Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Adab-adab Islami begitu indah dan banyak manfaat keutamaan di balik adab yang
telah Allah ajarkan melalui Rasulullah SAW dan Al-Qur'an. Termasuk di dalamnya adalah
adab menjenguk orang sakit. Tidak dapat dipungkiri bahwasannya sehat dan sakit
tentunya akan bisa terjadi pada diri setiap manusia demikian pula dengan Nabi Rasulullah
shallallahu a'alaihi wa sallam yang juga mengalami sakit sebelum beliau meninggal dunia.
Menjenguk saudara, keluarga, menengok tetangga yang sakit dan terbaring di Rumah
Sakit adalah bagian dari kehidupan kita sebagai manusia dan makhluk sosial yang tidak
terlepaskan. Untuk itulah Islam juga mengajarkan bagaimana etika menengok orang sakit
yang dijabarkan begitu indah dalam ajaran dan tuntunannya. Dan juga beberapa sunnah
ketika menengok orang sakit yang kita sebagai umat Islam harus bisa mengamalkannya.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja adab dalam rangka menengok orang sakit, dan juga apa saja hikmah sakit?

1.3 Tujuan
Untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran Aqidah
Akhlaq Kelas X, dan untuk membahas dari rumusan masalah di atas.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Adab Menjenguk Orang Sakit

Sebelum anda pergi menjenguknya, maka perlu memperhatikan beberapa adabnya. Ada beberapa
adab yang telah disampaikan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada kita berkaitan dengan
menjenguk orang sakit. Di bawah ini beberapa di antaranya:

1. Niat yang baik

Maksudnya, tatkala menjenguk seseorang yang sedang sakit, anda mengharap pahala dari Allah
semata dan melaksanakan hak saudara sesama muslim. Hendaklah anda menjauhi niat-niat yang tidak
baik seperti ingin menyakitinya dengan ucapan dan perbuatan.

Bila niat anda lurus, insyaAllah keutamaan yang telah kita sebutkan di atas akan didapatkan. Namun
bila niat tidak demikian, alih-alih mendapatkan pahala, justru dosa yang malah akan ditimpakan oleh
Allah taala.

2. Bersegera mengunjunginya

Khususnya bila ia sudah lama sakit, hendaknya jangan sampai terlambat untuk menjenguknya. Sebab,
hal itu bisa membuatnya sedih dan dapat berpengaruh tidak baik pada dirinya.

Maka itu, hendaklah bersegera menjenguk saudara yang sedang sakit, sebab itu dapat mengurangi rasa
sakitnya, dapat menghiburnya, dan semoga dapat meringankan beban pikirannya serta menjadi salah
satu sebab kesembuhannya.

3. Menjenguk dengan berjalan kaki

Di antara sunah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika menjenguk orang sakit adalah dengan
berjalan kaki. Pada suatu hari Jabir radhiyallahu anhu pernah sakit dan Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam menjenguknya dengan berjalan kaki. Jabir menuturkan:

Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah datang menjengukku, beliau tidak mengendarai baghl dan
tidak pula kuda. (HR. al-Bukhari)

Baghl adalah hewan hasil persilangan antara kuda dengan keledai.

Dalam redaksi lain disebutkan, Beliau dan Abu Bakar menjenguknya dengan berjalan kaki. (Lihat
Fathul Bari pada penjelasan hadis di atas)

Syaikh Abdul Aziz as-Sayyid berkata: Tidak diragukan lagi, pahala berjalan kaki untuk menjenguk
orang sakit lebih agung dari pada pahala mengendarai tunggangan.

Akan tetapi, bila tempat atau rumah yang dituju jaraknya jauh, tidak mengapa menuju ke sana dengan
berkendara sepeda motor, mobil, atau yang lainnya.

4. Mencari waktu yang tepat

Berkenaan dengan masalah kapan waktu yang tepat untuk mengunjungi orang sakit, tergantung pada
kebiasaan tiap-tiap daerah. Waktu yang tepat adalah yang bukan merupakan

2
waktu untuk istirahat, namun waktu yang sering digunakan orang-orang untuk mengunjungi
orang sakit.

Adapun di antara waktu yang tidak tepat untuk mengunjungi ialah, seperti terlalu pagi atau
terlalu malam, atau siang hari di waktu orang-orang biasa tidur siang, dsb.

Imam Ahmad rahimahullah berkata: Di bulan Ramadhan, waktu menjenguk adalah pada
malam hari.

Seseorang berkata kepadanya: Fulan sakit, dan pada waktu itu sedang musim panas dan di
siang bolong. Beliau berkata: Ini bukan waktu yang tepat untuk menjenguknya.

5. Bertanya tentang keadaannya

Bisa menanyakan hal itu kepada keluarganya atau langsung kepada orang yang sedang sakit.
Pertanyaan ini merupakan tanda perhatian seseorang kepada saudaranya.

Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sakit. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
anhu menemui beliau lalu keluar. Orang-orang bertanya kepadanya, Ya Abu Hasan,
bagaimana kondisi Rasulullah pagi ini.

Ali radhiyallahu anhu menjawab: Segala puji bagi Allah, pagi ini beliau sudah sembuh.
(HR. al-Bukhari)

Pada suatu saat Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjenguk seorang sahabat yang sedang
sakit. Beliau bertanya:Bagaimana kondisimu? Ia menjawab: Demi Allah, wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku berharap (rahmat) Allah, namun aku takut akan dosa-dosaku.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan: Tidaklah dua hal tersebut (rasa
harap dan takut) terkumpul pada hati seorang hamba pada kondisi seperti ini, melainkan
Allah akan beri apa yang ia harapkan dan Dia curahkan keamanan dari apa yang ia takuti.
(Hadis hasan riwayat at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dll. Lihat kitab al-Misykat, no. 1612)

6. Membawakan hadiah untuknya

Hadiah memiliki pengaruh yang luar biasa, di antaranya dapat menumbuhkan rasa kasih
sayang antara sesama manusia. Maka itu, bila memungkinkan hendaknya orang yang
menjenguk membawakan oleh-oleh untuk si sakit atau untuk keluarganya.

7. Menghiburnya dengan banyaknya pahala dari allah

Hal ini dapat meringankan beban penderitaan orang yang sedang sakit dan dapat membuatnya
sabar dan rida dengan takdir Allah kepada dirinya.

Pernah suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjenguk seorang wanita yang
sakit, beliau mengatakan:

Bergembiralah, wahai Ummul Ala`, sebab sakitnya seorang muslim, dengannya Allah akan
menghilangkan kesalahan-kesalahannya, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran
pada emas dan perak. (Lihat ash-Shohihah, no. 714)

3
8. Mengajarinya doa ketika tertimpa musibah

Musibah itu bermacam-macam dan di antaranya adalah penyakit. Adapun doa yang diajarkan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bagi orang yang terkena musibah adalah sebagai
berikut:

Sesungguhnya kita milik Allah dan hanya kepada-Nya semata kita akan kembali. Ya Allah,
berilah pahala dari musibah ini, dan gantikanlah bagiku dengan yang lebih baik darinya.
(HR. Muslim)

9. Mengingatkannya agar selalu sabar

Hendaklah orang yang sakit selalu diingatkan agar selalu sabar dalam menghadapi ujian dari
Allah. Sabar dalam menghadapi ujian hukumnya adalah wajib. Sedangkan marah atau
berkeluh kesah hukumnya haram. Ulama menyebutkan, orang yang tertimpa musibah itu
terbagi menjadi empat tingkatan: Pertama, marah dan berkeluh kesah. Kedua, bersabar.
Ketiga, rida. Keempat, bersyukur. Bagi orang yang sakit, minimal ia bersabar, bila sampai
derajat rida atau bersyukur, maka itu lebih baik lagi.

10. Mengingatkannya agar selalu berprasangka baik kepada allah

Berprasangka baik kepada Allah subhanahu wa taala hukumnya wajib. Sebaliknya,


berprasangka buruk kepada Allah hukumnya haram. Seorang hamba hendaknya senantiasa
berprasangka baik kepada Allah taala dalam keadaan bagaimana, di mana dan kapan pun
juga. Bahkan ketika kematian menjemputnya, hendaknya ia senantiasa berprasangka baik
kepada Rabb-nya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyampaikan:

Janganlah seorang dari kalian meninggal dunia melainkan dalam keadaan berprasangka
baik kepada Allah azza wa jalla. (HR. Muslim)

11. Melarangnya dari berkeluh kesah dan mengharap kematian

Orang sakit yang berkeluh kesah, maka ia berdosa dan penyakit itu tidak akan menjadi
pelebur dosa baginya. Apalagi bila sampai mengharap kematian, itu merupakan tanda-tanda
bahwa dirinya berputus asa. Berputus asa dari rahmat Allah bukanlah sifat seorang mukmin,
namun sifat orang kafir.

Maka itu, di antara hal yang harus diperhatikan ketika menjenguk orang sakit adalah,
menasihatinya atau melarangnya dari berkeluh kesah dan mengharap kematian.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah menasihati paman beliau, al-Abbas, yang
sedang sakit dan mengharap kematian. Beliau bersabda:

Wahai paman! Janganlah engkau mengharap kematian. Sebab bila selama ini engkau
berbuat baik, kemudian (umurmu) ditangguhkan, maka itu adalah kebaikan yang
ditambahkan kepada kebaikanmu dulu, dan itu baik bagimu. Bila selama ini engkau berbuat
tidak baik, kemudian (umurmu) ditangguhkan, lalu engkau diberi kesempatan untuk
bertaubat dari kesalahanmu, maka itu pun baik pula bagimu. Maka janganlah engkau

4
mengharap kematian. (HR. Ahmad, al-Hakim, dll. al-Albani berkata: Hadis (sahih) ini sesuai
persyaratan al-Bukhari)

12. Meletakkan tangan di atas si sakit

Hal ini pernah dilakukan Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika menjenguk Saad. Beliau
meletakkan tangannya di atas dahi Saad radhiyallahu anhu, kemudian mengusapkannya di
atas kepala dan perutnya seraya mendoakannya: Ya Allah, sembuhkanlah Saad. (HR. al-
Bukhari dan Muslim)

13. Mendoakan kebaikan dan kesembuhan untuknya

Bagi orang yang menjenguk, jangan lupa untuk mendoakan kebaikan dan kesembuhan bagi si
sakit. Di antara doa yang bisa dibaca ialah:

Doa pertama:

Ya Allah, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit dan sembuhkanlah, Engkau Maha Pemberi
kesembuhan, tiada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tiada
meninggalkan sedikit pun penyakit. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Doa kedua:

Tidak mengapa. (Penyakit ini) dapat menyucikan(mu) insyaAllah. (HR. al-Bukhari)

Doa ketiga:

Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Robb Pemilik Arsy yang agung, untuk
menyembuhkanmu. (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dll) dibaca sebanyak tujuh kali (7 X).

Doa keempat:

Dengan menyebut nama Allah aku meruqyahmu, dari segala sesuatu yang mengganggumu,
dari kejahatan setiap jiwa atau mata dengki, Allah semata yang Maha menyembuhkanmu,
dengan menyebut nama Allah aku meruqyahmu. (HR. Muslim)

Dan doa-doa lainnya yang telah dicontohkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

14. Tidak berlama-lama berada di sisinya

Terutama apabila berat baginya untuk terus berbicara atau ia butuh istirahat lebih. Maka itu,
hendaknya kita menjenguknya beberapa saat saja. Apalagi terkadang setelah kita ada orang
lain yang akan menjenguknya, tentu saja dapat membuatnya keletihan dan kurang istirahat.

Seorang ulama salaf Thowus rahimahullah berkata:

Menjenguk yang paling utama adalah yang paling ringan (tidak berlama-lamaan).
5
15. Menjenguk untuk kedua kalinya jika diperlukan

Jika diperlukan, tidak mengapa menjenguknya untuk kedua kalinya, khususnya bila orang
yang sedang sakit ada kedekatan dengan kita dan membutuhkan bantuan dari kita. Hal ini
juga menunjukkan perhatian lebih kita kepada dirinya.

6
2.2 HIKMAH SAKIT

Hikmah dan Makna Sakit dalam Pandangan Islam


Hikmah
Semua orang pasti pernah mengalami sakit, entang itu sakit ringan maupun sakit yang cukup
serius, hal ini memang sudah manusiawi. Karena sebagai manusia biasa, dengan seiring
berjalannya waktu tentu akan mengalami penurunan kondisi fisik yang disebabkan oleh
banyak faktor, sehingga penurunan tersebut menyebabkan seseorang menjadi sakit.

Dibalik penyakit yang kita alami, tentu mengandung hikmah yang sangat berharga bagi si
penderita khususnya dan bagi orang lain pada umumnya. Allah SWT pasti menyimpan
hikmah di balik setiap sakit yang kita alami. Allah SWT menakdirkan kita untuk sakit, pasti
ada alasan tersendiri yang menjadi penyebab semua itu. Tidak mungkin Allah SWT
melakukan sesuatu tanpa sebab yang mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik itu semua .
Oleh karena itu, sebaiknya kita untuk selalu menerima, ikhlas dan bersabar atas apa yang
dikaruniakan oleh-Nya kepada kita, termasuk dikaruniai penyakit.

Nah, agar lebih menerima dan ikhlas atas sakit yang ditakdirkan kepada diri kita, pada
kesempatan ini marilah bersama-sama memahami lebih jauh tentang makna dan hikmah
dibalik penyakit yang Allah berikan, khususnya dalam pandangan islam.

Memahami Hikmah dan Makna Sakit dalam Pandangan Islam


#Sakit Adalah Ujian
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran;
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun. (QS. Al-Baqarah: 155-156).
Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman,
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan. (QS. Al-Anbiyaa`: 35)
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang
Kami hendak mengujinya, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (QS. Al-
Insaan:2)
Begitulah Allah SWT menguji manusia, untuk melihat siapa di antara hambaNya yang
memang benar-benar berada dalam keimanan dan kesabaran. Karena sesungguhnya iman
bukanlah sekedar ikrar yang diucapkan melalui lisan, tapi juga harus menghujam di dalam
hati dan teraplikasian dalam kehidupan oleh seluruh anggota badan.

Allah SWT menegaskan bahwa Dia akan menguji setiap orang yang mengaku beriman,
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah
beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang
yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabuut: 2-3)

Semua ujian yang diberikan-Nya semata-mata hanya agar hamba-Nya menjadi lebih baik di
hadapanNya. Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda : "Barangsiapa dikehendaki
baik oleh Allah, maka Dia akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya". (HR.
Bukhari).

Dari Anas ibn Malik radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan : Rasulullah
shallallahu alayhi wasallam bersabda :

7
"Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Kalau Allah
mencintai seseorang, pasti Allah akan memberikan cobaan kepadanya. Barangsiapa yang
ridha menerima cobaanNya, maka ia akan menerima keridhaan Allah. Dan barangsiapa yang
kecewa menerimanya, niscaya ia akan menerima kermurkaan Allah". (HR. Tirmidzi)

#Sakit adalah Adzab


Bagi seorang mu`min sakit dapat menjadi tadzkirah atau ujian yang akan mendekatkan
dirinya kepada Allah SWT. Namun bagi sebagian orang, sakit bisa menjadi adzab yang akan
membinasakan dirinya.

Allah SWT berfirman;


"Katakanlah: "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu
atau dari bawah kakimuatau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling
bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain.
Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih bergantiagar
mereka memahami(nya)"" (QS. Al-Anaam: 65)

"Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab yang kecil di dunia
sebelum adzab yang lebih besar di akhirat, mudah-mudahan mereka kembali ke jalan yang
benar." (QS. As-Sajdah: 21)

Maka dari itu, pertaubatan adalah langkah nyata menuju kesembuhan. Seseungguhnya, segala
macam bencana yang menimpa kita, pada hakikatnya adalah karena perbuatan kita sendiri.
Allah subhanahu wa taala berfirman, artinya, "Apa saja musibah yang menimpa kamu maka
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Asy-Syura: 30)

Syaikh Abdurrahman As-Sadi ketika menafsirkan ayat ini, beliau berkata;


Allah SWT memberitakan bahwa semua musibah yang menimpa manusia, (baik) pada diri,
harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain sebabnya
adalah perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka lakukan.

Dari A`isyah radhiyallahu anha ia berkata;


"Aku mendengar Rasulallah shallallahu alayhi wa sallam bersabda : Tidaklah seorang
muslim tertimpa musibah walau hanya tertusuk duri, kecuali Allah akan mencatat baginya
kebaikan dan dihapus baginya kesalahan dan dosanya." (HR.Muslim)

Ingatlah bahwa adzab yang diturunkan Allah SWT terhadap seseorang di dunia bisa berbagai
macam bentuknya. Kekurangan harta, bencana alam, peperangan, sakit, atau bahkan
kematian. Cukuplah kiranya pelajaran kaum terdahulu yang diadzab oleh Allah subhanahu wa
taala dengan berbagai macam penyakit yang aneh dan sulit disembuhkan. Hal itu
dikarenakan mereka tetap bertahan di dalam kekafiran, padahal bukti-bukti dan tanda-tanda
kebesaran-Nya telah ditampakkan di hadapan mereka.

#Sakit Sebagai Penebus Dosa dan Kesalahan


Sakit merupakan penebus berbagai dosa dan menghapuskan segala kesalahan, sehingga sakit
menjadi sebagai balasan keburukan dari apa yang dilakukan hamba, lalu dihapus dari catatan
amalnya hingga menjadi ringan dari dosa-dosa. Hal itu berdasarkan dalil-dalil yang sangat
banyak, di antaranya hadits Jabir bin Abdullah r.a. sesungguhnya ia mendengar Rasulullah
Saw bersabda:
Tidaklah sakit seorang mukmin, laki-laki dan perempuan, dan tidaklah pula dengan seorang
muslim, laki-laki dan perempuan, melainkan Allah Swt menggugurkan kesalahan-
kesalahannya dengan hal itu, sebagaimana bergugurannya dedaunan dari pohon. (HR.
Ahmad, 3/346).
Sebagian orang menduga bahwa keutamaan dan pahala yang terdapat dalam hadits tersebut
dan yang semisalnya, hanya diperuntukkan bagi orang yang menderita sakit berat atau sakit
parah, atau yang tidak bisa diharapkan lagi kesembuhannya saja, padahal sebenarnya berbeda

8
dengan dugaan ini, karena seorang hamba akan mendapat pahala dari musibah yang
menimpanya, sekalipun hanya sakit ringan, selama ia tetap sabar dan selalu meminta pahala.
Tidak disangsikan lagi bahwa setiap kali musibahnya lebih besar dan sakitnya sangat berat,
maka akan bertambahlah pahalanya, akan tetapi sakit ringan juga tetap akan mendapat pahala.

#Sakit akan Mengangkat Derajat dan Menambah Kebaikan


Sesungguhnya sakit akan mengangkat derajat dan menambah kebaikan. Dalil-dalil tentang hal
itu diantaranya hadits Aisyah radhiyallahu anha, ia berkatasesungguhnya aku mendengar
Rasulullah Saw bersabda:
"Tidak ada seorang muslimpun yang tertusuk duri, atau yang lebih dari itu, melainkan ditulis
untuknya satu derajat dan dihapus darinya satu kesalahan" (HR. Muslim no. 2572).
Maka jelaslah dari penjelasan nash-nash ini bahwa disamping menghapuskan kesalahan, juga
diperoleh peningkatan derajat dan tambahan kebaikan. Imam an-Nawawi rahimahullah
memberikan komentar atas hadits di atas, bahwa terdapat kabar gembira yang besar bagi
kaum muslimin, bahwa tidak berkurang sedikitpun dari diri mereka, dan di dalamnya
dijelaskan tentang penebus berbagai kesalahan dengan segala penyakit, segala musibah dunia
dan duka citanya, sekalipun kesusahan itu hanyalah sedikit. Dan di dalamnya dijelaskan pula
tentang pengangkatan derajat dengan perkara-perkara ini dan tambahan kebaikan (Syarh an-
Nawawi atas Shahih Muslim 16/193).

#Sakit Merupakan Sebab untuk Mencapai Kedudukan yang Tinggi


Hal itu diindikasikan oleh hadits Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya seseorang akan memperoleh kedudukan di sisi Allah Swt, ia tidaklah
memperolehnya dengan amalan, Allah Swt senantiasa terus mengujinya dengan sesuatu yang
tidak disukainya, hingga ia memperolehnya" (HR. Al-Hakim dan ia menshahihkannya 1/495).

#Sakit Merupakan Bukti bahwa Allah SWT Menghendaki Kebaikan Terhadap Hamba-
Nya
Hal itu ditunjukkan oleh bebreapa hadits-hadits berikut ini :

Hadits Shuhaib bin Sinan r.a, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:

Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya


menjadi kebaikan, dan hal itu tidak pernah terjadi kecuali bagi seorang mukmin: jika
ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka hal itu menjadi kebaikan baginya, dan
jika ia mendapatkan musibah, ia bersabar, maka itu menjadi kebaikan baginya (HR.
Muslim no. 2999).

Hadits Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:

Barangsiapa yang Allah SWT menghendaki kebaikan dengannya, niscaya Dia


menimpakan musibah kepadanya (HR. al-Bukhari No.5645).

Hadits Anas bin Malik r.a. dari Nabi Saw, beliau bersabda:

Sesungguhnya besarnya balasan disertai besarnya cobaan, dan sesungguhnya apabila


Allah Swt mencintai suatu kaum, Dia mencoba mereka, barangsiapa yang ridha maka
untuknya keridhaan dan barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan (HR. at-
Tirmidzi no. 5645).

#Sakit Membawa Manusia kepada Muhasabah (Introspeksi Diri)


Sesungguhnya sakit membawa kepada muhasabah (introspeksi diri) dan tidak sakit membuat
orang terperdaya. Hukum ini berdasarkan kebiasaan, pengalaman dan realita. Sesungguhnya
apabila seseorang menderita sakit, ia akan kembali kepada Rabb-nya, kembali kepada
petunjuk-Nya, dan memulai untuk melakukan intropeksi terhadap dirinya sendiri atas segala

9
kekurangan dalam ketaatan, dan menyesali tenggelamnya dia dalam nafsu syahwat, perbuatan
haram serta penyebab-penyebab yang mengarah kepadanya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:


Musibah yang engkau terima dengannya terhadap Allah SWT lebih baik bagimu daripada
nikmat yang membuatmu lupa untuk berdzikir kepada-Nya. (Tasliyatu ahli al-Masha`ib).

#Sakit menjadi Penyebab Kembalinya Hamba kepada Rabb-Nya


Bagian ini merupakan pelengkap bagian sebelumnya, cobaan merupakan penyebab
kembalinya hamba kepada Rabb mereka, yaitu pada saat Dia menghendaki kebaikan terhadap
mereka. Karena inilah, Allah Swt berfirman:

Artinya :
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu,
kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya
mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (QS. Al-Anaam: 42)

Dan Allah Swt berfirman:


Artinya :
Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk,
agar mereka kembali (kepada kebenaran). (QS. Al-Araaf: 168)

#Sesungguhnya Sakit itu Memperbaiki Hati


Al-Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
Hati dan ruh mengambil manfaat dengan penyakit dan penderitaan, yang tidak bisa dirasakan
kecuali oleh orang yang memiliki kehidupan, sehingga kesehatan hati dan ruh digantungkan
atas penderitaan badan dan tekanannya (Syifa`ul alil 524).

Beliau juga mengatakan, Sebagaimana yang telah diketahui, sesungguhnya jika bukan
karena berbagai cobaan dunia dan musibahnya, niscaya hamba mendapatkan berbagai
penyakit sombong, bangga diri, dan keras hati, yang menjadi penyebab kebinasaannya, baik
yang cepat (di dunia) maupun yang tertunda (di akhirat)".

Maka kalau bukan karena Allah SWT mengobati hamba-hamba-Nya dengan berbagai obat
cobaan dan ujian, niscaya mereka akan berbuat zalim dan melampuai batas. Dan apabila Allah
Swt menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya, Dia menuangi obat dari cobaan dan ujian
menurut kadar kondisinya, dan mengosongkan dengannya dari penyakit-penyakit yang
membinasakan, sehingga apabila Dia telah membersihkannya, Dia menempatkannya untuk
martabat paling mulia di dunia, yaitu penghambaan, dan pahala tertinggi di akhirat, yaitu
melihat-Nya dan dekat dengan-Nya. (Syaifaul Ghalil hal. 524).

#Sesungguhnya Sakit Mengingatkan Hamba Terhadap Nikmat Sehat


Terkadang seseorang akan terlena dengan kesehatan dalam waktu yang panjang, sehingga ia
melupakan bertafakkur tentang kebesaran nikmat ini dan lalai dari bersyukur kepada Allah
Swt. Maka ia dicoba dengan sakit, sehingga mengenal kadar yang besar tersebut, karena sakit
membuatnya tidak bisa memperoleh kepentingan agama dan dunia, karena itulah, Nabi Saw
bersabda:

Artinya :
Dua nikmat yang membuat manusia banyak terperdaya olehnya: nikmat sehat dan waktu
luang. (HR. al-Bukhari No.6412)

10
Terkadang manusia mendapat kesempatan, akan tetapi ia tidak bisa memanfaatkannya karena
disibukkan oleh sakitnya. Nikmat adalah kesempatan yang tidak sempurna kecuali disertai
oleh adanya kesehatan. Maka akan diperoleh rasa bersyukur terhadap kesehatan yang
disebabkan oleh ingatan pada saat sakit karena besarnya kenikmatan tersebut.

Itulah beberapa Hikmah dan Makna Sakit dalam Pandangan Islam. Dengan mengatahui
hikmah dan makna sakit yang sebenarnya sebagaimana telah dipaparkan diatas, semoga kita
lebih bijak lagi dalam menghadapi cobaan penyakit.

11
BAB II
PEMBAHASAN

3.1 KESIMPULAN

Demikianlah beberapa adab yang perlu diperhatikan dalam mengunjungi orang sakit.
Seluruh adab tersebut tujuannya adalah untuk kemaslahatan orang yang sakit dan orang yang
mengunjunginya. Semoga tulisan ini dapat diambil manfaatnya. Allahu taala alam wa
billahit-taufiq.

Dibalik penyakit yang kita alami, tentu mengandung hikmah yang sangat berharga
bagi si penderita khususnya dan bagi orang lain pada umumnya. Allah SWT pasti menyimpan
hikmah di balik setiap sakit yang kita alami. Allah SWT menakdirkan kita untuk sakit, pasti
ada alasan tersendiri yang menjadi penyebab semua itu. Tidak mungkin Allah SWT
melakukan sesuatu tanpa sebab yang mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik itu semua .
Oleh karena itu, sebaiknya kita untuk selalu menerima, ikhlas dan bersabar atas apa yang
dikaruniakan oleh-Nya kepada kita, termasuk dikaruniai penyakit.

3.1 SARAN

Agar lebih menerima dan ikhlas atas sakit yang ditakdirkan kepada diri kita, pada
kesempatan ini penulis sarankan marilah bersama-sama memahami lebih jauh tentang makna
dan hikmah dibalik penyakit yang Allah berikan, khususnya dalam pandangan Islam.

12

Anda mungkin juga menyukai