Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, mereka adalah generasi

penerus bangsa dan sumber daya manusia yang berpotensi. Kualitas bangsa dimasa

depan ditentukan oleh kualitas anak pada saat ini. Tumbuh kembang anak yang

optimal tergantung dari pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik

dan benar. Dalam pertumbuhan dan perkembangan pemberian nutrisi tidak selalu

dapat berjalan dengan sempurna dan sering menimbulkan masalah terutama dalam

pemberian makanan yang kurang tepat. Mengingat pentingnya anak sebagai aset

terciptanya sumber daya manusia yang lebih baik, maka perlu dikaji berbagai aspek

salah satunya tentang masalah kesehataan. Masalah kesehatan gizi pada anak

menjadi salah satu perhatian masalah kesehatan di Indonesia, dengan angka

prevelensi yang masih tinggi adalah anak dengan tubuh pendek (stunting) dan kurus

(wasting) (Depkes, 2011). Upaya yang dapat ditempuh dalam meningkatan derajat

kesehatan yang optimal yaitu dengan meningkatkan status gizi masyarakat. Dalam

warta Kesmas edisi II tahun 2018 bahwa terdapat 10 pesan dalam meningkatkan

status gizi salah satunya adalah dengan sarapan pagi. Sarapan pagi termasuk salah

satu bentuk pemenuhan energi sebelum melakukan aktivitas, selain memberi modal

untuk berktifitas sepanjang hari sarapan pagi juga mampu memenuhi seperempat

dari kebutuhan gizi harian serta mempengaruhi peningkatan kadar gula darah.

Keadaan ini berhubungan dengan kerja otak terutama dalam konsentrasi belajar.

Sebuah penelitian menunjukan bahwa sarapan pagi berpengaruh terhadap aktivitas

1
2

otak sehingga lebih cerdas, peka dan mudah menerima pelajaran (BAPPENAS,

2011). Meninggalkan sarapan pagi dapat menghambat asupan gula dalam darah

yang berdampak pada penurunan daya konsentrasi pada saat belajar karena rasa

malas, lemas, lesu, pusing dan juga mengantuk.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti (2012) sebesar 67% responden

tidak melakukan sarapan pagi dan sebesar 33% yang melakukan sarapan pagi

(Cahaya Elisabeth Rumapea, Etti Sudaryati, 2017). Data RISKESDAS (2013)

menunjukan bahwa sebesar 16,9%-50% anak sekolah tidak memiliki kebiasaan

sarapan pagi. Menurut Republika (2015) anak usia sekolah di Indonesia tidak

memiliki kebiasaan sarapan pagi sebesar 40%-60% (Oktavia, 2018). Dalam jurnal

penelitian mengenai Kebiasaan Sarapan di Kalangan Anak Sekolah Dasar di

Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM diketahui

bahwa beberapa alasan yang menjadi penghalang anak tidak sarapan pagi yaitu

sebesar 52,4% anak tidak selara makan, 33,3% tidak memiliki waktu untuk

menyiapkan makanan dan 14,3% anak tidak lapar (Ni Nengah Daniasih, Desak Putu

Sukraniti, 2013). Menurut khosman (2010) faktor yang menyebabkan anak tidak

memiliki kebiasaan sarapan pagi adalah merasa waktunya sangat terbatas karena

jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, tidak ada selera makan dan orang

tua tidak sempat membuatkan makanan karena harus berangkat kerja pagi (Ali,

2010).

Menurut Khosman (2006) bahwa menu sarapan pagi yang baik untuk anak

usia sekolah mengandung karbohidrat, protein, vitamin, mineral, lemak serta air.

Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Sopiyandi (2016) dalam (Cahaya

Elisabeth Rumapea, Etti Sudaryati, 2017) bahwa terdapat sepuluh jenis makanan
3

yang banyak dikonsumsi oleh anak sekolah adalah nasi telur ceplok, nasi goreng,

nasi kuning, tempe goreng, pentol bakso, siomay, roti, sosis, dan bubur ayam.

Minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah teh, air putih dan susu, penelitian

yang dilakukan oleh Sopiyadi bahwa menu makanan yang dikonsumsi memasuki

kriteria menu sarapan yang baik akan tetapi pada penelitian ini belum terlihat anak

mengkonsumsi sayur dan buah yang mana kedua makanan ini sangat diperlukan

karena mengandung zat gizi yang diperlukan oleh anak usia sekolah yaitu vitamin

dan mineral yang juga kaya akan energi dan serat. Menurut khosman (2003)

mengatakan bahwa sarapan pagi yang baik dapat menyumbangkan energi 25% dari

asupan energi harian (Ali, 2003). Terpenuhinya energi sebesar 25% dari kebutuhan

gizi seharian dapat meningkatkan konsentrasi otak dan salah satu wujud hidup sehat

. Konsentrasi sangat diperlukan pada anak sekolah, anak yang tidak memiliki

konsentrasi yang baik maka akan mengalami

kesulitan dalam memahami pelajaran selanjutnya. Wardoyo (2013) mengatakan

bahwa siswa yang memiliki konsentrasi rendah adalah mereka yang tidak memiliki

kebiasaan sarapan pagi yaitu sebesar 87,5%. Pada penelitian yang dilakukan oleh

(Oktavia, 2018) sebesar 60% responden juga memiliki konsentrasi yang kurang

akibat tidak sarapan pagi.

Sarapan pagi merupakan makanan yang berpengaruh untuk (Valencia &

Noviadji, 2017) perkembangan otak. Dimana otak butuh nutrisi dan oksigen salah

satunya berasal dari makanan yang dicerna oleh tubuh dan disampaikan ke seluruh

tubuh, sel, jaringan yang ada dan juga saraf. Proses berfikir memerlukan kerja saraf

melibatkan sel dan jaringan yang membutuhkan nutrisi. Jarak antara makan malam

dengan pagi sangat panjang yaitu kurang lebih 10 jam sehingga kadar gula yang
4

menjadi sumber energi dalam tubuh menurun pada pagi hari dan dapat

mempengaruhi kerja otak. Waktu pagi setelah bangun tidur adalah waktu untuk

melakukan segala aktivitas, tubuh membutuhkan energi yang cukup, energi itu bisa

diperoleh dari sarapan pagi. Pada anak yang tidak melakukan sarapan pagi akan

mengalami kekosongan lambung sehingga kadar gula akan menurun yang mana

gula darah merupakan sumber energi utama otak. Akibatnya anak lemah, cepat

lelah, gairah belajar menurun dan sulit berkonsentrasi.

Rendahnya konsentrasi belajar pada siswa dapak berdampak pada prestasi

belajar di Indonesia yang mana saat ini menepati peringkat 121 dari 186 negara di

dunia. Pendidikan menjadi salah satu indikator apakah negara tersebut maju atau

berkembang (United Nation Development Programme, 2013) mengatakan bahwa

indonesia termasuk negara yang berkembang (Kusumaningsih, 2018). Dibuktikan

melalui riset data Kementrian Pendidikan (2016/2017) menyatakan bahwa

Indonesia memiliki prestasi belajar yang masih rendah. Dari 33 provinsi didapatkan

data sebanyak 361. 215 siswa yang mengulang dan Nusa Tenggara Timur (NTT)

menempati tempat pertama siswa mengulang terbanyak yaitu 31. 328 siswa dan di

ikuti Jawa Timur sebanyak 27.294 siswa. Salah satu penyebab rendahnya prestasi

belajar di Indonesia disebabkan karena kurangnya konsentrasi belajar pada siswa

dan merupakan dampak dari meninggalkan sarapan pagi (Leba, Manongga, &

Boeky, 2019).

Berdasarkan penjabaran diatas bahwa selain sarapan pagi menu sarapan

pagi juga dapat mempengaruhi energi yang dihasilkan oleh tubuh. Semakin

terpenuhinya energi dalam tubuh maka konsentrasi semakin baik. Untuk itu,
5

peneliti tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul “Hubungan Menu

Sarapan Pagi Dengan Tingkat Konsentrasi Belajar Pada Siswa ".

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan sarapan pagi dengan prestasi belajar pada siswa SD ?.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan literature review untuk

mengetahui apakah ada hubungan sarapan pagi dengan prestasi belajar pada siswa

SD.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang

cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan atau literature ilmiah yang dapat

dijadikan bahan kajian bagi para akademis mengenai hubungan sarapan pagi

dengan prestasi belajar siswa SD.


6

Anda mungkin juga menyukai