PENDAHULUAN
memasuki usia sekolah dasar karena nutrisi yang didapat dari sarapan berguna
sumber energi pada anak usia sekolah dasar sehingga mereka tidak akan
merasa lemas dan kerja otak pun akan lebih maksimal. Apabila kerja otak
sudah maksimal maka anak akan lebih mudah berkonsentrasi pada saat jam
maupun non akademik anak akan lebih mudah tercapai [CITATION Aul15 \l
1057 ].
Demi menunjang aktivitas-aktivitas anak di sekolah yang begitu banyak,
sarapan maka mereka akan berangkat dalam keadaan perut yang kosong,
sehingga kadar glukosa dalam darah akan menurun. Hal tersebut akan
membuat anak menjadi menjadi lemas dan sulit berkonsentrasi. Anak yang
sulit untuk berkonsentrasi dan tidak bisa fokus dalam pelajaran disekolah
dalam Verdiana & Muniroh, 2017). Untuk itu sarapan yang memenuhi kriteria
1
2
15%, lemak 24 – 30% serta vitamin dan mineral yang bisa diperoleh dari
individu tersebut lebih mudah berkonsentrasi dan kooperatif. Oleh sebab itu
nutrisi di dalamnya yang dapat berpengaruh dalam proses kerja otak, sehingga
membuat anak akan lebih mudah untuk berkonsentrasi dan berfikir. Namun
anak 59%, takut anak terlambat 6%, dan sulitnya merayu anak untuk sarapan
usia sekolah dan remaja, serta rata-rata 31,2% orang dewasa di Indonesia tidak
terhitung lumayan banyak (26,1%), seperti air putih, susu, atau teh dan 44,6%
mengonsumsi sarapan dengan nasi dan lauk pauk namun berkualitas rendah.
1 Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri, pada bulan April sampai dengan Mei
tingkat kalori yang kurang dari kebutuhan tubuh dan diantara mereka sebagian
oleh tubuh. Anak-anak yang melewatkan sarapan akan merasa lemas dan
3
pusing, karena glukosa darah dalam tubuh menurun yang disebabkan ketika
seseorang tertidur di malam hari sama halnya dengan berpuasa, karena tubuh
tetap bekerja. Sehingga energi mereka akan berkurang ketika bangun di pagi
sangat berperan penting demi tercapainya suasana kelas yang kondusif. Ketika
anak sudah memiliki konsentrasi yang cukup maka prestasipun juga akan
karena takut BAB di sekolah, 2 siswa (20%) mengatakan sarapan ketika tidak
bangun kesiangan, dan 3 siswa lainnya (30%) mengatakan selalu sarapan dan
bahwa dari 5 siswa yang tidak sarapan, 3 siswa (60%) sering mengantuk dan
kelas VI. Karena seperti yang diketahui, tidak sedikit anak sekolah yang sering
akan berdampak pada proses belajarnya di dalam kelas. Karena sangat penting
bagi anak sekolah terutama pada siswa kelas VI untuk memiliki suasana kelas
4
yang kondusif dan konsentrasi yang cukup baik agar siswa siswi di kelas VI
berangkat sekolah adalah sangat penting. Hal ini bisa dilakukan dengan
memotivasi orang tua untuk membiasakan anak dengan pola makan yang baik,
memotivasi anak untuk tetap menyukai jenis makanan yang baru, dan tidak
Kedungpedaringan.
2. Mengidentifikasi konsentrasi belajar di dalam kelas pada siswa
Kedungpedaringan.
kebiasaan sarapan.
2. Manfaat bagi lahan penelitian / Sekolah Dasar
Menjadi bahan masukan bagi pihak sekolah untuk menghimbau kepada
kuesioner dan pemberian angket blanko grid tes konsentrasi untuk mengukur
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
antara pukul 05.00 hingga pukul 09.00 untuk memenuhi sebesar 15-
30% kebutuhan gizi harian dalam mewujudkan hidup sehat, aktif, dan
di pagi hari setelah bangun tidur hingga jam 09.00 guna memenuhi
bagi semua orang terutama pada anak usia sekolah, karena anak
2017).
Sarapan sangat penting dan bermanfaat bagi setiap orang. Semua
zat gizi yang diperoleh dari makan malam sudah diedarkan keseluruh
tubuh tetap bekerja. Akibatnya, pada saat bangun tidur di pagi hari
7
oleh karena itu sangat penting bagi setiap orang untuk membiasakan
faktor lainnya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, waktu yang baik untuk
adalah tiga kali dalam sehari termasuk makan pagi atau yang biasa
makan dan minum di pagi hari setelah bangun tidur hingga jam
9
seharian.
2. Jenis Makanan yang Dikonsumsi Saat Sarapan
Sarapan yang baik sebaiknya mengandung makanan pokok,
lauk baik hewani maupun nabati, sayur serta buah yang mencakup
maka anak ini merupakan anak yang rendah gizi terutama kalori
sehingga kalau ini dikonsumsi tiap hari maka anak akan menjadi
pada anak usia sekolah dasar sehingga mereka tidak akan merasa
lemas dan kerja otak pun akan lebih maksimal. Apabila kerja otak
pada saat tidur. Selama 8-10 jam perut dalam kondisi kosong
1057 ].
Hal tersebut sependapat dengan psikolog Vera Itabiliana
menghadapi stres.
13
3. Sumber energi
Energi yang didapat dari sarapan berupa karbohidrat,
kegemukan.
Menurut Waryono (2010), anak sekolah yang sarapan akan
seseorang, yaitu:
1. Jenis Kelamin
Anak perempuan cenderung lebih takut menjadi gemuk jika
tubuh.
4. Dorongan Keluarga
Adanya dorongan dari keluarga akan membentuk
perhatian pada satu objek saja, dan yang lainnya. Dalam proses belajar
terhadap satu objek tanpa memperhatikan hal-hal lain yang tidak ada
dengan konsentrasi.
2.2.2 Pengertian Belajar
Belajar memiliki arti dasar yaitu adanya aktivitas atau penguasaan
tingkat prestasi belajar yang jauh lebih baik [CITATION Dja08 \l 1057
tidak mudah untuk diketahui oleh orang lain kecuali individu itu
sendiri. Karena terkadang dari yang orang lihat berbeda dengan apa
pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Hal tersebut akan dapat
1057 ].
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar
19
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri sendiri, seperti minat belajar
sehingga tanpa ada perintah dari guru pun dia akan rajin
anak.
2. Faktor Internal
a. Minat Belajar
Minat merupakan salah satu faktor yang sangat penting
belajar.
g. Intelegensi Anak
Intelegensi adalah kemampuan yang berasal dari dalam
(2012), yaitu:
1. Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang berhubungan dengan
telah didapat
2. Perilaku afektif, pada perilaku ini siswa yang berkonsentrasi
banyak arti
2.2.6 Manfaat Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar memiliki beberapa manfaat, berikut
yang aktif.
3. Menambah motivasi bagi siswa untuk lebih aktif dalam belajar
4. Memudahkan guru untuk melangsungkan pembelajaran
5. Suasana kelas menjadi lebih kondusif
6. Memudahkan siswa mendapatkan pengalalman yang baru
7. Meningkatkan prestasi akademik
2.2.7 Ciri-ciri Konsentrasi Belajar
1. Perhatian Terpusat
Perhatian seorang siswa yang terpusat pada suatu objek tanpa
pengajar.
26
menurut WHO dikatakan anak usia sekolah jika usia belum mencapai
kanak-kanak (pra sekolah usia 4-6 tahun), sekolah dasar (7-12 tahun),
No.66 Tahun 2010, anak usia sekolah dasar adalah anak pada rentang
anak usia sekolah adalah anak dengan usia 6 sampai 12 tahun yang
sesuai usianya.
Dari beberapa definisi anak usia sekolah dasar, dapat disimpulkan
bahwa anak dapat dikatakan berada di usia sekolah dasar ketika usia
anak berada pada rentang 6-12 tahun. Batas usia anak tersebut
27
perkembangannya.
2.3.2 Karakteristik Anak Sekolah
Menurut Preston dalam Hamalik Oemar (2012), anak usia sekolah
menurutnya.
5. Anak kaya akan imajinasi.
2.3.3 Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah
lain.
antara lain:
1) Faktor Keturunan
2) Jenis Kelamin
3) Gizi dan Kesehatan
4) Faktor Lingkungan
5) Status Sosial dan Ekonomi
28
b. Perkembangan Kognitif
sederhana dan konkret menjadi lebih rumit dan abstrak. Salah satu
4 tahapan, yaitu:
orang lain pula. Ciri lainnya dari tahap ini adalah anak
diletakkan).
1. Gen/Keturunan
2. Lingkungan
30
3. Usia
4. Jenis Kelamin
6. Asupan Nutrisi
c. Perkembangan Bahasa
4 aspek, yaitu:
sekilas.
3) Ketrampilan menulis, meliputi kemampuan tentang
bertegur sapa.
d. Perkembangan Emosi
Pada masa ini, anak usia sekolah dasar pada umumnya dituntut
Oleh karena itu, tidak heran jika ada siswa yang tidak
e. Perkembangan Sosial
berlaku.
(Wiarto, 2013). Anak yang terbiasa sarapan akan lebih memiliki energi
pengaruh terhadap kinerja otak terutama pada anak usia sekolah untuk
perkembangan pola berpikir dan konsentrasi belajar anak. Cakupan gizi yang
32
didapat anak dari sarapan akan memberi suplai energi bagi untuk berpikir,
sehingga anak akan lebih mudah berkonsentrasi dan memahami materi yang
telah disampaikan oleh guru di dalam kelas. Sesuai dengan penyataan dari
psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, anak yang terbiasa sarapan akan lebih
cenderung mudah mengantuk dan merasa lemas ketika di sekolah. Hal tersebut
secara otomatis akan mengganggu dalam proses belajar anak di dalam kelas.
Pada saat sarapan tidak hanya mengutamakan soal kenyang saja, namun
kandungan dari sarapan juga harus diperhatikan. Karena sangat penting untuk
1 Perkembangan Fisik
2 Perkembangan Kognitif
Siswa Kelas VI 3 Perkembangan Bahasa Pemenuhan Kebutuhan Gizi
Perkembangan
(11-12 th) 4 Perkembangan Emosi yang Cukup
5 Perkembangan Sosial
Usia anak sekolah (6-12 tahun) merupakan masa peralihan dari masa
pada segi kognitifnya, sehingga anak mulai dapat berpikir secara logis. Oleh
karena itu, anak membutuhkan asupan nutrisi yang cukup agar otak mereka
dapat bekerja secara optimal. Konsentrasi yang baik sangat dibutuhkan oleh
siswa pada saat belajar. Terutama pada siswa kelas VI, mereka membutuhkan
konsentrasi yang baik untuk dapat menyelesaikan soal-soal Try Out untuk
asupan nutrisi. Asupan nutrisi itu didapat dari kebiasaan sarapan yang
dilakukan oleh para siswa, semakin baik kebiasaan sarapan siswa makan akan
semakin baik pula tingkat konsentrasinya. Kebiasaan sarapan dapat dilihat dari
frekuensi, waktu sarapan, jenis makanan yang dikonsumsi pada saat sarapan,
peran orang tua, dan makanan pengganti sarapan. Tanpa melihat adanya
menjadi baik, cukup baik, dan kurang baik. Dalam penelitian ini konsentrasi
juga akan dibedakan menjadi 5 golongan, yaitu sangat baik, baik, sedang,
2.6 Hipotesa
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis kuantitatif
yang digunakan untuk menelaah hubungan antara dua variabel pada suatu
dalam satu kali dalam satu waktu (point time approach) [ CITATION Soe14 \l
1057 ]. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
35
3.3 Kerangka Kerja (Frame Work)
Gambar 3.1 Kerangka Kerja (frame work) hubungan kebiasaan sarapan dengan
konsentrasi belajar di dalam kelas pada siswa kelas VI
POPULASI
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VI di SDN
Kedungpedaringan berjumlah 35 siswa
SAMPLING
Simple Random Sampling
SAMPLE
Sebagian siswa kelas VI di SDN Kedungpedaringan sebanyak 33 orang
DESAIN PENELITIAN
Korelasional melalui pendekatan cross sectional
PENGUKURAN PENGUKURAN
Pemberian Kuesioner Kebiasaan Sarapan Blanko Grid Concentration Test
(close ended)
ANALISA DATA
Editing, Coding, Tabulating: Analisa data
menggunakan metode Spearman Rho (
ρ )
PENARIKAN KESIMPULAN
Jika ρ value ≤ 0,05 = maka H0 ditolak, ada hubungan
Jika ρ value ¿ 0,05 = maka H0 diterima, tidak ada
hubungan
3.4 Desain Sampling
3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2014), populasi adalah wilayah generalisasi yang
penelitian ini yang menjadi sampel adalah sebagian siswa kelas VI di SDN 2
setiap anggota dari populasi yang dapat dijadikan sebagai sampel penelitian
siswa. Sehingga sesuai dengan rumus di atas didapatkan hasil sebagai berikut:
35
n= 2
1+35( 0,05 )
35
¿
1,0875
¿ 32,18
¿ 33 siswa
CITATION Sug14 \l 1057 ]. Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen
Sug14 \l 1057 ]. Pada penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional Hubungan Kebiasaan Sarapan Dengan Konsentrasi Belajar di dalam Kelas pada siswa kelas VI
SDN 2 Kedungpedaringan
Identifikasi Variabel Definisi Operasional Indikator Cara Mengukur Skala Ukur Skoring
Skor jawaban:
Pernyataan positif
a. Selalu :4
b. Sering :3
c. Kadang-kadang :2
d. Tidak pernah :1
Kebiasaan sarapan, meliputi: Pernyataan negatif
1. Frekuensi dan waktu a. Selalu :1
sarapan b. Sering :2
Kegiatan makan di pagi 2. Jenis makanan yang Kuesioner c. Kadang-kadang :3
Variabel Independen: hari sebelum dikonsumsi saat sarapan kebiasaan sarapan d. Tidak pernah :4
Ordinal
Kebiasaan Sarapan beraktifitas/berangkat 3. Makanan pengganti sarapan (close ended)
sekolah 4. Peran orang tua dalam Multiple Choice Kategori
kebiasaan sarapan R
I=
5. Dampak yang ditimbulkan K
setelah sarapan I : Interval
R : Range
K : Kelas
a. Baik : 52 - 68
b. Cukup Baik : 35 - 51
c. Kurang Baik : 17 - 34
Variabel Dependen: Ketepatan siswa dalam Pengukuran tingkat konsentrasi Blangko Grid Ordinal Kategori:
40
siswa: a. Sangat baik : ¿ 20
1. Mencari dan b. Baik : 16-20
menjawab blangko grid menghubungkan angka yang Concentration c. Sedang : 11-15
Konsentrasi Belajar
concentration test terdiri dari 2 digit mulai dari Test d. Kurang : 6-10
00-99
e. Sangat kurang : ≤ 5
2. Diberi waktu 1 menit
41
42
nomer 1–15 tetap berada di dalam kelas dan nomer 16–35 pindah ke
dengan nomer urut berikutnya. Begitu pula bagi siswa yang berada di
Exercise yang diambil dari D.T. Harris and B.L. Harris p.189
84 27 51 97 78 13 83 85 55 59
33 52 04 60 92 61 31 57 28 29
18 70 49 86 80 77 39 65 96 32
63 03 12 73 19 25 21 23 37 16
81 88 46 01 95 98 71 87 00 76
24 09 50 85 64 08 38 30 36 45
40 20 66 41 15 26 75 99 68 06
34 48 62 82 42 89 47 35 17 10
56 69 94 72 07 43 93 11 67 44
53 79 05 22 74 54 58 14 02 91
Gambar 3.2 Grid Concentration Exercise
Leisure Press (1984:2)
Langkah-langkah melakukan tes:
1. Responden dikumpulkan dalan tempat yang sama
2. Tempat duduk antar responden diberi jarak.
3. Tiap responden mendapat satu lembar Concentration Grid
5 0
79 05 22 74 58 14 02 91
Contoh: 3 7
5 4
69 94 72 84 93 11 67 44
6 3
6 2
03 12 73 19 21 23 37 16
3 5
8 9
88 46 01 95 71 87 00 76
1 8
45
Gambar 3.3
Contoh Pengisian Tes Grid Concentration
dan cara.
Pada penelitian ini, uji validitas instrumen menggunakan relevan
atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yang
dilihat adalah nilai dari cronbach’s alpha harus lebih besar dari 0,6.
digunakan.
terlampir).
1. Editing
2. Coding
angka/huruf pada tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama
Kode 2 : 12 tahun
Kode 3 : 13 tahun
Kode 4 : > 13 tahun
b. Kode untuk jenis kelamin
Kode 1 : Laki-laki
Kode 2 : Perempuan
c. Kode untuk pekerjaan ayah
Kode 1 : Buruh
Kode 2 : Wiraswasta
Kode 3 : Swasta
Kode 4 : PNS
Kode 5 : dll
d. Kode untuk pekerjaan ibu
Kode 1 : Buruh
Kode 2 : Wiraswasta
Kode 3 : Swasta
Kode 4 : PNS
Kode 5 : dll
e. Kode untuk variabel kebiasaan sarapan
Kode 1 : Baik
Kode 2 : Cukup baik
Kode 3 : Kurang baik
f. Kode untuk variabel konsentrasi belajar
Kode 1 : Konsentrasi sangat baik
Kode 2 : Konsentrasi baik
Kode 3 : Konsentrasi sedang
Kode 4 : Konsentrasi kurang
Kode 5 : Konsentrasi sangat kurang
3. Tabulating
Pernyataan negatif
48
a. Selalu :1
b. Sering :2
c. Kadang-kadang :3
d. Tidak pernah :4
2) Klasifikasi
a) Variabel kebiasaan sarapan
Skor diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu:
52 - 68 : Baik
35 - 51 : Cukup Baik
17 - 34 : Kurang Baik
5. Cleaning
atau tidak.
49
].
Kedungpedaringan.
Kedungpedaringan.
50
Subjek penelitian tahu dengan benar apa yang akan terjadi setelah
peneliti tidak oleh memaksakan. Informasi yang harus ada pada lembar
3.9.4 Beneficence
51
3.9.5 Non-Maleficence
Pada bab ini dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang
siswa. Adapun hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
Data yang akan disajikan akan dibagi menjadi dua, yaitu data umum dan
data khusus. Data umum pada penelitian ini meliputi lokasi penelitian dan
karakteristik responden, seperti jenis kelamin, umur, dan pekerjaan orang tua..
53
54
responden (57,6%).
(36,4%).
bekerja wiraswasta.
58
responden (30,3%).
59
60
4.2 Pembahasan
Sesuai dengan data hasil penelitian yang tertera pada tabel 4.5
yang baik karena sarapan merupakan sumber energi bagi anak dalam
untuk bangun pagi agar masih tersisa waktu bagi anak untuk sarapan,
62
Ana12 \l 1057 ].
gantinya diberi uang untuk jajan, 25,86% tidak sempat sarapan dan
hanya makan kue setiap pagi, serta 43,11% mengatakan tidak ada
pagi buat anaknya kesekolah, sehingga banyak anak sekolah yang tak
pada anak. Mengingat energi yang dibutuhkan oleh anak pada usia
fisik yang lemas, kurang sehat, dan juga terkadang terlihat mengantuk
darah (Marmi, 2014 dalam Verdiana & Muniroh, 2017). Bagi anak
perut yang kosong maka anak akan merasa lemah dan mudah
64
daya ingat dan lupa dimana pikiran tidak dapat bekerja untuk lupa dan
jika dia rutin sarapan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa anak dapat
yang baik dan selalu dilakukan secara teratur dengan gizi seimbang,
maka tubuh akan menjadi sehat, dan konsentrasi belajarnya juga akan
memiliki konsentrasi yang baik pada saat sekolah mereka tidak akan
variabel dengan skala data ordinal. Dari hasil diatas, dengan taraf
dilihat dari arah korelasi pada hasil penelitian ini juga menunjukkan
Hal ini juga hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Try Out sebelum melangkah pada tahap ujian akhir yaitu Ujian Akhir
terbaik adalah dimulai dari dalam keluarga itu sendiri. Oleh karena itu,
dibutuhkan peran orang tua dalam hal ini karena kebiasaan sarapan
4.3 Keterbatasan
menjawab dengan tidak jujur atau dikarenakan lupa karena di dalamnya berisi
BAB 5
PENUTUP
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang
5.1 Kesimpulan
rho diperoleh nilai korelasi r hitung sebesar 0,591 > r tabel 0,344 yang
Kedungpedaringan.
5.2 Saran
Almatsier, S., Soetardjo, S. & Soekarti, M., 2011. Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arisman, 2014. Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC.
Baharuddin & Wahyuni, E. N., 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Dantes, N., 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: ANDI.
[DEPKES RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Pedoman
Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta (ID): Depkes RI.
Devi, N., 2012. Gizi Anak Sekolah. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
Dimyati & Mudjiono, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
71
Hidayah, N. & Alif, H., 2016. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Terjadinya
Insomnia pada Wanita Premenopause di Dusun Ngablak Desa Kedungrukem
Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(1), pp. 69-76.
Ihsan, F., 2008. Dasar-dasar kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Juniarti, Fitri. 2016. https://www.e-jurnal.com/2014/01/karakteristik-anak-usia-
sekolah.html. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2018
Kar, B., Rao, S. & Chadramouli, B., 2008. Cognitive Development in Children with
Chronic Protein Energy Malnutrition. Behavioral and Brain Functions, 4(31), pp.
1-12.
[KEMENKES RI] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2014. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang. Jakarta (ID): Kemenkes RI
Kemenkes, 2014. Peningkatan Konsentrasi Belajar. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Khadijah, 2016. Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing
Kleinman, R., (2013). Manfaat sarapan untuk prestasi anak. Diakses dari
http://www.parenting.co.id/ article/artikel/manfaat.sarapan.untuk.prestasi. ana
k/001/004/267 diakses pada tanggal 25 September 2018
Koop, C.E., 2012. Bright futures: Guidelines for health supervision of infants, children
and adolescents. Georgetown: National Center.
Marmi, 2014. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogjakarta: Pustaka Belajar.
Moehji, S., 2009. Ilmu Gizi 1 Pengetahuan Tentang Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Bhratara
Niaga Media.
Muchtar, M., Julia, M. & Gamayanti, I., 2011. Sarapan dan Jajan Berhubungan dengan
Kemampuan Konsentrasi pada Remaja. Jurnal Gizi Klinis Indonesia, 8(1).
Notoatmodjo, S., 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugrahanti, M., 2014. Pengaruh Suasana Kondusif dalam Pembelajaran terhadap
Konsentrasi Belajar Siswa di MTs Negeri Wonosegoro, Salatiga:
http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/9190041967.pdf.
Nugroho, 2016. Belajar Mengatasi Hambatan Belajar. Surabaya: Prestasi Pustaka.
Nursalam, 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. 4
penyunt. Jakarta: Salemba Medika.
Oemar, H. 2012. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA.
Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset.
Olivia, F., 2010. Mendampingi Anak Belajar: Bebaskan Anak dari Stress dan Depresi
Belajar. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Pereira, M. et al., 2011. Breakfast Frequency and Quality May Affect Glycemia and
Appetite in Adults and Children. The Journal of Nutritions, Volume 141, pp. 163-
168.
Perry, A. G., & Potter, P. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Prawira, P. A., 2012. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Yogyakarta: Ar-ruzz
Media.
Rifa'i, Achmad, & Anni, C. T. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
Saidin, S. 2008. Sarapan Pagi dan Konsentrasi Belajar. Jakarta: National Institute of
Health Research. Kemenkes RI.
Sandra, M. 2017. Kaitan Sarapan Pagi, Menu Makanan, Semangat Belajar, dan Biaya
dengan Prestasi Belajar. Jurnal Pendidikan Biologi, 7(1), 35-43.
Santrock. 2008. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.
Saragi, L., Hasanah, O. & Huda, N., 2015. Hubungan Sarapan Pagi Dengan Aspek
Biologis Anak Usia Sekolah. JOM, 2(2), pp. 1205-1211.
Setiawan, M. & Haridito, I., 2015. Hubungan status gizi dengan tingkat konsentrasi
belajar siswa. E-Journal Unesa-Jurnal Kesehatan Olahraga, III(1), pp. 12-20.
Siagian, A., 2010. Epidemiologi Gizi. Jakarta: Erlangga.
Slameto, 2015. Belajar dan Fakto-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2016. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Sukadiyanto, 2012. Mengembangkan Kecerdasan Anak Melalui Kegiatan Out Bound.
Jurnal ISSA, 1(1), pp. 13-26.
Sunadi, L., 2013. Pengaruh Mmotivasi Belajar dan Pemanfaatan Fasilitas Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Surya, H., 2009. Cara Cerdas Mengatasi Kesulitan Konsentrasi Belajar. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo.
Susila & Suyanto, 2015. Metodologi Penelitian Cross Sectional Kedokteran &
Kesehatan. Klaten: Bossscript.
Syafrol, D., Warneri & Utami, S., 2013. Peningkatan Konsentrasi Belajar Anak
Autis Dalam Berhitung Melalui Ketrampilan Meronce. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, 2(9)
Tamsuri, A. & W., G. A., 2012. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Tingkat
Konsentrasi Belajar pada Anak. Jurnal AKP, 3(1), pp. 34-39.
Verdiana, L. & Muniroh, L. (2017). Kebiasaan Sarapan Berhubungan dengan Konsentrasi
Belajar Pada Siswa SDN Sukoharjo 1 Malang. Media Gizi Indonesia, Vol.12, No.1
Januari-Juni, pp. 14-20.
Walansendow, P. L. M., Mulyadi & Hamel, R., 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Prestasi Usia Anak Sekolah Dasar di SD GMIM Tumpengan Sea Dua
Kecamatan Pineleng. e-journal Keperawatan, 4(2), pp. 1-5.
Wardani, F. T., Kantun, S. & Djaja, S., 2013. Pengaruh Faktor Internal dan Faktor
Eksternal yang Mendorong Siswa Untuk Belajar Terhadap Hasil Belajar Akuntansi
pada Siswa Kelas XI IPS MAN Lumajang. Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa.
Wardoyo, H. A. & Mahmudiono, T. 2013. Hubungan Makan Pagi dengan Tingkat
Konsumsi Gizi dengan Daya Konsentrasi Siswa Sekolah Dasar. Media Gizi
Indonesia, Vol.9, No. 1 Januari-Juni, p. 49–53.
Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Wiarto, G., 2013. Budaya Hidup Sehat. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Widodo, A. T. P., Prastowo, A. & Mustofa, 2015. Pengaruh Sarapan Terhadap Skor
Konsentrasi Mahasiswa jurusan Kedokteran Umum. mandala of Health, XIII(3),
pp. 622-627.
Wong, L. D. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (6 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC.
Yazid, S., Kusmaedi, N. & Paramitha, S. T., 2016. Hubungan Konsentrasi dengan
Hasil Pukulan Jarak Jauh (Long Sroke) pada Cabang Olahraga Woodball. Jurnal
Terapan Ilmu Keolahragaan, 1(1), pp. 50-54
Lampiran 1
dan saya juga bersedia untuk menjaga kerahasiaan identitas dan informasi yang
anda berikan.
Jika saudara bersedia, dimohon menandatangani lembar
Malang, 2019
Peneliti
75
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
saya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun
Malang, 2019
Responden
(...........................)
Tanpa nama terang
Keterangan : *) Coret yang tidak perlu
76
Lampiran 3
Kisi – kisi Kuesioner
Kebiasaan Sarapan
Variabel Nomor Soal
Indikator Jumlah
Penelitian Positif Negatif
Frekuensi dan waktu
1 2 2
sarapan
Jenis makanan yang
dikonsumsi saat 3, 4 5 3
sarapan
Kebiasaan Makanan pengganti
6, 7 8, 9 4
Sarapan sarapan
Peran orang tua dalam
10, 11, 12 13, 14 5
kebiasaan sarapan
Dampak yang
ditimbulkan setelah 17 15, 16 3
sarapan
Jumlah 17
77
Lampiran 4
LEMBAR KUESIONER
A. PETUNJUK PENGISIAN
Istilah biodata adik dengan sebenarnya dan gunakan nama inisial untuk
menjaga privasi data diri adik. Berilah tanda cek ( √ ) pada kolom yang
78
79
C. Lembar Kuesioner
Berilah tanda cek ( √ ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan diri anda,
Tidak pernah
N Kadang Tidak
Pertanyaan Selalu Sering
o -kadang pernah
Apakah adik sarapan sebelum berangkat
1 sekolah/ pada jam 06.00-10.00 sebelum
beraktivitas di hari libur?
Apakah adik pernah merangkap sarapan dengan
2
makan siang setelah pulang sekolah?
Apakah menu sarapan adik terdiri dari nasi dan
3
lauk pauk (tempe, tahu, telor, dll)?
Ketika adik sarapan apakah adik
4
menghabiskannya?
Apakah adik tidak menambah sayuran pada
5
saat sarapan?
Apakah adik meminum susu setiap pagi
6
sebelum berangkat sekolah?
Apakah adik meminum minuman yang sudah
7 dimasak terlebih dahulu sebelum berangkat
sekolah?
Apakah adik memakan jajan sekolah sebelum
8
pelajaran sebagai pengganti sarapan?
Apakah jajanan di sekolah membuat adik
9
kenyang, dan tidak perlu sarapan?
Apakah di rumah, orangtua menyiapkan untuk
10
sarapan?
Apakah adik dibangunkan lebih awal oleh
11
orangtua agar sempat untuk sarapan?
Apakah orangtua adik mengganti menu sarapan
12
setiap hari?
Apakah orangtua adik tidak memasak menu
13
sarapan sesuai yang adik sukai?
Apakah adik tidak disiapkan bekal makanan
14
untuk di sekolah oleh orangtua?
Ketika adik sarapan, apakah adik merasa
15
mengantuk di kelas?
Apakah adik merasa mual atau sakit perut
16
ketika sarapan?
Apakah sarapan dapat membuat adik fokus
17
dalam belajar di dalam kelas?
Lampiran 5
BLANKO GRID TEST CONCENTRATION
Umur : .................................
Tanggal : .................................
1. Secepat mungkin menemukan pasangan angka mulai dari angka 00, 01, 02, 03,
dan seterusnya secara berurutan dan tidak boleh diloncati.
2. Jika pasangan angka ditemukan, langsung dihubungkan dengan garis panah
horizontal maupun vertikal pada kolom tersebut.
3. penghubungan angka mulai dari angka 00 sampai seterusnya
4. Waktu yang diberikan 1 menit.
84 27 51 97 78 13 83 85 55 59
33 52 04 60 92 61 31 57 28 29
18 70 49 86 80 77 39 65 96 32
63 03 12 73 19 25 21 23 37 16
81 88 46 01 95 98 71 87 00 76
24 09 50 85 64 08 38 30 36 45
40 20 66 41 15 26 75 99 68 06
34 48 62 82 42 89 47 35 17 10
56 69 94 72 07 43 93 11 67 44
53 79 05 22 74 54 58 14 02 91
Lampiran 7
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
Tanggal Pelaksanaan
Kegiatan
No Sep ‘18 Oct ‘18 Nov ‘18 Des ‘18 Jan ‘19 Feb ‘19 Mar ‘19 Apr ‘19
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Review Riset
2 Input Judul
3 Bimbingan
4 Uji Proposal
5 Revisi Proposal
6 Pengajuan Surat
7 Penelitian
8 Uji Riset
9 Sidang Skripsi
10 Revisi
Wiwit Dwi N., M.Kep Zulfikar Muhammad, M.Kep Yanis Sofi Handini
NIK.200903009 NIK.201302041 NIM. 1520076
81
Lampiran 8
82
Lampiran 9
83
Lampiran 10
84
85
Lampiran 11
86
Lampiran 12
87
Lampiran 13
88
89
Lampiran 14
92
93
94
95
96
Lampiran 15
Uji Validitas
Correlations
total total
Pearson Pearson
,422** ,482**
Correlation Correlation
s1 Sig. (2- s12 Sig. (2-
0,002 0,000
tailed) tailed)
N 50 N 50
Pearson Pearson
,548** ,464**
Correlation Correlation
s2 Sig. (2- s13 Sig. (2-
0,000 0,001
tailed) tailed)
N 50 N 50
Pearson Pearson
,311* ,470**
Correlation Correlation
s3 Sig. (2- s15 Sig. (2-
0,028 0,001
tailed) tailed)
N 50 N 50
Pearson Pearson
,446** ,440**
Correlation Correlation
s4 Sig. (2- s16 Sig. (2-
0,001 0,001
tailed) tailed)
N 50 N 50
Pearson Pearson
,486** ,314*
Correlation Correlation
s6 Sig. (2- s17 Sig. (2-
0,000 0,026
tailed) tailed)
N 50 N 50
Pearson * Pearson
,342 ,608**
Correlation Correlation
s7 Sig. (2- s18 Sig. (2-
0,015 0,000
tailed) tailed)
N 50 N 50
Pearson ** Pearson
,566 ,465**
Correlation Correlation
s8 Sig. (2- s19 Sig. (2-
0,000 0,001
tailed) tailed)
N 50 N 50
Pearson Pearson
,323* ,323*
Correlation Correlation
s10 Sig. (2- s20 Sig. (2-
0,022 0,022
tailed) tailed)
N 50 N 50
Pearson Pearson
,478** 1
Correlation Correlation
s11 Sig. (2- total Sig. (2-
0,000
tailed) tailed)
N 50 N 50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
97
Lampiran 16
Uji Reliabilitas
98
Lampiran 17
Frequency Table
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 11 Tahun 11 33,3 33,3 33,3
12 Tahun 20 60,6 60,6 93,9
13 Tahun 2 6,1 6,1 100,0
Total 33 100,0 100,0
Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 14 42,4 42,4 42,4
Perempuan 19 57,6 57,6 100,0
Total 33 100,0 100,0
Pekerjaan_Ayah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Buruh 8 24,2 24,2 24,2
Wiraswasta 12 36,4 36,4 60,6
Swasta 10 30,3 30,3 90,9
PNS 3 9,1 9,1 100,0
Total 33 100,0 100,0
Pekerjaan_Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Buruh 7 21,2 21,2 21,2
Wiraswasta 16 48,5 48,5 69,7
Swasta 5 15,2 15,2 84,8
PNS 1 3,0 3,0 87,9
IRT/ dll 4 12,1 12,1 100,0
Total 33 100,0 100,0
Kebiasaan_Sarapan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 20 60,6 60,6 60,6
Cukup Baik 11 33,3 33,3 93,9
Kurang Baik 2 6,1 6,1 100,0
Total 33 100,0 100,0
Konsentrasi_Belajar
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Baik 8 24,2 24,2 24,2
Baik 8 24,2 24,2 48,5
Sedang 10 30,3 30,3 78,8
Kurang 7 21,2 21,2 100,0
Total 33 100,0 100,0
99
Lampiran 18
Nonparametric Correlations
Correlations
Kebiasaan_ Konsentrasi_
Sarapan Belajar
Spearman's Kebiasaan_Sarapan Correlation 1,000 ,591**
rho Coefficient
Sig. (2-tailed) . ,000
N 33 33
Konsentrasi_Belajar Correlation ,591** 1,000
Coefficient
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 33 33
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Crosstabs
100
Lampiran 19
Dokumentasi
101