PEMBIMBING:
dr. Wienta Diarsvitri, M. Sc., PhD
PENYUSUN:
Irzan Trisna 20170420085
Ismu Wahyu Asfiansyah 20170420086
Jessica Alexandria Wu 20170420087
Jiwanda Shondra Aprilianto 20170420088
Jonathan Latumahina 20170420089
Karina Monika Sutjiadi 20170420090
Karina Purwati 20170420091
Duta Putra Sundana 20160420053
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya akhirnya referat yang berjudul “PENGOLAHAN AIR BAKU
MENJADI AIR MINUM DAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN AIR
BERSIH” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan referat ini merupakan salah satu tugas yang harus
dilaksanakan sebagai bagian dari kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat di RSAL dr. Ramelan Surabaya. Tak lupa ucapan
terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan tugas ini, terutama kepada dr. Wienta Diarsvitri,
M.Sc., PhD yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi
bimbingan dalam penyusunan referat agar lebih baik.
Kami menyadari jika referat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran tentunya kami harapkan dapat membuat referat ini
menjadi lebih baik. Semoga referat ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu komponen
yang paling dekat dengan manusia yang menjadi kebutuhan dasar bagi
kualitas dan keberlanjutan kehidupan manusia, oleh karena hal tersebut air
harus tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Selain
merupakan sumber daya alam, air juga merupakan komponen ekosistem
yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya,
yang dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Hal ini tertuang dalam Pasal 33 ayat (3) Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Mengingat
pentingnya kebutuhan akan air bersih, maka sangatlah wajar apabila sektor
air bersih mendapatkan prioritas penanganan utama karena menyangkut
kehidupan orang banyak (Tambunan, 2014).
Penanganan akan pemenuhan kebutuhan air bersih dapat dilakukan
dengan berbagai cara, disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada.
Di daerah perkotaan, sistem penyediaan air bersih dilakukan dengan sistem
perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan dikelola oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) sementara sistem non perpipaan dikelola oleh
masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) adalah Perusahaan yang berbentuk Badan Hukum yang
dapat mengurus kepentingannya sendiri, ke luar dan ke dalam terlepas dari
Organisasi Pemerintah Daerah, seperti PU Kabupaten/ Kotamadya dan lain
sebagainya. Dengan adanya parameter kualitas air, maka dibutuhkan peran
Pemerintah khususnya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam
pengelolaan bahan air baku air minum sebagai perlindungan kualitas air yang
1
ada dalam parameter kualitas air terutama dalam kelas satu yang digunakan
sebagai air baku air minum (Agustina, 2007).
Kehadiran PDAM dimungkinkan melalui Undang-undang No. 5 tahun
1962 sebagai kesatuan usaha milik Pemda yang memberikan jasa pelayanan
dan menyelenggarakan kemanfaatan umum di bidang air minum. PDAM
dibutuhkan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang layak
dikonsumsi (Agustina, 2007).
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PDAM
2.1.1 Definisi
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 menyatakan bahwa
Perusahaan Daerah (PD) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah
perusahaan yang modal/sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah, dimana
kekayaan perusahaan dipisahkan dari kekayaan Negara. Dalam rangka
pemberian jasa pelayanan tertentu kepada masyarakat hampir semua
Pemerintah Daerah memiliki BUMD, namun tidak semua BUMD
memperoleh keuntungan. BUMD /public enterprise adalah salah satu alat
dalam melakukan regulasi di bidang ekonomi dengan ciri yaitu : dimiliki dan
dikendalikan Pemerintah Daerah; memproduksi hasil (output) untuk
dipasarkan; didirikan karena kegagalan mekanisme regulasi ekonomi
pemerintah (Agustina, 2007).
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun
1998, Perusahaan Daerah Air Minum selanjutnya disingkat PDAM
adalah Perusahaan Milik Pemerintah Daerah yang bergerak dalam
bidang pelayanan air minum. Sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD), PDAM dikelola atas dasar prinsip-prisip ekonomi
perusahaan dengan tetap mempertahankan fungsi sosial. Terdapat tiga
fungsi jenis struktur organisasi PDAM yang dikembangkan:
1. Tipe A, dengan jumlah pelanggan <5000 pelanggan.
2. Tipe B, dengan jumlah pelanggan sampai dengan 100.000
pelanggan.
3. Tipe C, dengan jumlah pelanggan >100.000 pelanggan.
3
Dalam sistem organisasi ini, kepengurusan PDAM terdiri dari Direksi dan
Badan Pengawas yang anggotanya diangkat oleh Kepala Daerah (Agustina,
2007)
4
3. Persyaratan bakteriologis
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan
parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini
ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau fecal coli dalam air.
4. Persyaratan radioaktifitas
Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak
boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang
mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
5
per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 –
18.00 (Agustina, 2007).
Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama
adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air
untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan.
Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan. Karena itu,
diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat
(Agustina, 2007).
Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu
kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6–1,2
m/dt. Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga
tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa
distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai
dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi
(Agustina, 2007).
6
Menurut standar dari DPU, air yang dialirkan ke konsumen melalui
pipa transmisi dan pipa distribusi, dirancang untuk dapat melayani konsumen
hingga yang terjauh, dengan tekanan air minimum sebesar 10mka atau 1atm.
Angka tekanan ini harus dijaga, idealnya merata pada setiap pipa distribusi.
Jikatekanan terlalu tinggi akan menyebabkan pecahnya pipa, serta merusak
alat-alat plambing (kloset, urinoir, faucet, lavatory, dll). Tekanan juga dijaga
agar tidak terlalu rendah, karena jika tekanan terlalu rendah maka akan
menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama aliran dalam pipa distribusi
(Agustina, 2007).
7
berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air,
misalnya sampah, daun-daun, batang pohon, dsb.
2. Bak Prasedimentasi (Optional)
Bak ini digunakan bagi sumber air yang karakteristik turbiditasnya
tinggi (kekeruhan yang menyebabkan air berwarna coklat). Bentuknya
hanya berupa bak sederhana, fungsinya untuk pengendapan partikel-
partikel distrik dan berat seperti pasir, dll. Selanjutnya air dipompa ke
bangunan utama pengolahan air bersih yakni WTP.
3. WTP (Water Treatment Plant)
Ini adalah pokok dari sistem pengolahan air bersih. Bangunan ini
beberapa bagian, yakni koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan
disinfeksi.
Adapun tahapan proses sehingga dihasilkan air bersih adalah seperti berikut
:
1. Koagulasi
Di sinilah proses kimiawi terjadi, pada proses koagulasi ini dilakukan
proses destabilisasi partikel koloid yang terkandung di dalamnya. Tujuan
proses ini adalah untuk memisahkan air dengan pengotor yang terlarut
didalamnya, analoginya seperti memisahkan air pada susu kedelai. Pada
unit ini terjadi rapid mixing (pengadukan cepat) agar koagulan dapat
terlarut merata dalam waktu singkat. Bentuk alat pengaduknya dapat
bervariasi, selain rapid mixing, dapat menggunakan hidrolis (hydrolic jump
atau terjunan) atau mekanis (menggunakan batang pengaduk).
2. Flokulasi
Selanjutnya air masuk ke unit flokulasi. Tujuannya adalah untuk
membentuk dan memperbesar flok (pengotor yang terendapkan). Di sini
dibutuhkan lokasi yang alirannya tenang namun tetap ada pengadukan
lambat (slow mixing) supaya flok menumpuk. Untuk meningkatkan
8
efisiensi, biasanya ditambah dengan senyawa kimia yang mampu
mengikat flok-flok tersebut.
3. Sedimentasi
Bangunan ini digunakan untuk mengendapkan partikel-partikel
koloid yang sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini
menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel koloid (biasanya
berupa lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Pada masa kini,
unit koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi telah ada yang dibuat tergabung
yang disebut unit aselator.
4. Filtrasi
Sesuai dengan namanya, filtrasi adalah untuk menyaring dengan
media butiran. Media butiran ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir slica,
dan kerikil silica dengan ketebalan berbeda. Cara ini dilakukan dengan
metode gravitasi.
5. Disinfeksi
Setelah bersih dari pengotor, masih ada kemungkinan ada kuman
dan bakteri hidup , sehingga ditambahkanlah senyawa kimia yang dapat
mematikan kuman ini, biasanya berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV,
pemabasan, dan lain-lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yakni
reservoir.
6. Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air
bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara gravitasi. Karena
kebanyakan distribusi di Indonesia menggunakan konsep gravitasi, maka
reservoir biasanya diletakkan di tempat dengan posisi lebih tinggi
daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi, bisa diatas bukit
atau gunung.
9
Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA-Instalasi
Pengolahan Air. Untuk menghemat biaya pembangunan, unit intake, WTP
dan reservoir dapat digunakan dalam satu kawasan dengan ketinggian yang
cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan pumping station dengan kapasitas
pompa dorong yang besar untuk menyalurkan air dari WTP ke reservoir.
Pada akhirnya, dari reservoir, air bersih siap untuk didistribusikan melalui
pipa-pia dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi.
Sekarang ini, perkembangan metode pengolahan air bersih telah
banyak berkembang, diantaranya adalah sistem saringan pasir lambat.
Perbedaan utama pada sistem ini dengan sistem konvensional adalah arah
aliran airnya dari bawah ke atas (up flow), tidak menggunakan bahan kimia
dan biaya operasinya yang lebih murah. Pada akhir tahun lalu pun, Pusat
Penelitian Fisika LIPI telah berhasil menciptakan alat untuk mengolah air
kotor menjadi air bersih yang layak minum, sistem ini dirancang agar mudah
dibawa dan dapat dioperasikan tanpa memerlukan sumber listrik.
10
suplai instalasi, meter air untuk menentukan banyak air yang digunakan, dan
keran kebakaran (Agustina, 2007).
Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi
adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi
(kontinuitas pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal
dari instalasi pengolahan (Agustina, 2007).
Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air
bersih kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap
memperhatikan faktor kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan
perencanaan awal. Faktor yang didambakan oleh para pelanggan adalah
ketersedian air setiap waktu (Agustina, 2007).
Suplai air melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem yaitu
(Agustina, 2007):
1. Continuous System
Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir
terus menerus selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen
setiap saat dapat memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di
posisi pipa manapun. Sedang kerugiannya pemakaian air akan cenderung
akan lebih boros dan bila terjadi sedikit kebocoran saja, maka jumlah air
yang hilang akan sangat besar jumlahnya.
2. Intermitten System
Dalam sistem ini air bersih disuplai 2-4 jam pada pagi hari dan 2-4
jam pada sore hari. Kerugiannya adalah pelanggan air tidak bisa setiap
saat mendapatkan air dan perlu menyediakan tempat penyimpanan air
dan bila terjadi kebocoran maka air untuk fire fighter (pemadam
kebakaran) akan sulit didapat. Dimensi pipa yang digunakan akan lebih
besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam beberapa
11
jam saja. Sedang keuntungannya adalah pemborosan air dapat dihindari
dan juga sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air yang terbatas.
12
sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian
puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.
13
2.3.2 Saringan Kapas
Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dari teknik
sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain katun, penyaringan
dengan kapas juga dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil
yang ada dalam air keruh. Hasil saringan juga tergantung pada ketebalan
dan kerapatan kapas yang digunakan.
2.3.3 Aerasi
Merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan oksigen ke
dalam air. Dengan diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti
karbon dioksida serta hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa
dan bau dari air dapat dikurangi atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral
yang terlarut dalam air seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara
cepat akan membentuk lapisan endapan yang nantinya dapat dihilangkan
melalui proses sedimentasi atau filtrasi.
14
Gambar 2.12 Aerasi (Aimyaya, 2009)
15
2.3.5 Saringan Pasir Cepat (SPC)
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas
lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah
penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat,
yakni dari bawah ke atas (up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan
menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian
melewati lapisan pasir.
16
Gambar 2.15 Gravity-Fed Filtering System (Aimyaya, 2009)
2.3.7 Saringan Arang
Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang dengan
tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat efektif dalam
menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air baku. Arang yang digunakan
dapat berupa arang kayu atau arang batok kelapa. Untuk hasil yang lebih
baik dapat digunakan arang aktif. Untuk lebih jelasnya dapat lihat bentuk
saringan arang yang direkomendasikan UNICEF pada gambar di bawah ini
17
2.3.8 Saringan air sederhana / tradisional
Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari saringan
pasir arang dan saringan pasir lambat. Pada saringan tradisional ini selain
menggunakan pasir, kerikil, batu dan arang juga ditambah satu buah lapisan
injuk / ijuk yang berasal dari sabut kelapa.
18
terlalu keruh atau kotor. Untuk perawatan saringn keramik ini dapat dilakukan
dengan cara menyikat filter keramik tersebut pada air yang mengalir.
19
2.3.11 Saringan Tanah Liat.
Kendi atau belanga dari tanah liat yang dibakar terlebih dahulu
dibentuk khusus pada bagian bawahnya agar air bersih dapat keluar dari
pori-pori pada bagian dasarnya.
20
BAB 3
KESIMPULAN
Untuk mendapatkan air yang berkualitas dan sesuai dengan standar
kualitas air minum, diperlukan suatu pengolahan air yang bisa menjamin
terpenuhinya kualitas yang diinginkan.Sumber daya air di Indonesia dikelola
oleh Perusahaan Air Minum (PAM) yang mendapatkan wewenang dari
pemerintah dalam pengelolaan kebutuhan konsumsi air bersih bagi
masyarakat dan yang berada di setiap pemerintahan daerah dinamakan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).PDAM merupakan Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) yang dituntut dapat memberikan pelayanan umum di
bidang air bersih bagi masyarakat, baik secara kualitas, kuantitas dan
kontinuitas secara profesional dan trasparan.
Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan manusia
dan harus bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-
bahan kimia yang dapat mencemari air bersih tersebut. Menurut PDAM,
proses pengolahan air baku terdiri dari aerasi, prasedimentasi, koagulasi,
flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi, dan reservoir.
Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk
mendapatkan air bersih, dan cara yang paling mudah dan paling umum
digunakanadalah dengan membuat saringan air. Perlu diperhatikan, bahwa
air bersih yang dihasilkan dari proses penyaringan air secara sederhana
tersebut tidak dapat menghilangkan sepenuhnya garam yang terlarut di
dalam air. Beberapa cara yaitu menggunakan saringan kain katun, saringan
kapas, aerasi, saringan pasir lambat (PSL), saringan pasir cepat (PSC),
Gravity-Fed Filtering System, saringan air sederhana / tradisional, saringan
keramik, saringan cadas, dan saringan tanah liat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Dian Vitta. 2007. Analisa Kinerja Sistem Distribusi Air Bersih
Pdam Kecamatan Banyumanik Di Perumnas Banyumanik (Studi Kasus
Perumnas Banyumanik Kel. Srondol Wetan). Tesis. Universitas Diponegoro
Semarang.
22