Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERNAFASAN DENGAN KASUS COVID-19 DI RUANG


INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) DI RUMAH
SAKIT TK II KARTIKA HUSADA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik


Stase Keperawatan Gadar dan Kritis

DISUSUN OLEH:
RIZKI UTARI MAULIDIYA
NIM.201133059

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2020/2021

i
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI PRODI PROFESI NERS


"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat Regional
Tahun 2020"

MISI PROFESI NERS


1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional

ii
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAFASAN DENGAN KASUS COVID-19 DI RUANG
INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) DI RUMAH
SAKIT TK II KARTIKA HUSADA

Mata Kuliah : Praktek Klinik Keperawatan Gadar dan Kritis


Semester : 2 (Genap)
Institusi : Poltekkes Kemenkes Pontianak
Prodi : Profesi Ners

Pontianak, 18 Juli 2021


Mahasiswa

Rizki Utari Maulidiya


NIM. 201133059

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik/CI

Ns. Puspa Wardhani, M.Kep Ns. Gusti Verry Sujana, S.Kep


NIP. 197103061992032011

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa Karena
Berkat, Rahmat Dan Karunia-Nya Penulis Dapat Membuat Laporan pendahuluan
pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan dengan kasus covid-19 di ruang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit TK II Kartika Husada
Dalam penyusunan laporan pendahuluan penulis banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat:
1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz., M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
2. Ibu Nurbani, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan
3. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M. Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
Poltekkes Kemenkes Pontianak sekaligus koordinator Mata Kuliah Praktik
Klinik Keperawatan Gawat Darurat & Kritis serta Dosen Pembimbing
(Clinical Teacher).
4. Bapak Ns. Gusti Verry Dwi Sujana, S.Kep selaku Pembimbing Lapangan
(Clinical Instructure).
5. Semua dosen Program Studi Profesi Ners Pontianak yang telah memberikan
bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat.
Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat untuk semua pihak
terutama dalam perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.

Pontianak, Juli 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
VISI DAN MISI i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I KONSEP DASAR 1
A. Konsep Dasar Penyakit 1

1. Definisi 1

2. Etiologi 1

3. Klasifikasi 2

4. Tanda dan Gejala 2

5. Komplikasi 3

6. Pemeriksaan Penunjang 3

7. Penatalaksanaan Medis 4

BAB II WEB OF CAUSATION (WOC) 7


A. Web Of Causation 7

BAB III PROSES KEPERAWATAN 8


A. Pengkajian Keperawatan 8

B. Diagnosa keperawatan 10

C. Perencanaan (Luaran keperawatan yang diharapkan pada kasus)


11

D. Intervensi keperawatan 13

E. Aplikasi Pemikiran Kritis dalam Asuhan Keperawatan 20

DAFTAR PUSTAKA 23

iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1.2 Web Of Causation (WOC)..............................................................7

v
BAB I
KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Coronavirus (COV) adalah virus RNA rantai tunggal dengan
diameter 80-120nm. SARS-CoV-2 adalah anggota ketujuh dari keluarga
coronavirus yang menginfeksi manusia. Homologi urutan genom SARS-
CoV-2 dan SARS adalah sekitar 79%. Covid-19 merupakan nama
penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Nama ini diberikan oleh
WHO (World Health Organzation) sebagi nama resmi penyakit ini. Covid
sendiri merupakan singkatan dari Corona Virus Disease-2019. Covid-19
yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang menyerang saluran
pernafasan sehingga menyebabkan demam tinggi, batuk, flu, sesak nafas
serta nyeri tenggorokan. Menurut situs WHO, virus corona adalah
keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau
manusia. Pada manusia corona diketahui menyebabkan infeksi pernafasan
mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrme
(SARS) (Atmojo et al., 2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan jenis
coronavirus yang baru ditemukan. Virus baru dan penyakit yang
disebabkannya ini tidak dikenal sebelum mulainya wabah di Wuhan,
Tiongkok, pada bulan Desember 2019 (WHO, 2019)
2. Etiologi

3. Klasifikasi
4. Tanda dan Gejala
Covid-19 merupakan penyakit yang sifatnya respiratoris, yaitu menyerang
saluran pernapasan. Virus ini sangat cepat sekali menyebabkan

1
pneumonia, hanya butuh 5 hari saja. Dan penyebarannya yang sangat
cepat. Yang membedakan terinfeksi virus corona dan virus lainnya adalah
pada hari 2-3, gejala tidak disertai dengan flu atau pilek. Hanya batuk-
batuk saja. Pada hari kelima, pneumonia terjadi. Yang dialami antara lain
ada 3 gejala :
a. Merasa ingin batuk kerika bernapas. Napas pendek-pendek, seperti
orang sesak napas.
b. Nyeri di dada, tidak bias ambil napas dalam-dalam karena nyeri.
Napas semakin pendek
c. Kesulitan mengambil napas dan mengeluarkan napas (inspirasi dan
ekspirasi). Dikarenakan paru-paru mengalami pembanjiran, akibat
sudah penuh dengan cairan.

5. Komplikasi
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Penatalaksanaan Medis

2
BAB II
WEB OF CAUSATION (WOC)

A. Web Of Causation
- Ada sumber infeksi di saluran

Obstruksi mekanik saluran Daya tahan saluran

pernapasan karena aspirasi Aspirasi bakteri berulang pernapasan yang

bekuan darah, pus, bagian gigi terganggu

yang menyumbat, makanan Peradangan pada bronkus

dan tumor bronkius menyebar ke parenkim paru

Terjadi konsolidasi dan


pengisian rongga alveoli

Edema trakeal Penurunan jaringan efektif Reaksi system


paru dan kerusakan bakterima
Peningkatan sekret membraan alveolar-kapiler

Batuk produktif Demam


Sesak napas

Peningkatan laju
Sesak napas Penggunan otot bantu
metabolism umum
napas
Penurunan batuk Pola napas tidak
efektif efektif Hipertermia
Bersihan jalan napas
tidak efektif

3
Gambar 1.2 Web Of Causation (WOC

BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat, penanggung, no. RM, tanggal masuk
rumah sakit (MRS), diagnosa medis dan patient’s label.
b. Pengkajian primer
1) Airway
Penilaian akan kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaan
mengenai adanya obstruksi jalan nafas, dan adanya benda asing.
Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas
bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara nafas tambahan
seperti snoring
2) Breathing
Frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan,
retraksi dinding dada, dan adanya sesak nafas. Palpasi
pengembangan paru, auskultasi suara nafas, kaji adanya suara
napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya
trauma pada dada.
3) Circulation
Dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output
serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit, nadi

4
4) Disability
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
5) Exposure
Pengkajian meliputi untuk mengetahui adanya kemungkinan
cidera yang lain, dengan cara memeriksa semua tubuh pasien
harus tetap dijaga dalam kondisi hangat supaya untuk mencegah
terjadinya hipotermi
c. Pengkajian sekunder
Pengkajian sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang
dilakukan secara head to toe, dari depan hingga belakang.
Secondary survey hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai
stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok
telah mulai membaik.
1) Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat
pasien yang merupakan bagian penting dari pengkajian pasien.
Riwayat pasien meliputi keluhan utama, riwayat masalah
kesehatan sekarang, riwayat medis, riwayat keluarga, sosial, dan
sistem. Anamnesis juga harus meliputi riwayat SAMPLE yang
bisa didapat dari pasien dan keluarga
a) S : Sign/symptoms (tanda dan gejala)
b) A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obatobatan,
plester, makanan)
c) M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum
seperti sedang menjalani pengobatan hipertensi, kencing
manis, jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat.
d) P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti
penyakit yang pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya,
penggunaan obat-obatan herbal)
e) L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja
dikonsumsi, dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian,

5
selain itu juga periode menstruasi termasuk dalam
komponen ini
f) E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan keluhan
(kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama).

1. Pemeriksaan fisik :
Data pemeriksaan fisik yang paling menonjol pada masalah pernapasan
adalah pada thorak dan paru – paru
d. Inspeksi : Frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernafas
e. Palpasi : Pemeriksaan Palapasi ditemukan adanya nyeri tekan, massa,
peningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena
f. Perkusi : Paru yang berisi cairan akan mengalami pekak, normalnya
timpani (terisi udara) resonansi
g. Auskultasi : Suara pernafasan yang meningkat intensitasnya

B. Diagnosa keperawatan
Berikut ini adalah beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada klien dengan bronkopneumonia
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Hipertemia
C. Perencanaan (Luaran keperawatan yang diharapkan pada kasus)
Berikut ini adalah beberapa luaran keperawatan yang mungkin muncul pada
klien dengan bronkopneumonia (SLKI, 2017)
1. L.01001- Bersihan Jalan Nafas
Diharapkan bersihan jalan nafas meningkat kriteria hasil:
a. Batuk efektif meningkat
b. Produksi sputum menurun
c. Dipsnea menurun
d. Frekuensi napas embaik
e. Pola napas membaik

6
2. L.01004 – Pola napas
Diharapkan pola napas membaik dengan kriteria hasil :
a. Dyspnea menurun
b. Penggunaan otot bantu napas menurun
c. Vetilasi semenit membaik
d. Otopnea menurun
e. Tekanan ekspirasi membaik
f. Tekanan inspirasi membaik
3. L.14125 – Termoregulasi
Diharapkan termoregulasi membaik dengan kriteria hasil :
a. Kulit merah menurun
b. Kejang menurun
c. Suhu tubuh membaik
d. Suhu kulit membaik
e. Ventilasi membaik
f. Tekanan darah membaik

7
D. Intervensi keperawatan
No Diagnosa (SDKI) Tujuan Luaran Keperawatan (SLKI) Intervensi keperawatan (SIKI)
1 Bersihan jalan napas tidak Menejemen Jalan Napas (I. 01011)
efektif L.01001- Bersihan Jalan Nafas 1. Observasi
Diharapkan bersihan jalan nafas a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
meningkat kriteria hasil: usaha napas)
a. Batuk efektif meningkat b. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
b. Produksi sputum menurun Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
c. Dipsnea menurun c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
d. Frekuensi napas embaik 2. Terapeutik
b. Pola napas membaik a. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
b. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
e. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
f. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
g. Penghisapan endotrakeal
h. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsepMcGill
i. Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi.
b. Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu

13
2 Pola napas tidak efektif L.01004 – Pola napas Menejemen Jalan Napas (I. 01011)
Diharapkan pola napas membaik dengan 1. Observasi
kriteria hasil : a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
a. Dyspnea menurun usaha napas)
b. Penggunaan otot bantu napas b. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,
menurun mengi, weezing, ronkhi kering)
c. Vetilasi semenit membaik c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
d. Otopnea menurun 2. Terapeutik
e. Tekanan ekspirasi membaik a. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
f. Tekanan inspirasi membaik head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
b. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
e. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
f. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
g. Penghisapan endotrakeal
h. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsepMcGill
i. Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
a.Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
b. Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu

14
3 Hipertemia L.14125 – Termoregulasi Manajemen Hipertermia (I.15506)
Diharapkan termoregulasi membaik 1. Observasi
dengan kriteria hasil : a. Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
a. Kulit merah menurun dehidrasi terpapar lingkungan panas
b. Kejang menurun penggunaan incubator)
c. Suhu tubuh membaik b. Monitor suhu tubuh
d. Suhu kulit membaik c. Monitor kadar elektrolit
e. Ventilasi membaik d. Monitor haluaran urine
f. Tekanan darah membaik 2. Terapeutik
a. Sediakan lingkungan yang dingin
b. Longgarkan atau lepaskan pakaian
c. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
d. Berikan cairan oral
e. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
f. Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen,aksila)
g. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
h. Batasi oksigen, jika perlu
3. Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu

15
E. Aplikasi Pemikiran Kritis dalam Asuhan Keperawatan
1. Definisi
Pursed lip breathing (PLB) adalah teknik pernapasan yang terdiri dari
mengeluarkan napas melalui bibir yang mengerut (kerucut) dan bernapas
melalui hidung dengan mulut tertutup (Hidayatin, 2019)
2. Etiologi
Pursed lip breathing (PLB) dapat meningkatkan ekspansi alveolus pada
setiap lobus paru, sehingga tekanan alveolus meningkat dan dapat membantu
mendorong sekret pada jalan napas saat ekspirasi dan dapat menginduksi pola
napas menjadi normal
3. Inovasi
PLB merupakan salah satu teknik termudah dalam mengurangi sesak
napas. Teknik ini merupakan cara mudah dalam memperlambat frekuensi napas
sehingga napas menjadi lebih efektif. Teknik ini dapat membantu untuk
menghasilkan udara yang banyak ke dalam paru dan mengurangi energi yang
dikeluarkan saat bernapas. Selain itu juga, dapat meningkatkan tekanan alveolus
pada setiap lobus paru sehingga dapat meningkatkan aliran udara saat ekspirasi.
Peningkatan aliran udara pada saat ekspirasi akan mengevakuasi sekret keluar
dari saluran napas.
4. Dampak
Tindakan Pursed lip breathing (PLB) ini sebagai salah satu upaya yang
diduga mampu meningkatkan oksigenasi karena memberikan efek yang baik
terhadap pernapasan, diantaranya adalah (a) meningkatkan ventilasi, (b)
membebaskan udara yang terperangkap dalam paru–paru, (c) menjaga napas
tetap terbuka lebih lama dan mengurangi kerja napas, (d) memperpanjang waktu
ekshalasi yang kemudian memperlambat frekuensi napas, (e) meningkatkan pola
napas dengan mengeluarkan udara ‘lama” dan memasukkan udara ‘baru’ ke
dalam paru, (f) menghilangkan sesak napas dan (g) meningkat relaksasi.

20
5. Referensi
Atmojo, J. T., Akbar, P. S., Kuntari, S., Yulianti, I., & Darmayanti, A. T. (2020).
Definisi Dan Jalur Penularan Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(Sars-Cov-2)Atau Covid-19. Jurnal Pendidikan Kesehatan, 9, 57–64.
Hidayatin, T. (2019). Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada Dan Pursed Lips
Breathing (Tiupan Lidah) Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Balita
Dengan Pneumonia. 11.

21
DAFTAR PUSTAKA

Alexander & Anggraeni (2017) ‘Tatalaksana Terkini Bronkopneumonia pada Anak di


Rumah Sakit Abdul Moeloek’, Jurnal Kedokteran.
Agustina (2013) ‘Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita dengan Perilaku
Pencegahan Penyakit Pneumonia Di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu
Chairunisa, Y. (2019) ‘Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan anak dengan
bronkopneumonia di rumah sakit samarinda medika citra’
Kholisah Nasution, M. Azharry Rully Sjahrullah, Kartika Erida Brohet, Krishna Adi
Wibisana, M. Ramdhani Yassien, Lenora Mohd. Ishak, Liza Pratiwi, Corrie
Wawolumaja Endyarni, B. (2015) ‘Infeksi Saluran Napas Akut pada Balita di
Daerah Urban Jakarta’, Sari Pediatri.
Mulyani, P. (2018) ‘Penerapan Teknik Nafas Dalam Pada Anak Balita Dengan
Bronkopneumonia Di RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul’, pp. 1–71
Nunung Herlina, Sitti Shoimatul A, Swanti Pandiangan, F. S. (2018) ‘Hubungan
kepatuhan SPO pemasangan infus dengan kejadian plebitis Di RSUD A. Wahab
Sjahranie Samarinda Tahun 2015’, 6(1)

22

Anda mungkin juga menyukai