Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DEPOT AIR ISI ULANG

Disusun oleh : 1. Kristina Manullang


2. Nestaria Silfiana Lase
3. Sufriani Gulo
4. Yupintar Waruwu
Dosen Pengampu : Sri Wahyuni, SKM, MKM

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala rahmatNya sehingga laporan ini dapat tersusun hingga selesai.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak-pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik waktu, tenaga, maupun pikiran. Atas
dukungan moral dan materil dalam penyusunan makalah ini, maka kami para penulis turut
mengucapkan terimakasih kepada ibu dosen mata kuliah Ananlisis Dampak Lingkungan.,
kami memohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini.
Kepada seluruh pembaca yang bersedia memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam rangka penyempurnaan makalah ini selanjutnya, kami membuka tangan
selebar-lebarnya untuk apresiasi tersebut dengan hati yang terbuka dan ucapan terima kasih

Medan, 23 Januari 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Air merupakan materi penting dalam kehidupan


oleh karena itu semua makhluk hidup sangat membutuhkan air. Begitu juga dengan
manusia karena 70% zat pembentuk tubuh manusia terdiri oleh air. Kebutuhan akan
air untuk keperluan sehari-hari disetiap tempatnya berbeda-beda karena tingkat
kehidupan juga berbeda-beda karena semakin tinggi taraf kehidupan maka semakin
banyak membutuhkan air.

1. Lingkungan yang sehat dan tidak tercemar salah satunya dapat dilihat dari
kualitas air yang digunakan manusia sebagai pokok penunjang dalam aktivitas
kehidupan manusia, namun bersamaan dengan perkembangan teknologi,
pencemaran air dan sungai terjadi secara besar-besaran yang mengakibatkan
kualitas air bersih semakin menurun. Air merupakan salah satu hal terpenting yang
menunjang semua kebutuhan tanaman serta kehidupan manusia dan umumnya air
berasal dari dua sumber daya alam yaitu tanah dan air permukaan seperti sungai
serta danau air tawar. Tapi salah satu masalah lingkungan yang paling penting saat
ini adalah air yang terkontaminasi oleh logam berat karena toksisitas yang kuat
bahkan pada konsentrasi rendah yang berbahaya bagi Kesehatan.

2. Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang paling mendominasi


akan kebutuhan air bersih. Di Indonesia kebutuhan akan air mencapai rata-rata 60
liter per kapita perhari, yang terbagi untuk kebutuhan mandi sebesar 30 L, mencuci
15 L, masak 5 L, kemudian untuk kebutuhan minum 5 liter dan lain-lain 5 liter,
keadaan ini dipengaruhi oleh musim, karena kebutuhan akan air menurun pada
musim kemarau seiring berkurangnya persediaan air yang ada.

3. Air yang digunakan dapat berasal dari air permukaan dan air tanah, air yang
bersumber dari air permukaan yaitu air yang menggenang di permukaan tanah
seperti air waduk dan sungai, sedangkan sumber air tanah seperti air sumur bor dan
sumur gali, dan sumber lainnya. Penggunaan air untuk dikonsumsi serta untuk
keperluan rumah tangga, air yang digunakan haruslah air yang bersih, kualitas air
bersih harus memenuhi syarat kesehatan bebas dari pencemaran. Bila air tanah dan
air permukaan sudah tercemar, dapat dipastikan bahwa air yang digunakan untuk
keperluan rumah tangga terdapat banyak kuman. Air bersih merupakan kebutuhan
utama untuk memiliki kehidupan yang sehat. Sebagian besar negara telah
memberlakukan undang-undang perlindungan lingkungan yang termasuk
melestarikan sumber daya air. Namun, tingkat pelaksanaan undang-undang ini
sangat bervariasi, dan jarang dipatuhi. Terutama adalah pencegahan industri dan
biologi pembuangan sampah, polusi, dan pencemaran sumber air. Namun, tidak
semua kontaminan adalah murni buatan manusia atau antropogenik. Pemanasan
global juga mempengaruhi pencemaran lingkungan.

4. Salah satu faktor penentu derajat kesehatan manusia yaitu kebersihan


lingkungan sekitar. Komponen lingkungan yang mempunyai peranan cukup besar
dalam kehidupan manusia adalah air. Kualitas air yang buruk juga mempengaruhi
kesehatan lingkungan sekitar sehingga membuat lingkungan hidup dan makhluk
hidup lainnya menjadi buruk juga.

PERATURAN WALI KOTA MEDAN NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS
DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN
YANG MAHA ESA WALI KOTA MEDAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 47 ayat (2) Peraturan Wali
Kota Medan Nomor 1 Tahun 2017 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas
Dan Fungsi, Dan Tata Kerja Perangkat Daerah, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Wali Kota Medan Nomor 40 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Wali Kota Medan Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Dan Tata Kerja Perangkat Daerah, perlu membentuk
Peraturan Wali Kota tentang Rincian Tugas Dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup Kota
Medan.

Mengingat :

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 8 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom


Kota-Kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1092);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059).

GUBERNUR SUMATERA UTARA PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA NOMOR


1 TAHUN 2019 TENTANG TUGAS, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS
LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA UTARA,
Menimbang :

a. bahwa berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 33 Tahun ZOLT


telah ditetapkan T\-rgas, Fungsi, Uraian Ttrgas dan Tata Kerja Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi Sumatera Utara;

b. bahwa sehubungan telah diubahnya Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2OL6


tentang Susunan Organisasi DinasDinas Daerah Provinsi Sumatera Utara
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Gubernur
Nomor 19 Tahun 2018 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Gubernur
Sumatera Utara Nomor 38 Tahun 2At6 tentang Susunan Organisasi Dinas-Dinas
Daerah Provinsi Sumatera Utara, Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, pedu dicabut;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan


huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang T\rgas, Fungsi, Uraian Ttrgas
dan Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom


Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1103);
2. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5494);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5887).

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014


TENTANG HIGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :

a. bahwa masyarakat perlu dilindungi dari risiko penyakit bawaan air akibat
mengkonsumsi air minum yang berasal dari depot air minum yang tidak memenuhi
standar baku mutu dan persyaratan higiene sanitasi;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu


menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Higiene Sanitasi Depot Air
Minum;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3273);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);

Semua DAMIU memiliki pencahayaan yang cukup terang untuk bekerja, tidak
menyilaukan dan cahaya tersebar merata di seluruh ruangan. Semua DAMIU tidak
mempunyai ventilasi dan hanya mengandalkan pintu yang membuka satu arah saja
untuk keluar masuknya udara. Keberadaan ventilasi menjadi penting karena
memberikan ruang pertukaran udara dengan baik sehingga suhu di dalam ruangan
sama dengan suhu di luar ruangan.
Semua DAMIU memiliki kelembapan yang memenuhi syarat sehingga
memberikan kenyamanan dalam melakukan pekerjaan atau aktivitas. Semua DAMIU
memiliki akses fasilitas sanitasi yang masih minimal. Semua DAMIU sudah memiliki
akses kamar mandi dan jamban di dalam lingkungan DAMIU dan juga memiliki
saluran air limbah yang alirannya lancar atau tidak tersumbat dan tertutup. Akan
tetapi, semua DAMIU tidak memiliki tempat sampah yang tertutup. Semua tempat
sampah dalam keadaan terbuka sehingga dapat menjadi sumber pencemar. Hanya
tiga DAMIU yang memiliki fasilitas tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir
dan sabun.
Operator pada enam DAMIU lainnya biasanya menggunakan keran pencucian
galon atau air kamar mandi ketika ingin mencuci tangan. Semua DAMIU memenuhi
persyaratan bebas dari tikus, lalat dan kecoa yang dapat mengotori ataupun
merusak peralatan. Pada penelitian lain (Kasim, K.P., Setiani, O., Endah, 2014),
ditemukan bahwa pada umumnya pintu DAMIU hanya membuka satu arah saja dan
proses pengolahan dilakukan di dalam ruangan berupa lemari yang ditempatkan
pada suatu ruangan terbuka. Selain itu, pihak DAMIU juga tidak menyediakan
tempat cuci tangan dengan sabun pembersih sehingga karyawan yang ingin mencuci
tangan biasanya mencari kran pencucian galon, ataupun mencuci tangan di kamar
mandi.
Semua DAMIU melakukan pembersihan tabung filter menggunakan sistem
pencucian terbalik (back washing) dengan cara mengalirkan air tekanan tinggi secara
terbalik sehingga kotoran atau residu yang tersaring selama ini dapat keluar.
Mikrofilter yang digunakan lebih dari satu buah dengan ukuran berjenjang sehingga
diharapkan penyaringan kotoran/bakteri dalam air baku dapat berjalan dengan baik.
Tujuh DAMIU menggunakan peralatan sterilisasi atau desinfeksi berupa ultraviolet
dan satu DAMIU menggunakan peralatan sterilisasi atau desinfeksi berupa ozonisasi.
Dari hasil observasi juga dapat dilihat bahwa semua DAMIU melakukan
pencucian dan pembilasan botol (galon) untuk membersihkan galon dari sisa
pemakaian sebelumnya. Pengisian botol (galon) dilakukan dalam ruangan tertutup
untuk mencegah kontaminasi dari luar. Botol (galon) yang telah diisi diberi tutup
botol baru yang bersih tetapi tidak dengan metode wrapping (pemberian segel).
Kemasan AMIU harus bebas dari kontaminasi karena kemasan yang terkontaminasi
menjadi media berbagai kuman yang menimbulkan berbagai penyakit seperti diare,
tifus, hepatitis A dan polio (Wulandari, S., Siwiendrayanti, A., Wahyuningsih, 2015).

Dokumentasi
SIMPULAN
Kondisi higiene sanitasi tempat dan peralatan DAMIU secara umum baik,
namun yang perlu diperhatikan adalah tata ruang dan ventilasi serta belum adanya
tempat sampah tertutup dan tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan
sabun. Kondisi higiene sanitasi penjamah yang harus diperhatikan adalah tidak
memakai pakaian kerja khusus yang bersih dan rapi, tidak melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala dan tidak memiliki sertifikat telah mengikuti kusrus higiene
sanitasi depot air minum.
DAFTAR PUSTAKA

Abdilanov, D., Hasan, W., Marsaulina, I. (2012). Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi dan
Pemeriksaan Kualitas Air Minum pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Padang Tahun 2012.
Apriliana, E., Ramadhian, M.R., Gapila, M. (2014). Bacteriological quality of refill drinking water at
refill drinking water depots in Bandar Lampung. JuKe Unila, 4(7), 142–146. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/inde x.php/juke/search/authors/view?firstN
ame=M&middleName=Ricky&lastN ame=Ramadhian&affiliation=&count ry=ID. Athena, Sukar, &
Haryono. (2004). Kandungan Bakteri Total Coli dan Escherechia coli/ Fecal Coli Air Minum dari Depot
Air Minum Isi Bekasi. Buletin Penelitian Kesehatan, 32(3), 135–145. Depkes, RI. 1998. Pedoman
Pelatihan Water Technique System Membrane Filter. Jakarta : Ditjen PPM dan PLP Depkes.
Dilapanga, M.R., Joseph, W.B.S., Loho, H. (2014). HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS
AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN SARIO KOTA MANADO
TAHUN 2014. Karame, M., Palandenh, H., Sondakh, R. C. (2014). HUBUNGAN ANTARA HIGIENE
SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DENGAN KUALITAS BAKTERIOLOGI PADA AIR MINUM DI
KELURAHAN BAILANG DAN MOLAS KOTA MANADO. Kasim, K.P., Setiani, O., Endah, N. (2014). Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Cemaran Mikroba dalam Air Minum Isi Ulang pada Depot Air
Minum Kota Makassar Factors Related to Microbial Contamination in Drinking Water Refill at
Drinking Water Depot Makassar Karakteristik Depot Air Minum Kondisi B. Kesehatan Lingkungan
Indonesia, 13(2), 39–44. Kurniawan, A., Joseph, W., B., S., Bernadus, J. (2014). HIGIENE SANITASI
DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DEPOT AIR Nuria, M.C., Rosyid, A., S. (2009).
Maulita Cut Nuria Uji Kandungan Bakteri Escherichia Coli ...... Jurnal - Pertanian, 5(1), 27–35.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/ PER/IX/1990 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
43/MENKES/ PER/IV/2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum.. Ronny, Syam, D. . (2015).
Studi Kondisi Sanitasi Dengan Kualitas Bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan
Panakkukang Kota Makassar. Higiene, 2(2), 81–90. Suprihatin, B., Adriani, R. (2008). Higiene Sanitasi
Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Tanjung Rede

Anda mungkin juga menyukai