Anda di halaman 1dari 32

COVER

TUGAS MATA KULIAH GIZI DALAM KESEHATAN REPRODUKSI


“Kebutuhan Gizi Pada Bayi Baru Lahir Rendah Prematur”

KELOMPOK 6
NAMA NIM
Nurlinda 11194862211524
Sapta Rianti 11194862211525
Siti Wahdaiayati 11194862211527
Sumartila 11194862211528
Syafari Yunita 11194862211529

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan “Kebutuhan Gizi Pada Bayi Baru Lahir
Rendah Prematur” dapat selesai.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Gizi dalam
Kesehatan Reproduksi. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah
wawasan kepada pembaca tentang “Kebutuhan Gizi Pada Bayi Baru Lahir Rendah
Prematur .
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Tim Dosen mata
kuliah Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih
melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini
Paser, 27 Januari 2023
Penulis,

i
ii

DAFTAR ISI

Table of Contents
COVER................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
RINGKASAN.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................................3
1.3 Manfaat Penulisan...................................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN GAGASAN ILMIAH.................................................................4
2.1.1 Definisi Gizi........................................................................................................4
2.2 Masalah Gizi Pada BBL.............................................................................................5
2.2.1 Definisi Bayi Baru Lahir......................................................................................5
2.2.2 Masalah Gizi pada BBL.......................................................................................8
2.3 Penentuan Status Gizi Pada Bayi Baru Lahir...........................................................12
2.4 Kebutuhan Gizi Pada Bayi Baru Lahir......................................................................16
2.5 Peran Gizi Pada Bayi Baru Lahir..............................................................................17
2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Gizi pada Bayi Baru Lahir...........................................19
2.6.1 Faktor Ekstrinsik..............................................................................................19
2.6.2 Faktor Instrinsik...............................................................................................21
2.7 Peranan Bidan Dalam Masalah Gizi Pada Bayi Baru Lahir......................................21
2.8 Program Pemerintah saat ini tentang penanganan Gizi pada Bayi Baru Lahir........23
2.9 Tinjauan Kasus........................................................................................................23
BAB III KESIMPULAN.........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25
iii

RINGKASAN
Makalah yang berjudul “Kebutuhan Gizi pada Bayi Baru Lahir
(BBL)” bertujuan untuk menjelaskan Masalah Gizi Pada BBL, menjelaskan
Penentuan Status Gizi pada BBL, memaparkan Kebutuhan Gizi pada BBL,
memaparkan Peran zat gizi pada BBL, memaparkan factor yang mempengaruhi
gizi pada BB, menjelaskan Penanganan Bidan dalam masalah Gizi pada BBL dan
menjelaskan Program Pemerintah saat ini tentang penanganan gizi pada BBL.
Makalah ini juga sebagai tugas dari mata kuliah Gizi dalam Kesehatan
Reproduksi.
Hasil dari pengkaian kasus dapat di tarik kesimpulan bahwa kebutuhan
gizi pada pada bayi baru lahir harus dipersiapkan sejak dari 0 hari kehidupan,
semasa hamil dan dalam proses persalianan kebutuhan nutrisi ibu harus terpenuhi
dengna baik untuk mempersiapkan bayi yang lahir normal dan sehat.
Terpenuhinya kebutuhan gizi pada bayi baru lahir bisa menentukan bayi tersebut
sejahtera fisiknya. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan utama untuk memenuhi
nutrisi bayi baru lahir tanpa ada makanan apapun kecuali dengan indikasi medis
(ASI Esklusif). Paada kebutuhan gizi pada Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
dengan berat badan 2400 gram dengan usia kehamilan 36 minggu dan banyak
terdapat lanugo. Dapat ditarik kesimpulan bayi baru lahir rendah tersebut dengan
prematur.
Untuk memenuhan nutrisi sebanyak 288,6 kkal. Cukup dengan ASI
dengan menyusui seseing mungkin. Program pemerintah untuk mendukung
pemenuhan kebutuhan gizi baru lahir yaitu adanya : Peraturan Pemerintah RI No.
33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Esklusif, Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 39 tahun 2013 tentang Susu Formula dan Prodak Bayi Lainnya
dan Peraturan Presiden RI No. 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan
Stanting.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai
dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Perkembangan yang
pesat ini kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis.
Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi memperoleh
asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila
bayi tidak memperoleh kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah
menjadi periode kritis. Periode kritis akan mengganggu tumbuh kembang
bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan
dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007). Selama periode ini, bayi
sepenuhnya tergantung pada perawatan dan pemberian makan oleh ibunya.
Nursalam, dkk (2005) mengatakan bahwa tahapan pertumbuhan pada masa
bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa pasca
neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa bayi merupakan bulan pertama
kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan,
perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh, dan
pada pasca neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat
(Perry & Potter, 2005). ASI (air susu ibu) adalah makanan lengkap yang
dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi yang baru lahir dan pada umur
selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah yang cukup. ASI juga
merupakan makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung
semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi
(Dinkes, 2005). Menurut Naesrul (2005), bayi sampai usia 6 bulan tetap
tumbuh normal dan sehat dengan diberi ASI. Bayi yang berumur 6 bulan,
makanan tambahan harus diberikan karena kebutuhan gizi bayi semakin
meningkat dan tidak dapat dipenuhi hanya dengan ASI.

1
2

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan kasus bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Bayi yang lahir dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko yang
memiliki kontribusi cukup besar terhadap kematian bayi. BBLR memiliki
risiko yang lebih besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas
dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat normal. Lebih tepatnya
BBLR memiliki resiko 20 kali lebih tinggi terhadap kematian neonatus
dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal hingga pada
usia 1 tahun. Bayi yang lahir pada masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada bayi karena pertubuhan
organ-organ yang yang berada dalam tubuhnya belum sempurna.
Kemungkinan yang lebih buruk bisa terjadi apabila berat bayi sangat rendah
pada saat dilahirkan. Bayi yang terlahir dengan BBLR memiliki keadaan fisik
yang belum sempurna untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga
mebutuhkan perawatan yang baik dan tepat untuk menjamin keselamatannya.

Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan
dalam kebutuhan zat gizi.Berat badan bayi baru lahir dapat turun hingga 10%
dibawah berat badan lahir pada minggu pertama disebabkan oleh ekskresi
cairan ekstravaskular yang berlebihan dan kemungkinan masukan makanan
kurang. Berat bayi harus bertambah lagi atau melebihi berat badan lagi pada
saat berumur 2 minggu dan harus bertumbuh kira kira 30 g/hari selama bulan
pertama. Tatalaksana untuk bayi BBLR harus dilakukan sedini mungkin sejak
bayi masih berada di Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Hal terpenting
dalam perawatan dini bayi BBLR di NICU adalah pemberian nutrisi yang
adekuat sehingga terjadi peningkatan berat badan pada bayi BBLR.Pada bayi
BBLR intervensi nutrisi yang paling optimal, yang dapat mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan otak, adalah nutrisi protein tinggi post-natal
secara cepat (immediate). Hal ini dapat diperoleh dengan Total Parenteral
Nutrition (TPN) dan Air Susu Ibu (ASI) terfortifikasi untuk membatasi
3

extrauterin growth restriction dan untuk mengejar pertumbuhan post-term.


Berdasarkan data dinas Kesehatan Kabupaten Paser pada tahun 2022
jumlah bayi berat lari rendah (BBLR) dari jumlah bayi 5.190 kelahiran
terdapat 367 (7,07%) bayi lahir dengan bearat badan lahir rendah.

I.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan Masalah Gizi Pada BBL
2. Menjelaskan Penentuan Status Gizi pada BBL
3. Memaparkan Kebutuhan Gizi pada BBL
4. Memaparkan Peran zat gizi pada BBL
5. Memaparkan factor yang mempengaruhi gizi pada BBL
6. Menjelaskan Penanganan Bidan dalam masalah Gizi pada BBL
7. Menjelaskan Program Pemerintah saat ini tentang penanganan gizi pada
BBL
I.3 Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan mahasiswa tentang masalah gizi pada BBL.
2. Memberikan informasi bagaimana cara menentukan status gizi pada BBL.
3. Mengetahui bagaimana penanganan Masalah Gizi BBL oleh Bidan dan
Program Pemerintah saat ini tentang penanganan gizi pada BBL
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN GAGASAN ILMIAH
II.1.1 Definisi Gizi
Gizi adalah dialek bahasa Mesir yang berarti “makanan”. Gizi
merupakan hasil terjemahan dari bahasa Inggris nutrition, sementara
nutrition juga bisa diterjemahkan menjadi “nutrisi”. Gizi merupakan
salah satu faktor yang menentukan kesehatan seseorang(Devi, 2010).
Makanan adalah bahan nutrisi yang digunakan tubuh untuk
memelihara/mempertahankan hidup, untuk pertumbuhan dan perbaikan
jaringan tubuh.
Zat gizi atau nutrient merupakan substansi yang diperoleh dari
makanan dan digunakan untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan
perbaikan jaringan tubuh. Ada enam zat gizi yaitu :
1) Karbohidrat
2) Protein
3) Lemak
4) Vitamin
5) Mineral
6) Air
Zat gizi tersebut dapat dibagi lagi menjadi zat gizi organik dan
anorganik. Zat gizi organik termasuk di dalamnya adalah karbohidrat,
leamak, protein dan vitamin. Adapun zat gizi anorganik termasuk di
dalamnya adalah vitamin dan mineral.
Proses penyerapan gizi dalam tubuh melalui bebarapa proses
yaitu :
1) Pemasukan
2) Percernaan
3) Penyerapan
4) Transpor
5) Metabolisme

4
5

II.2 Masalah Gizi Pada BBL


II.2.1 Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500
sampai dengan 4000 gram (Wahyuni, 2012). Beberapa pengertian lain
tentang bayi baru lahir : 1. Bayi baru lahir (newborn atau neonatus)
adalah bayi yang baru dilahirkan sampai dengan usia empat minggu. 2.
BBL normal adalah bayi yang baru dilahirkan pada kehamilan cukup
bulan (dari kehamilan 37-42 minggu) dan berat badan lahir 2500-4000
gram dan tanpa tanda - tanda asfiksia dan penyakit penyerta lainnya. 3.
Neonatal dini adalah BBL sampai dengan usia 1 minggu.
Menurut Herman (2018), Bayi Baru Lahir (BBL) adalah bayi
yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-6 jam setelah proses
kelahiran. BBL memerlukan penyesuaian fisiologi berupa maturasi,
adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin) dan toleransi BBL untuk dapat hidup dengan baik(Sari
Wahyuni, 2023).
Menurut Saifuddin (2002), Bayi baru lahir adalah bayi yang
baru lahir sejak 1 jam pertama kelahiran.
Menurut Donna L Wong (2003), Bayi baru lahir adalah bayi
baru lahir sampai usia 4 minggu. Lahirnya biasanya dengan usia gestasi
38-42 minggu.
Menurut Dep. Kes RI (2007), Bayi baru lahir normal adalah
bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu dan berat lahir
2500-4000 gram.
Neonatus adalah masa neonatal yaitu sejak lahir sampai dengan
4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0
(baru lahir) sampai dengan usia 28 hari. Neonatus dini adalah bayi
berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 8-28 hari(Wafi
Nur Muslihatun, 2010).
Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan
6

intrauterine kekehidupan ekstrauterin.Pertumbuhan dan perkembangan


normal masa neonatal adalah 28 hari (Sari, 2012).Neonatus dapat
diklasifikasikan menurut berat lahir dan masa gestasi. Klasifikasi
menurut berat lahir :
1) Bayi berat lahir rendah, bila berat lahir kurang dari 2500 gram.
2) Berat lahir cukup, bila berat lahir 2500 sampai 4000 gram.
3) Berat lahir lebih, bila berat lahir 4000 gram atau lebih.
Pembagian ini sesuai dengan angka kematian menurut golongan
berat lahir.Angka kematian rendah terdapat pada berat lahir
cukup.Klasifikasi menurut masa gestasi, yaitu periode sejak konsepsi
sampai bayi dilahirkan.Klasifikasi ini menunjukkan maturitas neonatus
pada saat dilahirkan (Wahyuni, 2012). Menurut persetujuan yang
ditetapkan pada Second European of Perinatal di London tahun 1970,
neonatus menurut masa gestasinya dibagi menjadi :
1) Bayi kurang bulan (preterm infant), masa gestasinya kurang dari 259
hari (kurang dari 37 minggu).
2) Bayi cukup bulan (term infant), masa gestasinya 259-293 hari (37-42
minggu).
3) Bayi lebih bulan (postterm infant), masa gestasinya 294 hari (lebih
dari 42 minggu).
Menurut S aleha (2012), berikut adalah cirri- ci ri bayi lahir
normal
yaitu :
1) Berat badan 2500 -4000 gram.
2) Panjang badan lahir 48-52 cm.
3) Lingkar dada 30-38.
4) Lingkar kepala 33-35.
5) Frekuensi jantung 180 denyut/menit,kemudian menurun sampai
120-140 denyut/menit. 9
6) Pernafasan pada beberapa menit pertama cepat, kira - kira 80
kali/menit, kemudian menurun setelah tenang kira - kira 40
7

kali/menit.
7) Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputi verniks kaseosa.
8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
9) Kuku agak panjang dan lemas.
10) Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki).
11) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12) Refleks moro sudah baik, jika terkejut bayi akan memperlihatkan
13) Gerakan tangan seperti memeluk.
14) Eliminasi baik urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama.
Menurut Rocmah (2013), hal- hal yang perlu dipantau pada bayi baru
lahir adalah
1) Suhu badan dan lingkungan.
2) Tanda-tanda vital.
3) Berat badan.
4) Mandi dan perawatan kulit.
5) Pakaian.
6) tali pusat.
7) Pemantauan tanda-tanda vital.
8) Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur dan anus.
9) Pada pernafasan normal, perut dan dada bergerak hampir
bersamaan tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu
inspirasi maupun ekspirasi. Frekuensi pernafasan 30-50 kali per
menit.
10) Nadi dapat dipantau disemua titik -titik nadi perifer.
11) Tekanan darah dipantau jika ada indikasi
Pada tahapan neonatus ini maka disebut masa transisi bayi baru
lahir dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
8

1) Periode Pertama Reaktivitas


2) Periode Tidur
3) Periode Kedua Reaktivitas
Keberhasilan seorang bayi dalam bertahan hidup di luar
intrauterin dipengaruhi beberpa faktor yaitu riwayat kehamilan dan
persalinan.
Sikap ibu hamil dalam menghadapi kehamilan, nutrisi saat
hamil dan paparan zat toksik dapat mempengaruhi adaptasi seorang
bayi. Selain itu proses persalinan yang lama dan penyulit yang terjadi
selama hamil dan bersalin juga memiliki peran dalam keberhasilan
adaptasi bayi di luar uterus.
II.2.2 Masalah Gizi pada BBL
Masalah bayi baru lahir menurut Sinta, dkk (2019), BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah), hipotermi/hipertermi, hiperbilirubinemia,
hipoglikemia, kejang, dehidrasi, ikterus, infeksi/sepsis, tetanus
neonatorum dan cidera lahir.
Tanda bahaya bayi baru lahir menurut Putri dan Nahak (2022)
adalah kesulitan bernafas, demam, tersas dingin, tidak mau munum asi
sama sekali, bayi berwarna kuning dan diare.
Status gizi bayi sejatinya sudah mulai terbentuk sejak ia berada
di dalam kandungan hingga usianya genap dua tahun. Rentang waktu
tersebut juga dikenal dengan nama 1000 hari pertama kehidupan
dimulai sejak awal kehamilan atau periode emas.
Selama 1000 hari pertama atau periode emas tersebut,
diharapkan bayi memperoleh asupan zat gizi harian yang sepadan
dengan kebutuhannya. Alasannya karena selama 1000 hari pertama,
pertumbuhan tubuh dan otak si kecil sedang berkembang dengan sangat
pesat.
Asupan gizi yang cukup selama di dalam kandungan sampai
usia bayi menginjak dua tahun akan membuatnya lahir dan tumbuh
dengan baik. Sebaliknya, jika asupan gizi bayi tidak terpenuhi secara
9

optimal, kondisi ini bisa mengakibatkan tumbuh kembangnya


mengalami hambatan. Bahkan, terhambatnya tumbuh kembang si kecil
tersebut bisa saja sulit diperbaiki hingga akhirnya berpengaruh pada
masa dewasanya kelak.
Tak menutup kemungkinan, bayi bisa mengalami masalah gizi
akibat dari asupan nutrisi harian yang kurang memadai. Agar lebih
paham, berikut beberapa masalah gizi pada bayi yang mungkin terjadi:
II.2.2.1 Masalah gizi berat badan bayi lahir rendah
Tidak semua bayi lahir dengan berat yang normal. Ada
bayi yang lahir dengan kondisi berat badan lahir rendah atau
disebut BBLR.
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah
bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
(Dhyantii,2001). Sementara itu, menurut Saifuddin, et al (2001),
bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir
dengan berat kurang 2500 gram saat lahir. Bayi berat lahir
rendah (BBLR) diklasifikasikan sebagai berat lahir rendah
(BBLR) dengan berat lahur 1500-2500 gram, dan berat lahir di
bawah 1599 gram sebagai bayi ekstrem berat lahir rendah
(BBLR), berat lahir di bawah 1000 gram sebagai BBLR
prematur (kurang bulan)(Girsang, 2020).
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada
beberapa kelompok bayi berdasarkan berat lahir di bawah
normalnya.Berikut pengelompokkan BBLR:
1) Berat badan lahir rendah (BBLR) pada bayi: BB kurang dari
2.500 gr atau 2,5 kg.
2) Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) pada bayi: BB di
antara 1.000 gr atau 1 kg dan kurang dari 1.500 gr atau 1,5
kg.
3) Berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR) pada bayi:
BB kurang dari 1.000 gr atau 1 kg.
10

4) Kebanyakan kasus berat badan lahir rendah (BBLR) dialami


oleh bayi prematur.
Akan tetapi, bayi yang lahir di usia kehamilan normal
tapi berat badannya di bawah kisaran rata-rata, juga bisa
dikatakan mengalami BBLR.
Ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa bayi memiliki
berat badan rendah:
1) Bobot tubuhnya yang kurang dari 2,5 kg saat ditimbang
2) Fisik tubuhnya tampak jauh lebih kecil ketimbang bayi yang
baru lahir dengan berat normal
3) Ukuran kepala bayi biasanya tidak proporsional dengan
badannya
4) Tubuh bayi juga terlihat kurus karena simpanan lemak tubuh
yang sedikit.
Bahkan jika diperhatikan, bayi prematur maupun bayi
cukup bukan yang lahir dengan berat badan rendah memiliki
perbedaan.
Bayi yang lahir di usia kehamilan normal tapi
mengalami berat badan lahir rendah biasanya sudah matang
secara fisik.
Hanya saja, kondisi tubuhnya cenderung lebih lemah dan
kurus ketimbang bayi lainnya.
Sementara itu, bayi prematur yang mengalami berat
badan lahir rendah umumnya memang memiliki ukuran tubuh
yang sangat kecil dan belum terlalu matang secara fisik.
II.2.2.2 Masalah Gizi Bayi Kurang
Gizi kurang termasuk satu dari beberapa masalah gizi
pada bayi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
asupan energi dan kebutuhan gizi harian.
Dengan kata lain, asupan harian bayi dengan gizi kurang
cenderung lebih sedikit dan tidak mampu mencukupi kebutuhan
11

tubuhnya.
Berdasarkan Permenkes No. 2 Tahun 2020 tentang
Standar Antropometri Anak, bayi termasuk dalam kelompok
gizi kurang saat pengukuran berat badan menurut tinggi
badannya berada di bawah normal.
WHO menjelaskan lebih lanjut bahwa masalah kurang
gizi pada bayi dapat mencakup stunting, wasting, berat badan
rendah, hingga kekurangan vitamin dan mineral.
Padahal, mineral dan vitamin untuk bayi termasuk
sebagian kecil zat gizi yang asupannya tidak boleh kurang.
Masalah gizi kurang pada bayi bukan terjadi secara tiba-tiba,
melainkan telah terbentuk akibat kekurangan gizi dalam waktu
yang cukup lama.
Bayi yang mengalami gizi kurang bisa saja telah
mengalami ketidakcukupan nutrisi sejak dalam kandungan
maupun sejak dilahirkan.
Kondisi ini bisa saja disebabkan oleh asupan gizi bayi
yang kurang maupun karena bayi susah menyusui.
II.2.2.3 Masalah Gizi Buruk Pada bayi
Masalah gizi lainnya pada bayi yakni gizi buruk. Gizi
buruk adalah keadaan saat berat badan berdasarkan tinggi badan
bayi berada jauh dari rentang yang seharusnya.
Permenkes No. 2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak menjabarkan bahwa pengukuran bayi
dengan kategori gizi buruk yakni kurang dari -3 SD.
Sama halnya seperti gizi kurang yang mencakup
beberapa masalah, gizi buruk pun demikian. Masalah gizi buruk
pada bayi dapat dibagi menjadi kwashiorkor, marasmus, dan
marasmus-kwashiorkor.
Marasmus adalah kondisi gizi buruk karena asupan
energi tidak tercukupi. Kwashiorkor adalah masalah gizi buruk
12

yang disebabkan oleh kurangnya asupan protein pada bayi.


Sementara marasmus-kwashiorkor merupakan gabungan dari
keduanya yakni masalah karena asupan protein dan energi
kurang dari yang seharusnya.
II.2.2.4 Masalah Gizi Lebih Pada Bayi
Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat
lahir lebih dari 4000 gram. Berat neonatus pada umumnya
kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram.
Frekuensi berat lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3& dan yang
lebih dari 4500 gram adalah 0,4%(Heny Astutik, 2023).
Yang disebabkan oleh bayi dan ibu yang menderita
diabetes selama hamil dan bayi dari ibu hamil yang menderita
diabetes selama kehamilan. Terjadi obisitas pada ibu juga dapat
menyebabkan kelahiran bayi besar (baby giant/ baby kingkong).
Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga
mempengaruhi kelahiran bayi besar. Tanda dan gejalanya yaitu :
1) Berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir
2) Wajah mengembang, pletoris (wajah tomat)
3) Besar untuk usia gestasi
4) Riwayat intrauterus dari ibu yang diabetes dan ibu
polihidraamnion.
II.3 Penentuan Status Gizi Pada Bayi Baru Lahir
Pengukuran antropometri merupakan salah satu penilaian atau metode
yang biasa digunakan dalam menilai status gizi seseorang. Antropometri
sebagai pengukuran beberapa bagian tubuh dengan menggunakan bantuan
alat sesuai dengan yang akan diukur dengan memperhatikan tingkat usia dan
akan dapat melakukan pengukuran status gizi seseorang dengan berbagai
kategori hasil pengukuran(Kurniasari, 2020).
Antropometri sangat biasa dan serta umum untuk digunakan
mengukur status gizi seseoranguntuk dapat melihat berbagai
ketidakseimbangan antara asupan energi dan protein (Gibson, 2005).
13

Indeks Antropometri
Tabel : Kebaikan dan kelemahan Indek Antropometri
Indeks Kebaikan Kelemahan
BB/U  Dipergunakan dalam  Penentuan umur relative
menilai dan menentukan sulit ditentukan jika tidak
status gizi akut/kronis memiliki bukti konkret
 Berat badan berubah
dengan cepat,
TB/U  Dilakukan untuk menilai  TB tidak berubah dengan
status gizi lampau cepat dan tidak mungkin
 Alat pengukuran gampang turun
didapat dan digunakan  Pada pengukuran anak
sedikit sulit untuk menyuruh
anak berdiri tegak
BB/TB  Data umur tidak  Menggunakan 2 alat ukur
diperlukan dalam yaitu timbangandan
perhitungan microtoice
 Bisa membedakan bentuk
proporsi tubuh (gemuk,
normal, kurus)
LiLa/U  Sebagai indikaor baik  Tidak dapat menilai KEP
dalam menilai kekurangan ringan
energi protein berat.
 Alat ukur murah, mudah
dibawa
Dalam antropometri ada standar parameter pengukuran untuk dapat
14

mementukan status gizi di akhir penilaian. Gabungan dari berbagai parameter


disebut indek antropometri. Adapun indeks antripometri yang digunakan
yaitu :
1) Umur
Umur menjadi faktor pertama yang diperlukan dalam pengukuran, karena
umur menentukan waktu kehidupan seseorang di dunia.
2) Berat Badan
Pada bayi baru lahir (neonatus) menjadi ukuran pertama dalam diri
individu seseorang saat setelah dilahirkan. Berat saat lahir menjadi penentu
apakah bayi ini berada dalam status berat badan lahir rendah kurang 2500
gram, karena jika dibwah BBLR akan ada tindakan kasus bayi dan harus
diobservasi lebih lanjut.
3) Tinggi Badan (TB) dan Panjang Badan (BB)
Tinggi badan menjadi satu ukuran parameter yang juga penting untuk
melihat status giji dengan mempertimbangkan keadaan yang telah berlalu
hingga kondisi terkini. Pengukuran tinggi badan sebaiknya dilakukan oleh
2 oranguntuk memstikan orang yang diukur tepat posisi berdiri/baringnya.
4) Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Lingkar lengan atas (LiLA) menjadi salah satu cara untuk penentuan ststus
gizi karena sangat mudah dilakukan dan alat yang digunakan relatif murah,
mudah didapat dan mudah dibawa.
5) Lingkar Kepala
Lingkar kepala sering digunakan untuk mengukur dan memprediksi jika
ada pperubahan ukuran kepala yang bisa mmenjadi kondisi kepala besar
dan kepala kecil. Pengukuran lingkar kepala dikaitkan dengan ukuran otak
dan tulang tengkorak.
Tabel Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Ambang Batas (Z-
Indeks Kategori Status Gizi
Score)
Berat Badan menurut Berat badan sangat < -3 SD
Umur (BB/U) anak kurang (severely
15

Ambang Batas (Z-


Indeks Kategori Status Gizi
Score)
underweight)
Berat badan kurang
-3 SD sd < -2 SD
(underweight)
usia 0-60 bulan
Berat badan normal) -2 SD sd +1 SD
Risiko berat badan
> +1 SD
lebih
Panjang Bdan atau Sangat pendek
< -3 SD
Tinggi badan menurut (saverely stunted)
Umur (PB/U) atau Pendek (stunted) - 3 SD sd <-2 SD
(TB/U) anak Normal -2 SD sd +3 SD
usia 0-60 bulan Tinggi >+3 SD
Gizi buruk (severely <-3 SD
wasted)
Berat Badan menurut Gizi kurang (wasted) -3 SD sd <-2 SD
Panjang Bandan atau Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Tinggi Badan (BB/PB Berisiko gizi lebih >+1 SD sd +2 SD
atau BB/TB) anak (posible risk of
Usia 0-60 bulan overwight)
Gizi lebih (overweight) >+ 2 SD sd +3 SD
Obesitas (obese) >+3 SD
Indeks Massa Tubuh Gizi buruk (severely <-3 SD
menurut Umur wasted)
(IMT/U) anak Gizi kurang (wasted) -3 SD sd <-2 SD
Usia 0-60 bulan Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Berisiko gizi lebih >+1 SD sd +2 SD
(posible risk of
overwight)
Gizi lebih (overweight) >+2 SD sd +3 SD
16

Ambang Batas (Z-


Indeks Kategori Status Gizi
Score)
Obesitas (obese) >+3 SD
Gizi Buruk (saverely -3 SD
Indeks Masa Tubuh thinness)
menurut Umur Gizi kurang (thinness) -3 SD sd <-2 SD
(IMT/U) anak Gizi Normal -2 SD sd +1 SD
Usia 5-18 tahun Gizi lebih (overweight) +1 SD sd +2 SD
Obesitas (obese) >+2 SD

Tabel Ambang Batas Pengukuran LiLa


Indeks Klasifikasi Batas Ukur
Kekurang energi Kronis <23,5 cm
Wanita Usia Subur
Normal/Ideal >23,5 cm
Kekurangan Energi
<9,5 cm
Bayi Usia 0-30 hari Protein
Normal/Ideal 9,5 cm
Kekurangan Energi
<12,5 cm
Balita Protein
Normal/Ideal 12,5 cm

II.4 Kebutuhan Gizi Pada Bayi Baru Lahir


Makanan sekaligus minuman yang baik diberikan untuk memenuhi
gizi pada bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Bahkan, pemberian ASI yang
optimal dapat mempercepat proses pemulihan ketika bayi terserang penyakit.
Kabar baiknya lagi, manfaat ASI dapat mempererat hubungan emosional
antara ibu dan anak melalui interaksi psikologisnya.
Kebutuhan zat gizi makro harian bayi yaitu :
Energi : 550 kkal
Protein : 12 gram
Lemak : 43 gram
17

Karbohidrat : 58 gram
Kebutuhan zat gizi mikro harian bayi:
Vitamin
Vitamin A : 375 mikrogram (mcg)
Vitamin D : 5 mcg
Vitamin E : 4 miligram (mg)
Vitamin K : 5 mcg
Mineral
Kalsium : 200 mg
Fosfor : 100 mg
Magnesium : 30 mg
Natrium : 120 mg
Kalium : 500 mg
Pada bulan pertama, kandungan kalori dalam ASI bayi prematur dan
ASI bayi matur, sebagai berikut:
Usia ASI bayi prematur ASI bayi matur
3-5 hari 58 kkal/dL 48 kkal/dL
8-11 hari 71 kkal/dL 59 kkal/dL
15-18 hari 71 kkal/dL 62 kkal/dL
26-29 hari 70 kkal/dL 62 kkal/dL
WHO perkiraan kebutuhan kalori berdasar umur secara teknis
dihitung berdasarkan umur dan berat badan, sebagai berikut:
0-3 bulan : (89 x BB dalam kg – 100) + 175
4-6 bulan : 89 x BB dalam kg – 100) + 56
7-12 bulan : (89 x BB dalam kg – 100) + 22
13-35 bulan : (89 x BB dalam kg – 100) + 20
Kalori dalam ASI rata-rata : 67 kkal/dl
 
II.5 Peran Gizi Pada Bayi Baru Lahir
Peranan gizi dalam siklus hidup manusia sudah tidak diragukan lagi.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi jika gizi di masa
18

bayi dan anak tidak terpenuhi dan tidak diatasi secara dini. Gangguan ini
dapat berlanjut hingga dewasa. Bahkan kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Status gizi ibu sebelum
hamil mempunyai risiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (Rosemary, 1997)
Gizi dan kesehatan balita merupakan salah satu hak asasi anak.
Janin sejak dalam kandungan ibu, mempunyai hak untuk hidup dan tumbuh
kembang menjadi anak yang mampu mengekspresikan diri. Kehidupan awal
anak berawal dari bertemunya sel mani dan sel telur dalam rahim ibu. Otak
tumbuh sejak awal gestasi dan terus tumbuh dan berkembang pesat ketika
usia mencapai 2 tahun.
Bayi (usia 0-11 bulan) merupakan periode emas sekaligus periode
kritis karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan. Tujuan pemberian gizi
yang baik adalah tumbuh kembang anak yang adekuat. Rekomendasi WHO
dalam rangka pencapaian tumbuh kembang optimal yaitu memberikan air
susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir,
memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara
eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan
pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24
bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau
lebih. Peranan Dan Pentingnya Pemberian Zat Gizi Pada Bayi yaitu :
1) Sebagai zat pembangun dan dan penyediaan energi
Zat gizi yang terkandung dalam Air susu ibu (ASI) adalah makanan ideal
yang terbaik dan tidak ada bandingannya untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Nutrient tersebut dibutuhkan untuk membangun dan
penyediaan energi, pengaruh biologis dan emosional antara ibu dan bayi,
serta meningkatkan sistem kekebalan pada bayi (Hanson, 2003)
2) Sebagai pemenuhan kecukupan gizi
ASI merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi karena kandungan gizinya
lengkap dan seimbang, selain itu komposisinya sangat ideal bagi proses
19

tumbu kembang anak.


3) Sebagai upaya menurunkan resiko terinfeksi
Penelitian telah membuktikan bahwa peningkatan pemberian ASI dapat
menurunkan insiden penyakit pada anak dalam kelompok tersebut (Wright
et all, 1998), menurunkan risiko penyakit diare dan infeksi pernafasan akut
(Arifeen, Black, Antelman, Baqui, Caulfield, Becker, 2001; Quigley,
Kelly, Sacker, 2007)
4) Sebagai pemenuhan tumbuh kembang anak yang adekuat
Proses pertumbuhan dan perkembangan bayi bergantung bukan hanya
pada asupan gizi yang memadai tetapi juga pada kesehatan dan
kesejahteraan psikososial. Oleh karena itu, pemberian zat gizi khususnya
melalui ASI merupakan praktik yang unik dan bukan hanya memberikan
asupan nutrien dan energi yang memadai, tetapi juga asuhan psikososial
melalui pembentukan ikatan kasih sayang dengan ibu dan kesehatan
melalui unsur imunologik yang ada pada ASI.
II.6 Faktor Yang Mempengaruhi Gizi pada Bayi Baru Lahir
II.6.1 Faktor Ekstrinsik
1) Proses Menyusui
Proses menyusui merupakan hal utama yang menentukan
status gizi bayi. Selama proses menyusui, kondisi fisik dan
psikologis bayi dan ibu serta masalah yang mungkin dialami ibu dan
bayi akan menentukan keberhasilannya.
 Kondisi fisik bayi antara lain bayi bingung putting, bayi
premature, BBLR, icterus, bayi kembar serta bayi yang lahir
dengan penyakit-penyakit atau kelainan kongenital tertentu
seperti bayi sumbing.
 Kondisi fisik ibu antara lain post SC, ibu dengan kondisi penyakit
tertentu seperti HIV/AIDS, diabetes, TBC serta ibu yang
memerlukan pengobatan lain. Pada payudara seperti putting susu
tenggelam, lecet atau datar, mastitis dan sebagainya.
20

 Masalah lain yang dialami ibu seperti kurangnya informasi,


motivasi dan dukungan dari lingkungan terdekat ibu mengenai
pemenuhan gizi bayi dengan ASI.
2) Asupan Nutrisi
Asupan nutrisi berpengaruh terhadap status gizi bayi.
Pemberian makanan tambahan dan atau pendamping ASI seperti
susu formula, sayuran, buah-buahan, sumber-sumber protein
seperti daging ikan dan sebagainya serta makanan padat lain akan
memberikan perubahan pada status gizi bayi tersebut.
Waktu pemberian serta frekuensi pemberian yang tepat
serta cara pengolahan yang benar akan meningkatkan status gizi
bayi.
3) Penyakit (infeksi)
Di negara berkembang seperti Indonesia, infeksi
mempunyai pengaruh yang besar terhadap status gizi bayi.
Gastroenteritis aalah masalah utama yang terjadi pada batu dan hal
ini jelas mempengaruhi status gizi bayi. Infeksi sering terjadi pada
bayi karena sistem imun bayi yang belum sempurna. Infeksi dapat
memperburuk keadaan gizi melalui gangguan masukan makanan
akibat berkurangnya napsu makan dan meningginya kehilangan
zat-zat gizi yang esensial bagi tubuh akibat kebutuhan tubuh yang
akan meningkat pad saat terjadi infeksi. Oleh karena itu, pada bayi
yang sering mengalami infeksi, status gizinya akan lebih rndah
dibangidnkgan dengan status gizi bayi yang lain.
Selain infeksi, penyakit-penyakit yang lain mempunyai
dampak yang negatif terhadap status gizi bayi karena kana
meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi. Karena itu
pencegahan terhadap infeksi sangat penting dilaksanakan.
4) Status sosial ekonomi
Status sosial dan status ekonomi memiliki peranan yang
penting terhadap status gizi bayi. Pendidikan orang tua
21

mempengaruhi cara orang tua dalam mengasuh anak. Pengetahuan


yang rendah terhadap cara mengasuh anak dapat mempengaruhi
asupan gizi bayi. Selain pengetahuan, adat, dan kebudayaan juga
turut mempengaruhi orangtua dalam mengasuh dan memberikan
asupan makanan kepada bayi. Status ekonomi seperti penghasilan
mempengaruhi daya beli orangtua untuk memenuhi kebutuhan
gizi bayi yang sesuai. Selain penghasilan, lingkungan tempat
tinggal yang bersih turut mencagah bayi mudha terjangkit
penyakit infeksi. Seperti yang telah dijelaskan diatas, infeksi turut
mengaruhi status gizi bayi.
II.6.2 Faktor Instrinsik
1) Genetik
Faktor atau keturunan memiliki peranan yang besar terhadap status
gizi bayi selain dari faktor-faktor lainnya. Faktor genetik ini tidak
dapat kita ubah karena hal ini didapatkan dari kedua orangtua.
2) Hormon
Hormon pertumbuhan merupakan hormon yang esensial bagi
pertumbuhan postnatal. Hormon pertumbuhan ini berfungsi untuk
memetabolisme protein, karbohidrat, lipid, nitrogen, serta mineral.
Dalam metabolisme protein, hormon ini akan meningkatkan
transportasi asam amino ke dalam sel otot dan meningkatkan
sintesis prostein. Dalam metabolisme kahrbohidrat, hormon ini akan
meningkatkan produksi glukosa. Dalam metabolisme lipid, hormon
ini mendorong pelepasan asam lemak bebas dan meningkatkan
kadar asam lemak bebas dalam darah. Dalam memetabilisme
mineral, meningkatkan keseimbangan positif kalsium, magnesium
serta fosfat dan menimbulkan retensi ion natrium, kalium, serta
klorida.
Defisiensi hormon pertumbuhan menjadi masalah yang serius pada
usia bayi karena pada bayi yang terjangkit tidak akan tumbuh
dengan baik. Defisiensi hormon pertumbuhan akan menferita
22

dwarfisme. Penderita dwarfisme mempunyai perawakan cebol.


Kelebihan hormon pertumbuhan akan menderita gigantisme.
Penderita gigantisme mempunyai perawakan kaki, tangan, dan
kepala yang besar. Jadi, kelainan pada hormon pertumbuhan akan
mempengaruhi status gizi bayi.
II.7 Peranan Bidan Dalam Masalah Gizi Pada Bayi Baru Lahir
Secara nasional upaya pencegahan permasalahan gizi dilakukan
melalui 3 tahap. Dalam jangka pendek, dilaksanakan tatalaksana
penanggulangan masalah gizi buruk mencakup sistem kewaspadaan dini
secara intensif, pelacakan kasus dan penemuan kasus baru serta
menangani kasus dengan perawatan di puskesmas dan posyandu dengan
mengaktifkan kegiatan preventif dan promotif, meningkatkan cakupan
dan kualitas pelayanan kesehatan termasuk tatalaksana permasalahan gizi
bagi petugas rumah sakit dan puskesmas perawatan serta pemberdayaan
keluarga di bidang ekonomi, pendidikan dan ketahanan pangan.
Dalam jangka panjang, dilakukan dengan mengintegrasikan program
perbaikan gizi dan ketahanan pangan dalam program penanggulangan
kemiskinan dan pemberdayaan keluarga untuk menerapkan perilaku
sadar gizi.
Berdasarkan Undang-undang Kebidanan No.4 Tahun 2019 bagian
kedua tentang tugas dan wewenang pasal 46 menjelaskan bahwa dalam
penyelenggara Praktek Kebidanan, Bidan bertugas memberikan pelayanan
yang meliputi:
1) Pelayanan kesehatan ibu;
2) Pelayanan kesehatan anak;
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
4) Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang, dan/atau
5) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
Hal lain juga disebutkan pada paragraf dua tentang Pelayanan Kesehatan
Anak pada pasal 50. Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan
kesehatan anak, sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf b,
23

Bidan berwenang:
a. Memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita dan anak
prasekolah;
b. Memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;
c. Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita dan anak
prasekolah secara deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang,
dan rujukan; dan
d. Memberi pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
dilanjut dengan rujukan.
II.8 Program Pemerintah saat ini tentang penanganan Gizi pada Bayi Baru
Lahir
Program pemerintah dalam penanganan gizi baru lahir ini dilakukan mulai
sejak dini antara lain yaitu :
1) Undang-undang RI No. 6 tahun 2014 tentang Desa
2) Peraturan Presiden RI No. 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
3) Peraturan Presiden RI No. 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan
Stanting
4) Peraturan Pemerintah RI No. 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu
Ibu Esklusif
5) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 39 tahun 2013 tentang Susu
Formula dan Prodak Bayi Lainnya.
6) Permenkes RI No. 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk
Supleman Gizi
Pasal 1 ayat (1) untuk memenuhi kecakupan gizi bagi bayi, balita. Anak
usia sekolah, wanita usia subur, ibu hamil dan ibu nifas diberikan
suplementasi gizi.
7) Penggunaan Aplikasi ELSIMIL bagi calon pengantin untuk mencegah
stanting.
8) Dan untuk Kabupaten Paser sendiri memiliki inovasi untuk mencegah
stanting yaitu gerakan SaRi SaTe BuNting (Satu Hari Satu Telur Buat
24

Stanting) sejak 27 Juni 2022.


II.9 Tinjauan Kasus
“Seorang bayi laki-laki lahir spontan 3 hari yang lalu di rumah sakit, berat
badan 2400 gram panjang badan 47 cm, usia kehamilan 36 minggu. Hasil
pemeriksaan: frekuensi jantung 110x/menit, terdapat banyak lanugo, reflek
belum sempurna”.
Dari kasus dapat ditarik diagnosa bayi baru lahir dengan berat lahir rendah
prematur (BBLR Prematur).
BAB III
KESIMPULAN
Kebutuhan gizi pada pada bayi baru lahir harus dipersiapkan sejak dari 0
hari kehidupan, semasa hamil dan dalam proses persalianan kebutuhan nutrisi ibu
harus terpenuhi dengna baik untuk mempersiapkan bayi yang lahir normal dan
sehat. Terpenuhinya kebutuhan gizi pada bayi baru lahir bisa menentukan bayi
tersebut sejahtera fisiknya. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan utama untuk
memenuhi nutrisi bayi baru lahir tanpa ada makanan apapun kecuali dengan
indikasi medis (ASI Esklusif). Paada kebutuhan gizi pada Bayi Baru Lahir
Rendah (BBLR) dengan berat badan 2400 gram dengan usia kehamilan 36
minggu dan banyak terdapat lanugo. Dapat ditarik kesimpulan bayi baru lahir
rendah tersebut dengan prematur.
Untuk memenuhan nutrisi sebanyak 288,6 kkal. Cukup dengan ASI
dengan menyusui seseing mungkin. Program pemerintah untuk mendukung
pemenuhan kebutuhan gizi baru lahir yaitu adanya :
1) Peraturan Pemerintah RI No. 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
Esklusif;
2) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 39 tahun 2013 tentang Susu Formula
dan Prodak Bayi Lainnya;
3) Peraturan Presiden RI No. 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan
Stanting.

25
DAFTAR PUSTAKA

Arifeen, S., Black, R.E., Antelman, G., Baqui, A., Caufield, L., and Becker, S.,
(2001), Exclusive breastfeeding reduces acute respiratory infection and
diarrhea deaths among infant in Dhaka slums. Pediatrics 108;e67.
Devi, N. (2010). Nutrition And Food (Irwan Suha). PT. Gramedia.
Girsang, B. M. (2020). Asuhan Keperawatan : Keperawatan Metode Kanguru
(PKM). Deepublish.
Hanson, L.A. (2003). Breastfeeding and protection against infection, Scan J
Nutr.50, pp 32-34
Heny Astutik, D. (2023). Kegawatdaruratan Maternal neonatal Pada Kehamilan
( rantika M. S. M.Boimed (ed.); Okatianis). PT. Global Eksekutif Teknologi.
Kemenkes RI. 2019. Pedoman Pencegahan dan Penanganan Gizi Buruk Pada
Bayi dan Balita. Jakarta: Kemenkes RI
Kurniasari, L. (2020). Modul Praktikum Gizi kesehatan Masyarakat. Lakeisha.
Rosemary, Fita. 1997. Hubungan Layanan Antenatal dengan kejadian BBLR di
Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tahun 1997. Tesis Magister
Kesehatan Masyarakat FKMUI.
Sari Wahyuni, D. (2023). Evidence-Based Practice Pada Perawatan Bayi Baru
Lahir (Made Marti). Media Sains Indonesia.
Taberima, F., Dary, D., & Triandhini, R. R. (2019). Riwayat Pemberian ASI dan
Makanan Tambahan Terhadap Status Gizi Anak Usia 6-12 Bulan. Jurnal
Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(3), 659-665.
Wright, A.L., Bauer, M., Naylor, A., Sutcliffe, E., and Clark, L., 1998. Increasing
breastfeeding rates to reduce infant illness at the community level.
Pediatrics 101; 837-844.http://www.pediatrics.org/cgi/c
ontent/full/101/5/837
4 Masalah Gizi pada Bayi yang Bisa Terjadi Beserta Penanganannya. (2020).
diakses 26 January 2023, dari https://hellosehat.com/parenting/bayi/gizi-
bayi/masalah-gizi-pada-bayi
BBLR pada Bayi, Mulai dari Penyebab Hingga Pencegahannya. (2019). diakses
26 January 2023, dari
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-anak/berat-
badan-lahir-rendah-bayi/
Permenkes No. 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak [JDIH BPK
RI]. (2023). Retrieved 26 January 2023, from
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/152505/permenkes-no-2-tahun-
2020
Panduan Memenuhi Kebutuhan Gizi Bayi (Usia 0-2 Tahun). (2020). diakses 27
January 2023, dari
https://hellosehat.com/parenting/bayi/gizi-bayi/kebutuhan-gizi-bayi/
Team, P., Team, P., & Team, P. (2017). Kalori dalam ASI dan Kebutuhan Kalori
pada Bayi - Praborini Lactation Team. diakses 27 January 2023, dari
http://www.praborinilactationteam.com/2017/08/19/kalori-dalam-asi-dan-
kebutuhan-kalori-pada-bayi/

26
27

Anda mungkin juga menyukai