KELOMPOK 6
NAMA NIM
Nurlinda 11194862211524
Sapta Rianti 11194862211525
Siti Wahdaiayati 11194862211527
Sumartila 11194862211528
Syafari Yunita 11194862211529
i
ii
DAFTAR ISI
Table of Contents
COVER................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
RINGKASAN.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................................3
1.3 Manfaat Penulisan...................................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN GAGASAN ILMIAH.................................................................4
2.1.1 Definisi Gizi........................................................................................................4
2.2 Masalah Gizi Pada BBL.............................................................................................5
2.2.1 Definisi Bayi Baru Lahir......................................................................................5
2.2.2 Masalah Gizi pada BBL.......................................................................................8
2.3 Penentuan Status Gizi Pada Bayi Baru Lahir...........................................................12
2.4 Kebutuhan Gizi Pada Bayi Baru Lahir......................................................................16
2.5 Peran Gizi Pada Bayi Baru Lahir..............................................................................17
2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Gizi pada Bayi Baru Lahir...........................................19
2.6.1 Faktor Ekstrinsik..............................................................................................19
2.6.2 Faktor Instrinsik...............................................................................................21
2.7 Peranan Bidan Dalam Masalah Gizi Pada Bayi Baru Lahir......................................21
2.8 Program Pemerintah saat ini tentang penanganan Gizi pada Bayi Baru Lahir........23
2.9 Tinjauan Kasus........................................................................................................23
BAB III KESIMPULAN.........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25
iii
RINGKASAN
Makalah yang berjudul “Kebutuhan Gizi pada Bayi Baru Lahir
(BBL)” bertujuan untuk menjelaskan Masalah Gizi Pada BBL, menjelaskan
Penentuan Status Gizi pada BBL, memaparkan Kebutuhan Gizi pada BBL,
memaparkan Peran zat gizi pada BBL, memaparkan factor yang mempengaruhi
gizi pada BB, menjelaskan Penanganan Bidan dalam masalah Gizi pada BBL dan
menjelaskan Program Pemerintah saat ini tentang penanganan gizi pada BBL.
Makalah ini juga sebagai tugas dari mata kuliah Gizi dalam Kesehatan
Reproduksi.
Hasil dari pengkaian kasus dapat di tarik kesimpulan bahwa kebutuhan
gizi pada pada bayi baru lahir harus dipersiapkan sejak dari 0 hari kehidupan,
semasa hamil dan dalam proses persalianan kebutuhan nutrisi ibu harus terpenuhi
dengna baik untuk mempersiapkan bayi yang lahir normal dan sehat.
Terpenuhinya kebutuhan gizi pada bayi baru lahir bisa menentukan bayi tersebut
sejahtera fisiknya. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan utama untuk memenuhi
nutrisi bayi baru lahir tanpa ada makanan apapun kecuali dengan indikasi medis
(ASI Esklusif). Paada kebutuhan gizi pada Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
dengan berat badan 2400 gram dengan usia kehamilan 36 minggu dan banyak
terdapat lanugo. Dapat ditarik kesimpulan bayi baru lahir rendah tersebut dengan
prematur.
Untuk memenuhan nutrisi sebanyak 288,6 kkal. Cukup dengan ASI
dengan menyusui seseing mungkin. Program pemerintah untuk mendukung
pemenuhan kebutuhan gizi baru lahir yaitu adanya : Peraturan Pemerintah RI No.
33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Esklusif, Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 39 tahun 2013 tentang Susu Formula dan Prodak Bayi Lainnya
dan Peraturan Presiden RI No. 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan
Stanting.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai
dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Perkembangan yang
pesat ini kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis.
Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi memperoleh
asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila
bayi tidak memperoleh kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah
menjadi periode kritis. Periode kritis akan mengganggu tumbuh kembang
bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan
dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007). Selama periode ini, bayi
sepenuhnya tergantung pada perawatan dan pemberian makan oleh ibunya.
Nursalam, dkk (2005) mengatakan bahwa tahapan pertumbuhan pada masa
bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa pasca
neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa bayi merupakan bulan pertama
kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan,
perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh, dan
pada pasca neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat
(Perry & Potter, 2005). ASI (air susu ibu) adalah makanan lengkap yang
dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi yang baru lahir dan pada umur
selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah yang cukup. ASI juga
merupakan makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung
semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi
(Dinkes, 2005). Menurut Naesrul (2005), bayi sampai usia 6 bulan tetap
tumbuh normal dan sehat dengan diberi ASI. Bayi yang berumur 6 bulan,
makanan tambahan harus diberikan karena kebutuhan gizi bayi semakin
meningkat dan tidak dapat dipenuhi hanya dengan ASI.
1
2
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan kasus bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Bayi yang lahir dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko yang
memiliki kontribusi cukup besar terhadap kematian bayi. BBLR memiliki
risiko yang lebih besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas
dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat normal. Lebih tepatnya
BBLR memiliki resiko 20 kali lebih tinggi terhadap kematian neonatus
dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal hingga pada
usia 1 tahun. Bayi yang lahir pada masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada bayi karena pertubuhan
organ-organ yang yang berada dalam tubuhnya belum sempurna.
Kemungkinan yang lebih buruk bisa terjadi apabila berat bayi sangat rendah
pada saat dilahirkan. Bayi yang terlahir dengan BBLR memiliki keadaan fisik
yang belum sempurna untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga
mebutuhkan perawatan yang baik dan tepat untuk menjamin keselamatannya.
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan
dalam kebutuhan zat gizi.Berat badan bayi baru lahir dapat turun hingga 10%
dibawah berat badan lahir pada minggu pertama disebabkan oleh ekskresi
cairan ekstravaskular yang berlebihan dan kemungkinan masukan makanan
kurang. Berat bayi harus bertambah lagi atau melebihi berat badan lagi pada
saat berumur 2 minggu dan harus bertumbuh kira kira 30 g/hari selama bulan
pertama. Tatalaksana untuk bayi BBLR harus dilakukan sedini mungkin sejak
bayi masih berada di Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Hal terpenting
dalam perawatan dini bayi BBLR di NICU adalah pemberian nutrisi yang
adekuat sehingga terjadi peningkatan berat badan pada bayi BBLR.Pada bayi
BBLR intervensi nutrisi yang paling optimal, yang dapat mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan otak, adalah nutrisi protein tinggi post-natal
secara cepat (immediate). Hal ini dapat diperoleh dengan Total Parenteral
Nutrition (TPN) dan Air Susu Ibu (ASI) terfortifikasi untuk membatasi
3
4
5
kali/menit.
7) Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputi verniks kaseosa.
8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
9) Kuku agak panjang dan lemas.
10) Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki).
11) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12) Refleks moro sudah baik, jika terkejut bayi akan memperlihatkan
13) Gerakan tangan seperti memeluk.
14) Eliminasi baik urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama.
Menurut Rocmah (2013), hal- hal yang perlu dipantau pada bayi baru
lahir adalah
1) Suhu badan dan lingkungan.
2) Tanda-tanda vital.
3) Berat badan.
4) Mandi dan perawatan kulit.
5) Pakaian.
6) tali pusat.
7) Pemantauan tanda-tanda vital.
8) Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur dan anus.
9) Pada pernafasan normal, perut dan dada bergerak hampir
bersamaan tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu
inspirasi maupun ekspirasi. Frekuensi pernafasan 30-50 kali per
menit.
10) Nadi dapat dipantau disemua titik -titik nadi perifer.
11) Tekanan darah dipantau jika ada indikasi
Pada tahapan neonatus ini maka disebut masa transisi bayi baru
lahir dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
8
tubuhnya.
Berdasarkan Permenkes No. 2 Tahun 2020 tentang
Standar Antropometri Anak, bayi termasuk dalam kelompok
gizi kurang saat pengukuran berat badan menurut tinggi
badannya berada di bawah normal.
WHO menjelaskan lebih lanjut bahwa masalah kurang
gizi pada bayi dapat mencakup stunting, wasting, berat badan
rendah, hingga kekurangan vitamin dan mineral.
Padahal, mineral dan vitamin untuk bayi termasuk
sebagian kecil zat gizi yang asupannya tidak boleh kurang.
Masalah gizi kurang pada bayi bukan terjadi secara tiba-tiba,
melainkan telah terbentuk akibat kekurangan gizi dalam waktu
yang cukup lama.
Bayi yang mengalami gizi kurang bisa saja telah
mengalami ketidakcukupan nutrisi sejak dalam kandungan
maupun sejak dilahirkan.
Kondisi ini bisa saja disebabkan oleh asupan gizi bayi
yang kurang maupun karena bayi susah menyusui.
II.2.2.3 Masalah Gizi Buruk Pada bayi
Masalah gizi lainnya pada bayi yakni gizi buruk. Gizi
buruk adalah keadaan saat berat badan berdasarkan tinggi badan
bayi berada jauh dari rentang yang seharusnya.
Permenkes No. 2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak menjabarkan bahwa pengukuran bayi
dengan kategori gizi buruk yakni kurang dari -3 SD.
Sama halnya seperti gizi kurang yang mencakup
beberapa masalah, gizi buruk pun demikian. Masalah gizi buruk
pada bayi dapat dibagi menjadi kwashiorkor, marasmus, dan
marasmus-kwashiorkor.
Marasmus adalah kondisi gizi buruk karena asupan
energi tidak tercukupi. Kwashiorkor adalah masalah gizi buruk
12
Indeks Antropometri
Tabel : Kebaikan dan kelemahan Indek Antropometri
Indeks Kebaikan Kelemahan
BB/U Dipergunakan dalam Penentuan umur relative
menilai dan menentukan sulit ditentukan jika tidak
status gizi akut/kronis memiliki bukti konkret
Berat badan berubah
dengan cepat,
TB/U Dilakukan untuk menilai TB tidak berubah dengan
status gizi lampau cepat dan tidak mungkin
Alat pengukuran gampang turun
didapat dan digunakan Pada pengukuran anak
sedikit sulit untuk menyuruh
anak berdiri tegak
BB/TB Data umur tidak Menggunakan 2 alat ukur
diperlukan dalam yaitu timbangandan
perhitungan microtoice
Bisa membedakan bentuk
proporsi tubuh (gemuk,
normal, kurus)
LiLa/U Sebagai indikaor baik Tidak dapat menilai KEP
dalam menilai kekurangan ringan
energi protein berat.
Alat ukur murah, mudah
dibawa
Dalam antropometri ada standar parameter pengukuran untuk dapat
14
Karbohidrat : 58 gram
Kebutuhan zat gizi mikro harian bayi:
Vitamin
Vitamin A : 375 mikrogram (mcg)
Vitamin D : 5 mcg
Vitamin E : 4 miligram (mg)
Vitamin K : 5 mcg
Mineral
Kalsium : 200 mg
Fosfor : 100 mg
Magnesium : 30 mg
Natrium : 120 mg
Kalium : 500 mg
Pada bulan pertama, kandungan kalori dalam ASI bayi prematur dan
ASI bayi matur, sebagai berikut:
Usia ASI bayi prematur ASI bayi matur
3-5 hari 58 kkal/dL 48 kkal/dL
8-11 hari 71 kkal/dL 59 kkal/dL
15-18 hari 71 kkal/dL 62 kkal/dL
26-29 hari 70 kkal/dL 62 kkal/dL
WHO perkiraan kebutuhan kalori berdasar umur secara teknis
dihitung berdasarkan umur dan berat badan, sebagai berikut:
0-3 bulan : (89 x BB dalam kg – 100) + 175
4-6 bulan : 89 x BB dalam kg – 100) + 56
7-12 bulan : (89 x BB dalam kg – 100) + 22
13-35 bulan : (89 x BB dalam kg – 100) + 20
Kalori dalam ASI rata-rata : 67 kkal/dl
II.5 Peran Gizi Pada Bayi Baru Lahir
Peranan gizi dalam siklus hidup manusia sudah tidak diragukan lagi.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi jika gizi di masa
18
bayi dan anak tidak terpenuhi dan tidak diatasi secara dini. Gangguan ini
dapat berlanjut hingga dewasa. Bahkan kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Status gizi ibu sebelum
hamil mempunyai risiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (Rosemary, 1997)
Gizi dan kesehatan balita merupakan salah satu hak asasi anak.
Janin sejak dalam kandungan ibu, mempunyai hak untuk hidup dan tumbuh
kembang menjadi anak yang mampu mengekspresikan diri. Kehidupan awal
anak berawal dari bertemunya sel mani dan sel telur dalam rahim ibu. Otak
tumbuh sejak awal gestasi dan terus tumbuh dan berkembang pesat ketika
usia mencapai 2 tahun.
Bayi (usia 0-11 bulan) merupakan periode emas sekaligus periode
kritis karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan. Tujuan pemberian gizi
yang baik adalah tumbuh kembang anak yang adekuat. Rekomendasi WHO
dalam rangka pencapaian tumbuh kembang optimal yaitu memberikan air
susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir,
memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara
eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan
pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24
bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau
lebih. Peranan Dan Pentingnya Pemberian Zat Gizi Pada Bayi yaitu :
1) Sebagai zat pembangun dan dan penyediaan energi
Zat gizi yang terkandung dalam Air susu ibu (ASI) adalah makanan ideal
yang terbaik dan tidak ada bandingannya untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Nutrient tersebut dibutuhkan untuk membangun dan
penyediaan energi, pengaruh biologis dan emosional antara ibu dan bayi,
serta meningkatkan sistem kekebalan pada bayi (Hanson, 2003)
2) Sebagai pemenuhan kecukupan gizi
ASI merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi karena kandungan gizinya
lengkap dan seimbang, selain itu komposisinya sangat ideal bagi proses
19
Bidan berwenang:
a. Memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita dan anak
prasekolah;
b. Memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;
c. Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita dan anak
prasekolah secara deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang,
dan rujukan; dan
d. Memberi pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
dilanjut dengan rujukan.
II.8 Program Pemerintah saat ini tentang penanganan Gizi pada Bayi Baru
Lahir
Program pemerintah dalam penanganan gizi baru lahir ini dilakukan mulai
sejak dini antara lain yaitu :
1) Undang-undang RI No. 6 tahun 2014 tentang Desa
2) Peraturan Presiden RI No. 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
3) Peraturan Presiden RI No. 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan
Stanting
4) Peraturan Pemerintah RI No. 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu
Ibu Esklusif
5) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 39 tahun 2013 tentang Susu
Formula dan Prodak Bayi Lainnya.
6) Permenkes RI No. 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk
Supleman Gizi
Pasal 1 ayat (1) untuk memenuhi kecakupan gizi bagi bayi, balita. Anak
usia sekolah, wanita usia subur, ibu hamil dan ibu nifas diberikan
suplementasi gizi.
7) Penggunaan Aplikasi ELSIMIL bagi calon pengantin untuk mencegah
stanting.
8) Dan untuk Kabupaten Paser sendiri memiliki inovasi untuk mencegah
stanting yaitu gerakan SaRi SaTe BuNting (Satu Hari Satu Telur Buat
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Arifeen, S., Black, R.E., Antelman, G., Baqui, A., Caufield, L., and Becker, S.,
(2001), Exclusive breastfeeding reduces acute respiratory infection and
diarrhea deaths among infant in Dhaka slums. Pediatrics 108;e67.
Devi, N. (2010). Nutrition And Food (Irwan Suha). PT. Gramedia.
Girsang, B. M. (2020). Asuhan Keperawatan : Keperawatan Metode Kanguru
(PKM). Deepublish.
Hanson, L.A. (2003). Breastfeeding and protection against infection, Scan J
Nutr.50, pp 32-34
Heny Astutik, D. (2023). Kegawatdaruratan Maternal neonatal Pada Kehamilan
( rantika M. S. M.Boimed (ed.); Okatianis). PT. Global Eksekutif Teknologi.
Kemenkes RI. 2019. Pedoman Pencegahan dan Penanganan Gizi Buruk Pada
Bayi dan Balita. Jakarta: Kemenkes RI
Kurniasari, L. (2020). Modul Praktikum Gizi kesehatan Masyarakat. Lakeisha.
Rosemary, Fita. 1997. Hubungan Layanan Antenatal dengan kejadian BBLR di
Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tahun 1997. Tesis Magister
Kesehatan Masyarakat FKMUI.
Sari Wahyuni, D. (2023). Evidence-Based Practice Pada Perawatan Bayi Baru
Lahir (Made Marti). Media Sains Indonesia.
Taberima, F., Dary, D., & Triandhini, R. R. (2019). Riwayat Pemberian ASI dan
Makanan Tambahan Terhadap Status Gizi Anak Usia 6-12 Bulan. Jurnal
Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(3), 659-665.
Wright, A.L., Bauer, M., Naylor, A., Sutcliffe, E., and Clark, L., 1998. Increasing
breastfeeding rates to reduce infant illness at the community level.
Pediatrics 101; 837-844.http://www.pediatrics.org/cgi/c
ontent/full/101/5/837
4 Masalah Gizi pada Bayi yang Bisa Terjadi Beserta Penanganannya. (2020).
diakses 26 January 2023, dari https://hellosehat.com/parenting/bayi/gizi-
bayi/masalah-gizi-pada-bayi
BBLR pada Bayi, Mulai dari Penyebab Hingga Pencegahannya. (2019). diakses
26 January 2023, dari
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-anak/berat-
badan-lahir-rendah-bayi/
Permenkes No. 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak [JDIH BPK
RI]. (2023). Retrieved 26 January 2023, from
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/152505/permenkes-no-2-tahun-
2020
Panduan Memenuhi Kebutuhan Gizi Bayi (Usia 0-2 Tahun). (2020). diakses 27
January 2023, dari
https://hellosehat.com/parenting/bayi/gizi-bayi/kebutuhan-gizi-bayi/
Team, P., Team, P., & Team, P. (2017). Kalori dalam ASI dan Kebutuhan Kalori
pada Bayi - Praborini Lactation Team. diakses 27 January 2023, dari
http://www.praborinilactationteam.com/2017/08/19/kalori-dalam-asi-dan-
kebutuhan-kalori-pada-bayi/
26
27