidur) adalah sebagaimana yang disabdakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Barangsiapa membaca ayat Kursiy (ketika akan tidur), maka Allah senantiasa
menjaganya dan tidak akan didekati syaitan sampai Shubuh.” Hal ini shahih
berdasarkan hadits di atas.-penj. [4]. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam: ُ‫ َمنْ َق َرَأ ِب ِه َما فِي َل ْيلَ ٍة َك َف َتاه‬. “Barangsiapa yang membaca dua ayat tersebut
pada malam hari maka dua ayat tersebut telah mencukupinya.” [HR. Al-Bukhari no.
5051 dan Muslim no. 807-808] Baca Juga  Meningkatkan Nilai Ibadah Seorang Muslim
Para ulama berselisih faham tentang makna ُ‫( َك َف َتاه‬dua ayat itu mencukupinya).
Dikatakan bahwa maknanya adalah telah mencukupi dari shalat malam, dan dikatakan
pula bahwa maknanya adalah telah mencukupinya dari setiap kejelekan yang dilarang
dan kejahatan. Syaikh Salim al-Hilali berkata, “Boleh untuk menggabungkan dua makna
(masalah) tersebut.” (Shahiih al-Adzkaar wa Dha’iifuhu lil Imam an-Nawawi, tahqiq
Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali (I/258)).-penj. [5]. Yaitu dengan cara mengumpulkan dua
tapak tangan lalu ditiup dan dibacakan, “Qul Huwallaahu Ahad, qul a’uudzu bi Rabbil
falaq dan Qul a’uudzu bi Rabbin naas, kemudian dengan dua telapak tangan mengusap
bagian tubuh yang dapat dijangkau dengannya dimulai dari kepala, wajah dan tubuh
bagian depan, hal ini diulang sebanyak 3 (tiga) kali. [HR. Al-Bukhari dalam Fat-hul Baari
XI/277 no. 4439, 5016 (cet. Daar Abi Hayaan), Muslim no. 2192, Abu Dawud no. 3902,
At Tirmidzi no. 3402 dan Ibnu Majah no. 3539]-penj. Tambahan:-penj. (a). Membaca
surat as-Sajdah ayat pertama hingga akhir dan membaca surat al-Mulk, sebagaimana
hadits: ‫ك‬ُ ‫ك الَّذِيْ ِب َي ِد ِه ْالم ُْل‬ َ ‫ان الَ َي َنا ُم َح َّتى َي ْق َرَأ آلم َت ْن ِز ْي ُل السَّجْ َد َة َو َت َب‬
َ ‫ار‬ َ ‫ َك‬. “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak tidur sebelum beliau membaca Alif laam miim tanziilus Sajdah (As-Sajdah) dan
Tabaarakalladzii biyadihilmulku (Al-Mulk).” [HR. Al-Bukhari dalam al-Adaabul Mufrad
no. 1207, 1209, Ahmad III/340. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 585] (b).
Membaca surat Al-Kaafiruun: ‫ُون‬ َ ‫“ … قُ ْل َياَأ ُّي َها ْال َكافِر‬Katakanlah hai orang-orang kafir…”
Manfaatnya: “(Membaca surat al-Kafirun) dapat membebaskan diri dari kesyirikan.”
[HR. Abu Dawud no. 5055, at-Tirmidzi no. 3464, Ahmad V/456, dishahihkan oleh Ibnu
Hibban no. 2363-2364, dan Hakim I/565 serta disepakati oleh adz-Dzahabi, dihasankan
oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah al-Ahaadiits
ash-Shahiihah no. 1161]-penj. (c). Hendaknya mengawali do’a tidur dengan membaca
do’a: ‫ت َوَأحْ َيا‬ ُ ‫ك اللَّ ُه َّم َأم ُْو‬َ ‫بسْ ِم‬. ِ “Dengan Nama-Mu Ya Allah, aku mati dan aku hidup.” [HR. Al-
Bukhari no. 6324 dan Muslim no. 2711] [6]. HR. Al-Bukhari no. 6320, Muslim no. 2714,
Abu Dawud no. 5050 dan at-Tirmidzi no. 3401)-penj. [7]. HR. Al-Bukhari no. 6312 dan
Muslim no. 2711.-penj. [8]. Masih ada sunnah-sunnah yang lain berkaitan dengan adab
tidur, di antaranya adalah sebagai berikut: Sunnah-sunnah sebelum tidur: (a).
Meletakkan tangannya yang kanan di bawah pipi kanannya. Berdasarkan hadits
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‫ت َخ ِّد ِه‬ َ ْ‫ض َع َي َدهُ ال ُي ْم َنى َتح‬ َ ‫ان ِإ َذا َر َق َد َو‬ َ ‫ َك‬. “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah
pipinya.” [HR. Abu Dawud no. 5045, at-Tirmidzi no. 3395, Ibnu Majah no. 3877 dan Ibnu
Hibban no. 2350] (b). Membaca do’a: ‫ َر َّب َنا‬،‫ش ْال َعظِ ي ِْم‬ ِ ْ‫ َو َربَّ ْال َعر‬،‫ض‬ ِ ْ‫ت ال َّسب ِْع َو َربَّ ْاَألر‬ ِ ‫َّماوا‬ َ ‫اللَّ ُه َّم َربَّ الس‬
‫ اللَّ ُه َّم‬،ِ‫ت آخ ٌِذ ِب َناصِ َي ِته‬ َ ‫ك مِنْ َشرِّ ُك ِّل َشيْ ٍء َأ ْن‬ َ ‫ َأع ُْو ُذ ِب‬,‫ان‬
ِ ‫ َو ُم ْن ِز َل ال َّت ْو َرا ِة َو ْاِإل ْن ِجي ِْل َو ْالفُرْ َق‬،‫ َفال َِق ْال َحبِّ َوال َّن َوى‬،ٍ‫َو َربَّ ُك ِّل َشيْ ء‬
،ٌ‫ك َشيْ ء‬ َ ‫ْس ُد ْو َن‬َ ‫ت ْالبَاطِ نُ َفلَي‬ َ ‫ َوَأ ْن‬،ٌ‫ك َشيْ ء‬ َ ‫ْس َف ْو َق‬َ ‫الظا ِه ُر َفلَي‬َّ ‫ت‬ َ ‫ َوَأ ْن‬،ٌ‫ك َشيْ ء‬ َ ‫ت ْاآل ِخ ُر َفلَي‬
6َ ‫ْس َبعْ َد‬ َ ‫ َوَأ ْن‬،ٌ‫ك َشيْ ء‬ َ ‫ت ْاَأل َّو ُل َفلَي‬
َ َ‫ْس َق ْبل‬ َ ‫َأ ْن‬
‫ َوَأ ْغ ِن َنا م َِن ْال َف ْق ِر‬،‫ض َع َّنا ال َّدي َْن‬ ِ ‫ا ْق‬. “Ya Allah, Rabb langit (yang tujuh), Rabb bumi, Rabb ‘Arsy
yang agung, Rabb kami dan Rabb segala sesuatu, Pembelah biji dan benih, Yang
menurunkan Taurat, Injil, dan al-Furqaan (al-Qur-an) aku berlindung kepada-Mu dari
kejahatan segala sesuatu, yang Engkau pegang ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkaulah
yang paling pertama, tidak ada sesuatu sebelum-Mu dan Engkaulah yang paling akhir,
tidak ada sesuatu pun setelah-Mu. Engkaulah yang zhahir, tidak ada sesuatu pun yang
mengungguli-Mu dan Engkaulah yang bathin, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi
dari-Mu, lunasilah hutang kami dan cukupkanlah kami dari kefaqiran (kemiskinan).”
[HR. Muslim no. 2713] Sunnah-sunnah setelah bangun tidur: (a). Mengusap bekas tidur
yang ada di wajah maupun tangan, berdasarkan hadits berikut: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه‬ َ ‫هللا‬ ِ ‫َفاسْ َت ْي َق َظ َرس ُْو ُل‬
‫س َيمْ َس ُح ال َّن ْو َم َعنْ َوجْ ِه ِه ِب َي ِد ِه‬ َ َ‫و َسلَّ َم َف َجل‬.َ “Maka bangunlah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dari tidurnya kemudian duduk sambil mengusap wajahnya dengan tangannya.” [HR.
Muslim no. 763 (182)] (b). Bersiwak ِ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َذا اسْ َت ْي َق َظ م َِن اللَّي ِْل َيص ُْوشُ َفاهُ ِبالس َِّواك‬ َ ‫ان‬ َ ‫ َك‬.
“Apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun malam membersihkan
mulutnya dengan bersiwak.” [HR. Al-Bukhari no. 245 dan Muslim no. 255] (c).
Beristintsaar (mengeluarkan atau menyemburkan air dari hidung sesudah
menghirupnya) ‫ش ْو ِم ِه‬ ُ ‫ْت َعلَى َخ ْي‬ ُ ‫ان َي ِبي‬َ ‫ِإ َذا اسْ َت ْي َق َظ َأ َح ُد ُك ْم مِنْ َم َنا ِم ِه َف ْل َيسْ َت ْنثِرْ َثالَثا ً َفِإنَّ ال َّش ْي َط‬. “Apabila salah
seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka beristintsaarlah tiga kali karena
sesungguhnya syaitan bermalam di rongga hidungnya.” [HR. Bukhari no. 3295 dan
Muslim no. 238]. (d). Mencuci kedua tangan tiga kali, berdasarkan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‫ِس َي َدهُ فِي ْاِإل َنا ِء َح َّتى َي ْغسِ لَ َها َثالَ ًثا‬ ْ ‫ِإ َذا اسْ َت ْي َق َظ َأ َح ُد ُك ْم مِنْ َن ْو ِم ِه َفالَ َي ْغم‬. “Apabila
salah seorang di antara kamu bangun tidur, janganlah ia memasukkan tangannya ke
dalam bejana, sebelum ia mencucinya tiga kali.” [HR. Al-Bukhari no. 162 dan Muslim
no. 278]

 inilah adab sebelum tidur ala Rasulullah SAW dalam Islam.


1. Tidur dalam keadaan wudhu. Umat muslim disarankan untuk wudhu dulu setiap
kali hendak tidur. Dari Al Baro bin Azib, Rasulullah SAW bersabda, “Jika engkai
mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk salat, lalu
berbaringlah pada sisi kanan badanmu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Setelah berwudhu, adab sebelum tidur selanjutnya adalah berbaring pada sisi
kanan. Tidur dalam posisi ini dikatakan sebagai posisi terbaik dan menjauhkan
diri dari segala godaan setan selama tidur.
3. Adab ketiga adalah meniup telapak tangan sambil membaca surat Al-Ikhlas, Al-
Falaq dan surat An-Naas masing-masing sekali. Setelah itu usapkan kedua
telapak tangan ke wajah.
4. Adab keempat adalah membaca ayat kursi. Melantunkan ayat suci bertujuan
agar kita terhindar dari bujuk rayu setan. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW
bersabda, “Jika engkau hendak berbaring di atas tempat tidirmu bacalah ayat Al
Kursi karena dengannya engkau selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan setan tidak
akan bisa mendekatimu sampai pagi. Benar yang dikatakannya padahal dia itu
pendusta. Dia itu setan.” (HR. Bukhari).
5. Adab kelima adalah membaca doa sebelum tidur. Doa tersebut adalah sebagai
berikut, “Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku
mati dan aku hidup).”
6. Adab keenam adalah tidurlah di awal malam. Pastikan untuk mendirikan salat
isya’ terlebih dahulu sebelum tidur dan hindari begadang apalagi untuk hal-hal
yang tidak bermanfaat.

Itulah beberapa adab tidur seperti yang sering dilakukan oleh Rasulullah SAW. Semoga
informasi ini bermanfaat dan selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan bagi yang
menjalankannya.

Anda mungkin juga menyukai