Anda di halaman 1dari 8

PANCASILA SEBAGAI KRITIK

KEBIJAKAN NEGARA

Disusun oleh:
Radityo Afnandisa Putro
22010116130155

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
PENDAHULUAN

Pancasila merupakan hasil perenenungan atau pemikiran seseorang atau


kelompok orang, yang juga diangkat dari nilai adat istiadat, nilai kebudayaan, nilai
tradisi, nilai kepustakaan, nilai religius yang terdapat pada pandangan hidup bangsa
indonesia sendiri sebelum membentuk negara. Pancasila bukan berasal dari dari
ide-ide bangsa lain, melainkan berasal dari nilai nilai yang dimiliki bangsa
Indonesia sendiri. Kumpulan nilai nilai dari kehidupan lingkungan sendiri dan yang
diyakini kebenarannya kemudian digunakan untuk mengatur masyarakat, inilah yang
dinamakan ideologi.
Pengejawantahannya tercermin dalam kehidupan praksis, baik dalam bidang
politik, ekonomi, sosial budaya, maupun religi. Menurut Bakry [1994], Pancasila
sebagai ideologi bersifat dinamik. Dalam arti, ia menjadi kesatuan prinsip
pengarahan yang berkembang dialektik serta terbuka penafsiran baru untuk melihat
perspektif masa depan dan aktual antisipatif dalam menghadapi perkembangan
dengan memberikan arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam melangsungkan
hidup dan kehidupan nasional.
Apa yang dipaparkan Noor MS Bakry mengindikasikan, Pancasila akan selalu
mempunyai hal baru yang progresif dalam menghadapi tantangan kehidupan yang
makin maju dan kompleks. Dalam beberapa pasal, khususnya menyangkut nilai-nilai
kemanusiaan dan keadilan, Pancasila telah tampil di garda depan. Tantangan
sekarang ini, pancasila dihadapkan pada kekuatan kapitalisme global yang telah
dijadikan "ideologi" masyarakat dunia. Masyarakat Indonesia sedikit banyak
terpengaruh dengan kaum kapitalisme global ini.
Menghadapi konsepsi tatanan pemikiran yang berkembang, sekarang
saatnya kita menghidupkan dan memperlihatkan Pancasila sebagai sosok yang
sakti. Saatnya kita menggali nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang terkandung
didalamnya. Dalam Pancasila ada kepribadian kemanusiaan yang sangat penting.
Kepribadian kemanusiaan merupakan sifat-sifat hakikat kemanusiaan abstrak umum
universal yang dapat membedakan manusia dengan makhluk lain, yaitu ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan, yang merupakan sifat hakikat
manusia.
Jika tidak demikian bukanlah manusia, jika tidak berkemanusiaan juga bukan
manusia, jika tidak berpersatuan juga tidak manusia, dan jika tidak berkerakyatan
dan berkeluargaan juga bukan manusia, serta jika tidak berkeadilan juga bukan
manusia. Dengan demikian, lima unsur tersebut mutlak ada dalam diri manusia,
sehingga disebut kepribadian kemanusiaan.
Sebuah negara bangsa membutuhkan Weltanschauung atau landasan
filosofis. Atas dasar Weltanschauung itu, disusunlah visi, misi, dan tujuan negara.
Tanpa itu, negara bergerak seperti layangan putus, tanpa pedoman. Akhir-akhir ini,
terasa pamor Pancasila sedang menurun. Pancasila juga dapat dipandang sebagai
ideologi negara kebangsaan Indonesia. Mustafa Rejai dalam buku Political
Ideologies menyatakan, ideologi itu tidak pernah mati, yang terjadi adalah
emergence (kemunculan), decline (kemunduran), dan resurgence of ideologies
(kebangkitan kembali suatu ideologi). Tampaknya, sejak awal reformasi hingga saat
ini sedang terjadi declining (kemunduran) pamor ideology Pancasila seiring
meningkatnya liberalisasi dan demokratisasi dunia. Agar Pancasila sebagai ideologi
bangsa tetap mempunyai semangat untuk diperjuangkan, kita perlu menerima
kenyataan belum diterimanya Pancasila oleh semua pihak. Dunia juga tampak
belum yakin pada kelangsungan dan kemajuan sebuah negara bangsa bernama
Indonesia.
Kritik terhadap sebuah hukum di Indonesia sangatlah perlu untuk dilakukan.
Kritik ini harus didasari dengan Pancasila dikarenakan seperti yang telah dijelaskan
di atas bahwa Pancasila sebagai sumber dari segala sumber dan Pancasila sebagai
ideologi negara dan bangsa. Hal ini berarti sila-sila dalam Pancasila adalah sumber
dari segala hukum di Indonesia dan sebagai dasar dalam berkehidupan di
Indonesia.
Jika terjadi kemelencengan hukum yang tidak sesuai dengan sila-sila
Pancasila, maka harus ditindak tegas karena hal itu sudah mencoreng peran dari
Pancasila sebagai ideologi negara dan bangsa serta Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum.
PEMBAHASAN

Pancasila sebagai dasar kritik terhadap kebijakan negara adalah sah. Hal itu
dikarenakan Pancasila merupakan ideologi negara yang artinya merupakan titik
tumpu negara dalam melakukan sesuatu hal, baik dalam hal hukum ataupun yang
lainnya.
Ideologi negara merupakan perkembangan dari ideologi bangsa.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (1991:163), menyatakan Pancasila sebagai ideologi
bangsa artinya setiap warga negara Republik Indonesia terikat oleh ketentuan-
ketentuan yang sangat mendasar yang tertuang dalam sila yang lima. Kadang-
kadang kedua istilah tersebut, disatukan menjadi Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
dan Negara Indonesia (Kaelan, 2010: 30-31). Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
dan Negara Indonesia dimaksdukan bahwa Pancasila pada hakikatnya bukan
hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau
kelompok orang sebagaimana ideologi ideologi lain di dunia, namun Pancasila
diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai relegius
yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk
negara. Dengan perkataan lain unsur-unsur yang merupakan materi (bahan)
Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri,
sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal bahan) Pancasila. Unsur-
unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri
negara. Sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi
bangsa dan negara Indoensia.
Pembukaan UUD 1945, menyatakan bahwa Pancasila adalah dasar negara.
Dengan demikian Pancasila merupakan nilai dasar yang normatif terhadap seluruh
penyelengaraan negara Republik Indonesia. Dengan kata lain Pancasila merupakan
Dasar Falsafah Negara atau Ideologi Negara, karena memuat norma-norma yang
paling mendasar untuk mengukur dan menentukan keabsahan bentuk-bentuk
penyelenggaraan negara serta kebijaksanaan- kebijaksanaan penting yang diambil
dalam proses pemerintahan (Soerjanto Poespowardojo, 1991:44). Pancasila
sebagai ideologi negara berarti Pancasila merupakan ajaran, doktrin, teori dan/atau
ilmu tentang cita-cita (ide) bangsa Indonesia yang diyakini kebenarannya, disusun
secara sistematis serta diberi petunjuk dengan pelaksanaan yang jelas.
Abdurrahman Wahid (1991:163) menyatakan Pancasila sebagai falsafah
negara berstatus sebagai kerangka berpikir yang harus diikuti dalam menyusun
undang-undang dan produk hukum yang lain, dalam merumuskan kebijakan
pemerintah dan dalam mengatur hubungan formal antar lembaga-lembaga dan
perorangan yang hidup dalam kawasan negara ini.Sedangkan Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia (Kaelan, 2010 :40-41) memiliki konsekuensi segala
peraturan perundang-undangan dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. Dengan lain
perkataan Pancasila merupakan sumber hukum dasar Indonesia, sehingga seluruh
peraturan hukum positif Indonesia diderivasikan atau dijabarkan dari nilai-nilai
Pancasila. Namun tidak kalah pentingnya adalah peran Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum yang berlaku.
Dardji Darmodihadjo menyebutkan, bahwa Pancasila yang sah dan benar
adalah yang dapat dipertanggungjawabkan secara yuridis konstitusional dan secara
objektif ilmiah. Secara yuridis konstitusional, Pancasila sebagai dasar negara yang
dipergunakan sebagai dasar mengatur menyelenggarakan pemerintahan negara.
Secara objektif ilmiah karena Pancasila adalah suatu paham filsafat, suatu
philosophical way of thinking system, sehingga uraiannya harus logis dan dapat
diterima akal sehat (Natabaya;2006).
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan
kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar
ontologis, dasar epistemologis serta dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila.
Selain kesatuan sila-sila Pancasila hirarki dalam hal kuantitas juga dalam hal isi
sifatnya yaitu menyangkut makna serta hakikat sila-sila Pancasila. Secara filosofis
Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar
epistemologis serta dasar aksiologis sendiri yang berbeda dengan sistem filsafat
yang lainnya misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme,
idealisme dan lain paham filsafat di dunia (Natabaya;2006).
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya dalam
rumusan lima dasar kefilsafatan bernegara, dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-
pasal UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta dalam UU No 10 Tahun
2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan terutama Pasal 2 yang
menyatakan Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum atau sumber
tertib hukum bagi kehidupan hukum di Indonesia, maka hal tersebut dapat diartikan
bahwa Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara
adalah sesuai dengan Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi
negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara sehingga setiap materi
muatan peraturan perundangundangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila.
Kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara
merupakan grundnorm dalam sistem hukum Indonesia yang memberikan arah dan
jiwa serta menjadi paradigma norma-norma dalam pasal-pasal UUD 1945.
Interpretasi norma hukum dalam UUD 1945 sebagai hukum tertinggi akan
didasarkan pada jiwa bangsa dalam Pancasila yang berfungsi sebagai cita hukum
yang akan menjadi dasar dan sumber pandangan hidup atau falsafah hidup bangsa
yang menjadi pedoman dalam pembentukan undang-undang dan peraturan lain
yang lebih rendah. Cita hukum dan falsafah hidup serta moralitas bangsa yang
menjadi sumber segala sumber hukum negara akan menjadi satu fungsi krisis dalam
menilai kebijakan hukum (legal Policy) atau dapat dipergunakan sebagai paradigma
yang menjadi landasan pembuatan kebijakan (policy making) dibidang hukum dan
perundang-undangan maupun bidang sosial, ekonomi, dan politik
(Siahaan:2008;592).
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, hubungan antara Pancasila sebagai dasar kritik


terhadap kebijakan negara dengan Pancasila sebagai ideologi negara serta
Pancasila sebagai sumber hukum dari segala hukum adalah berkaitan erat. Hukum
di Indonesia dibuat dengan menyesuaikan sila-sila Pancasila yang ada. Perlakuan
dari hukum yang telah dibuat tersebut juga harus dapat dijalankan sesuai dengan
aturan dalam Pancasila. Hal ini dikarenakan Pancasila berperan sebagai ideologi
negara dan bangsa. Dan kritik terhadap hukum sangat perlu untuk dilakukan agar
tidak terjadi kemelencengan hukum yang terus terjadi.
Pembangunan hukum dimulai dari pondasinya dan jiwa paradigma bangsa
Indonesia, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
(Staatsfundamentalnorm), yang dipertegas dalam UU No 10 Tahun 2004 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan terutama Pasal 2 yang menyatakan
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum
bagi kehidupan hukum di Indonesia, maka hal tersebut dapat diartikan bahwa
Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah
sesuai dengan Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara serta
sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara sehingga setiap materi muatan
peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila. Kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
negara merupakan grundnorm dalam sistem hukum Indonesia yang memberikan
arah dan jiwa serta menjadi paradigma norma-norma dalam pasalpasal UUD 1945.
Cita hukum dan falsafah hidup serta moralitas bangsa yang menjadi sumber segala
sumber hukum negara akan menjadi satu fungsi krisis dalam menilai kebijakan
hukum (legal Policy) atau dapat dipergunakan sebagai paradigma yang menjadi
landasan pembuatan kebijakan (policy making) dibidang hukum dan perundang-
undangan maupun bidang sosial, ekonomi, dan politik.
Ketidakbenaran dalam perlakuan hukum dapat dikritik sesuai dengan sila-sila
Pancasila yang telah ada. Kesalahpahaman dalam memahami hukum juga dapat
diluruskan dengan makna yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Notonagoro, pidato Dies Natalis Universitas Airlangga pada tanggal 10


November 1955, dalam Pancasila sebagai Ideologi dalam berbagai bidang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, BP-7 Pusat, 1991.
Abdurahman Wahid.1991. Pancasila Sebagai Ideologi dalam Kaitannya Dengan
Kehidupan Beragama dan Berkepercayaan Terhadap Tuhan YME, dalam Alfian &
Oetojo Oesman, eds. 1991. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, Jakarta : BP-7 Pusat.

Kurnisar. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.


Universitas Sriwijaya. Palembang.

Cholisin. 2012. Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Relevansinya dengan


Kondisi Saat Ini. Kulon Progo.

Anda mungkin juga menyukai