Anda di halaman 1dari 4

Anestesia dan pembedahan dapat menyebabkan timbulnya respon stres.

Respon stres merupakan suatu keadaan dimana terjadi perubahan fisiologis tubuh sebagai reaksi
terhadap kerusakan jaringan yang ditimbulkan oleh keadaan-keadaan seperti anestesia,
pembedahan, syok, dan infeksi.

Perubahan fisiologis tubuh yang terjadi akibat respon stres terhadap anestesia dan pembedahan
dapat menyebabkan aktivasi sistem saraf simpatis, perubahan hormonal dan metabolik
sehingga meningkatkan sekresi hormon-hormon neuroendokrin yaitu katekolamin, aldosteron,
kortisol, glukagon.

Anestesi dan pembedahan dapat menyebabkan terjadinya suatu respon stres pada tubuh.1 Respon
stres ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu: 1) aktivasi sistem saraf simpatis; 2) respon
endokrin dengan sekresi hormon hipofisis dan resistensi insulin; 3) perubahan imunologi dan
hematologi. Respon stres tersebut menyebabkan peningkatan sekresi dari hormon anabolik dan
katabolik yang mengakibatkan hipermetabolisme, serta percepatan sebagian besar dari reaksi
biokimia.2

Salah satu respon stres yang terjadi


pada tubuh akibat tindakan pembedahan
ialah meningkatnya kadar gula darah.3 Hal
ini dipicu oleh adanya respon stres neuro
endokrin selama dan setelah pembe
dahan.1,4 Respon stres tersebut ditandai
dengan peningkatan kadar katekolamin,
glukagon dan kortisol, yang berakibat pada
mobilisasi simpanan karbohidrat dan
protein, yang kemudian menyebabkan
terjadinya peningkatan kadar gula darah.5

Begitu pula dengan perubahan hormonal yang terjadi di dalam tubuh manusia sebagai respon
terhadap anestesia dan pembedahan sehingga memicu sekresi hormon kortisol yang merupakan
hormon yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kadar gula darah.Selain kortisol,
epinefrin merangsang pemecahan glikogen oleh hati, mengurangi penyerapan glukosa oleh otot-
otot dan menghambat pelepasan insulin oleh pankreas. Akibatnya kadar gula darah akan
meningkat.

Anestesi umum dapat meningkatkan


konsentrasi adrenocorticotropic hormone
(ACTH), kortisol, dan katekolamin. Hal ini
terlihat pada penggunaan isofluran yang
dapat meningkatkan konsentrasi ACTH dan
katekolamin yang terjadi segera setelah
tindakan pembedahan. Sevofluran-nitrit
oksida juga menyebabkan peningkatan
konsentrasi ACTH, kortisol dan katekola
min setelah dilakukan ekstubasi trakea.1
Seperti halnya anestesi inhalasi, anestesi
umum dengan penggunaan agen intravena
menyebabkan peningkatan katekolamin dan
kortisol. Hal ini yang kemudian menyebab
kan terjadinya peningkatan kadar gula
darah.1
Anestesi spinal atau subarachnoid
block adalah salah satu jenis anestesi
regional yang dilakukan dengan cara
menyuntikkan obat anestesi lokal ke dalam
ruang subarachnoid melalui tindakan
pungsi lumbal.10
Snezana et al.14 dalam penelitiannya
mengenai pengaruh anestesi spinal dan anestesi umum terhadap respon metabolik,

hormonal dan hemodinamik pada pasien


bedah elektif, mendapatkan hasil pemerik
saan kadar gula darah yang lebih tinggi
pada kelompok dengan anestesi umum
dibandingkan kelompok dengan anestesi
spinal (P <0,05). Peningkatan kadar gula
darah terjadi berkaitan dengan sekresi
kortisol yang mencapai kadar puncak 30
menit setelah insisi dan mulai menurun 1
jam pasca pembedahan.

Pada penelitian ini dapat dilihat perubahan kadar gula darah dari 1 jam sebelum pembedahan ke
4 jam setelah pembedahan (masukkan gambar 3)
Frekuensi tertinggi kadar gula darah yang meningkat adalah pada anestesia umum dengan rerata
96 mg/dl sedangkan rerata anestesi spinal 79,4 mg/dl.

Penelitian yang dilakukan Manafi et al.10 terhadap pembedahan sesar menunjukkan hasil yang sama,
yakni terdapat perbedaan bermakna antara anestesia spinal dan anestesia umum dengan rerata
kadar gula darah setelah pembedahan dengan anestesia spinal 79,93 mg/dl sedangkan pada
anestesia umum 94,87 mg/dl. Hanya pada 1 pasien kadar gulanya tidak berubah yaitu pasien
bedah minor dengan durasi pembedahan kurang dari 1 jam. Yang lainnya merupakan
pembedahan mayor, antara lain caesarean section, dilatation and curettage, laparotomi,
tonsilektomi, sinusektomi, open reduction internal fixation (ORIF), eksisi fibroadenoma
mammae, ekstraksi corpus alienum, uretero renoscopy (URS) + retrograde pielografi (RPG) +

litotripsi.

Banyaknya pasien yang mengalami peningkatan kadar gula darah setelah pembedahan berkaitan
dengan peningkatan sekresi kortisol sejak dimulainya tindakan anestesi dan pembedahan yang
dapat mencapai kadar puncak antara jam ke-3 sampai jam ke-6. Dan berdasarkan jenis
pembedaahan serta teknik anestesia, kadar kortisol akan tetap meningkat bahkan dapat melebihi
batasan normal, tapi cenderung menurun mendekati 24 jam terhitung sejak pembedahan dimulai.

Pada penelitian ini menyatakan berdasarkan jenis anestesia, anestesia umum lebih berpengaruh
terhadap peningkatan kadar gula darah setelah pembedahan dibandingkan anestesia spinal.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Singh M 4 mengenai Stress Response And
Anaesthesia: altering the peri and post operative management, yaitu anestesia spinal lebih
berpengaruh langsung terhadap perubahan hormonal sebagai respon terhadap pembedahan
dibandingkan dengan anestesia umum.

Pada anestesia umum, agen-agen intravena dan inhalasi yang digunakan dalam dosis normal
hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap fungsi endokrin dan metabolik, dalam hal ini yaitu
perubahan hormonal yang terjadi sebagai akibat dari respon stres sehingga dapat meningkatkan
sekresi kortisol dan menyebabkan peningkatan kadar gula darah, sedangkan anestesia spinal
(subarachnoid block) memiliki pengaruh langsung terhadap fungsi endokrin dan metabolik,
yakni menghambat sinyal nosiseptif mencapai sistem saraf pusat. Penghambatan terjadi pada
impuls saraf aferen dan eferen dimana saraf aferenlah yang akan melepaskan kortisol melalui
impuls saraf eferen oleh ACTH. Blokade pada dermatom L3-L4 atau L4-L5 dapat mengurangi
peningkatan kortisol sehingga kadar gula darah setelah pembedahan tidak terlalu meningkat
dibandingkan dengan anestesia umum.

. Hasil penelitian ini didukung


oleh penelitian Snezana et al.14 yang
menyatakan anestesi spinal lebih baik dalam
menekan respon hiperglikemik dibanding
kan dengan anestesi umum.

Anestesi umum tidak menghilangkan


respon stres sepenuhnya. Hal ini disebab
kan karena agen-agen intravena dan inha
lasi pada anestesi umum dalam dosis yang
normal memiliki pengaruh sedikit terhadap
fungsi endokrin dan metabolik, sehingga
terjadi peningkatan sekresi kortisol dan
menyebabkan peningkatan kadar gula
darah, sedangkan anestesi spinal berpenga
ruh langsung terhadap fungsi endokrin dan
metabolik dengan menghambat secara total
sinyal nosiseptif untuk mencapai sistem
saraf pusat. Penghambatan pada fungsi
endokrin dan metabolik terjadi pada jalur
aferen dan eferen. Jalur aferen ini yang
akan melepaskan kortisol melalui jalur
eferen oleh ACTH. Blokade saraf pada T4-
S5 selama pembedahan abdomen bagian
bawah dapat mencegah respon hormon
kortisol terhadap efek hiperglikemik.4

Berdasarkan hasil penelitian dan bahasan dapat disimpulkan bahwa anestesia umum lebih
berpengaruh terhadap peningkatan kadar gula darah pasca pembedahan dengan rerata 96 mg/dl
dibandingkan dengan anestesia spinal dengan rerata 79,4 mg/dl. Didapatkan perbedaan yang
bermakna antara kadar gula darah pasca pembedahan dengan anestesia umum dan anestesia
spinal.

Milosavlijevic SB, Pavlovic AP, Trpkovic SV, Ilic AN, Sekulic AD. Influence of spinal and general
anesthesia on the metabolic, hormonal, and hemodynamic response in elective surgical patients. NCBI.
2014;20:1833- 40.

Manafi A, Zakeri H, Salahyan F, Tavassoli M, Shekoohi F, Kokabi R, dkk. Blood glucose alterations in
spinal anesthesia versus general anestesia in those undergoing caesarean section. Fasa University of
Medical Sciences. 2015;5:44-50.

Singh M. Stress response and anaesthesia altering: the peri and post-operative management. Indian J
Anaesth. 2003; 47(6):427-34.

Lumanauw, F.I., Tambajong, H.F., Kambey, B.I., Perbandingan Kadar Gula Darah dan Pasca
Pembedahan dengan Anestesia Umum dan Anestesia Spinal. Jurnal e-Clinic (eCl). 2016;4(2)

Anda mungkin juga menyukai