2. MEMANDIKAN MAYAT
1. Dimulai dengan membersihkan kotoran jenazah dengan cara mengusapkan kain /waslap pada
daerah sekitar perut dan aurat. Bila perlu tubuh jenazah bagian atas diangkat dan perutnya
sedikit ditekan agar kotoran bisa keluar.
2. Kemudian itu basuhkan bagian-bagian wudhu, dimulai dari yang kanan dulu dengan
menggunakan air sabun jika kesulitan mendapatkan daun bidara ( sebagaimana Hadits Riwayat
Muttafaqun Alaihi)
3. Agar air merata sampai belakang, tubuh mayit dimiringkan ke kiri dan ke kanan.
4. Membasuhkan air ke seluruh tubuh sekali, tiga kali, atau lima kali atau lebih (hitungan ganjil)
(HR. Muttafaqun Alaih), dan kali terakhir dengan air kapur barus.
5. Disunnahkan menguraikan rambut jenazah wanita dan kembali mengikatnya 3
pintalan/kelabang. (yaitu kedua berada di tepi dan yang satu lagi di ubun-ubun) (sebagaimana
Hadits riwayat Buhori dan muslim - dari Ummu Athiyah)
6. Setelah selesai dimandikan dikeringkan dengan kain bersih dan suci, supaya kafannya tidak
basah, serta diberikan kapur barus atau minyak wangi pada kain tersebut.
7. Jika keluar hadats dari kemaluan mayit, maka hendaknya dibasuh dan dibersihkan kembali
bagian yang terkena najis. (para ulama berselisih apa perlu dimandikan kembali atau cukup di
wudhukan)
8. Tidak diperkenankan menutup lubang-lubang tubuh jenazah dengan kapas atau yang lain,
karena tidak adanya contoh dari Rosululloh shollallohu alaihi wasallam..
Ketentuan-Ketentuan:
a. Diusahakan mengambil tempat yang jauh dari pandangan mata dan tertutup
b. Janganlah masuk orang-orang yang tidak disukainya ketika jenazah masih hidup
c. Hendaklah yang memandikan adalah keluarga terdekat atau orang yang jujur dan amanah.
d. Melepas seluruh pakaian mayat, dan memberi kain penutup aurat mayat
e. Disyariatkan untuk tidak menyentuh aurat si mayit, karena itu diharamkan.
f. Jika ada mayat wanita, dan tidak ada mahrom serta orang perempuan yang memandikannya,
maka cukuplah wanita tersebut di tayammumkan.
3. MENGKAFANI MAYAT
a. Hendaklah dipilih kain kafan yang paling bagus (bukan berarti mahal) dan berwarna putih
(HR. Imam Lima dari ibn Abbas),
b. Memberi 3 lapis kain kafan baik laki atau perempuan, tidak boleh berlebih-lebihan,
(HR.Abu Dawud dari Ali)
1
c. Orang yang meninggal dalam keadaan ihrom maka cukuplah pakaian ihrom menjadi
kafannya. Karena kelak akan dibangkitkan Alloh Subhanahu wa Ta'ala dalam keadaan bertalbiyah
(sebagaimana Hadits riwayat Muttafaqun alaih)
d. Mengikat kain kafan seperlunya dengan jumlah ganjil (tidak ada ketentuan jumlah)
4. MENSHOLATKAN
a. Sholat jenazah Merupakan fardhu kifayah (jika sudah dilakukan oleh seseorang
maka gugurlah kewajiban yang lain), namun demikian hendaknya disholati mayit yang muslim
b. Tidak boleh mensholati jenazah di waktu-waktu terlarang kecuali dalam keadaan
dhorurat. Sabda Rosululloh :
3 Waktu yang dilarang oleh Rosul untuk sholat dan menguburkan mayat, saat terbitnya matahari
sampai meninggi, ketika matahari di tengah-tengah sampai tergelincir, dan ketika matahari
hendak terbenam (HR. Muslim)
Ya Alloh, limpahkanlah kesejahteraan pada Muhammad dan keluarga Muhammad
sebagaimana yang engkau limpahkan pada keluarga Ibrohim, berikanlah keberkatan
pada Muhammad dan keluarganya sebagaimana yang engkau berikan pada keluarga
Ibrohim di alam semesta. Sesungguhnya engkau Maha terpuji dan Mulya (HR. Muslim)
2
janganlah Engkau halangi kami akan ganjarannya dan janganlah Engkau sesatkan kami
setelah itu. (HR. Abu Dawud)
Keterangan:
1. Disyariatkan mengangkat tangan pada takbir pertama saja.
2. cara sholat jenazah dan doa atas mayit di atas adalah salah satu dari beberapa variasi
sholat jenazah yang dilakukan Nabi shollallohu alaihi wa sallam (asalkan ada
keterangan)
3. Jika mayat laki-laki, posisi imam dekat kepala mayit dan di dekat perut jika
perempuan
4. Jika jenazah banyak dan lebih dari satu, maka jenazah dijajar, mayat perempuan
lebih dekat dengan kiblat, sedang mayat laki-laki lebih dekat dengan imam.
5. disunnahkan membuat 3 shof/barisan makmum
- -
Disampaikan oleh:
AINUR ROFIQ
Pada :
Kajian Pemuda Muhammadiyah
Di Gedangan, 22 Maret 2009