Anda di halaman 1dari 40

Hipotermi

Oleh kelompok 1
Dosen : Ulfah Farah Lisa, SST., M.Keb
Anggota
1. Sharfina Hulwani 1810331001
2. Febby Aprilia 1810331004
3. Regina Dwi Anisa 1810331005
4. Suci Fauziah Ramadhan 1810331008
5. Nurhalimah 1810331013
6. Ihksanisa 1810333004
7. Hayatul Hasnah 1810333007
8. Hervina Winerti 1810333009
9. Ulin Azizah 1810333012
10. Milla Pelita Sintawati 1810333013
Pengertian Hipotemia
Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal (<36 C) pada
pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah
36,5ºC-37,5ºC (suhu aksila). Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena
dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir
dengan kegagalan fungsi jantung paru dan kematian (DepKes RI, 2007).
Klasifikasi
 Stres dingin suhu antara 35,5-36,4°CàBila tubuh teraba hangat tapi ekstremitas
teraba dingin maka berarti bayi mengalami
 Hipotermia sedang suhu antara 32-35,4°CàSedangkan bila tubuh dan
ekstremitas teraba dingin berarti bayi mengalami
 Hipotermia berat apabila suhu kurang dari 32°C
GEJALA
Gejala hipotermia ringan
-Tubuh bayi dingin ketika disentuh
-Tampak lemah
-Kulit bayi tampak kemerahan
-Menyusu dengan buruk
-Pusing dan menggigil
-Hipoksia
Gejala hipotermia sedang
-Kesulitan mengoceh atau mengeluarkan suara
-Mengalami kesulitan bergerak
-Menggigil berlebihan dan tidak terkontrol
Gejala hipotermia berat
-Pupil melebar
-Kehilangan kesadaran
-Aktivitas bayi menurun secara signifikan
-Detak jantung bayi di bawah 60
-Kehilangan berat badan
-Denyut nadi menjadi samar dan terkadang sulit dideteksi
-EKG bayi mungkin tidak normal
PENCEGAHAN
1.Pastikan bayi selalu memakai pakaian kering dan
hangat. Jika perlu pakaikan topi.
2.Pastikan bahan pakaian menyerap keringat untuk
menghindari keringat berlebih selama bayi beraktivitas.
3.Pakaikan lapisan pakaian dalam yang longgar.
4.Seluruh tubuh bayi sebisa mungkin harus tetap kering
sepanjang hari.
Penatalaksanaan Awal
 Bayi strees dingin: cari penyebabnya apakah popok yang basah, suhu pendingin ruangan
yang terlalu rendah, tubuh bayi basah, setelah mandi yang tidak segera dikeringkan atau ada
hal lain.
 Bila diketahui hal-hal ini maka segera atasi penyebabnya tersebut. Untuk menghangatkan
bayi dilakukan kontak kulit ke kulit antara bayi dan ibu sambil disusui, dan ukur ulang suhu
bayi setiap jam sampai suhunya normal. Bila suhunya tetap tidak naik atau malah turun maka
segera bawa ke dokter.
 Bayi dengan suhu kurang dari 35,5°C mengalami kondisi berat yang harus segera mendapat
penanganan dokter. Sebelum dan selama dalam perjalanan ke fasilitas kesehatan adalah terus
memberikan air susu ibu (ASI) dan menjaga kehangatan. Tetap memberikan ASI penting
untuk mencegah agar kadar gula darah tidak turun.
 Apabila bayi masih mampu menyusu, bayi disusui langsung ke payudara ibu. Namun, bila
bayi tidak mampu menyusu tapi masih mampu menelan, berikan ASI yang diperah dengan
sendok atau cangkir.
 Menjaga bayi dalam keadaan hangat dilakukan dengan kontak kulit ke kulit, yaitu
melekatkan bayi di dada ibu sehingga kulit bayi menempel langsung pada kulit ibu, dan ibu
dan bayi berada dalam satu pakaian. Kepala bayi ditutup dengan topi
DAFTAR PUSTAKA
1. Bustami, Lusiana El Sinta, dkk. 2019. Asuhan Kebidanan pada Neonatus
Bayi dan Balita. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.
HIPERTERMIA
OLEH : Kelompok 2

DOSEN : Ulfa Farrah Lisa, SST.,M.Keb


Anggota Kelompok :
Dilla Dwi Tilana
Cicilia Novita Laurens
Yeri Englania Rusmat
Ranny Shabrina
Ayisa Putri
Fikratul Nisa
Vivi Nurjanah
Salsabilla Aulia Ibon
Vanessa Alivia Savira
pengertian hipertermia
1) Hipertermi pada bayi baru lahir adalah suatu kondisi dimana suhu
inti tubuh bayi berada terus menerus diatas 37,8o per oral atau 38,8o
per rektal (Saputra, 2014)
2) Hipertermi adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan disebabkan
oleh mekanisme pengaturan panas hipotalamus (Maryati , Sujiarti dan
Budiarti, 2010)
3) Hipertermi pada neonatus jika suhu tubuh >37,5oC per axila
(Rukiyah dan Lia, 2010)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
hipertermi adalah keadaan dimana suhu inti tubuh diatas batas normal
fisiologis sehingga menyebabkan peningkatan suhu tubuh dari
individu.
etiologi
Hipertermi pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh
meningkatnya produksi panas , pengurangan kehilangan panas,
atau terpajan lama pada lingkungan bersuhu tinggi (sangat
panas) (Maryati, Sujiarti dan Budiarti, 2010). Tahap terjadinya
Hipertermi :
Tahap 1 : Awal Tahap 2 : Proses Demam

Peningkatan denyut Tubuh teraba


jantung, peningkatan laju dan
hangat/panas, meningkatan
kedalaman pernapasan, kulit
pucat dan dingin, dasar kuku
nadi dan laju pernapasan,
mengalami sianosis karena Tahap 3 : pemulihan dehidrasi ringan sampai
vasokonstriksi, rambut kulit berat, proses meninggi
berdiri, pengeluan keringat Kulit tampak merah dan lenyap, mengantuk, kejang
berlebih, peningkatan suhu tubuh. hangat, berkeringat, menggigil akibat iritasi sel saraf, mulut
ringan, kemungkinan
mengalami dehidrasi
kering, bayi tidak mau
minum, lemas
Manifestasi Klinik
Maryati, Sujiartidan Budiarti (2010), menyatakan
bahwa gejala hipertermi yang terjadi pada bayi baru lahir
diantaranya yaitu, suhu tubuh bayi >37,50C per axila,
frekuensi napas bayi <60x/menit adapun tanda-tanda
dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang
dan jumlah urin berkurang. Dampak yang ditimbulkan
hipertermi, dapat berupa penguapan cairan yang berlebihan
sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang
Penatalaksanaan :
1) Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25 ºC-28 ºC)
2) Lepaskan sebagian atau seluruh pakaian bayi bila perlu
3) Perikasa suhu aksila setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal
4) Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 39 ºC), bayi dikompres dengan air yang
suhunya 4ºC lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
5) Yakinkan bayi mendapatkan asupan cukup cairan, dengan menganjurkan
ibu untuk menyusui bayinya . Bila ibu tidak dapat menyusui bayinya, beri ASI
peras dengan salah satu alternatif cara pemberian minum menggunakan dot
dan dibantu dengan PASI
6) Setelah suhu bayi normal lakukan perawatan lanjutan
dan pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu
badannya setiap 3 jam.
7) Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat
diberi minum dengan baik serta tidak ada masalah lain
yang memerlukan perawatan di klinik, bayi dapat
dipulangkan, memberi nasehat ibu cara menghangatkan
bayi di rumah dan melindungi pancaan panas yang
berlebihan (Maryati, Sujiarti dan Budiarti, 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Maryati, dkk. (2010). Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: CV. Trans
Info Media
Rukiyah & Yeyeh, dkk (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.
Jakarta: TIM
Saputra, (2014). Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.
Surabaya : Binarupa Aksara.
Sudarti dan Fauzan, (2012). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
dan Anak Balita.
Yogyakarta : Nuha Medika.
HIPERGLIKEMIA PADA BAYI BARU
LAHIR
KELOMPOK 3

Indah Sundari (1810332009)


Fatimah Azzahra (1810332018)
Presellya Halim (1810331011)
Dhea Aulia Amanda (1810331010)
Hasmi Afridiani (1810331014)
Hafshah Dalila Putri N (1810331001)
Rezki Amelia Putri (1810332011)
Milletesya Govanda (1810331011)
Pratiwi Rahma Maghfira (1810331009)
A. Pengertian Hiperglikemia
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa
darah dari pada rentang kadar puasa normal 80–90 mg / dl
darah, atau rentang non puasa sekitar 140–160 mg /100 ml
darah (Elizabeth J. Corwin, 200).

Hiperglikemia adalah kadar gula darah (glukosa) yang tinggi.


Hiperglikemia pada bayi baru lahir lebih jarang terjadi
penyebab pada bayi yang sangat kecil, gula yang diberikan
melalui infus bisa menyebabkan peningkatan kadar gula
darah yang berlebihan
B. Etiologi
Kadar gula darah yang tinggi juga mungkin terjadi pada bayi yang mendapatkan gula
(glukosa) tambahan melalui pembuluh darah, misalnya pada bayi-bayi prematur atau
bayi yang awalnya mengalami hipo glikemia.
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan insulin
adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan penting.
Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau
langerhans.
Faktor predisposisi herediter, obesitas.
Faktor imunologi pada penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya
suatu respon autoimun. Respon ini mereupakan repon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggap sebagai jaringan asing.
C. TANDA DAN GEJALA
Tingginya kadar gulah darah bisa merupakan suatu tanda bahwa
bayi memiliki stress pada tubuh akibat adanya gangguan
tertentu, misalnya infeksi, gangguan nafas, atau gagal jantung.
Gejala awal umumnya yaitu (akibat tingginya kadar glukosa
darah) polipagi, polidipsi, dan poliuri.
 Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering.
Rasa kesemutan, kram otot.
Visus menurun..
Penurunan berat badan.
Kelemahan tubuh dan luka yang tidak sembuh-sembuh.
D. PATOFISIOLOGI
Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat disebabkan oleh proses
autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan herediter. Insulin yang menurun
mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk kedalam sel.
Hal itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam darah meningkat.
Kompensasi tubuh dengan meningkatkan glucagon sehingga terjadi proses
glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan menurunkan penggunaan glukosa oleh otot, lemak
dan hati serta peningkatan produksi glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap
kelaparan sel.
Hiperglikemia dapat meningkatkan jumlah urin yang mengakibatkan dehidrasi sehingga
tubuh akan meningkatkan rasa haus (polydipsi). Penggunaan lemak untuk menghasilkan
glukosa memproduksi badan keton yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu
makan), nafas bau keton dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis.Dengan menurunnya
insulin dalam darah asupan nutrisi akan meningkat sebagai akibat kelaparan sel.
Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan sel mudah terinfeksi.
E. Penatalaksanaan
Untuk bayi yang memerlukan glukosa tambahan, maka pemberian glukosa
pada bayi dapat diturunkan. Pada bayi dengan diabetes transient, hiperglikemia
hanya berlangsung sementara dan akan membaik dengan sendirinya, biasanya
dalam waktu beberapa minggu.
Selama waktu tersebut kadar gula darah harus dipantau dan dijaga dengan
baik. Selain itu, hidrasi tubuh bayi-bayi yang mengalami hiperglikemia yang
harus diperhatikan agar bayi tidak mengalami dehidrasi. Setiap cairan dan
elektrolit yang hilang pada bayi harus diganti. Tetapi jika terjadi hiperglikemia
menetap, maka perlu dilakukan penangananan lebih lanjut.
Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :
1. Diet
a. Komposisi makanan :
Karbohidrat = 60–70%
Protein 10–15%
Lemak 20–25%
b. Jumlah kalori perhari
Antara 1100–2300 kkal
Kebutuhan kalori basal : laki-laki : 30 kkal/kg BB, Perempuan : 25 kkal/kg BB
c. Penilaian status gizi
Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang bekerja biasa
adalah :
Kurus : BB x 40 – 60 kalori / hari
Normal (ideal) : BB x 30 kalori / hari
Gemuk : BB x 20 kalori / hari
Obesitas : BB x 10 – 15 kalori / hari.
2. Latihan Jasmani
3. Penyuluhan
Dilakukan pada kelompok resiko tinggi; umur diatas 45
tahun, kegemukan lebih dari 120% BB idaman atau IMT >
27 kg/m, hipertensi > 140/90 mmHg, riwayat keluarga
DM, dislipidemia, HDL 250 mg/dl, parah TGT atau GPPT
(TGT : > 140 mg/dl – 2200 mg/dl), glukosa plasma puasa
derange / GPPT : > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl).Obat
berkaitan hiperglikemia
e. Komplikasi Hiperglikemia
Komplikasi hiperglikemia dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
1. Komplikasi akut
a. Komplikasi metabolic
Ketoasidosis diabetic
Koma hiperglikemik hiperosmoler non ketotik
Hipoglikemia
Asidosis laktat
b. Komplikasi akut
1. Komplikasi vaskuler
Makrovaskuler : PJK, stroke, pembuluh darah perifer
Mikrovaskuler : retinopati, nefropati
2. Komplikasi neuropati
Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare, diabetic, buli-buli
neurogenik, impotensi, gangguan reflex kardiovaskuler.
Tetanus Neonatorum

KELOMPOK 4
1. ANNISA NUR AL IZZA MH
2. MARSELA RUSTAM
3. KARITA AULIA TAMA
4. WAHDA MANDASARI
5. ZELMA REFMA
6. DIANA RIZKI AMELIA
7. ERNIS NUR PRISCA LAIYA
8. DYAH MAYA NAULI
9. PUTRI ENDAH FEBRI Y
Pengertian

• Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia di bawah 28 hari (Stoll, 2007).
Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh Clostridium
tetani, dengan tanda utama kekakuan otot (spasme), tanpa disertai gangguan
kesadaran (Ismoedijanto, 2006).
• Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang
disebabkan oleh Clostridium tetani yaitu bakteria yang mengeluarkan toksin
(racun) yang menyerang sistem saraf pusat (Saifuddin, 2001).
• Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang dari 1 bulan) yang disebabkan oleh Clostridium Tetani, yaitu
kuman yang mengeluarkan toksik (racun) dan menyerang system saraf pusat ,
oleh karena adanya tetano-spamindari clostridium tetani. Tetanus juga dikenal
dengan nama Lockjaw,karena salah satu gejala penyakit ini adalah mulut yang
sukar dibuka (seperti terkunci).
PENYEBAB
• Clostridium Tetani, yaitu kuman yang bersifat anaerob (berkembang biak tanpa
oksigen) Kuman c.tetani bersifat anaerob, artinya kuman hidup dan berkembang
dengan pesat dalam lingkungan yang kurang atau tidak mengandung oksigen.
• Kuman ini dapat membuat spora yang tahan lama dan berkembang biak dalam luka
yang kotor atau jaringan nekrotik yang tidak ada oksigen. Satu-satunya pintu masuk
spora ini ke tubuh bayi adalah tali pusat yang dapat terjadi pada saat pemotongan
maupun pada waktu perawatan sebelum puput.
• Kuman ini membentuk spora-spora yang berbentuk batang, dengan ujung bulat
seperti tongkat penabuh drum. Spora tersebut bila tidak terpajan sinar matahari
dapat hidup berbulan-bulan bahkan beberapa tahun seperti didalam tanah. Sifat lain
dari spora ini adalah tahan dalam air mendidih selama 4 jam, tetapi mati bila
dipanaskan selama 20 menitpada suhu 121o C (dengan autoklaf)
TANDA DAN GEJALA
• Masa inkubasi 3-10 hari
• Gejala permulaan ialah kesulitan minum karena terjadi trismus
• Mulut mencucu sepereti ikan (harpermond) sehingga bayi tidak dapat minum dengan baik
• Dapat terjadi spasmus otot yang luas dan kejang umum
• Lehar kaku dapat terjadi opisthotonus
• Dinding abdomen kaku, mengeras dan kadang-kadang terjadi kejang otot pernafasan
• Suhu meningkat
• Dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kabawah muka rhisus sardonikus
• Ekstremitas biasanya terulur dan kaku
• Tiba-tiba bayi sensitive terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang menangis.
• Bayi rewel
• Kesukaran menelan akibat spasme otot laring
• Asfiksia dan sianosis akibat spasme otot pernafasan
• Bayi sadar dan gelisah
PATOFISIOLOGI
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak, pada sum-sum tulang belakang, dan terutama pada
nukleus motorik. Kematian disebabkan oleh asfiksia akibat spasmus laring pada kejang yang lama.
Selain itu, kematian dapat disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat pernapasan dan peredaran
darah. Sebab kematian yang lain adalah pneumonia aspirasi dan sepsis. Kedua sebab yang terakhir ini
mungkin sekali merupakan sebab utama kematian tetanus neonatorum di Indonesia.
DIAGNOSIS
Diagnosis Tetanus Neonatorum adalah trismus,kejang umum, dan mengkakunya otot merupakan gejala
utama Tetanus Neonatorum. Kejang dan mengkakunya otot dapat pula ditemukan pada meningitis,
trauma lahir, dll. Gejala trismus biasanya hanya terdapat pada tetanus.
KOMPLIKASI
• Gangguan pemenuhan nutrisi
• Gangguan pemenuhan oksigen
• Meningkatnya metabolisme tubuh
• Potensial terjadi gangguan saraf
• Potensial terjadi kelumpuhan otot-otot pernafasan
• Potensial terjadi infeksi
• Sering timbul komplikasi terutama bronkhopneumonia, asfiksia dan sianosis akibat obstruksi jalan
nafas oleh lendir/sekret, dan sepsis
PENATALAKSANAAN

Perawatan :
• Bayi sebaiknya dirawat oleh perawat yang cakap dan berpengalaman. Sebaiknya
disediakan satu orang perwat untuk seorang bayi. Bayi harus dirawat di tempat
yang tenang dengan penerangan dikurangi agar rangsangan bagi timbulnya kejang
kurang.
• Saluran pernafasan dijaga agar selalu bersih
• Harus tersedia Zat asam. Zat asam diberikan kalau terdapat sianosis, atau serangan
apnea, dan pada waktu ada kejang.
• Pemberian makanan harus hati-hati dengan memakai pipa yang dibuat dari
polietilen atau karet
• Kalau pemberian makanan per oral tidak mungkin, maka diberi makanan atau
cairan intravena
Pencegahan :
• Pencegahan yang paling baik adalah pemotongan dan perawatan tali pusat yang baik;
harus digunakan bahan dan alat yang steril. Pemberian vaksinasi dengan suntikan pada
ibu hamil dalam memberi proteksi pada bayi.
Pemberian antibiotic
• Untuk mengatasi infeksi dapat digunakan penisilin 200 000 satuan setiap hari diteruskan
selama 3 jam sesudah panas turun.
Pemberian Antitoksin
• Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi A.T.S. (antitetanus serum) dengan
dosis 10 000 satuan setiap hari selama 2hari.
Mengatasi Kejang
• Dalam mengatasi kejang seorang bidan/ perawat harus cepat tanggap misalnya pada saat
bayi kejang dengan segera masukkan tong spatel yang sudah dibungkus kasa steril ke
dalam mulut bayi agar lidah tidak tergigit oleh giginya juga untuk mencegah agar lidah
tidak jatuh ke belakang menutupi saluran pernapasan. Kejang dapat diatasi dengan
mengurangi rangsangan timbulnya
“ASFIKSIA” PADA BAYI BARU
LAHIR
Kelompok 5
1. Aqilla Salsabela
2. Husnul fadillah
3. Resty sri handayani
4. Afifah thoharah
5. Oktria asnur
6. Raisya rahma
7. Cinta nabila
8. Fatia shofwah
9. Maulida khairunnisa
A. Asfiksia

Asfiksia neonatorum ialah adalah kegagalan bernapas yang


terjadi secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa
saat setelah lahir.
DIAGNOSIS
a. Anamnesis : Gangguan/ kesulitan waktu lahir, lahir tidak
bernafas atau menangis.
b. Pemeriksaan fisik:
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan
dari anoksia atau hipoksia janin.Diagnosis anoksia atau hipoksia
janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-
tanda gawat janin.
Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1.Denyut jantung janin
2.Mekonium dalam air ketuban
3.Pemeriksaan pH darah janin
c. Pemeriksaan penunjang :
1.Foto polos dada
2.USG kepala
3.Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit

d. Pemeriksaan diagnostik:
1.Analisa gas darah
2.Elektrolit darah
3.Gula darah
4.Baby gram (rontgen dada)
USG (kepala).
PENATALAKSANAAN

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang
bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa
yang mungkin muncul. Sebelum resusitasi dikerjakan, perlu diperhatikan:
1.Faktor waktu sangat penting.
2.Kerusakan yang timbul pada bayi anoksia/ hipoksia antenatal tidak dapat
diperbaiki.
3.Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang
faktor penyebab terjadinya depsesi penafasan pada bayi baru lahir.
4.Penilaian bayi baru lahir perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat
dipilih dan ditentukan secara tepat dan adekuat.
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan
yang dikenal dengan ABC resusitasi:
1.Memastikan saluran terbuka
a.Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal
23cm.
b.Menghisap mulut, hidung dan kadang trakea.
c.Bila perlu masukkan pipa endotracheal (pipa ET) untuk
memastikan saluran pernafasan terbuka.
2.Memulai pernafasan
a.Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan.
b.Memakai ventilasi tekanan positif (VTP) bila perlu seperti:
sungkup dan balon pipa ET dan balon atau mulut ke mulut
(hindari paparan infeksi).
3.Mempertahankan sirkulasi
a.Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
kompresi dada.
b. Pengobatan
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai