Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN


ROBEKAN PERINEUM PADA IBU POST PARTUM
DI PUSKESMAS TAMPA PADANG

USNUL ARDILLA UTAMI.T

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


UNIVERSITAS MEGA BUANA
PALOPO, 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Senam hamil merupakan program bimbingan fisik penting bagi wanita


hamil sebagai persiapan dalam menghadapi persalinan, agar
persalinannya normal,aman dan relatif cepat (yulisni dkk,2018).
Robekan perineum adalah penyebab kedua yang sering terjadi dari
perdarahan pasca persalinan. Hal ini biasanya terjadi bersama kontraksi
uterus yang tidak baik, perdarahan setelah proses persalinan dengan
uterus yang kontraksinya baik biasanya dikarenakan robekan serviks.
Pemeriksaan vulva serta perineum harus selalu dilakukan setelah
persalinan (yanti, 2013).
peristiwa ruptur perineum di dunia pada tahun 2015 pada ibu bersalin
terdapat 2,7 juta kasus, yang diprediksi pada tahun 2050 akan mencapai
6,3 juta. Dari data yang diperoleh, 50% ibu bersalin di Benua Asia
mengalami ruptur perineum (WH0, 2015).
Sedangkan di negara Amerika dari 26 juta kasus ibu bersalin, terdapat
40% yang menderita robekan perineum. Pada kalangan usia 25-30 tahun
prevalensi persalinan adalah 24% dari keseluruhan persalinan pada usia
tersebut, pada golongan usia 32-39 prevalensi persalinan yaitu 62% tahun
yang mengalami rupture perineum di indonesia. Bagian asia masalah
ruptur perineum sering terjadi karena 50% mengalami ruptur perineum.
Pada data kelahiran spontan yang terjadi secara pervaginam, sebanyak
57% ibu yang mendapatkan jahitan dimana 29% akibat robekan spontan
28% karena episiotomi dari jumlah 1951 kelahiran (Fathus, 2014).
Angka Kematian Ibu (AKI) yang terjadi di Indonesia sekitar 90%
pada saat persalinan. Penyebab utama yaitu perdarahan pospartum yang
mendonasi sebesar 40%. Perdarahan pospartum terjadi dikarenakan
robeknya jalan lahir. Faktor kedua dari perdarahan postpartum adalah
sekitar 50% robekan jalan lahir (yuliaswati, 2015).
Hasil studi yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Bandung (Puslibang), yang melakukan penelitian dibeberapa provinsi di
wilayah Indonesia di simpulkan bahwa 1 sampai 5 ibu bersalin akan
meninggal dunia bila mengalami ruptur perineum dengan
perbandingan 21,74% dari tahun 2009-2010 (Siswono, 2011).
Perdarahan Pasca Persalinan (PPP) merupakan perdarahan aktif yang
berawal dari implantasi plasenta, penyebab kematian ibu selain
pendarahan karena hamil ektopik (kehamilan yang terjadi di luar
kandungan) dan abortus adalah robekan jalan lahir dan jaringan yang
berada sekitarnya. Morbiditas dan mortalitas akan meningkatkan bila
terjadi perdarahan pasca persalinan jika tidak mendapatkan penanganan
yang seharusnya (prawirohardjo, 2016).
Dengan mengikuti senam hamil diusia kehamilan yang memasuki 28
minggu sampai dengan proses persalinan adalah salah satu cara
untuk mencegah terjadinya robekan perineum dan dapat mengelastiskan
otot perineum bila dilakukan secara teratur (Anggraeni, 2010).
Senam hamil merupakan senam yang tujuannya untuk mengeraskan
otot-otot dasar panggul, melenturkan jaringan perineum sebagai jalan
lahir bayi, dan membantu mencegah masalah inkontinensia urine
(Kristianti, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Norwegia pada primipara, risiko
yang lebih besar terjadi mengalami robekan perineum tingkat III atau IV
dengan frekuensi <1 kali/minggu, ekstraksi vakum/forsep dan seksio
sesarea serta episiotomi dibandingkan latihan 3 kali/minggu
melakukan latihan otot dasar panggul selama masa kehamilan.
Penelitian lain menunjukan bahwa
risiko terjadinya laserasi perineum dalam persalinan lebih tinggi
apabila ibu hamil tidak rutin melakukan aktifitas fisik sebelum hamil ( Bo,
2009 ).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan Shinta
Meydiawati, (2015) dengan judul ”Hubungan Senam hamil dengan
peristiwa Robekan Perineum pada Primipara pada wilayah kerja
Puskesmas Sukaratu Tasikmalaya pada Tahun 2015” yang menunjukkan
bahwa ibu bersalin primipara di wilayah kerja Puskesmas Sukaratu
Tasikmalaya yang melakukan senam hamil kebanyakan tidak mengalami
robekan perineum yaitu sekitar 89,5% sedangkan ibu bersalin primipara
yang tidak melakukan senam hamil kebanyakan mengalami ruptur
perineum yaitu sekitar 81,3%.
Sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Turlina (2015)
mengenai Hubungan Senam Hamil dengan Penyebab Terjadinya Robekan
Perineum Spontan di BPM Wiwik Azizah Said di Desa Duriwetan
Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan menunjukkan bahwa ibu
bersalin spontan yang telah mengikuti senam hamil hampir seacara
keseluruhan (84,6%) tidak mengalami ruptur perineum dan sebagian kecil
(15,4%) yang mengalami robekan perinueum. Sedangkan ibu bersalin
spontan yang tidak mengikuti senam hamil sebagian kebanyakan (62,5%)
mengalami robekan perineum dan hampir sebagian (37,5%) tidak
mengalami robekan perineum. Jadi prevalensi robekan perineum lebih
tinggi (62,5%) pada ibu bersalin spontan yang tidak mengikuti senam
hamil dari pada yang mengikuti senam hamil (15,4%)
Dari uraian di atas, alasan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)
diantaranya disebabkan oleh robekan perineum yang berada pada
peringkat kedua penyumbang Angka Kamatian Ibu, dan mengingat
manfaat dan pentingnya melakukan senam hamil sehingga dapat
mencegah terjadinya robekan perineum, sehingga peneliti bermaksud
untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Senam Hamil Dengan
Robekan Perineum Pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas
Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah apakah ada Hubungan Senam Hamil Dengan
Robekan Perineum Pada Ibu Post Partum di Wilayah Puskesmas
Tampa Padang Tahun 2022?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan senam hamil dengan robekan
perineum pada ibu post partum di Wilayah Kerja Puskesmas
Tampa Padang Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui ibu yang melakukan senam hamil pada ibu
post partum di Wilayah Kerja Puskesmas Tampa Padang
Tahun
2022
b. Untuk mengetahui kejadian robekan perineum pada ibu
post partum di Wilayah Kerja Puskesmas Tampa padang Tahun
2022
.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
menambah ilmu pengetahuan tentang Hubungan Senam Hamil
Dengan Robekan Perineum Pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja
Puskesmas Tampa Padang ahun 2022.
2. Manfaat Praktis
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi tenaga kesehatan
yang berada di instansi kesehatan untuk lebih memahami
prosedur tentang senam hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tampa
Padang Tahun 2022.
3. Manfaat Institusi
Sebagai salah satu masukan bagi Universitas Mega Buana Palopo
dalam rangka meningkatkan mutu, kinerja, pendidikan bidan dan
meningkatkan pengetahuan tentang senam hamil.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Robekan Perineum

1. Definisi robekan perineum

Robekan perineum merupakan robekan atau perlukaan yang rerjadi


pada otot perineum atau jalan lahir selama proses persalinan kala II
dan dapat berulang kembali pada persalinan selanjutnya. Secara umum
robekan ini terjadi di garis tengah apabila persalinan terlalu cepat dan
ukuran bayi yang semakin besar (Prawitasari dkk, 2015).
2. Penyebab robekan perineum

Ruptur perineum terjadi disebabkan oleh faktor ibu yaitu pada saat
kehamilan dan persalinan. Pada masa kehamilan yang menjadi
penunjang adalah pengetahuan, pendidikan, kondisi fisik ibu juga
perawatan prenatal care. Sedangkan pada proses persalinan disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu jumlah anak, cara meneran, juga kondisi
perineum. Faktor berat bayi yang terlalu besar dan presentasi bayi
merupakan faktor kedua penyebab robekan perineum (Turlina, 2015).
Ruptur perineum juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor
ibu misalnya : jarak kelahiran, paritas, ibu yang tidak mampu untuk
meneran, persalinan dengan cara terburu-buru. Faktor bayi misalnya :
bayi besar atau makrosomia, distosia bahu, kelahiran bokong. Hal ini
disebabkan oleh perineum yang terlalu kecil juga keelastisitas
perineum sehingga dengan mudah terjadinya laserasi perineum
atau robekan-robekan pada jalan lahir (Lisnawati, 2013).
Pada umumnya rupture perineum terjadi pada primipara dan tidak
jarang juga terjadi pada multipara. Resiko terjadi lebih tinggi pada ibu
bersalin pada primipara karena perineum masih untuh sehingga mudah
terjadi robekan, sedangkan resiko rendah terjadi ruptur perineum pada
ibu bersalin multipara. Penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya
ruptur perineum pada paritas diantaranya seringnya mengejan yang
terlalu kuat, perineum yang terlalu rapuh, kelenturan jalan lahir dan
proses persalinan dengan melakukan tindakan (absari, 2017).
keelastisitas perineum sehingga dengan mudah terjadinya laserasi
perineum atau robekan-robekan pada jalan lahir (Lisnawati, 2013).
Pada umumnya rupture perineum terjadi pada primipara dan tidak
jarang juga terjadi pada multipara. Resiko terjadi lebih tinggi pada ibu
bersalin pada primipara karena perineum masih untuh sehingga mudah
terjadi robekan, sedangkan resiko rendah terjadi ruptur perineum pada
ibu bersalin multipara. Penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya
ruptur perineum pada paritas diantaranya seringnya mengejan yang
terlalu kuat, perineum yang terlalu rapuh, kelenturan jalan lahir dan
proses persalinan dengan melakukan tindakan (absari, 2017).
3. Derajat robekan perineum

Setelah pemeriksaan plasenta, lakukan juga pemeriksaan didaerah


perineum. Dengan lembut juga secara perlahan periksa vagina, vulva,
juga perineum untuk mengetahui apakah terjadi robekan. Pada tahap
ini vagina akan meregang yang lebih besar dari pada biasanya setelah
terjadi proses kelahiran. Kemungkinan ada beberapa bagian yang
merah, edema juga lecet. Rupture perineum dikelompokkan dalam 4
bagian :
a. Tingkat I. Robekan yang terkena mukosa vagina dan kulit
perineum tepat dibawahnya.
b. Tingkat II. Robekan yang terkena mukosa vagina, kulit perineum,
otot perineum.
c. Tingkat III. Robekan yang terkena mukosa vagina, kulit, jaringan
perineum dan sfingter ani eksternal yang meluas sampai ke mukosa
rectum.
d. Tingkat IV. Robekan mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan
perineum, dan sfingter ani yang meluas sampai mukosa rectum
dengan jarak yang bervariasi (lailiyana, 2015).
Ruptur perineum juga memberikan dampak pada perdarahan yang
jumlahnya bermacam-macam. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir
harus selalu diperhatikan seperti frekuensi volume darah yang
dikeluarkan sehingga dapat diatasi dengan cepat. Perdarahan dapat
bersumber dari robekan uterus (ruptur uteri), perineum, serviks, dan
vagina. (pasiowan dkk, 2015).

4. Pencegahan robekan perineum

Untuk meningkatkan elastisitas otot-otot panggul maka perlu


dilakukanan senam hamil sejak bulan-bulan terakhir pada masa
kehamilan. Pada saat proses persalinan maka otot-otot di bawah
panggul akan meregang. Dengan meregangnya otot bawah panggul
sehingga tidak mampu untuk mengakomodasi pengeluaran kepala,
sehingga hal ini bisa terjadi dan menyebabkan robekan perineum.
Untuk menghindari hal tersebut maka dilakukan latihan senam hamil
yang membuat otot-otot perineum menjadi lebih elastis, otot perineum
dapat meregang secara maksimal sehingga tidak terjadi robekan juga
tidak perlu untuk dilakukan episiotomi. Senam hamil juga bisa

mengurangi tingkat robekan perineum serta trauma heacting pada


perineum (juwita, 2017).
Pada umumnya seringkali ibu – ibu hamil dilanda rasa cemas dan
panik saat menjelang proses persalinan sehingga kelenturan otot atau
jalan lahir sangat dibutuhkan. Dengan dilakukannya senam hamil
sehingga dapat meminimalisir tingkat robekan perineum juga dapat
mengurangi angka kematian pada ibu ( Turlina, 2015).
B. Tinjauan Umum Tentang Senam Hamil

1. Definisi senam hamil

Senam hamil adalah gerakan khusus yang dibuat bagi ibu hamil
dan mempunyai prinsip-prinsip yang dapat disesuaikan dengan kondisi
ibu hamil. Selain bermanfaat menyehatkan dan membugarkan ibu
hamil, latihan senam hamil juga dapat mengatasi keluhan yang timbul
selama masa kehamilan dan ibu mampu mempersiapkan mental dalam
menghadapi proses persalinan. Senam hamil sudah bisa untuk
dilakukan jika usia kehamilan sudah masuk trimester ketiga, yaitu
antara usia 28-30 minggu kehamilan (Ida, 2012).
2. Manfaat senam hamil

Manfaat senam hamil diantaranya:

a. Membantu menguasai teknik pernafasan yang sangat


penting selama masa kehamilan danproses persalinan.
b. Membantu melatih kerja otot jantung dan pernafasan serta otot-otot
yang di butuhkan saat persalinan, misalnya otot paha bagian dalam,
,otot dinding perut dan otot panggul.
c. Meningkatkan sirkulasi darah sehingga dapat mengurangi bengkak
di kaki.
d. Membantu melatih posisi tubuh yang benar selama masa kehamilan
sehingga keluhan yang muncul adanya perubahan bentuk tubuh
dapat diatasi, misalnya nyeri punggung, nyeri pinggang dan kram
e. Membantu relaksasi sehingga dapat membantu ibu hamil menjadi
lebih mudah tidur yang biasanya sulit tidur selama hamil.
f. Membantu memperbaiki posisi janin
g. Mempercepat penyembuhan setelah kehamilan (lockhart, 2014).
Manfaat senam hamil jika dilakukan secara teratur tidak hanya
memberikan kenyamanan bagi ibu selama masa kehamilan. Namun
juga memberikan banyak manfaat yang berperan penting dalam proses
persalinan. Dengan dilakukannya senam hamil secara rutin, selama
kala I dapat mengurangi rasa sakit, menurunkan partus lama, juga
dapat menurunkan kekhawatiran pada ibu dalam menghadapi proses
persalinan karena latihan senam hamil yang rutin juga dapat
mempengaruhi keelastisan otot dan ligamen yang ada di panggul,
memperbaiki sikap tubuh juga dapat mengatur tehnik pernafasan.
Manfaat dari senam hamil selama proses persalinan kala II dapat
menolong ibu menjalani proses persalinan secara normal, selama
latihan senam hamil ibu telah diajarkan cara mengatur napas yang
benar juga cara mengejan, dan memudahkan menjalani proses
persalinan karena senam hamil membuat kelenturan otot-otot dinding
perut juga dasar panggul. Manfaat senam hamil selama proses
persalinan kala III dan kala IV sangat membantu dalam mencegah
terjadinya perdarahan secara berlebihan, senam hamil juga dapat
meningkatkan kemampuan kekuatan kontraksi otot rahim pada saat
proses persalinan (Dewi,2013)
3. Tujuan senam hamil

Antara lain agar ibu hamil dapat menguasai teknik pernafasan yang
bermanfaat terutama saat persalinan, melatih otot-otot dinding perut
agar semakin kuat menopang tambahan berat badan, melatih posisi
tubuh secara benar selama masa kehamilan, berlatih melakukan latihan
pernafasan yang baik dan benar, memperbaiki sirkulasi dan
meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kepercayaan diri ibu
serta meminimalkan kesulitan pada saat menjalani proses persalinan
(yuliani dkk, 2017).
4. Kontraindikasi senam hamil
Kontraindikasi senam hamil
a. Miokardium aktif.
b. Kelainan pada jantung.
c. Gumpalan darah di pembuluh darah yang menyebabkan peradangan
dan nyeri (tromboflebitis).
d. Emboli paru
e. Isoimunisasi kronis.
f. Rentan terjadinya kelahiran premature.
g. Terjadinya perdarahan pervaginam.
h. Kelainan pada janin (mandriwati dkk, 2018).

5. Syarat-syarat yang harus di perhatikan dalam melakukan senam hamil.


a. lakukan pengecekan kesehatan juga meminta nasehat dokter atau
bidan sebelum melakukan senam hamil
b. Latihan dapat di mulai setelah usia kehamilan memasuki 22
minggu.
c. Latihan senam hamil harus dilakukan secara teratur, disiplin dan
sesuai dengan kondisi fisik ibu.
d. Latihan senam hamil bisa di lakukan di rumah sakit dan klinik
bersalin (mandriwati, 2013).
6. Tahapan senam hamil.
Tahapan senam hamil, yaitu sebagai berikut.
a. Latihan pendahuluan.
1) Gerakan I
Duduk tegak bersandar pada kedua lengan, dengan kedua
tungkai diluruskan kedepan dan dibuka sedikit, kemudian
lemaskan seluruh tubuh (rileks).
2) Gerakan II
Duduk tegak, kedua tungkai.diluruskan dan rapatkan

3) Gerakan III
Duduk tegak, kedua tungkai lurus rapat dan relaks.
4) Gerakan IV
Duduk tegak dan bersila, letakkan kedua tangan di atas bahu
dan kedua lengan berada diletakkan disamping payudara.
5) Gerakan V
Berbaring telentang, kedua lengan disamping tubuh, dan tekuk
kedua lutut.
6) Gerakan VI
Berbaring.terlentang, kedua lengan di samping tubuh, kedua
tungkai.lurus dan relaks.
7) Gerakan VII
Putar panggul kekiri dan kekanan sebanyak 4 kali dan tekan
punggung ke kanan sambil mengempiskan perut dan
mengerutkan liang dubur. Gerakkan panggul ke arah kanan,
angkat pinggang, gerakkan kembali panggul ke arah kiri dan
seterusnya dan lakukan sebanyak 4 kali gerakan memutar,
kemudian lakukan hal tersebut kearah kanan sebanyak 4 kali.
b. Latihan inti
1) Latihan pembentukan sikap tubuh yang benar dapat membantu
tulang panggul naik sehingga posisi janin berada pada
kedudukan yang normal. Sebaliknya, jika sikap tubuh yang
tidak baik menyebabkan tulang panggul menjadi turun sehingga
posisi janin menjadi kurang baik (abnormal).
2) Latihan kontraksi dan relaksasi bertujuan mengatur sikap tubuh
yang relaks pada saat di perlukan.
3) Latihan pernafasan untuk menguasai berbagai teknik pernafasan
yang diperlukan saat proses persalinan.
Berikut latihan inti di berikan menurut usia kehamilan, yaitu
sebagai berikut.
1) Latihan untuk kehamilan pada minggu ke 22-25.
a) Latihan pembentukan sikap tubuh. Posisi telentang,
tekuk kedua lutut, kedua lengan berada di samping tubuh,
dan relaks.
b) Latihan kontraksi dan relaksasi. Berbaring telentang, kedua
lutut di tekuk, kedua lengan di samping tubuh dan relaks.
c) Latihan pernafasan. Teknik pernafasan dapat di gunakan
untuk mempercepat relaksasi, mengatasi his pendahuluan
dan his permulaan kala I, mengatasi berbagai stress yang
terjadi, baik stress dari dalam maupun dari luar. Latihan
membantu mengatasi nyeri his pendahuluan serta nyeri his
pada kala I.
2) Latihan untuk kehamilan pada usia minggu ke 28-30.
a) Latihan pembentukan sikap tubuh yang baik. Sikap
merangkak, jarak kedua tangan sama dengan jarak antara
kedua bahu. Keempat anggota tegak lurus pada lantai dan
tubuh disejajarkan dengan lantai.
b) Latihan kontraksi dan relaksasi. Posisi telentang, kedua
lutut ditekuk, kedua lengan berada di samping tubuh, dan
lakukan relaksasi.
c) Latihan pernafasan ini di lakukan untuk mengatasi nyeri his
pada proses persalinan kala I.
3) Latihan untuk kehamilan pada usia minggu ke 31-34.
a) Latihan pembentukan sikap tubuh. Berdiri tegak, kedua kaki
disejajarkan dengan bahu, kedua tangan berada disamping
tubuh dan relakskan.
b) Latihan kontraksi dan relaksasi. Berbaring telentang, kedua
lutut sedikit ditekuk, tangan kanan berada di atas perut, dan
lakukan dengan relaks.
c) Latihan pernafasan dilakukan untuk mengatasi keinginan
untuk mengejan yang tidak boleh di lakukan. Berbaring
telentang, kedua lutut di tekuk, kedua lengan di samping
tubuh, dan relaks. Teknik ini di gunakan pada saat ingin
mengejan, tetapi di larang karena pembukaan belum
lengkap.
4) Latihan untuk usia kehamilan pada minggu ke 35 hingga
melahirkan.
a) Latihan pembentukan sikap tubuh yang benar. Berbaring
telentang, kedua lutut di tekuk, kedua lengan di samping
tubuh, dan relaks.
b) Latihan kontraksi dan relaksasi. Posisi berbaring telentang,
dengan kedua tungkai sedikit terbuka, kedua lengan berada
disamping tubuh, lemaskan seluruh anggota tubuh, lakukan
pernafasan secara tenang dan teratur serta berirama.
c) Latihan pernasan untuk mengejan. Berbaring telentang,
kedua lutut dipegang oleh kedua tangan dan lakukan dengan
relaks (mandriwati dkk, 2018).

C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian tentang hubungan senam hamil dengan
robekan perineum pada ibu post partum yaitu sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen

Senam hamil Robekan perineum

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian.


D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

Tabel 2.1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Definisi
No Variabel Alat Ukur Cara Ukur (Kriteria Skala
Operasional
Objektif)
Variabel Dependen
1. Robekan Robekan Lembar Wawancara 1. Ya: jika Nominal
perineum perineum ceklist ibu
yang di mengalami
maksud dari robekan
penelitian ini perineum.
adalah 2. Tidak :
Perlukaan jika ibu
yang terjadi tidak
pada otot mengalami
perineum robekan
selama perineum
proses
persalinan
kala II
Variabel independen
1. Senam Senam hamil Lembar Wawancara Yang Nominal
hamil yang di koesioner melakukan
maksud
senam
dalam
penelitian ini hamil : jika
Adalah nilai ≥5
gerakan
Yang tidak
senam yang
dilakukan melakukan
oleh ibu senam
hamil sesuai
hamil : jika
dengan SOP
nilai <5

E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis Null (H0) Tidak ada Hubungan Senam Hamil Dengan Robekan
Perineum Pada Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja Puskesmas Tampa
Padang 2022.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian analitik


kuantitatif menggunakan desain cross sectional study yaitu merupakan
rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan
variable dependen (robekan perineum) dan variabel independen (senam
hamil). Rancangan penelitian analitik ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan senam hamil dengan robekan perineum.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilaksanankan di Wilayah Kerja Puskesmas
Tampa padang Tahun 2022.
2. Waktu penelitian
Penelitian Akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2022.

C. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data penelitian tentang hubungan senam hamil
dengan robekan perineum pada ibu post partum, peneliti menyediakan alat
pengumpulan data berupa lembar koesioner, lembar ceklist dan lembar
SOP senam hamil.
D. Pengumpulam data

a. Data Primer
Di ambil secara langsung melalui observasi dengan menggunakan
lembar ceklist dan kuesioner kepada ibu post partum di Puskesmas
Tampa Padang Tahun 2022.
b. Data Sekunder
Meliputi data dari Puskesamas Wara Kota Palopo yaitu jumlah ibu
post partum yang tercatat di buku register di Puskesmas Tampa Padang
Tahun 2022.
E. Pengelolaan dan Penyajian data
1. Pengolahan data
Sebelum analisa dilakukan data diolah terlebih dahulu. Adapun
kegiatan dalam mengolah data meliputi:
a. Editing
Adalah hal yang perlu dilakukan untuk mengecek kembali
kebenaran data yang didapatkan. Editing baru bisa dilakukan
setelah semua data terkumpul.
b. Coding
Adalah proses pengolahan dengan memberikan kode numeric
(angka) terhadap data yang terdiri dari berbagai macam kategori
Dalam pengolahan dan analisis data menggunakan computer juga
dapat memberi kemudahan untuk melihat lokasi dan arti dari suatu
kode dari suatu variable. Pemberian kode sangat penting dilakukan
karena dapat membantu.
c. Skoring
Pemberian skor atau nilai bagi setiap point pertanyaan dan
menentukan nilai yang tertinggi dan terendah. Jawaban benar
diberikan nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0.
d. Entri data
Adalah proses yang dilakukan untuk memasukkan data yang
telah terkumpul kedalam master tabel atau database computer dan
memudahkan dalam pembuatan distribusi frekuensi sederhana atau
membuat tabel kontigensi.
e. Tabulating
Mengelompokkan data yang telah dikumpulkan dalam bentuk
tabel dalam pengolahan data sesuai dengan tujuan penelitian.
2. Penyajian data
Data yang telah diolah akan ditampilkan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan tabel analisis 2 x 2 disertai penjelesan dalam
melihat hubungan antara variabel indepen dan variabel dependen.
F. Analisis Data
Data yang telah terkumpul dan dianggap telah bebas dari kesalahan dimasukkan
kedalam komputer dengan memakai program statistik (SPSS), kemudian
dianalisis secara bertahap antara lain:
1. Analisis univariat
Digunakan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Analisa
ini memberikan distribusi frekuensi dari varibel dependen (robekan
perineum) dan variable independen (senam hamil).
2. Analisis bivariat
Diginakan untuk melihat adanya hubungan antar variable
independen (senam hamil) dan variabel dependen (robekan perineum).
Analisis bivariat ini menggunakan uji statistik Chi Square dengan
tingkat kepercayaan 90 %. Variabel independen dikatakan signifikan
berhubungan dengan variable dependen jika p Value < ,05 artinya Ho
di tolak yang berarti ada hubungan antara variable independen dengan
variabel dependen.
H. Etika penelitian
Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Puskesmas Tampa
Padang untuk mendapakan izin persetujuan. Setelah memperoleh izin
persetujuan, maka peneliti akan memulai penelitian tersebut dengan
memberi penekanan masalah etika yaitu:
1. Lembar persetujuan menjadi responden (informant consent)
Penelitian melakukan informend consend atau persetujuan dengan
responden penelitian dan memberikan lembar persetujuan.
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang telah diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai