Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An. Z DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA


BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF PADA
KASUS BRONKOPNEUMONIA DI RUANG
ASTER RSUD PROF. DR. MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Oleh:
SOFIA WAHYU MEI WULANDARI
(2021030078)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA An. Z DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA
BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF PADA
KASUS BRONKOPNEUMONIA DI RUANG
ASTER RSUD PROF. DR. MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:


Sofia Wahyu Mei Wulandari
2021030078

Yang telah disahkan pada:


Hari :.......................................
Tanggal :.....................................

Pembimbing,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Edi Priyanto, S. Kep. Ns) (Wuri Utami,M. Kep)

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................i
Halaman Pengesahan........................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Pengertian.............................................................................................1
B. Etiologi.................................................................................................1
C. Batasan Karakteristik............................................................................2
D. Patofisiologi dan Pathway....................................................................2
E. Pemeriksaan Penunjang........................................................................4
F. Penatalaksanaan....................................................................................4
G. Fokus Pengkajian..................................................................................5
H. Diagnosa Keperawatan yang Muncul...................................................6
BAB II Tinjauan Kasus....................................................................................7
BAB III Pembahasan........................................................................................27
Daftar Pustaka...................................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Bronkopneumnia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu arah atau lebih area terlokalisasi
didalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya
(NANDA, 2015).
Bronkopenumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang
terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia
merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia. Bronkopneumonia
(penumonia lobaris) adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian
bawah dari parenkim paru yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa
distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution) yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing
(Samuel, 2015)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bronkopneumonia
adalah jenis infeksi yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat didaerah
bronkus dan sekitar alveoli.

B. Etiologi
Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan
sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan
yang terdiri atas: reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia
yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan jamur,
antara lain (Nurarif, Huda, & Kusuma, 2016) :
1. Bakteri: Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus influenza, dan Klebsiela.
2. Virus: Legionella Pneumoniae.
3. Jamur/fungi: Aspergillus Spesies, Candida Albicans.
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam
paruparu.

1
5. Terjadi kongesti paru yang lama.
C. Batasan Karakteristik
Menurut Wijayanigsih (2013) tanda dan gejala penyakit bronkopneumonia
sebagai berikut:
1. Biasanya didahului infeksi pernapasan atas
2. Demam (390 -400C) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang
tinggi
3. Anak sangat gelisah dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang
dicetuskan oleh bernafas dan batuk
4. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut
5. Kadang-kadang disertai muntah dan diare
6. Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi, wheezing
7. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mukus yang
menyebabkan atelectasis absorb.

D. Patofisiologi dan Pathway


Proses bronchopneumonia dimulai dari akibat inhalasi mikroba yang ada
diudara, aspirasi organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen.
Selain itu juga berhasilnya kuman pathogen seperti virus, bakteri, jamur,
mycoplasma dan benda asing masuk kesaluran pernafasan yaitu ke bronkus
sehingga terserap ke paru perifer yang menyebabkan reaksi jaringan berupa
edema, yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru
yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya serbukan sel PMN (poli
morfonuklear), fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman di alveoli. Proses ini
termasuk dalam stadium hepatisasi merah, sedangkan stadium hepatisasi
kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan
pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan proses
fagositosis yang cepat. Dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan

2
jumlah sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya fibrin, serta
menghilangnya kuman (Samuel, 2015).
Pathway
Jamur, virus, bakteri,
protozoa

Saluran pernafasan atas Infeksi saluran pernafasan


bawah
Kuman terbawa disaluran
cerna Kuman berlebih di bronkus Proses peradangan

Infeksi saluran pencernaan Bersihan jalan nafas tidak Akumulasi secret di bronkus
efektif

Peningkatan flora normal Mukus di bronkus meningkat


dalam usus Peningkatan peristaltik
usus→Malabsorbsi Bau mulut tidak sedap
Resiko Ketidakseimbangan
elektrolit Diare
Anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi
Intake kurang
kurang dari kebutuhan
Intoleransi Aktifitas
tubuh
Inflamasi
Fatique Dilatasi pembuluh darah
Peningkatan metabolisme
Hipoksia Eksudat masuk alveoli tubuh

Peningkatan suhu
Suplai O2 dalam darah Gangguan difusi gas
menurun
Gangguan Pertukaran Gas Hipertermi

Kejang
>15 menit Penurunan suplai darah ke
otak

Resiko perfusi jaringan


Resiko kerusakan sel neuron
serebral tidak efektif
otak

Sumber : (Nurarif, Huda, &


3 Kusuma, 2016), (PPNI, 2016)
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif, Huda & Kusuma (2016) pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pasien bronkopneumonia adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan sputum
c. Analisa gas darah
d. Kultur darah
e. Sampel darah, sputum, urin
2. Pemeriksaaan Radiologi
a. Rontgenogram
b. Laringoskopi/ bronkoskopi

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan
bronkopneumonia yaitu:
1. Pemberian obat antibiotik penisilin 50.000 U/Kg BB/hari, ditambah dengan
kloramfenikol 50-70 mg/kg BB/hari atau deberikan antibiotic yang
mempunyai spectrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan
sampai bebas demam 4-5 hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk
menghilang penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari satu jenis juga
untuk menghindari resistensi antibiotic
2. Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen mEq/500ml/botol
infuse.
3. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibatnya
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan
hasil analisis gas darah arteri.
4. Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik pada
penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak nafas.
5. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian
terapi nebulizer dengan flexotid dan ventolin (Sukarmin, 2009).

4
G. Fokus Pengkajian
1. Keluhan utama : sesak nafas
2. Riwayat penyakit
a. Pneumonia virus : ditandai gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk
renitis dan batuk, serta suhu tubuh lebih rendah dari pneumonia bakteri
b. Pneumonia bakteri : ditandai oleh infeksi saluran pernafasan akut atau
bawah dalam beberapa hari hingga seminggu, suhu tubuh tinggi, batuk,
kesulitan bernafas.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Sering menderita penyakit pernafasan bagian atas, riwayat penyakit peradangan
pernafasan dengan gejala bertahap panjang dan lama yang disertai wheezing.
4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi: perlu diperhatikan adanya takipnea, dypsnea, sianosis
sirkumoral, pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
non produktif menjadi produktif, serta nyeri dada waktu bernafas,
adanya retraksi dinding dada.
b. Palpasi: hati mungkin akan membesar, flemitus raba mungkin
meningkat pada sisi yang sakit dan megalami peningkatan denyut nadi.
c. Perkusi: suara redup pada sisi yang sakit
d. Auskultasi: pada pneumonia akan terdengar stridor suara nafas
berjurang, terdengar suara nafas tambahan atau ronchi, kadang- kadang
terdengar bising gesek pleura.
5. Data fokus
a. Pernafasan
1) Gejala : takipnea, dipsnea, pernafasan dangkal
2) Tanda : bunyi nafas ronchi, halus, wajah pucat atau sianosis bibir
atau kulit
b. Aktivitas atau istirahat
1) Gejala : kelemahan, keleehan insomnia
2) Tanda : penurunan intoleransi aktivtas, letargi
c. Integritas ego : banyaknya stressor
d. Makanan atau cairan

5
1) Gejala : kehilanngan nafsu makan, mual, muntah
2) Tanda : distensi abdomen, hiperperistaltik usus, kulit kering.
e. Nyeri dan kenyamanan
1) Gejala : sakit kepala, nyeri dada, maligna
2) Tanda : melindungi area yang sakit

H. Diagnosa Keperawatan yang Muncul


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
2. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake kurang
4. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveoli
5. Intoleransi aktivitas b.d suplai O2 menurun
6. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d diare
7. Diare b.d peningkatan peristaltik

6
BAB II
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK


No. RM : 021880xx
PENGKAJIAN AWAL PASIEN RAWAT Nama : An. Z
INAP ANAK Jenis kelamin : L
(Dilengkapi dalam waktu 24 jam pertama pasien Tgl lahir : 03/12/2021
masuk ruang rawat) Mohon diisi/ditempel stiker
jika ada
Tanggal Masuk Rumah Waktu
Sakit Pemeriksaan Ruangan: Aster
23 Januari 2022 08.00 WIB

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. KELUHAN UTAMA (Saat pengkajian)
Sesak nafas
Riwayat penyakit sekarang: (Secara Kronologis mulai awal sakit
hingga saat ini)
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak kemarin, batuk grok-
grok sejak 9 hari yang lalu,kejang 1 kali waktu di IGD kedua tangan dan
kaki kaku, mata menghadap ke atas, GCS : E4M5V2 Somnolen, tidak
demam , diare (-), lendir darah (-), muntah (-), tidak mau minum ASI.

ALERGI / REAKSI
Tidak ada alergi
Alergi Obat, sebutkan: Tidak ada Reaksi:
Alergi makanan, sebutkan: Tidak ada Reaksi:
Alergi lainnya, sebutkan: Tidak ada Reaksi:
Tidak diketahui

B. RIWAYAT KELAHIRAN
Usia kehamilan: 37 mgg BB lahir: 2.900 gr PB lahir:43 cm
Persalinan : √Spontan 
SC 
Forcep 
Vakum Ekstraksi

7
Menangis : √Ya 
Tidak
Riwayat kuning : Ya √Tidak
C. RIWAYAT IMUNISASI DASAR

Lengkap : BCG, DPT, Hepatitis B, Polio, Campak 
Tidak pernah
√Tidak lengkap, sebutkan yang belum: Pentabio 3

D. RIWAYAT KELUARGA
Ibu: Ny. J Umur : 38 th Bangsa :Indo Kesehatan: Sehat
Ayah: Tn. E Umur : 42 th Bangsa : Indo Kesehatan : Sehat
Genogram

Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Pasien
E. RIWAYAT KESEHATAN
Pernah dirawat: Ya √Tidak Kapan: - Diagnosis: -
Apakah terpasang alat implant: √Tidak Ya, sebutkan:
…………………...
Apakah ada riwayat dalam keluarga (ayah / ibu dan kakek / nenek)
memiliki penyakit Mayor:

Tidak
√Ya,Asma/ DM/ Cardiovascular/Kanker/Thalasemia/Lain-lain:
Ibu pasien mengatakan didalam keluarganya ada yang mengalami batuk dan
pilek yaitu keponakannya , sehingga anaknya tertular dari keponakannya

8
F. Pola Kesehatan Fungsional Gordon
1. Persepsi kesehatan- pola menejemen kesehatan
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan tidak pernah melakukan
check up kesehatan kecuali sakit
Saat sakit : Ibu klien mengatakan patuh memberikan obat kepada
klien
2. Pola nutrisi
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan selalu menjaga asupan
makanan klien berupa ASI. minum ASI kurang lebih 6 -7 x sehari dan
ditambah minum susu formula 1x sehari saat di tinggal kerja.
Saat sakit : Ibu klien mengatakan anak susah minum ASI dan
saat ini pasien terpasang OGT, ibu pasien memberikan ASI melalui
OGT
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien BAB 2x seminggu dan
BAK 4x sehari
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan klien selama dirawat BAB
baru 2 kali
4. Pola latihan dan aktivitas
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien anaknya belum bisa
tengkurep tetapi gerakannya sebelum sakit sangat aktif
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan klien tapak lebih lemas, dan
rewel
5. Pola persepsi
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien belum mampu
berinteraksi dengan keluarga dan semua fungsi indranya baik
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan klien fungsi indranya masih
baik
6. Pola tidur dan istirahat

9
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien tidur siang kurang
lebih 2-3 jam dan tidur malam kurang lebih 10 jam
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan klien susah tidur , dan sering
rewel
7. Konsep diri dan presepsi
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien tenaganya kuat dan
aktif
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan klien anaknya menjadi
lemas dan rewel
8. Peran dan pola hubungan
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien berhubungan baik
dengan keluarga
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan hubungan dengan keluarga
masih baik dan selalu menjaga anaknya saat sakit
9. Pola reproduksi dan seksual
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien disayangi oleh orang
tua dan juga keluarga terdekat
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan klien lebih diperhatikan oleh
orang tua dan kakek neneknya
10. Pola pertahanan diri (coping)- stress-toleransi
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan terkadang mengajak
ankanya jalan jalan di depan rumah
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan sering menggendong
anaknya agar lebih tenang
11. Pola keyakinan dan nilai
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan beragama islam
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan beragama islam, dan klien
sakit adalah ujian dari Alloh SWT

10
G. Pemeriksaan Fisik
Kondisi umum : Cukup
Kesadaran : GCS : E4M5V2 Somnolen
TTV : Tekanan Darah:- mmHg, Nadi : 152 x/mnt Pernafasan:
48 x/ mnt, Suhu : 37 °C
Kepala : Tidak ada benjolan, bentuk kepala mesosepal, rambut
berwarna hitam
Mata : konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik
Hidung : tidak ada pembesaran polip, terdapat secret cair,
pernapsan cuping hidung
Telinga : Tidak ada serumen, tampak bersih
Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran tyroid
Dada :
Paru :
I: mengunakan otot bantu nafas, ada retraksi dinding dada, RR 48
x/mnt
P: tidak ada nyeri tekan, fokal fremitus kanan kiri sama
P: suara perkusi paru redup
A: suara auskultasi paru Ronhki basah halus
Jantung :
I: iktus cordis tidak tampak
P: iktus kordis tidak teraba
P: bunyi perkusi pekak
A: Ada suara tambahan whezing
Abdomen :
I: tampak datar, tidak ada lesi
A: bising usus 20 x/mnt normal
P: Perkusi perut timpani
P: tidak teraba massa, tidak teraba pembesaran organ

11
Ekstremitas :
Atas: Terpasang infus cairan KN 3A, 8tpm di ektremitas atas kanan ,
kekuatan otot 5/5
Bawah: kekuatan otot 5/5,
Genetalia : tidak ada kelainan pada alat vital, tidak terpasang DC

H. RIWAYAT TUMBUH KEMBANGAN


PENGKAJIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
(1) Pertumbuhan
Berat Badan ( BB ) : 3 kg
Tinggi Badan ( TB ) : 46 cm
(2) Perkembangan
KPSP PADA ANAK UMUR 6 BULAN
No Tida
Kuesioner Praskrining untuk Bayi 6 bulan Ya
. k
Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan √
anda dengan menggerakkan kepala sepenuhnya dari satu sisi ke
sisi yang lain?

Dapatkah bayi mempertahankan posisi kepala dalam keadaan √


2 tegak clan stabil? Jawab TIDAK bila kepala bayi cenderung jatuh
ke kanan/kiri atau ke dadanya
Sentuhkan pensil di punggung tangan atau ujung jari bayi. √
(jangan meletakkan di atas telapak tangan bayi). Apakah bayi
dapat menggenggam pensil itu selama beberapa detik?
3

4 Ketika bayi telungkup di alas datar, apakah ia dapat mengangkat √


dada dengan kedua lengannya sebagai penyangga seperti padA
gambar ?

12
Pernahkah bayi mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau √
5
memekik tetapi bukan menangis?
Pernahkah bayi berbalik paling sedikit dua kali, dari telentang ke √
6
telungkup atau sebaliknya?
Pernahkah anda melihat bayi tersenyurn ketika melihat mainan √
7 yang lucu, gambar atau binatang peliharaan pada saat ia bermain
sendiri?
Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada benda kecil sebesar √
8 kacang, kismis atau uang logam? Jawab TIDAK jika ia tidak
dapat mengarahkan matanya.
Dapatkah bayi meraih mainan yang diletakkan agak jauh namun √
9
masih berada dalam jangkauan tangannya?
Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu tarik √
perlahan-lahan ke posisi clucluk. Dapatkah bayi mempertahankan
lehernya secara kaku seperti gambar di sebelah kiri ? Jawab
TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti gambar sebelah
kanan.

10

Interpretasi
Skor 9-10 : SESUAI
Skor 7-8 : MERAGUKAN
Skor <6 : PENYIMPANGAN
a. MASALAH MENTAL EMOSIONAL ( MME )
KUESIONER MASALAH MENTAL EMOSIONAL (KMME)
No
Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Apakah anak anda sering terlihat marah tanpa sebab yang √
jelas?
(seperti banyak menangis, mudah tersinggung atau bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal yang sudah biasa dihadapinya)
2. Apakah anak anda tampak menghindar dari teman-teman √
atau anggota keluarganya?
(seperti ingin merasa sendirian, menyendiri atau merasa sedih

13
No
Pertanyaan Ya Tidak
.
sepanjang waktu, kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasa
sangat dinikmati)
3. Apakah anak anda terlihat berperilaku merusak dan √
menentang terhadap lingkungan disekitarnya?
(seperti melanggar peraturan yang ada, mencuri, sering kali
melakukan perbuatan yang berbahaya bagi darinya, atau
menyiksa binatang atau anak-anak lainnya)
Dan tampak tidak perdulli dengan nasehat-nasehat yang sudah
diberikan kepadanya?
4. Apakah anak anda memperlihatkan adanya perasaan √
ketakutan atau kecemasan berlebihan yang tidak dapat
dijelaskan asalnya dan tidak sebanding dengan anak lain
seusianya?
5. Apakah anak anda mengalami keterbatasan karena adanya √
konsentrasi yang buruk atau mudah teralih perhatiannya,
sehingga mengalami penurunan dalam aktivitas sehari-hari atau
persentasi belajarnya?
6. Apakah anak anda menunjukkan perilaku kebingungan √
sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan
membuat keputusan?
7. Apakah anak anda menenjukkan adanya perubahan pola √
tidur?
(seperti sulit tidur sepanjang waktu, terjaga sepanjang hari,
sering terbangun di waktu tidur malam oleh karena mimpi
buruk, mengigau)
8. Apakah anak anda mengalami perubahan pola makan? √
(sepeti kehilangan nafsu makan, makan berlebihan atau tidak
mau makan sama sekali).
9. Apakah anak anda sering kali mengeluh sakit kepala, sakit √
perut atau keluhan-keluhan fisik lainnya?
10. Apakah anak anda seringkali mengeluh putus asa atau √
berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya?
11. Apakah anak anda menunjukkan adanya kemunduran √
perilaku atau kemampuan yang sudah dimilikinya?
(seperti mengompol kembali, mengisap jempol, atau tidak mau
berpisah dengan orang tua/pengasuhnya)
12. Apakah anak anda melakukan perbuatan yang berulang- √
ulang tanpa alasan yang jelas?
Interpretasi Hasil :
Tidak ada jawaban “ya”, anak diinterpretasikan tidak mengalami masalah
emosi

b. ABBREVIATED CONNERS RATTING SCALA ( CONNERS )


FORMULIR DETEKSI DINI
Deteksi Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

14
(Abbreviated Conners Ratting Scale)
N Kegiatan yang diamati 0 1 2 3
O
1 Tidak kenal lelah atau aktivitas berlebihan √
2 Mudah menjadi gembira, impulsive √
3 Mengganggu anak-anak lain √
Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, √
4
rentang perhatian pendek
Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara √
5
terus menerus
6 Kurang perhatian, mudah teralihkan √
Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah menjadi √
7
frustasi
8 Sering dan mudah menangis √
Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat dan √
9
drastis
Ledakan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak √
10
terduga
Jumlah 9
Nilai Total : 9
0= Tidak Pernah
1= Kadang-Kadang
2= Sering
3= Selalu
Interpretasi Hasil :
Tidak ditemukan indikasi Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH)

ALASAN PENGKAJIAN
N Jenis Pengkajian Alasan
o
1. Pertumbuhan :
a. Berat Badan dan Tinggi Tujuan Pengukuran BB dan TB ini adalah untuk
Badan menentukan status gizi anak, apakah anak
normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.
b. Lingkar Kepala Mengetahui apakah lingkar kepala anak dalam
batas normal ataukah diluar batas normal sesuai
dengan usia perkembangannya.
2. Perkembangan :
a. Kuesioner Pra Skrining Mengetahui perkembangan seorang anak apakah
Perkembangan (KPSP) sesuai dengan usianya ataukah ditemukan
untuk anak usia 36 bulan kecurigaan penyimpangan, terutama pada aspek
gerakan kasar, sosialisasi dan kemandirian, bicara
dan bahasa, dan gerak halus.
b. TDD (Tes Daya Dengar) Menemukan gangguan pendengaran sejak dini,
agar dapat segera ditindak lanjuti untuk
tingkatkan kemampuan daya dengar dan bicara

15
N Jenis Pengkajian Alasan
o
anak
c. TDL (Tes Daya Lihat) Deteksi dini kelainan daya lihat agar dapat segera
ditanggulangi sehingga kesempatan memperoleh
ketajaman daya lihat menjadi lebih.
d. Kuesioner MME - Bentuk skreening emosi yang harus dilakukan
pada anak umur 36 – 72 bulan
- Tujuan : Deteksi dini penyimpangan masalah
mental emosional pada anak pra sekolah
e. CHAT (Checklist for - Anak (klien) yang diambil berusia kronologis
Autism in Toddlers) 35 bulan 26 hari (dibulatkan menjadi 36
bulan)
- Instrumen ini digunakan untuk deteksi dini
autis pada anak umur 18 – 36 bulan
f. Abbreviated Conners - Anak (klien) yang diambil berusia kronologis
Ratting Scala ( Conners ) 35 bulan 26 hari (dibulatkan menjadi 36
bulan)
- Sebagai Deteksi Dini adanya gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada
anak

g. Denver Development - Anak (klien) usia 0-6 tahun


Screening Test (DDST) - Apabila prematur lebih dari 2 minggu dan
berumur kurang dari 2 tahun, maka dikoreksi
terlebih dahulu.

No Hasil Pengkajian Intervensi


1. Pertumbuhan :
a. Berat Badan dan Tinggi Edukasi Nutrisi Anak (I.12396):
Badan (Status Gizi) : Baik Edukasi:
BB: 3 kg 1. Jelaskan kebutuhan gizi seimbang pada
TB: 46 cm anak
2. Anjurkan menghindari makanan jajanan
yang tidak sehat (mis. Mengandung
pemanis buatan, pewarna buatan,
pengawet, penyedap)
3. Ajarkan ibu mengidentifikasi makanan
dengan gizi seimbang
4. Ajarkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) (mis. Cuci tangan
sebelum dan sesudah makan,cuci tangan
dengan sabun seteah dari toilet)
b. Lingkar Kepala : 40 cm Skrining Kesehatan(I.14581):
Terapeutik:
1. Lakukan anamnesis riwayat kesehatan,
faktor resiko, dan pengobatan, jika perlu

16
No Hasil Pengkajian Intervensi
2. Lakukan pemeriksaan fisik sesuai
indikasi
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur skrining
kesehatan
2. Informasikan hasil skrining kesehatan
2. Perkembangan :
a. Kuesioner Pra Skrining - Skor 9 = Sesuai
Perkembangan (KPSP)
untuk anak usia 6 bulan :
Interpretasi hasil
skor 9-10 : sesuai
skor 7-8 : meragukan
skor <6 : penyimpangan
b. Denver Developmental - Anjurkan orang tua ..................
Screening Test (DDST)
Interpretasi hasil :
...................................
c. TDD (Tes Daya Dengar) : - .
Hasil: ........................... .....
................................

d. TDL (Tes Daya Lihat) :


Hasil: ...........................

e. Kuesioner MME - .
f. CHAT (Checklist for
Autism in Toddlers)
g. Abbreviated Conners Skor 9
Ratting Scala ( Conners )

I. Keadaan Kesehatan Saat Ini


Status Psikologi :
1. Diagnosa medis : Bronkopneumonia
2. Tindakan operasi : Tidak
3. Status nutrisi :
a. Antropometri : TB/BB= 46 cm/3 kg

Status gizi : gizi baik (menurut tabel baku rujukan penilaian status
gizi menurut BB dan umur)

17
b. Clinical Signs : Mata tidak cekung, konjungtiva ananemis,
cubitan kulit perut kembali cepat, rambut kuning kecoklatan
c. Diit : Klien minum ASI mellui selang OGT

4. Obat-obatan :

No Nama Obat Dosis


1 KC 270ml/24 jam
2 Ampicilin 3x100mg
3 Gentamicin 1x10 mg
4 Calsium Glukonas 2x1,5
5 Tabas syr 3x0,7 ml

5. Hasil Laboratorium

No Jenis Hasil Nilai Normal


Pemeriksaan
1 Hemoglobin 19.6 10.8-12.8
2 Leukosit 12140 6000-17.000
3 Hematokrit 28 35-45
4 Eritrosit 3.27 3.6-5.2
5 Trombosit 581000 150.000-450.00073-101
6 MCV 85.9 73-101
7 MCH 29.4 23-31
8 MCHC 34.2 26-34
9 RDW-CV 13.8 11.5-14.5
10 MPV 9.0 6.90-10.6
Kimia Klinik

No Jenis Hasil Nilai Normal


Pemeriksaan
1 Glukosa sewaktu 110 <140

18
2 Natrium 131 134-148
3 Kalium 5.4 3.4-4.5
4 Klorida 90 96-108

J. SKRINING NYERI

1. Adakah rasa nyeri: √Tidak Ya
Frekuensi: Durasi: Lokasi: gusi
2. Skor nyeri:

3. Tipe Nyeri: Terus Menerus 


Hilang Timbul
  
4. Karakteristik Nyeri: Terbakar Tertusuk Tumpul Tertekan
  
Berat Tajam Kram
5. Nyeri Mempengaruhi: Tidur Aktivitas Fisik 
Konsentrasi
 
Emosi Nafsu Makan
K. SKRINING GIZI
TB: 46cm BB: 3 kg
SKRINING GIZI ANAK USIA 1 BULAN – 18 TAHUN (MODIFIKASI
STRONG – KIDS)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah pasien memiliki status nutrisi kurang atau Tidak (0) Ya (1)
buruk secara klinis?
(Anak kurus/ sangat kurus, mata cekung, wajah √
tampak “tua”, edema, rambut tipis dan jarang, otot
lengan dan paha tipis, iga gambang, perut kempes,
bokong tipis dan kisut)
2 Apakah terdapat penurunan berat badan selama 1 Tidak (0) Ya (1)
bulan terakhir?
Atau √
untuk bayi <1 tahun berat badan tidak naik selama 3
bulan terakhir?
Jika pasien menjawab tidak tahu, dianggap
jawaban “Ya”
3 Apakah terdapat SALAH SATU dari kondisi Tidak (0) Ya (1)

19
berikut? √
1) Diare profuse (≥5x/hari) dan atau muntah
(>3x/hari)
2) Asupan makan berkurang selama 1 minggu
terakhir
4 Apakah terdapat penyakit dasar atau keadaan yang Tidak (0) Ya (2)
mengakibatkan pasien berisiko mengalami √
malnutrisi (lihat tabel di bawah)?

TOTAL 5

Daftar Penyakit atau keadaan yang berisiko mengakibatkan malnutrisi


 Diare persisten (≥2  Infeksi HIV  Wajah Dismorfik (aneh)
minggu)  Kanker  Penyakit metabolik
 Prematuritas  Penyakit hati kronik  Retardasi metabolik
 Penyakit Jantung  Penyakit ginjal kronik  Keterlambatan
Bawaan  Penyakit paruKronik perkembangan
 Kelainan bawaan 1  Terdapat stoma usus  Luka bakar
atau lebih (Celah halus  Rencana operasi mayor
bibir&langit-labit,  Trauma  Obesitas
atresia ani, dll)  Konstipasi berulang
 Penyakit Akut Berat  Gagal Tumbuh (Ukuran
 Paru : Pneumonia, pendek & Mungil)
Asma, dll  Ginjal : GGA, GNA, dll
 Hatc : Hepatitis, dll
Skor 0 (resiko malnutrisi kecil) lapor DPJP
Skor 1-3 (resiko malnutrisi sedang) lapor DPJP dan disarankan
Jika skor 4 – 5 (automatic policy) lapor ke dokter pemeriksa dan disarankan
untuk dirujuk ke Poliklinik Gizi

L. STATUS FUNGSIONAL
PENGKAJIAN RISIKO JATUH ANAK (SKALA HUMPTY DUMPTY)
Parameter Kriteria Skor Nilai Skor
Dibawah 3 tahun 4
Umur 3-7 tahun 3
4
7-13 tahun 2
>13tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 2
2
Perempuan 1
Diagnosis Gangguan Neurologis 4 3
Perubahan dalam oksigenisasi 3
(masalah saluran nafas, dehidrasi,
anemia,anorexia, sinkop, Sakit kepala
dll)
Kelainan psikis/ perilaku 2

20
Diagnosis lain 1
Tidak sadar terhadap keterbatasan 3
Gangguan Lupa keterbatasan 2 1
kognitif Mengetahui kemampuan diri 1
Riwayat jatuh dari tempat tidur saat
bayi/ anak 4
Faktor Pasien menggunakan alat bantu atau 3
2
lingkungan box/ mebel
Pasien berada di tempat tidur 2
Pasien diluar ruang rawat 1
Dalam 24 jam 3
Respon terhadap Dalam 48 jam 2
operasi/’ obat
1
penenang/efek
anastesi
>48 jam 1
Penggunaan obat: sedative (kecuali
pasien ICU, yang menggunakan
sedasi dan paralisis) hipnotik,
Penggunaan barbiturat, fenotialin, antidepresan, 1
obat laksatif/ diuretika, narkotik 3
Salah satu dari pengobatan diatas 2
Pengobatan lain 1
14
TOTAL (resiko jatuh
tinggi)
Skor : 7 – 11 (resiko jatuh rendah); ≥ 12 (resiko j

21
ANALISA DATA
Tanggal: 24/01/2022
N Masalah
Data Pathway Etiologi
o Keperawatan
1 Ds: Jamur, virus, Bersihan jalan Sekresi yang
- Ibu pasien nafas tidak efektif tertahan
bakteri, protozoa
mengatakan anaknya (D.0001)
sesak,
- Ibu pasien
Saluran
mengatakan anaknya
batuk sudah 9 pernafasan atas
hari yang lalu.
Do:
- Pasien tampak Kuman berlebih di
menggunakan otot
bronkus
bantu nafas
- Pasien tampak sesak
- Terpasang nasal
Proses peradangan
kanul 1 l/m
- RR= 48 x/m Akumulasi secret
- Terdapat suara nafas
di bronkus
tambahan : rochi
basah halus
- Terdapat secret
Bersihan jalan
- Gambaran
Bronkopneumonia napas tidak
efektif
2 DS : Ibu pasien Gejala sisa berupa Kejang Resiko
mengatakan anaknya perubahan Perfusi
kejang 1 kali tangan dan suplai darah ke Serebral
kakinya kaku, mata otak tidak efektif

menghadap ke atas (D.0017)
Kerusakan
DO : selsel neuron
- Pasien tampak otak

lemah
Risiko Perfusi
- Nadi 52x/mnit
Serebral Tidak
- RR 48 x/mnt,
- suhu 37 0C,
- Kejang
- Tangan dan kaki
kaku
- Mata
mengahadap ke

22
atas
- GCS E4M5V2
Somnolen

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
2. Resiko Perfusi Serebral tidak efektif b.d kejang

INTERVENSI
Tanggal: 24/01/2022

23
No. DX SLKI SIKI RASIONAL
D.0001 Setelah dilakukan Manajemen Jalan Observasi
tindakan keperawatan Napas (I.01011) 1. Memantau pola
selama 3x24jam, Observasi nafas (frekuensi,
diharapkan masalah 1. Monitor pola kedalaman, usaha
keperawatan bersihan nafas (frekuensi, napas)
jalan nafas tidak efektif kedalaman, usaha 2. Memantau adanya
teratasi dengan kriteria napas) nafas tambahan
hasil: 2. Monitor bunyi 3. Memantau adanya
Bersihan jalan napas napas tambahan sputum
(L.01001) 3. Monitor sputum Terapeutik
a. Produksi spuntum Terapeutik 4. Mempertahankan
menurun (5) 4. Pertahankan kepatenan jalan
b. Mengi menurun (5) kepatenan jalan napas
c. Wheezing menurun nafas denga 5. Memberikan posisi
(5) head-tilt dan chin yang nyaman
d. Frekuensi napas lift 6. Membantu
membaik (5) 5. Posisikan semi mengencerkan
e. Pola napas fowler sputum
membaik (5) 6. Berikan minum 7. Memahami cara
hangat melakukan
7. Lakukan fisioterapi
fisioterapi dada 8. Mengurangi
8. Lakukan jumlah sputum
penyisapan lendir 9. Memberikan
<15 detik oksigen
9. Berikan oksigen Edukasi
jika perlu 10. Memenuhi
Edukasi kebutuhan cairan
10. Anjurkan asupan 11. Memahami cara
cairan melakukan batuk
2000ml/hari jika efektif
tidak kontra Kolaborasi
indikasi 12. Menngencerkan
11. Ajarkan teknik sputum
batuk efektif
Kolaborasi
12. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
expetoran,mukolit
ik jika perlu.
2 Perfusi Serebral Menejemen 1. untuk menentukan
(L.02014) Peningkatan intervensi yang tepat
Tekanan dan dapat melakukan
Setelah dilakukan IntraKranial (I. pencegahan dini
tindakan keperawatan 06194)
selama 3 x 24 jam 2. Untuk menentukan
diharapkan kondisi klien 1. Identifikasi intervensi yang tepat
membaik dengan kriteria penyebab dan dapat melakukan

24
hasil : peningkatan TIK pencegahan dini
(missal lesi,
1. Tingkat kesadaran gangguan 3. Untuk mengetahui
membaik metabolisme, adanya gangguan
2. Kognitif meningkat edema serebral) system kardiovaskeler
3. Demam menurun 2. Monitor tanda
4. Reflek saraf 4. Untuk mengurangi
gelaja pengaruh TIK
membaik peningkatan TIK
(mis, TD 5. Untuk mengurangi
meningkat, TN pengaruh PTIK
melebar,
6. Untuk mencegah
brsdiksrdi, pola
kerusakan syaraf otak
nafas ireguler,
kesadaran 7. untuk menghindari
menurun) terjadinya syok
3. Monitor MAP
4. Meminimalkan 8. Untuk menstabilkan
stimulus dengan suhu tubuh pasien agar
menyediakan tidak terjadi hipotermi
lingkungan yang atau hipertermi
tenang 9. untuk mencegah
5. Berikan posisi kejang dan kerusakan
semifowler syaraf
6. Cegah terjadinya
kejang 10. Untuk menghambat
7. Hindari penyerapan cairan
pemberian cairan kembali oleh ginjal
IV hipotonik
8. Pertahankan suhu
normal
9. Kolaborasi
pemberian sedasi
dan anti
konvulsan, jika
perlu
10. Kolaborasi
pemberian
diuretic osmosis,

IMPLEMENTASI
Tanggal/ IMPLEMENTASI Respon TTD
Jam
Selasa Melakukan pengkuran GCS Ds : -
24 Januari Do : E4M5V2 Somnolen
2022

25
14.00 WIB
14.05 Memonitor Frekuensi, irama, Ds :-
kedalaman dan upaya nafas Do : Pasien tampak sesak
14.10 Memonitor saturasi oksigen Ds :-
Do : SPO2 93%
14.15 Memberikan Oksigenasi Ds : Ibu pasien mengatakan
nasal kanul 1 lpm anaknya sesak
Do : Memberikan oksigenasi
nasal kanul 1 lpm
14.25 Memonitor bunyi nafas Ds :-
tambahan Do : Bunyi tambahan ronkhi
basah halus
14.30 Memonitor adanya produksi Ds: -
sputum Do : Terdapat sputum berwana
bening
14.35 Melakukan fisioterapi dada Ds : ibu pasien mengatakan
anaknya batuk
Do : Melakukan dan
mengajarkan fisioterapi dada
14.50 Memonitor TTV Ds :-
Do :
TD - mmHg
N 152x/mnt
RR 48x/mnt
SPO2 93%
17.00 Memberikan terapi Ds :-
farmakologi Do : Pemberian melalui inj
- Ampicilin 100 mg perbolus Ampicilin 100 mg,
- Gentamicin 10 mg Gentamicin 10 mg
- Ca Glukonas 1,5 ml Ca Glukonas 1,5 ml
Selasa 25 Memonitor TTV Ds :-
Januari Do :
15.00 TD - mmHg
N 115x/mnt
RR 36x/mnt
SPO2 94%
S 37ᵒC
15.30 Melakukan pengukuran GCS Ds : -
Do : E4M5V5 Composmentis
15.35 Memonitor Frekuensi, irama, Ds :-
kedalaman dan upaya nafas Do : Pasien masih tampak
sesak
16.00 Memonitor saturasi oksigen Ds :-
Do : SPO2 94%
16.10 Memonitor bunyi nafas Ds :-
tambahan Do : Bunyi tambahan ronkhi
basah halus
16.15 Memonitor adanya produksi Ds: -
sputum Do : Terdapat sputum berwana
bening

26
16.20 Melakukan fisioterapi dada Ds : ibu pasien mengatakan
anaknya batuk
Do : Melakukan dan
mengajarkan fisioterapi dada
16.25 Memberikan terapi Ds :-
farmakologi Do : Pemberian melalui inj
- Ampicilin 100 mg perbolus Ampicilin 100 mg,
- Gentamicin 10 mg Gentamicin 10 mg
- Ca Glukonas 1,5 ml Ca Glukonas 1,5 ml
17.00 Memonitor TTV Ds :-
Do :
TD - mmHg
N 117x/mnt
RR 48x/mnt
SPO2 95%

EVALUASI
No.
Hari/Tanggal/Jam Evaluasi TTD
Dx
1 Senin, 24 Januari S: ibu pasien mengatakan anaknya masih sesak
2022/14.00 WIB dan masih batuk

27
O:
- klien nampak terpasang kanul O2 1 lpm
- nafas menggunakan otot bantu nafas berkurang
- RR=48x/m
- Produksi spuntum belum menurun
- Ronkhi belum menurun
- Frekuensi napas belum membaik
- Pola napas belum membaik
A: Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor SPO2
- Monitor pernafasan

2 Senin 24 januari S: Ibu pasien mengatakan anaknya kejang 1 kali


2022 14.00 WIB
tangan dan kakinya kaku, mata menghadap ke atas
O:
- Pasien tampak lemah
- Nadi 52x/mnit
- RR 48 x/mnt,
- suhu 37 0C,
- Kejang
- Tangan dan kaki kaku
- Mata mengahadap ke atas
- GCS E4M5V2 Somnolen
A: Masalah keperawatan resiko perfusi serebral
tidak efektif belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor GCS
- Monitor TTV
1 Senin, 25 Januari S: ibu pasien mengatakan anaknya masih sesak
2022/14.00 WIB dan masih batuk
O:
- klien nampak terpasang kanul O2 1 lpm
- nafas menggunakan otot bantu nafas berkurang
- RR= 30x/m
- Produksi spuntum belum menurun
- Ronkhi belum menurun
- Frekuensi napas belum membaik
- Pola napas belum membaik
A: Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor SPO2
- Monitor pernafasan

28
2 Senin 25 januari S: Ibu pasien mengatakan anaknya kejang 1 kali
2022 14.00 WIB
tangan dan kakinya kaku, mata menghadap ke atas
O:
- Pasien tampak lemah
- Nadi 52x/mnit
- RR 48 x/mnt,
- suhu 37 0C,
- Kejang
- Tangan dan kaki kaku
- Mata mengahadap ke atas
- GCS E4M5V Somnolen
A: Masalah keperawatan resiko perfusi serebral
tidak efektif belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor GCS
- Monitor TTV
1 Senin, 26 Januari S: ibu pasien mengatakan anaknya masih sesak
2022/14.00 WIB dan kadang-kadang batuk
O:
- klien nampak terpasang kanul O2 1 lpm
- nafas menggunakan otot bantu nafas berkurang
- RR= 30x/m
- Produksi spuntum belum menurun
- Ronkhi belum menurun
- Frekuensi napas belum membaik
- Pola napas belum membaik
A: Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor SPO2
- Monitor pernafasan

2 Senin 26 januari S: Ibu pasien mengatakan anaknya kejang 1 kali


2022 14.00 WIB
tangan dan kakinya kaku, mata menghadap ke atas
O:
- Pasien tampak lemah
- Nadi 52x/mnit
- RR 48 x/mnt,
- suhu 37 0C,
- Kejang

29
- Tangan dan kaki kaku
- Mata sudah tidak menghadap ke atas
- E4M5V5 Composmentis
A: Masalah keperawatan resiko perfusi serebral
tidak efektif belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi
- Monitor GCS
- Monitor TTV

30
BAB III
PEMBAHASAN

Bronkopneumia disebut juga pneumonia loburalis yaitu suatu peradangan


pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga
mengenai alveolus disekitarnya, yang disebabkan oleh bermacam - macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing (Samuel, 2015).
Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang mengakibatkan
tersumbatnya alveolus dan bronkeolus oleh eksudat, ditandai batuk produktif atau
nonproduktif, ronkhi, nyeri dada, retraksi dinding dada, pernapasan cuping
hidung, sianosis dan demam, dapat diatasi dengan pemberian terapi inhalasi
nebulizer.
Pilihan terapi pada anak dengan bronkopneumonia terdiri dari terapi utama
dan terapi tambahan. Terapi utama meliputi terapi antibiotik dan terapi tambahan
merupakan terapi simtomatis seperti terapi analgetik, antipiretik, terapi inhalasi
bronkodilator dan mukolitik. Namun pemberian terapi inhalasi lebih efektif
diberikan pada anak dengan bronkopneumonia karena pemberian terapi inhalasi
bertujuan untuk memberikan efek bronkodilatasi atau melebarkan lumen bronkus,
dahak menjadi encer sehingga mempermudah dikeluarkan, menurunkan
hiperaktifitas bronkus dan dapat mengatasi infeksi (Wahyuni, 2014).
Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara inhalasi (hirupan) ke dalam
saluran respiratori. Pemberian terapi inhalasi yaitu tehnik yang dilakukan dengan
pemberian uap dengan menggunakan obat Ventolin 1 ampul dan Flexotide 1
ampul. Obat Ventolin adalah obat yang digunakan untuk membantu
mengencerkan sekret yang diberikan dengan cara diuap dan Flexotide digunakan
untuk mengencerkan sekret yang terdapat dalam bronkus (Sutiyo & Nurlaila,
2017).
Dapat juga diberikan obat Bisolvon cair sebagai inhalasi berfungsi untuk
mengencerkan dahak dan batuk lebih cepat dari cairan abnormal di cabang
tengorokan Menurut Andrearretha & Nurlaila (2017) dalam penelitian penerapan
terapi inhalasi untuk mengurangi gejala sesak napas pada anak dengan

31
bronkopneumonia di Ruang Melati RSUD dr. Soedirman Kebumen hasilnya
pemberian terapi inhalasi menggunakan obat Combivent yang dapat melebarkan
saluran pernapasan bagian bronkus sehingga membuat keluhan seperti sesak napas
dan adanya bunyi saat bernapas menjadi menghilang.
Pada penelitian Astuti, Marhamah & Diniyah (2019), menyatakan bahwa
Alat nebulizer sangat cocok untuk anak-anak dan lansia yang mengalami
gangguan pada pernapasan terutama adanya mukus yang berlebih, batuk atau pun
sesak napas. Karena obat langsung menuju saluran napas. Pada klien yang batuk
dan mengeluarkan lendir (plegm/slem) di paru-paru sehingga mampu
mengencerkan dahak. Pada pasien anak-anak pilek dan hidung tersumbat sehingga
mampu melancarkan saluran pernapasan, penggunaan sama dengan obat biasa 3
kali sehari atau sesuai anjuran dokter, campuran obat menjadi uap biasanya juga
obat-obatan yang memang melancarkan napas. Penggobatan nebulizer lebih
efektif dari obat-obatan diminum karena langsung dihirup masuk ke paru-paru,
dosis yang dibutuhkan lebih kecil, sehingga lebih aman.
Setelah dilakukan tindakan nebulizer selama 3 x 24 jam, anak dan
keluarga awalnya tidak kooperatif, anak sering melepas sungkup nebul dan sering
menangis, setelah 1 kali tindakan anak kooepratif dalam tindakan Sebelum
pemberian terapi nebulizer dengan NaCl 1 cc + Ventolin 1 cc + Bisolvon 10 tetes,
frekuensi pernapasan 43 kali/menit, batuk terus-menerus, pernapasan cuping
hidung, ronkhi, setelah dilakukan terapi, frekuensi pernapasan menjadi 26
kali/menit, batuk berkurang, napas normal.

32
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, W. T., Marhamah, E., & Diniyah, N. (2019). Penerapan Terapi Nebulizer
Untuk Mengatasi Bersihan Jalan Napas Pada Pasien Bronkopneumonia.
Akademi Keperawatan Bhakti Nusantara: Departemen Keperawatan Anak.
NANDA. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA. Yogyakarta: Mediaction.
Nurarif, Huda, A., & Kusuma, H. (2016). NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
Samuel, A. (2015). Bronchopneumonia on Pediatric Patient.
Sutiyo, A., & Nurlaila. (2017). Penerapan terapi inhalasi untuk menggurangi sesa
nafas pada anak dengan bronkopneumonia di Ruang Melati RSUD dr.
Soedirman Kebumen. Naskah Publikasi. Kebumen.
Wahyuni, L. (2014). 2014. Effect of nebulizer and effective chough on the status
of breating COPD patient. Mojokerto: Stikes Bina Sehat PPNI.
Wijayaningsih. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info
Media.

33

Anda mungkin juga menyukai