Anda di halaman 1dari 19

Tugas Pendidikan Agama Islam TALQIN

Disusun oleh : Aditya Rahmat H (1201043031) 1 B EC Mandiri

Politeknik Negeri Padang TA 2011/2012

Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Adapun judul laporan ini adalah TALQIN. Dalam pembuatan laporan ini penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan laporan ini jauh dari kesempurnaan , oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna penyempurnaan laporan yang akan datang. Akhirnya,penulis berharap laporan ini berguna dan bermaanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Padang , 1 November 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai berbagai macam fenomena yang terjadi pada masyarakat lingkungan kita tentang tata cara yang dilakukan ketika melakukan kewajiban sebagai seorang muslim ketika ada diantara saudara kita yaitu sesama umat muslim, meninggal dunia. Yaitu kewajiban untuk memandikan, mensolati, mengkafani, dan mengubur. Kemudian dalam melakukan kewajiban tersebut ada diantara masyarakat kita yang melakukan suatu ritual yang sering disebut dengan talqin mayit, lalu apakah sebenarnya talkin mayit itu, dan apakah boleh, kita sebagai umat ahlussunnah wal jamah melakukan ritual tersebut, bagaimana sebenarnya hukum mentalkin mayit tersebut.sebagaimana kata Ibnu Ruslan di dalam Zubadnya: # Dan memandikan, mengkafankan, menyembahyangkan atas mayyit, lalu menguburkan adalah merupakan fardu. Dalil Adanya Talqin Talqin adalah sunnah, dan ini telah disepakati para imam kaum muslimin. Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

Talqinkanlah orang sedang menghadapi kematian di antara kalian, dengan ucapan: Laa Ilaha Illallah. (HR.Muslim, 4/473/1524. At Tirmidzi, dari jalur Abu Said Al Khudri, 4/ 84/898. An Nasai, 6/357/1803. Ibnu Majah, 4/375/1434) Hadits ini shahih. At Tirmidzi berkata: hasan gharib shahih. (Sunan At Tirmidzi, 4/84/898). Syaikh Al Albani menshahihkan. (Misykah Al Mashabih, 1/364/1616) Berkata Imam Abul Hasan As Sindi, Maksudnya adalah barangsiapa orang sedang menghadapi kematian, bukan orang yang sudah mati, dan membacakan Laa Ilaha Illaha di sisinya, bukan memerintahkan untuk membacanya. (Syarh Sunan An Nasai, 3/146) Syaikh Abdurrahman Al Mubarakfuri mengatakan: Ketahuilah! Maksud Al Mauta dalam hadits ini adalah orang yang sedang menghadapi kematian, bukan orang yang sudah mati secara hakiki. (Tuhfah Al Ahwadzi, 3/34)

Sementara Imam Al Qurthubi Rahimahullah mengatakan, Ucapkanlah itu dan ingatkanlah mereka dengannya, saat menghadapi kematian. Dia berkata: Disebut Al Mauta karena kematian tengah dihadapinya. (Hasyiah As Suyuthi, 3/146) Imam An Nawawi Rahimahullah mengatakan, Yakni barang siapa yang menghadapi kematian, maksudnya ingatkanlah dia dengan Laa Ilaha Illallah agar itu menjadi akhir ucapan dalam hidupnya. Sebagaimana hadits: Barang siapa yang akhir ucapannya adalah Laa Ilaha Illallahu maka dia akan masuk surga. Dan perintah talqin di sini adalah sunah, dan ulama telah ijma (sepakat) tentang talqin. (Syarh Shahih Muslim, 3/327) Al Qadhi Iyadh mengatakan bahwa talqin merupakan perbuatan yang matsur (memiliki dasar) dan telah diamalkan kaum muslimin, namun dimakruhkan jika dilakukan secara berlebihan dan berturut-turut, agar tidak membosankan bagi orang tersebut, apalagi dalam kondisi sesaknya napas yang menyakitkan, dan hilangnya sensitiftas terhadap beratnya penderitaan. (Ikmal Al Muallim Syarh Shahih Muslim, 3/195) Jadi, maknanya adalah membaca Laa Ilaha Illallah untuk orang sedang menghadapi sakaratul maut, bukan membacanya setelah mati. Berbeda dengan pemahaman sebagian umat Islam hari ini, yang mentalqinkan mayat yang sudah di kubur. Namun demikian, jika yang dilakukan di kubur adalah mendoakannya maka itu sunah nabi. Tetapi, hal itu tidak dinamakan talqin sebab talqin menurut tuntunan As Sunnah, sebagaimana penjelasan para ulama di atas, adalah dilakukan sebelum wafat atau ketika naza (sakaratul maut). Di sebutkan dalam Asna Al Mathalib salah satu kitab bermadzhab Syafii karya Imam Abu Yahya Zakaria Al Anshari, Talqin secara mutlak tidaklah dianjurkan bagi mayat yang sudah dikubur. (Asna Al Mathalib, 4/191) Imam Ibnul Qayyim mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah duduk di sisi kuburan dan membaca Al Quran, dan mentalqinkan mayat di kuburan sebagaimana yang dilakukan manusia hari ini. (Zaadul Maad, 1/522) Ada pun ketika ziarah kubur dan ziarah kubur adalah perbuatan sunah- dianjurkan untuk mengucapkan salam untuk ahli kubur, mendoakan, dan memohonkan kepada Allah Taala agar Allah mengampuninya, malapangkan alam kuburnya, dan meneranginya, serta diringankan dari fitnah kubur. Hal ini juga dilakukan ketika mayit baru saja dikuburkan. Inilah perbuatan yang didasarkan oleh riwayat-riwayat shahih.

B. Rumusan masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan talqin mayit? 2. Bagaimana hukum talqin mayit? 3. Pendapat-pendapat para ahli fiqih tentang talqin mayit.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Talqin Talqin adalah bentuk masdar (kata verbal) dari kata laqqana, yulaqqinu, yang dalam bahasa indonesia artinya mendikte, mengajar dan memahamkan secara lisan atau menuntun. Arti ini berdasarkan pada ayat al-quran dan sabda nabi SAW, yaitu : 1. Al-quran al-fathir ayat 22, yang artinya: dan engkau (wahai muhammad) sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur mendengar. Sebab yang dimaksud degan kata man fi al kubur dalam ayat diatas adalah orang kafir seperti dijelaskan pada tafsir al-khazin: maksudnya adalah orang-orang kafir yang diserupakan orang mati karena sama-sama tidak menerima dakwah.Jadi, kata mati disini bukan makna yang sebenarnya namun hanya metamorfosis dari hati mereka yang mati . 2. Hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nasaiy, Muslim, Turmudzi, dan Ibnu Majjah, dengan redaksi yang berbeda, yaitu: a. Abu dawud dan nasaiy Rasulullah bersabda: talqinlah mayitmu dengan ucapan laa ilaaha illah Sedangkan yang menjadi masalah adalah apaka mayit tersebut mendengar atau tidak, bukan masalah kita. Yang jelas, kalau seseorang sudah meninggal, maka berpisahlah ruh, sehingga putus hubunganya dengan dunia fana, bahkan ia tidak mampu melihat, mendengar, berpikir, dan bergerak. Sekalipun demikian yang haus diyakini bersama adalah adanya peristiwa dimana pada saat jasad sudah dimasukan ke liang lahat, dan tanah sudah diratakan, datanglah dua malaikat utusan Allah, Mungkar dan Nakir, untuk menanyainya, lalu ruhnya dikembalikan lagi agar mayit dapat menjawab pertanyaan malaikat, sebagaimana diterangkan al-hadist tentang mayit tersebut dapat mendengar suara sandal orang-orang yang pulang sehabis mengantar jenazahnya, yaitu hadist nabi sebagai berikut: dari Abu umamah, yang dirwayatkan Abu Qosim al thabrani dalam kitab Mujamnya dengan sanad dhoif, teksnya berbunyi demikian: dari said ibnu abdullah al azali, ia mengatakan: saya melihat Abu Umamah dalam keadaan naza (sekarat), kemudian ia berpesan: jika saya meninggal, berbuatlah seperti yang telah diperintahkan Rasulullah, Rasul pernah bersabda: jika ada yang meninggal diantara kalian, ratakanlah tanah kuburanya, dan hendaknya berdiri salah seorang dari kalian di arah kepala, lalu katakan: hai fulan bin fulan. Sesungguhnya ia (mayit)

mendengar dan dapat menjawab (al hadist), sampai kata-kata: para ulama pakar hadist sepakat dapat menerima hadist-hadist tentang keutamaan amaldan untuk menambah semangat (beribadah). Dan telah dibantu bukti-bukti adanya hadist lain seperti hadist mintalah kalian pada Allah ketetapan (dalam menjawab pertanyaan munkar dan nakir) dan wasiat Amr bin Ash (tentang memberi hiburan ketika ditanya malaikat) dimana kedua hadist tersebut shahih seperti yang telah disinggung diatas. Talqin artinya mengajarkan, menuntun. Talqin mayit berarti mengajarkan atau menuntun mayit dengan perkataan-perkataan. Talqin ada dua macam : 1. Pada saat sakaratul maut 2. Pada saat selesai dikubur Talqin saat sakaratul maut Saat seseorang jatuh sakit yang kemungkinan tidak ada harapan lagi untuk sembuh dan sehat lagi, maka dianjurkan untuk membaca doa, memperbanyak membaca Al-Quran, Zikir, taubat, menunaikan hak-hak adam yang belum terlaksanakan misalnya mengembalikan pinjaman, titipan, membayar hutang, dll., meminta maaf dan keihklasan kepada semua keluarga, anakanaknya, tetangga dan teman-temannya. Dianjurkan juga untuk berwasiat kepada istri/suami serta anak-anaknya. Kita sebagai keluarga, tetangga, atau teman dianjurkan untuk membaca ayat-ayat roja dan ayatayat rohmat dihadapannya. Dan menasehati untuk slalu sabar. Adapun doa bagi orang sakit yang kemungkinan tidak ada harapan lagi untuk sembuh adalah : . . Tanda-tanda kebahagiaan ketika orang mati anatara lain: 1. Dahi berkeringat 2. Keluar air mata 3. Hidung kencang/keras

Tanda-tanda kesengsaraan ketika orang mati antara lain : 1. Mendengkur seperti dengkuran unta yang tercekik 2. Kedua tepi mulutnya mengeluarkan busa 3. Wajah dan tubuhnya pucat Ketika seseorang sakaratul maut maka dia bergelut dengan rasa sakit yang melebihi dari 1000 kali sabetan pedang, rasa haus yang tidak bisa sembuh sehingga dia sangat membutuhkan pertolongan. Pada saat ruh seseorang sudah naik sampai ke kerongkongan maka setan-setan datang dengan menyerupai ibu bapaknya, anak-anaknya, suami/istrinya atau siapa saja yang dicintainya. Setan tersebut berniat untuk menggodanya agar dia tidak mati islam. Disaat inilah kita sebagai keluarga, saudara, teman harus menolongnya/mentalqinnya agar kalimat yang terakhir diucapkan adalah kalimat tauhid, karena rasulullah bersabda: Dan jika Allah menghendaki hambanya mendapatkan petunjuk maka malaikat Jibril akan datang kepadanya untuk mengusir setan-setan yang ada didekatnya, kemudian malaikat Jibril mengusap wajahnya yang pucat sehingga dia tersenyum, dan lisannya mengucapkan dua kalimat syahadat. Kita hendaknya slalu menjaga orang yang lagi sakaratul maut, memperbanyak membaca surat Yasin dengan keras dan surat Ar-Rodu dengan pelan. Surat Yasin fungsinya untuk menenangkan dan surat Ar-Rodu fungsinya untuk memudahkan ruh keluar. Cara mentalqin orang yang sakaratul maut adalah: 1. Hadapkan wajahnya ke arah kiblat, itu pun kalau bisa 2. Kita duduk di dekat kepalanya 3. Dekatkan mulut kita ke telinganya 4. Kemudian tuntunlah ia slalu dengan kalimat dengan pelan-pelan 5. Jika ia sudah mengucapkan satu kali maka kita jangan mengulanginya lagi, karena ditakutkan dia malah mengucapkan kata-kata yang lain. 6. Hendaknya yang mentalqin bukan ahli waris, musuh, orang yang hasad. 7. Hendaknya yang ada di dekatnya selalu zikir dan berkata-kata yang baik.

Jika orang yang sakaratul maut sudah mati maka : 1. Pejamkanlah matanya sambil mengucapkan doa : , , . 2. Berilah sesuatu pada dagunya agar mulutnya tidak membuka. 3. Lemaskanlah jari-jari dan persendiannya 4. Melepaskan pakaiannya kemudian diganti dengan kain yang lembut dan ringan. Cara mentalqin orang yang sudah mati Setelah orang yang mati selesai dikubur maka disunnahkan untuk mentalqinnya. Adapun caranya kita duduk disamping kubur bagian kepala kemudian membaca talqin 3 kali : . , , . . .

B. Adab Mentalqin Orang Hendak Meninggal Tidak ada yang mengingkari bahwa manusia tanpa terkecuali pasti akan mengalami kematian. Sebelum kematian tersebut terjadi, manusia akan mengalami saat terakhir yang sangat menentukan baik tidaknya kehidupan setelahnya. Inilah sakaratul maut yang setiap jiwa takut menghadapinya. Di saat inilah manusia di antara dua kemungkinan, keselamatan atau kebinasaan. Saat itu pula syaithan akan bekerja keras demi mengajak manusia untuk menjadi teman mereka di neraka kelak, naudzu billah min dzalika. Semoga Allah Subhanahu wa Taala mengokohkan iman kita dalam menghadapi ujian ini. Amin.

Bagi kita yang menyaksikan seseorang dalam sakaratul maut, maka syariat ini mengajarkan kepada kita untuk men-talkin orang tersebut. Talkin adalah menuntun seseorang untuk mengucapkan kalimat tertentu. Perintah talkin ini adalah salah satu bentuk bantuan yang Allah syariatkan untuk menolong seseorang di saat ia sangat butuh tuntunan orang lain. Kita diperintahkan untuk menuntun seorang yang hdndak meninggal untuk membaca kalimat tauhid laa ilaha illallah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah shallallahu alaihi wassalam: Tuntunlah orang yang hendak meninggal di antara kalian dengan Laa ilaaha illallah. (HR. Muslim, dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu) Karena kalimat ini adalah pembuka pintu surga. Kalimat ini adalah kunci bagi seorang untuk memasukinya. Maka, bila akhir ucapan seseorang adalah kalimat ini, diharapkan mati dalam keadaan husnul khatimah, dan termasuk orang yang kelak dapat masuk surga. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda: Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah Laa ilaaha illallah, ia akan masuk surga. (HR. Al Hakim dari shahabat Muadz bin Jabal radhiyallahu anhu, dihasankan oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Ahkamul Janaiz) ADAB-ADAB TALKIN 1. Hendaknya dilakukan secukupnya tanpa perlu mengulang-ulang Para ulama memakruhkan talkin yang dilakukan berulang-ulang dan terus menerus. Karena hal ini justru akan mengakibatkan seorang yang sedang sakaratul maut merasa tertekan dengan tuntunan itu. Padahal ia sedang merasakan penderitaan yang sangat. Sehingga ditakutkan akan munculnya ketidaksukaannya terhadap kalimat ini di dalam qalbunya. Bahkan bisa jadi akan ia ungkapkan dengan ucapannya, sehingga bukan ucapan tauhid yang ia ucapkan, justru celaan dan kebencian terhadap kalimat ini yang keluar dari mulutnya. 2. Cukup sekali, kecuali bila mengucap ucapan lainnya Apabila orang yang sedang sakaratul maut telah mengucapkan kalimat ini, maka telah mencukupi dan tidak perlu di-talkin lagi. Namun, bila setelah ia mengucapkan kalimat ini ia mengucapkan kalimat lain, maka perlu kembali di-talkin, sehingga kalimat ini adalah kalimat akhirnya. 3. Talqin adalah mengingatkan bukan memerintahkan Kadang kita dapati seorang men-talkin saudaranya dengan kalimat tauhid ini namun dengan cara memerintah. Padahal, talkin yang dilakukan saat seperti ini sifatnya sekadar mengingatkan. Sebab, selain dituntut untuk mengatakan kalimat tauhid, juga dituntut untuk meyakini kandungan kalimat ini. Nah, kalau talkin ini bersifat perintah, boleh jadi ia akan mengucapkannya karena tekanan perintah saja, sedangkan jiwanya mengingkarinya. Lalu apakah

artinya ucapan ini bila tidak diyakini. Demikian yang dijelaskan oleh Asy Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah dalam Syarh Riyadush Shalihin. 4. Talqin diperuntukkan kepada seluruh orang Yakni tidak khusus diperuntukkan untuk seorang muslim saja. Namun juga dianjurkan bagi orang kafir untuk mengucapkan kalimat ini. Diharapkan, di akhir hidupnya termasuk orang yang bertauhid. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wassalam men-talkin paman beliau Abu Thalib tatkala menghadapi kematian. 5. Talqin dengan lafadz Allah saja? Sebagian orang berpendapat bahwa men-talkin boleh dengan lafadz Allah saja. Alasannya khawatir dengan kalimat yang panjang, laa ilaaha illallah, bisa jadi baru membaca laa ilaaha keburu mati. Sehingga maknanya justru sangat fatal, yaitu tidak ada sesembahan. Sehingga menurut mereka, orang semacam ini mati dalam keadaan tidak bertuhan. Pendapat ini tidak benar karena beberapa alasan. Di antaranya: 1. Dalam hadits secara tegas men-talkin dengan laa ilaaha illallah. 2. Lafadz Allah saja tidak menunjukkan tauhid orang yang mengucapkannya. 3. Allah mengangkat hukum (tidak memberikan beban) kepada siapa saja di luar kemampuannya. Seperti orang yang lupa atau terpaksa. Maka kondisi saat sekarat tentu lebih utama untuk dimaafkan. Apalagi orang tersebut tentunya meniatkan untuk melafadzkan secara utuh. Sedangkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah menjelaskan bahwa amalan itu sesuai dengan niatnya. Allahu alam. mentalqin mayit tidaklah wajib atau fardhu. Hukum mentalqin mayyit adalah sunnah. Dan waktunya setelah mayit dikuburkan. Tempat mentalqin adalah di atas pekuburan, di mana si mulaqqin (orang yang mentalqin) itu duduk menghadapkan muka mayit, di atas kubur, dan orang-orang lainnya dari pada pengiring mayit berdiri sekeliling kubur. Jika sekiranya mayit tidak ditalqinkan, tidaklah orang yang tahu atas kematiannya itu menjadi berdosa. Karena hukumnya hanya sunnat. Dan tidak perlu kuburan digali kembali, sedang kesunnatan talqin adalah mayyit setelah dikuburkan. Mengenai kesunatan talqin Zainuddin al-Malibari dalam Fathul Muin berkata: Dan disunnatkan mentalqin mayit dewasa, dan sekalipun ia syahid. Sebagaimana kehendak orang yang diithlaqkan mereka.

Menurut Assayyidul Bakri dalam halaman yang sama: . : Dan yang demikian itu karena firman Allah swt: dan beri ingatlah, maka sesungguhynyaperingatan itu berguna bagi orang-orang yang beriman. Dan yang paling dihajati hemba Allah kepada peringatan adalah dalam keadaan seperti ini

C. Hukum talqin Dengan disajikanya hadist nabi dan al quran tersebut diatas, maka para ahli hukum islam, khususnya kaum nahdliyin berpendapat bahwa hukum mentalkin mayit setelah selesai dimakamkan adalah boleh (mubah). Dalam kitab juz I, disebutkan bahwa menurut Imam Syafii dan Imam Ahmad Ibnu Hanbal, hukum membaca Talqin bagi mayit yang sudah mukallaf setelah selesai dikubur itu hukumnya disunahkan. Orang yang membaca talqin itu duduk di arah kepala kuburan mayit, kemudian berkata kepada mayit:

.
Ya, Abdullah bin Amatillah! Ingatlah apa yang kamu keluar atasnya dari dunia ini.Kesaksian bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah.Sesungguhnya surga itu benar, neraka itu benar, kebangkitan itu benar dan hari qiyamat pasti datang tidak diragukan lagi, dan sesungguhnya Allah akan membangkitkan manusia dari kuburdan sesungguhnya engkau telah ridla bahwa Allah sebagai Tuhanmu dan Islam agamamu dan Muhammad Nabimu dan Al-Quran panutanmu dan Kabah kiblatmu dan orang-orang mumin saudaramu. (Hadits diriwayatkan Thobroni). Menurut Imam Nawawi, walaupun hadits ini dhaif, tetapi dikuatkan oleh beberapa hadits lain yang shahih dan firman Allah; Dan berilah peringatan sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman (QS Adz-Dzariyat: 55)

Selanjutnya, dapat dilihat juga dalam kitab Nailul Awthar juz. IV, sebagai berikut: . Diriwayatkan dari Rasyid bin Saad dan Dlamrah bin Habib dan Hakim bin Umair mereka berkata: Apabila telah diratakan kuburan atas mayyit dan orang-orang telah pergi mereka mensunnahkan untuk dikatakan kepada mayyit di atas kuburnya: Yaa Fulan, katakan! Tidak ada Tuhan kecuali Allah tiga kali; Yaa Fulan, katakan! Tuhanku Allah agamaku Islam, Nabiku Muhammad SAW kemudian pergilah. Dalam kitab juz. II, karya Al-Imam Sayuthi mengungkapkan: . . , .. Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwasannya tatkala putranya Ibrahim telah dikubur, Rasulullah berdiri di atas kuburnya, kemudian beliau bersabda: Wahai anakku, hati berduka cita dan air mata mengalir.Dan kami tidak mengatakan sesuatu yang membuat Allah jadi murka.Sesungguhnya kami dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Wahai anakku katakanlah! Allah Tuhanku dan Islam agamaku, dan Rasulullah ayahku.Maka menangislah para sahabat dan menangis pula pula sayyidina Umar Ibnul Khattab dengantangisan yang nyaring, maka menoleh Rasulullah dan melihat Umar menangis bersama para sahabat lainnya, Rasulullah SAW bersabda:Ya Umar, mengapa engkau menangis?Umar menjawab: "Ini putramu belum baligh dan belum ditulis dosanya, masih menghajatkan kepada orang yang mentalqin seperti engkau, yang mentalqin tauhid pada saat seperti ini, maka bagaimana keadaan

Umar yang telah baligh dan telah ditulis dosanya tidak mempunyai orang yang akan menalqin seperti engkau, dan apa gambaran yang akan terjadi di dalam keadaan yang seperti itu", maka menangislah Nabi SAW dan para sahabat bersamanya. Kemudian Jibril turun dan bertanya kepada Nabi sebab menangisnya mereka, kemudian Nabi menyebutkan apa yang dikatakan Umar dan apa yang datang kepada mereka dari perkataan Nabi SAW. Kemudian Jibril naik dan turun kembali serta berkata: Allah menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: Allah menetapkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang tetap di dunia dan di akherat, yang dimaksud di waktu mati dan di waktu pertanyaan di kubur. Kepada yang masih hidup, talqin itu mempunyai mashlahat yang sangat besar, karena dengan mendengarnya mereka dapat mengingat dan menyiapkan diri pada kematian dirinya.

BAB III PENDAPAT-PANDAPAT ULAMA 1. Al-Shuyuti Teks lengkap mengenai talkin ini seperti yang diriwayatkan bahwa Rasulullah saat mengubur anaknya Ibrahim, mengatakan: katakanlah Allah Tuhanku sampai pada kata-kata dan menunjukan atas benarnya apa yang aku ucapkan, apa yang diriwayatkan oleh nabi, sesungguhnya saat dia menguburkan putranya, Ibrahim, dia berdiri diatas kubur dan bersabda hai anakku, hati ini sedih, mata ini mencucurkan air mata, dan aku tidak akan berkata yang menjadikan Allah marah. Hai anakku, katakanlah Allah itu tuhanku, islam agamaku, dan Rasulullah itu bapakku. Para sahabatpun menangis, bahkan Umar menangis sampai mengeluarkan suara yang keras.

2. Al-Qulyubiy Talkin itu disunnahkan, maka dikatakan kepadanya (mayit) hai hamba Allah, ingatlah bahwa kamu sudah meninggal, bersaksilah bahwa tiada Tuhan slain Allahdan Muhammad utusan Allah, surga adalah haq, dan kebangkitan di hari kiamat adalah haq, hari kiamat pasti akan datang, tidak bisa diragukan lagi dan Allah akan membangkitka kembali manusia dari kuburnya, dan hendaknya kamu rela Allah sebagai Tuhan, islam sebagai agama, muhammad sebagai Nabi, Al quran sbagai kitab suci, Kabah sebagai kiblat dan kaum muslimin sebagai saudara. Hal ini berkenaan dengan hadist tentang hal ini, dan dalam kitab al Raudhah ada tambahan bahwa swkalipun hadits ini dhaif, namun ditemukan hadis lain sebagai syawahidnya secara lengkap, sehingga menjadi shahih. 3. Al-Ramliy Disunnahkan mentalkin mayit yang sudah mukallaf usai di kuburkan berdasarkan hadist: seorang hamba ketika ia diletakkan di kuburnya dan para pengiringnya pulang, ia mendengar suara alas kaki mereka, jika para pengantar itu sudah pergi semua, ia segera didatangi dua malaikat.

4. Al-Dhimyatiy Disunnahkan bagi orang yang sudah baligh..demikian itu sesuai firman Allah: tetaplah membri peringatan karena ia bermanfaat bagi orang-orang beriman (al dzariyat: 55). Dalam keadaan

seperti inilah (diliang lahat) seorang hamba sangat membutuhkan peringatan tersebut. 5. Syaikh al-Albani rahimahullah berkomentar: Hal ini jangan dibantah dengan pendapat yang populer bahwa hadits lemah bisa digunakan dalam fadhoil amal, karena hal tersebut merupakan kaidah dalam masalah-masalah yang disyariatkan al-Quran dan Sunnah as-Shohihah. Adapun bila tidak demikian maka tidak boleh diamalkan karena itu merupakan syariat dengan hadits lemah. Hendaknya hal ini diperhatikan oleh orang yang menginginkan keselamatan dalam agamanya karena kebanyakan orang lalai. Beliau juga mengatakan: Talqin setelah mati, di samping bidah dan tidak ada haditsnya yang shohih, juga tidak ada faedahnya karena hal itu keluar dari kampung taklif (beban) kepada kampung pembalasan dan mayit tidak menerima peringatan karena peringatan itu bagi orang yang masih hidup. 6. syaikh Ibnu Taimiyah atsabahullah wa ahasan ilayhditanya mengenai talqin mayit setelah proses penguburan, apakah hadits tentang talqin ini shahih dari Rasulullah shallallahu alayhi wa sallamatau dari para sahabat radliyallahu anhu--? Dan jika tidak, apakah boleh melakukannya? Beliau menjawab bahwa talqin tersebut telah dinukil dari segolongan sahabat bahwa mereka menganjurkan talqin mayit, seperti Abu Umamah Al-Bahili dan lain-lain. Dalam masalah ini ada hadist dari Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam, tetapi tidak bisa dihukumi shahih dan sebagian besar sahabat tidak melakukannya. Oleh sebab itu Imam Ahmad dan ulama-ulama lain mengatakan bahwa talqin mayit ini tidak apa-apa untuk dilakukan. Mereka tidak melarang dan juga tidak memerintahkan. Segolongan ashab Imam As-Syafi'i dan Imam Ahmad mensunatkan talqin. Sementara sekelompok ulama dari ashab Imam Malik memakruhkannya. Hadits yang disebut dalam kitab sunan adalah bahwa Rasulullah berdiri di atas kubur seorang sahabat setelah dikubur dan berkata: "Berdoalah agar dia bisa menjawab, karena sesungguhnya sekarang ia ditanya". Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitabnya, Al-Mustadrok dan berkata: "hadits ini shahih dan menurut Adz-Dzhabi, hadit sini mauquf". (1/526, nomor: 1372) Dalam shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Ajarilah orang-orang mati kalian denga la ilaha illallah". Hadits ini menunjukkan bahwa talqin (mengajari) orang yang hendak mati dengan la ilaha illallah adalah sunat dan diperintahkan. Hadits ini adalah riwayat Muslim dalam kitab sunannya.

Ada pula hadits yang menjelaskan bahwa orang yang dikubur akan diberi pertanyaan dan diuji. Rasulullah pun memerintahkan untuk mendoakannya. Dengan hadits ini ada yang berpendapat bahwa mayit mendengan suara panggilan, sebagaimana hadits shahih bahwa Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya mayit mendengar suara ketukan sandal". Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam. juga bersabda: "Kalian tidak lebih mendengar apa yang aku katakana dari pada mereka (mayit)". Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam menganjurkan kita untuk memberi salam kepada mayit, lalu bersabda: "Seorang lelaki yang berjalan melewati kuburan orang lain yang ia kenal selama di dunia, tidak mendapat apa-apa kecuali Allah akan mengembalikan ruhnya hingga ia menjawab salam". Syaikh Ibnu Taimiyah ditanya lagi tentang talqin mayit, adakah ia wajib apa tidak? Apakah bacaan al-Quran sampai ke mayit? Beliau menjawab bahwa talqin setelah mayit dikubur tidak wajib menurut ijma' dan bukan pula pekerjaan yang pernah dilakukan umat islam pada masa Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam dan para khalifahnya. Tetapi talqin pekerjaan yang ma'tsur dari segolongan sahabat seperti Abu Umamah al-Bahili dan Watsilah bin Al-Asqo'. Pendapat ulama tentang talqin ada tiga; sunat, makruh dan mubah. Hukum mubah adalah pendapat yang lebih moderat. Untuk membaca al-Quran ketika mayit dikubur adalah pekerjaan ma'tsur dari Rasulullah SAW. Wallahu A'lam. Sumber: Fatawa Al-Kubra 24/296-298, Tahiqiqul Amal fima yanfa'u al-mayyit minal a'mal, oleh: Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan berbagai macam hadist yang disajikan dalam bab pembahasan diatas dan juga didukung oleh pendapat para ulama, khususnya ulama syafiiah, dapat disimpulkan bahwa hukum dari talkin mayit dapat di bagi menjadi dua macam: 1. Sunnah yaitu talkin yang dilakukan pada saat orang tersebut dalam keadaan sakaratul maut, sebelum nafasnya sampai di tenggorokan. 2. mubah/ boleh yaitu talkin yang dilakukan pada saat mayit sudah diratakan dengan tanah (dikubur). Ayat Pendukung Talqin Mayit Salah satu ayat yang mendukung hadits di atas adalah firman Allah SWT :

Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orangorang yang beriman. Ayat ini memerintah kita untuk memberi peringatan secara mutlak tanpa mengkhususkan orang yang masih hidup. Karena mayit bisa mendengar perkataan pentalqin, maka talqin mayit bisa juga dikatakan peringatan bagi mayit, sebab salah satu tujuannya adalah mengingatkan mayit kepada Allah agar bisa menjawab pertanyaan malaikat kubur dan memang mayit di dalam kuburnya sangat membutuhkan peringatan tersebut. Jadi ucapan pentalqin bukanlah ucapan siasia karena semua bentuk peringatan pasti bermanfaat bagi orang-orang mukmin

DAFTAR PUSTAKA
http://foswannu.blogspot.com/2012/01/cara-dan-hukum-talqin-mayit.html http://islamqa.info/id/ref/130521 http://artikeliskam.blogspot.com/2009/04/talqin-mayit.html http://religi-blogs.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-hukum-talkin-mayit.html

Anda mungkin juga menyukai