Diskusi
Ulasan dari literatur menemukan bahwa, dengan pengecualian sindrom
dispersi pigmen, gejala Uthoffs, dan beberapa kasus glaukoma berat, olahraga
dinamis regular tidak berbahaya bagia mata, dan hal ini membuat pasien glaukoma
bisa melakukan olahraga dinamis. Temuan ulasan ini menimbulkan pertanyaan
mengenai rekomendasi tersebut. Studi yang dilaporkan oleh Williams terbuk pada
interpretasi bahwa prevalensi glaukoma tidak lebih jarang pada atlet berperforma
tinggi tetapi juga bia lebih tingg idari normal pada kelompok yang memiliki tingkat
kelemahan yang rendah. Interpretasi ini menyugestikan bahwa TIO bisa meningkat
ke level patologis pada orang yang lebih lemah dan orang yang rentan terkena
glaukoma. Kemungkinan bawha kelompok tersebut lebih lemah ditunjukkan oleh
langganan pada majalan lari, pertisipasi dalam acara yang berhubungan dengan lari,
dan bahwa 80% dari mereka bisa berlari dalam acara lari 10 km. Pengukuran
peningkatan TIO ketika angkat beban statis mengarahkan ke kesimpulan bahwa
angkat beban bisa menjadi faktor resiko berkembangnya glaukoma. Kemungkinan
olahraga dinamis yang juga berhubngan dengan peningkatan TIO dan peningkatan
resiko glaukoma di sugestikan dengan adanya bukti yang menunjukkan bahwa
peningkatan volume respirasi, Vms, dan usaha muskular dan juga posisi tubuh,
semuanya bisa meningkatkan TIO.
Hipotesis bahwa olahraga mungkin bisa merugikan orang dengan glaukoma
bisa di tunjang oleh adanya peningkatan TIO ketika olahraga dinamis. Peningkatan
produksi aqueous karena hidrasi sebelum dan rehidrasi ketika sesi olahraga dan
juga peningkatan tekanan darah mungkin bisa mengeksaserbasi mekanisme
peningkatan TIO. Peningkatan TIO meningkatkan outflow aqueous, dan adanya
peningkatan TIO ketika olahraga dinamis dapat membantu menjelaskan bacaan
yang lebih rendah dari abseline ketika selesai berolahraga. Natur siklus peningkatan
volume respirasi ketika berolahraga mungkin bisa berkontribusi terhadap
pneingkatan dan penurunan TIO dan pengaruh pemompaan yang meingkatkan
outlflow aqueous bisa menjadi tambahan mekanisme menurunnya TIO. Contohnya,
bergantung pada temperatur ambient dan juga kelembaban serta intensitas dan
durasi olahraga, TIO bisa di turunkan dengan dehidrasi ketika olahraga. Meskipun
demikian, adanya peningkatan TIO ketika olahraga, yang mungkin tidak
menimbulkan konsekuensi buruk untuk sebagian besar orang, dapat berkontribusi
pada perubahan patologis galukomatus pada orang yang rentan. Pasien dengan
hipertensi okular bisa memiliki TIO yang lebih besar dengan mengganti posisi tubuh.
Tes minum air yang diberikan apda pasien NTG menunjukkan bahwa adanya
puncak TIO yang lebih tinggi dibanding kontrol yang normal. Glaukoma, pasien yang
seringkali mengalami peningkatan TIO dan/atau penurunan fasilitas outlflow,
mungkin berada dalam resiko yang lebih tinggi untuk mengalami peningkatan TIO
daripada orang yang sehat. Peningkatan kerentanan terhadap glaukoma pada orang
yang elbih tua bisa meningkatkan signifikansi elevasi TIO ketika olahraga yang lebih
ringan.
Peningkatan TIO tetap menjadi faktor resiko yang penting untuk glaukoma
dan penurunan TIO masih menjadi pengobatan utama, yang telah dibuktikan
mengurangi insidens glaukom.a moderasi atau penghindaran episode peningkatan
TIO mungkin bisa membantu untuk menentukan manajemen glaukomam. Posisi
tubuh terbalik dan menggunaan otot tambahan, bermain menggunakan instrumen
wind-resistant, dan menggosok mata semuanya berhubungan dengan glaukoma.
Semua aktivitas tersebut diketahui dapat meningkatkan TIO. Partisipasi dalam
aktivitas fisik diketahui menguntungkan bagi kesehatan karena berhubungan dengan
penurunan resiko hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan diabetes contohnya.
Sudah jelas bahwa aktivitas fisik yang sehat seharusnya dilakukan. Namun, dengan
pengecualian angkat beban, tidak jelas dimana bentuk dinamis olahraga bisa secara
potensial berbahaya bagi glaukoma atau bagi orang yang rentan terhadap
glaukoma.
Bisa jadi bahwa, jika TIO meningkat ketika olahrag adinamis, periode TIO
yang lebih rendah dari baseline setelah berolahraga bisa memulihkan kerusakan
yagn berhubungan dengan glaukoma ketika olahraga. Bukti dari topik ini masih
kurang dan akan meningkat dengan pemeriksaan tonometrik ketika olahraga
dinamis, studi yang lebih banyak mengenai kontrol level hidrasi, dan pemeriksaan
keuntungan kesehatan umum yang potensial bagi pasien dengan glaukoma atau
yang rentan terkena glaukoma. Identisikasi faktor resiko yang berhubujngan dengan
glaukoma yang tidak terdiagnosa mungkin penting untuk mencapai kepastian dalam
komunitas. Ulasan ini menyugestikan bahwa peningkatan TIO ketika partisipasi
olahraga dinamis mungkin dapat berkontribusi terhadap onset ataup rogres
galukoma pada individu yang rentan dan menanyakan apakah partisipasi dalam
aktivitas fisik tidak berbahaya atau mungkin menguntungkan, dan apakah boleh
pasien glaukoma melakukan olahraga dinamis. Efek yang menguntungkan dari
intervensi yang secara sukses menurunkan TIO pada pasien glaukoma akan
diturunkan dengan adanya peningkatan TIO yang berhubungan dengan kerja otot,
perubahan posisi tubuh, dan peningkatan volume respirasi, terutama ketika ada
keterlibatan VM. Semua faktor tersebut bisa terdapat ketika berolahraga yang
berhubungan dengan aktivitas seperti olahraga, terutama jika level hidrasi
meningkat.