Anda di halaman 1dari 7

Gula Darah

Kenaikan gula darah yang tidak terkendali menyebabkan pasien jatuh ke dalam keadaan
hiperglikemi. Keadaan tersebut dapat berakhir tidak menguntungkan seperti dapat
tertundanya operasi/pmebedahan maupun berefek yang merugikan pasca pembedahan seperti
memperlambat waktu pemulihan (Lubis, 2016)

Pada umumnya semua obat-obat anestesi yang sering digunakan dalam klinik dapat
mengganggu toleransi glukosa, meskipun pengaruhnya berbeda. Mekanisme kenaikan kadar
glukosa darah sangat kompleks. Salah satu pendapat yang dianut adalah obat-obat anestesi
langsung menekan sel beta pankreas melalui pelepasan katekolamin yang berakibat
menurunnya produksi insulin. Penurunan hormon insulin mengakibatkan seluruh gula
(glukosa) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses secara sempurna, sehingga kadar
glukosa di dalam tubuh akan meningkat.

Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa fatal disebut
hipoglisemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang menurun, rasa
mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila levelnya terlalu tinggi, yang disebut
dengan hiperglisemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan
yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetus, termasuk kerusakan pada mata,
ginjal dan saraf (Christy, 2015)

Pulih sadar
Proses pulih sadar yang tertunda merupakan salah satu kejadian yang tidak diharapkan dalam
anestesi. Penyebabnya berbagai faktor. Bisa disebabkan oleh faktor pasien, masalah dalam
pembedahan dan anestesi serta faktor obatobatan. Faktor penyebab yang terkait anestesi bisa
karena faktor farma kologis ataupun faktor nonfarmakologis. Faktor obat-obatan misalnya
penggunaan berbagai obat anestesi dengan obat adjuvant yang bersifat saling sinergis dan
berinteraksi. Yang termasuk faktor nonfarmakologis adalah hipotermia, hipotensi, hipoksia
dan hipercapnia. Terkait dengan faktor farmakokinetik, farmakodinamik, context sensitive
half-lives, jumlah obat yang diberikan dan interaksi obat. Faktor pasien misalnya usia lanjut,
jenis kelamin, obesitas, faktor genetik dan penyakit penyerta (disfungsi organ jantung, ginjal
dan hepar) yang dapat meningkatkan potensi obat-obat anestesi yang diberikan. Faktor
penyebab yang terkait pembedahan adalah lamanya operasi dan teknik anestesi yang
dilakukan. Pulih sadar yang tertunda juga bisa terjadi pascaanestesi regional.

Menurut Mecca, sekitar 90% pasien akan kembali sadar penuh dalam waktu 15 menit. Tidak
sadar yang berlangsung di atas 15 menit dianggap prolonged, bahkan pasien yang sangat
rentan harus merespons stimulus dalam 30 hingga 45 menit setelah anestesia. Sisa efek sedasi
dari anestesia inhalasi dapat mengakibatkan keterlambatan pulih sadar, terutama setelah
prosedur operasi yang lama, pasien obesitas, atau ketika diberikan anestesi konsentrasi tinggi
yang berlanjut sampai akhir operasi.

Pemulihan dari anestesi merupakan waktu yang penuh dengan stress fisiologis bagi banyak
pasien. Pasien dari anestesi ummum sebaiknya bangun secara halus dan pelan-pelan dalam
lingkungan yang terkontrol. Masalah yang sering timbul di kamar operasi atau selama
transport ke ruang pemulihan adalah sumbatan jalan nafas, menggigil, agitasi, derilium, nyeri,
mual-muntah, hipotensi dan labilnya otonom. Mengikuti dasar anestesi inhalasi, kecepatan
pemulihan secara langsung berbanding lurus dengan ventilasi alveolar, dan berbanding
terbalik dengan kelarutan agent dalam darah. Sebagaimana peningkatan durasi anestesi,
pemulihan juga meningkat tergantung pada ambilan total jaringan yang mana merupakan
fungsi dari agen yang larut (Morgan dkk, 2013)

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
apakah ada hubungan Gula darah pre Anestesi dengan waktu pulih sadar pasien pasca General
Anestesi?

Tujuan Penelitian

1. Umum

Diketahuinya hubungan Gula darah pre Operasi waktu pulih sadar pasien pasca General
Anestesi

2. Khusus

a. Diketahuinya gambaran karakteristik pasien yang dilakukan tindakan General


Anestesi

b. Diketahuinya gambaran gula darah pasien pre general anestesi

c. Diketahuinya waktu pulih sadar

d. diketahuinya hubungan antara gula darah pre operasi terhadap waktu pulih sadar

e.

f. Daftar Pustaka
g. 1. Singhal V, Prabhakar H. Delayed emergence.
h. Dalam: Prabhakar H. ed. Complications in
i. Neuroanestesi. London : Elsevier; 2016, 15–19.
j. 2. Frost EA. Differential diagnosis of delayed
k. awakening from general anestesi. A review.
l. Middle East J Anaesthesiology. 2014;22:537–
m. 48.
n.
o. 3. Sinclair RCF, Faleiro RJ. Delayed recovery of
p. consciousness after anaesthesia. Continuing
q. Education in Anaesthesia, Critical Care &
r. Pain.2006;6(3):1114–18.
s. 4. Missal US, Joshi SA, Shaikh MM. Delayed
t. recovery from anesthesia: A postgraduate
u. educational review. https://www.ncbi.nlm.
v. nih.gov/pmc/articles/PMC4864880.
A. LATAR BELAKANG MASALAH

General anestesi sebagai tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral disertai
hilangnya kesadaran (reversible) yang menyebabkan mati rasa karena obat masuk ke
jaringan otak dengan tekanan setempat yang tinggi. (Latief, S. (2007). Petunjuk Praktis
Anestesiologi. Edisi 2 FKUI. Jakarta. )
General anesthesia atau anestesi umum merupakan suatu tindakan yang bertujuan
menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar dan menyebabkan amnesia yang bersifat
reversible dan dapat diprediksi, anestesi umum menyebabkan hilangnya ingatan saat
dilakukan pembiusan dan operasi sehingga saat pasien sadar pasien tidak mengingat
peristiwa pembedahan yang dilakukan (Pramono, 2014).
Pemulihan dari anestesi merupakan waktu yang penuh dengan stress fisiologis bagi
banyak pasien. Pasien dari anestesi ummum sebaiknya bangun secara halus dan pelan-
pelan dalam lingkungan yang terkontrol. Masalah yang sering timbul di kamar operasi
atau selama transport ke ruang pemulihan adalah sumbatan jalan nafas, menggigil,
agitasi, derilium, nyeri, mual-muntah, hipotensi dan labilnya otonom. Mengikuti dasar
anestesi inhalasi, kecepatan pemulihan secara langsung berbanding lurus dengan
ventilasi alveolar, dan berbanding terbalik dengan kelarutan agent dalam darah.
Sebagaimana peningkatan durasi anestesi, pemulihan juga meningkat tergantung pada
ambilan total jaringan yang mana merupakan fungsi dari agen yang larut (Morgan
dkk, 2013)
Menurut Mecca, sekitar 90% pasien akan kembali sadar penuh dalam waktu 15 menit.
Tidak sadar yang berlangsung di atas 15 menit dianggap prolonged, bahkan pasien
yang sangat rentan harus merespons stimulus dalam 30 hingga 45 menit setelah
anestesia. Sisa efek sedasi dari anestesia inhalasi dapat mengakibatkan keterlambatan
pulih sadar, terutama setelah prosedur operasi yang lama, pasien obesitas, atau ketika
diberikan anestesi konsentrasi tinggi yang berlanjut sampai akhir operasi.
Proses pulih sadar yang tertunda merupakan salah satu kejadian yang tidak
diharapkan dalam anestesi. Penyebabnya berbagai faktor. Bisa disebabkan oleh faktor
pasien, masalah dalam pembedahan dan anestesi serta faktor obatobatan. Faktor
penyebab yang terkait anestesi bisa karena faktor farma kologis ataupun faktor
nonfarmakologis. Faktor obat-obatan misalnya penggunaan berbagai obat anestesi
dengan obat adjuvant yang bersifat saling sinergis dan berinteraksi. Yang termasuk
faktor nonfarmakologis adalah hipotermia, hipotensi, hipoksia dan hipercapnia.
Terkait dengan faktor farmakokinetik, farmakodinamik, context sensitive half-lives,
jumlah obat yang diberikan dan interaksi obat. Faktor pasien misalnya usia lanjut,
jenis kelamin, obesitas, faktor genetik dan penyakit penyerta (disfungsi organ jantung,
ginjal dan hepar) yang dapat meningkatkan potensi obat-obat anestesi yang diberikan.
Faktor penyebab yang terkait pembedahan adalah lamanya operasi dan teknik anestesi
yang dilakukan. Pulih sadar yang tertunda juga bisa terjadi pascaanestesi regional.
Pada umumnya semua obat-obat anestesi yang sering digunakan dalam klinik dapat
mengganggu toleransi glukosa, meskipun pengaruhnya berbeda. Mekanisme kenaikan kadar
glukosa darah sangat kompleks. Salah satu pendapat yang dianut adalah obat-obat anestesi
langsung menekan sel beta pankreas melalui pelepasan katekolamin yang berakibat
menurunnya produksi insulin. Penurunan hormon insulin mengakibatkan seluruh gula
(glukosa) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses secara sempurna, sehingga kadar
glukosa di dalam tubuh akan meningkat.
Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa fatal
disebut hipoglisemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang
menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila levelnya terlalu
tinggi, yang disebut dengan hiperglisemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan
masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan
diabetus, termasuk kerusakan pada mata, ginjal dan saraf (Christy, 2015)
Kenaikan gula darah yang tidak terkendali menyebabkan pasien jatuh ke dalam
keadaan hiperglikemi. Keadaan tersebut dapat berakhir tidak menguntungkan seperti
dapat tertundanya operasi/pmebedahan maupun berefek yang merugikan pasca
pembedahan seperti memperlambat waktu pemulihan (Lubis, 2016)
Pascaanestesi dengan anestesi inhalasi, proses pulih sadar terutama ditentukan oleh ventilasi alveolar
dan berbanding terbalik dengan kelarutan obat dalam darah. Semakin lama waktu anestesi maka pulih
sadar juga akan makin dipengaruhi oleh uptake obat di jaringan. Pulih sadar dari anestesi intravena
terutama ditentukan oleh farmakokinetik. Pulih sadar dari kebanyakan anestesi intravena terjadi
terutama karena proses redistribusi obat. Pemberian obatobat premedikasi juga dapat mempegaruhi
proses pulih sadar terutama bila lama kerja obat melebihi lama prosedur pembedahan.
Sinclair RCF, Faleiro RJ. Delayed recovery of consciousness after anaesthesia. Continuing
Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain.2006;6(3):1114–18.

Missal US, Joshi SA, Shaikh MM. Delayed recovery from anesthesia: A postgraduate
educational review. https://www.ncbi.nlm. nih.gov/pmc/articles/PMC4864880.

Sarangi S. Delayed awakening from anaesthesia. The Internet Journal of


Anaesthesiology.2009;19(1):1–4.

Latief, S. 2007. Petunjuk Praktis Anestesiolog Edisi 2 FKUI. Jakarta.

Mecca RS. Postoperative recovery. Dalam: Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK, penyunting.
Clinical anesthesia. Edisi ke7. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013. hlm. 1380
405.

Singhal V, Prabhakar H. Delayed emergence. Dalam: Prabhakar H. ed. Complications in


Neuroanestesi. London : Elsevier; 2016, 15–19.

Andila, Lintang Fifgi. 2014. “PENGARUH PEMBERIAN KETAMIN INTRAVENA DOSIS


BERTINGKAT TERHADAP KADAR GULA DARAH TIKUS WISTAR”. Jurnal Media
Medika Muda S1 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
(Dipublikasikan)
Lubis, F. R. (2016). Gambaran Perubahan Kadar Gula darah pada pasien Pra-Pasca Bedah
Anestesi spinal Menggunakan Bupivakin di IBS RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Periode
Desember 2015- Januari 2016. Jurnal e-Clinic. Volume 2. No 1

Anda mungkin juga menyukai