Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nutrisi dan gizi menjadi kebutuhan utama bagi seluruh manusia.

Asupan nutrisi dan gizi yang benar akan mempengaruhi pertumbuhan,

perkembangan serta makan seseorang, terutama kepada anak. Kebutuhan

energi dan kebiasaan makan merupakan aspek penting dari perkembangan

anak selama masa kanak-kanak awal. Nutrisi mempengaruhi pertumbuhan

tulang, bentuk tubuh dan kerentanan mereka terhadap virus dan penyakit

(Satrock, 2011). Gizi dan nutrisi yang baik didapatkan dari makanan untuk

memenuhi kebutuhan hidup setiap manusia. Makanan dapat menghasilkan

energi yang cukup untuk melakukan rutinitas dan aktifitas sehari hari.

Nutrisi dan gizi akan terpenuhi dari makan yang dikonsumsi dengan

standart yang benar, karena makan yang benar dapat mempengaruhi kualitas

makan kepada seorang anak. Berdasarkan penelitian Krall,et all (2011)

menjelaskan bahwa makan pagi memiliki dampak yang cukup besar daripada

menunda makan pagi, terlebih kepada anak, energi yang dihasilkan dari makan

pagi dapat membantu anak beraktifitas dan berfikir secara tenang, karena

perut tidak dalam kondisi kosong, sehingga asupan makanan dapat tercukupi.

Berbeda dengan anak yang menunda makan pagi, anak akan cenderung tidak

aktif dan lemas karena tidak adanya asupan yang menghasilkan energi

sehingga mengakibatkan nafsu makan anak menurun (Kral et al., 2011).

1
2

Pada usia prasekolah, anak mengalami perkembangan psikis menjadi

balita yang lebih mandiri, autonom, dapat berinteraksi dengan lingkungannya,

serta dapat mengekpresikan emosinya. Luapan emosi yang biasa terjadi pada

anak usia 3-5 tahun berupa temper tantrum, yaitu mudah meletup-letup,

menangis atau menjerit saat anak tidak merasa nyaman. Anak juga sering

rewel pada saat makan, apabila keadaan seperti ini tidak segera diatasi dapat

berkembang mejadi masalah yang berhubungan dengan nafsu makan

(Harinda, 2012).

Masalah makan pada anak berbeda dengan masalah makan pada orang

dewasa. Masalah perilaku makan yang timbul dapat bervariasi dari memilih

memiloh-milih makan, membatasi jumlah asupan makanan, makanan

berlebihan, sampai terjadinya gangguan makan yang berimbas pada gangguan

pertumbuhan dan perkembangan. Keluhan mengenai nafsu makan anak

menjadi masalah yang sering diungkapkan oleh orang tua. Keluhan ini hampir

merata tanpa membedakan jenis kelamin, etnis dan status sosial ekonomi

(Beberapa masalah makan yang sering muncul antara lain: rewel, muntah,

terlalu pemilih, fobia makan, makan lambat dan penolakan makan

(Claude&Bonnin, 2006).

Terdapar banyak faktor yang mempengaruhi nafsu makan terhadap

anak, terlebih kepada anak prasekolah. Salah satunya adalah kebiasaan

orangtua yang lebih banyak memilih makanan cepat saji. Media juga menjadi

pengaruh buruk kepada anak karena anak akan memilih makanan yang tidak

memiliki kalori rendah sehingga pertumbuhan anak tidak efektif, sebagian


3

besar makanan yang dikonsumsi secara cepat saji memiliki kalori rendah,

memiliki kadar gula, karbohidrat dan lemak yang tinggi (Santrock, 2011).

Angka kejadian masalah yang berhubungan dengan nafsu makan di

beberapa negara termasuk cukup tinggi. Sebuah penelitian The Gateshead

Millenium Baby Study pada tahun 2006 di Inggris menyebutkan 20% orangtua

melaporkan anaknya mengalami masalah makan, dengan prevalensi tertinggi

anak hanya mau makan makanan tertentu. Studi di Italia mengungkapkan 6%

anak mengalami kesulitan makan, kemudian meningkat 25-40% pada saat fase

akhir pertumbuhan. Survei lain di Amerika serikat menyebutkan 19-50%

orangtua mengeluh mengalami permasalahan dalam makan sehingga terjadi

defisiensi zat gizi tertentu (Waugh, International Journal Of Eating Disorder, 2006).

Penelitian di Indonesia yang di lakukan di Jakarta terhadap anak prasekolah.

Didapatkan hasil prevalensi penurunan nafsu makan sebesar 33,6%, 44,5%

diantaranya menderita malnutrisi dan kekurangan gizi ringan sampai sedang

sebanyak 79,2% (Judarwanto, 2011).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Mei

2016 di TK Muslimat NU 31 Sumbersari , dari hasil wawancara terhadap 20

responden ibu yang memili anak yang berusia 3-6 tahun, didapatkan 8

responden atau (80%) ibu mengatakan anak mengalami masalah nafsu makan

dimana para orang tua sendiri mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah

nafsu makan pada anak. Sebagian besar orangtua mengatakan bahwa anaknya

susah untuk mencoba makanan baru yang belum pernah diberikan. Anak juga

cenderung suka mimilih-milih makanan, sehingga satu porsi makanan


4

terkadang masih menyisakan beberapa macam lauk pauk yang tidak disukai

anak.

Kekurangan nafsu makan kepada anak dapat berdampak negatif

kepada kesehatan anak, keadaan tumbuh kembang dan aktifitas sehari-harinya.

Dampak kekurangan nafsu makan pada umumnya merupakan akibat

gangguan zat gizi yang terjadi. Beberapa macam gizi, seberapa banyak

kekurangannya, jangka waktu singkat atau lama. Oleh karena itu, bila

kekurangan nafsu makan pada anak dibiarkan begitu saja maka diprediksikan

generasi penerus bangsa akan hilang karena keadaan gizi masyarakat

merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan

pembangunan negara atau lebih dikenal sebagai human development indeks (HDI)

(Depkes, 2009).

Berdasarkan laporan oleh National Center on Addiction and Substance

Abuse at Columbia University (CASA), anak yang makan bersama setidaknya

lima kali dalam seminggu disekolah memiliki resiko rendah memiliki kebiasaan

makan yang buruk, nafsu makan rendah, kesulitan makan, masalah berat

badan dan cenderung memiliki prestasi lebih baik dibidang akademis daripada

anak yang sering makan sendirian (Gustafson et al., 2012).

Mengatasi masalah nafsu makan kepada anak perlu dilakukan orangtua

sejak dini. Anak TK usia 3-6 tahun merupakan masa-masa bermain sekaligus

masa emas untuk menerima berbagaia rangsang. Pada masa ini, anak dapat

dengan mudah diberikan berbagai materi baru yang berhubungan dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah (Musfiroh, 2009). Anak-

anak prasekolah memerlukan 1.800 kalori perhari untuk mendukung aktifitas


5

aktif anak (Santrock, 2011). Pada masa prasekolah seperti ini anak sering

mengalami kekurangan pemenuhan asupan gizi, hal ini disebabkan karena

anak lebih aktif terhadap kegiatan diluar sehingga mereka sering lupa waktu

untuk makan. Asupan gizi yang tidak adekuat disebebkan karen nafsu makan

pada anak berkurang. Anak yang tidak mendapat asupan gizi dengan benar

akan lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi, infeksi cacing

dan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan kekurangan gizi sehingga

terjadi kondisi gizi buruk kepada anak (Sunarjo, 2011).

Berdasarkan fenomena-fenomena yang ada sangat diperlukan adanya

peranan orang tua untu memperbaiki pola maka dan nafsu makan pada anak

dengan penyajian makanan yang bervariasi, cerdik dan kreatif. Salah satunya

dengan menerapkan konsep food art sebagai solusi efisien untuk memperbaiki

masalah nafsu makan pada anak.

Food art atau Bento rice box adalah istilah Jepang untuk makanan bekal

berupa nasi berikut lauk pauk dalam satu kemasan yang dikemas dengan cantik.

Bekal ala bento telah disesuaikan dengan konsep “one dish meal“ atau hidangan

dengan kandungan gizi lengkap. Bento ini sangat sesuai untuk bekal makanan

anak-anak, terutapa pada anak usia pra sekolah yang merupakan usia

pertumbuhan. Kandungan gizi yang lengkap pada bento akan memancing selera

makan anak karena dikreasikan dengan bentuk dan warna yang atraktif,

sehingga anak akan lebih tertarik saat pertama kali melihatnya (Hidayati, 2008).
6

Selera makan yang tinggi pada anak dikendalikan oleh sistem saraf

pusat pada otak yang disebut hipotalamus. Melihat, mencium dan bahkan baru

memikirkan tentang makanan saja akan merangsang hipotalamus untuk

mengirimkan sinyal ke sistem pencernaan, sehingga fungsi pencernaan

menjadi aktif (Gunawan, 2006).

Dengan memanfaatkan fungsi dari hipotalamus, food art atau bento rice

box bisa untuk dijadikan salah satu solusi mengatasi nafsu makan pada anak.

Menurut Santrock (2011) peningkatan daya ingat dan kemampuan belajar

sangat dipengaruhi oleh otak. Para ilmuawan menemukan bahwa kepadatan

otak berada dipuncaknya saat anak berusia 4 tahun. Usia anak pra sekolah

adalah antara 2,5 tahun hingga 6 tahun, dimana anak mulai sangat aktif,

antusias dan mulai penasaran dengan hal-hal yang ada disekitar mereka.

Peran aktif sangat dibutuhkan orangtua dalam mengatasi nafsu makan

terhadap anak. Orangtua harus bisa mengatur porsi makanan yang disesuaikan

dengan kebutuhan asupan gizi pada anak di usia perkembangan. Di usia

prasekolah, anak akan lebih menyukai hal-hal yang menarik perhatian dan

terlihat lucu saat pertama kali mereka lihat. Food art bisa diberikan kepada anak

untuk mengatasi nafsu makan pada anak. Penyajian makanan yang diolah dan

dihias semenarik mungkin diasumsikan dapat mengatasi nafsu makan dan

anak mendapatkan asupan gizi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh.

Berdasarkan fenomena–fenomena diatas peneliti tertarik untuk ingin

mengetahui “ pengaruh food art terhadap nafsu makan kepada anak

prasekolah “
7

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh food art terhadap nafsu makan

kepada anak prasekolah”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh

food art terhadap nafsu makan makan kepada anak prasekolah

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui nafsu makan sebelum pemberian food art

kepada anak prasekolah

2. Untuk mengetahui perubahan nafsu makan setelah diberikan food

art kepada anak prasekolah

3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian food art terhadap nafsu

makan kepada anak prasekolah

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Pasien

Manfaat penelitian ini agar pasien dapat mengatasi masalah nafsu

makan dengan pemberian makanan yang sebelumnya kemudian diolah

menjadi food art


8

1.4.2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan peneliti dan

menjadi pengalaman berharga untuk peneliti dan kemudian sebagai referensi

untuk penelitian berikutnya.

1.4.3. Bagi Orangtua Anak

Manfaat penelitian ini terhadap orangtua agar orangtua mengerti cara

mengatasi permasalahan nafsu makan pada anak dengan mengolah makanan

yang biasa disajikan dirubah menjadi makanan food art.

1.4.4. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadikan salah satu solusi dalam

bidang keperawatan untuk mengatasi masalah nafsu makan pada anak.

1.5. Keaslian Penelitian

Jurnal dan buku yang terkait penelitian ini adalah:

Penelitian Anugrahini (2012), meneliti tentang Pengaruh Wadah

Makanan Terhadap Nafsu Makan Pada Anak Usia Todler di Wilayah Kerja

Puskesmas Dinoyo. Jenis penelitian ini eksperimen dengan menggunakan teknik

sampling sampling simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak 25 dari

populasi anak usia todler yang berjumlah 84 orang. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan wadah makanan

terhadap nafsu makan pada anak usia toddler.

Penelitian Anughraini jika dibandingkan dengan penelitian ini adalah

sama-sama mencari sebuah pengaruh, namun bedanya terletak pada variabel

dan tujuan penelitan. Pada penelitian ini variabel dependennya adalah

peningkatan nafsu makan dan variabel independennya adalah pemberian


9

makanan food art kepada anak. Tujuan penelitian juga berbeda, pada

peneltian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian food art terhadap

nafsu makan kepada anak.

Penelitian Krall et al., (2011) meneliti tentang Effect of Eating Breakfast

Compare with Skipping Breakfast on Ratings of Appetetite and Intake at Subsequent

meals in 8 to 10 years old”. Penelitian ini adalah penelitian Intervensi dimana

peneliti hanya mengamati tanpa memberikan tindakan langsung kepada

variabel. Jumlah sampel dalam penelitian ini 21 anak yang hanya berumur 8

sampai 10 tahun. Tujuan penelitian Krall et al., ini untuk mengetahui efek dari

kebiasaan makan pagi dan tidak makan pagi yang berhubungan dengan nafsu

makan kepada anak usi 8 sampai 10 tahun.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Kral et al., dengan

penelitian ini adalah sama sama meneliti tentang nafsu makan anak.

Perbedaanya terletak pada variabel nya. Pada penelitian ini variabel

dependennya adalah peningkatan nafsu makan dan variabel independennya

adalah pemberian makanan food art kepada anak.

1.6 Batasan Penelitian

Untuk mempertegas lingkup penelitian, maka penelitian ini diberi

batasan sebagi berikut:

1. Program pemberian food art kepada anak adalah program dimana

anak diberikan makanan yang diolah semenarik mungkin

kemudian dilakukan makan bersama didalam kelas di TK anak

Muslimat Nu 31. Pemberian makanan dengan food art ini dilakukan

sebanyak 10 kali, sebelumnya dilakukan pre test kepada orangtua


10

murid dan post test setelah dilakukan perlakuan selama 10 kali

makan.

2. Peningkatan nafsu makan kepada anak diukur dengan hasil pretest

dan postest yang telah dibagikan keapada orangtua

3. Anak prasekolah adalah anak usia 3-6 tahun (Patmodewo, 2008)

4. Anak–Anak kelas A TK Muslimat NU 31 Sumbersari Malang.

Anda mungkin juga menyukai