Anda di halaman 1dari 9

TUTORIAL KLINIK & REFLEKSI KASUS PADA BY. NY.

C DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK
EFEKTIF DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONKOPNEUMONIA DI
RUANG PICU RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik Stase Keperawatan Anak
Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Disusun Oleh :

Rizki Tri Mulyawati

2021030070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2022
TUTORIAL KINIK

N PROBLEM HIPOTESIS MECHANISM MORE INFO DON’T LEARNING ISSUES PROBLEM


O KNOW SOLVIING
1 DS : Bersihan Jalan Pernah dirawat Bagaimana Bersihan jelan napas Manajemen Jalan
Jamur, virus,
- Ibu pasien Nafas Tidak di ruang Melati cara tidak efektif yaitu
bakteri, protozoa Napas (I.01011)
mengatakan Efektif b.d pada selama 13 mengatasi ketidakmampuan
anaknya Sekresi yang hari dengan bersihan membersihkan sekret Observasi
batuk-batuk Tertahan d.d labipatoscizhis jalan napas atau obstruksi jalan
Infeksi saluran 1. Monitor pola
sejak sputum tidak efektif? napas untuk
pernafasan atas Terapi
seminggu berlebih, batuk mempertahankan jalan napas
yang lalu tidak efektif, Injeksi IV : napas etetap paten
disertai ronkhi halus Gentamicyn 1 (PPNI, 2016). Gita
Kuman berlebih x 13 mg
dahak namun (2016) menjelaskan
di bronkus
dahak tidak Ceftriaxon 2 x bahwa masalah yang
dapat keluar 130 mg umum ditemukan pada
DO : Ca glukonas 2 bronkopneumonia
Proses
- RR : 71 x 1,35 mg adalah bersihan jalan 2. Monitor bunyi
peradangan
x/menit IVFD D5% 10 napas efektif dan
tpm napas
(takipnea) untuk mengatasinya
- SpO2 : 99% Akumulasi sekret IVFD NaCl diperlukan penanganan tambahan
- Tampak di bronkus 3% 20 ml 10 tindak lanjut secara
retraksi tpm farmakologi maupun
dinding dada non farmakologis.
- Pernapasan Terapi PO : Sejalan dengan Barka
cuping Tabas syrup 3 (2017) yang
x 0.3 ml
hidung Ambroxol 3 menyatakan bahwa Terapeutik
- Suara nafas Bersihan Jalan 0.3 ml upaya yang perlu
Napas Tidak 1. Pertahankan
tambahan : dilakukan dalam
ronkhi halus Efektif Nebulizer penanganan kepatenan
- Batuk tidak Ventolin + bronkopneumonia
NaCl / 6-8 jam jalan napas
efektif dengan bersihan jalan
- Gambaran napas tidak efektif dengan head-
Ro Thorax meliputi terapi non
tilt dan chin-
Bronkopneu farmakologis yaitu
monia dengan fisioterapi lift
- CRP : 87 dada. Fisioterapi
2. Lakukan
mg/L dada merupakan
tindakan keperawatan fisioterapi
yang dilakukan dengan
dada
cara postural drainase,
perkusi (clapping) dan 3. Berikan
vibrating pada pasien
oksigen
dengan gangguan
sistem pernafasan.
(Andarmoyo, 2012). Kolaborasi
Tujuan fisioterapi dada
atau clapping menurut 1. Kolaborasi
Potter & Perry dalam pemberian
Sukma (2018) yaitu
fisioterapi dada dapat bronkodilator
melepaskan sekret
yang melekat pada
dinding bronkus dan
mempertahankan
fungsi otot-otot
pernapasan.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
didapatkan hasil
evaluasi RR : 57
x/menit, SpO2 : 100%,
retraksi dinding dada
berkurang, pernapasan
cuping hidung, suara
nafas tambahan :
ronkhi halus
berkurang, batuk
efektif berkurang.
Sejalan dengan
penetilitian yang
dilakukan oleh Sukma
(2018) dengan judul
“Pengaruh
Pelaksanaan
Fisioterapi Dada
(Clapping) terhadap
Bersihan Jalan Napas
Padaanak Dengan
Bronkopneumonia”
bahwa terdapat
pengaruh yang
signifikan terhadap
bersihan jalan napas
pada anak dengan
bronkopneumonia
setelah dilakukan
fisioterapi dada
dikarenakan terjadi
perbaikan kondisi
pada status
pernapasan responden
diantaranya frekuensi
napas atau respiration
rate, suara napas
ronki, dan batuk
produktif terdapat
perubahan pada rata-
rata frekuensi
pernapasan responden
yaitu 26.6 kali per
menit kemudian
setelah dilakukan
fisioterapi dada atau
clapping rata-rata
rekuensi napas
menurun menjadi
22.3 kali per menit.
Selain itu suara napas
ronki dan batuk efektif
berkurang setelah
dilakukan fisioterapi
dada. Jadi, fisioterapi
dada efektif terhadap
bersihan jalan napas
pada anak dengan
bronkopneumonia.
REFLEKSI KASUS

Nama Mahasiswa : Rizki Tri Mulyawati

Tempat Pelaksanaan : Ruang PICU

Hari/Tanggal : Kamis, 11 Februari 2022

Tema : Prinsip Etik Beneficience dan Non Maleficience

Komponen Uraian
1. Latar Belakang Kasus Perawat merupakan tenaga pelayanan
kesehatan yang selalu berhadapan
langsung dengan pasien, sehingga
dalam pelaksanaannya memberikan
pelayanan berupa pelayanan
keperawatan, praktik keperawatan dan
asuhan keperawatan perawat harus
senantiasa menjunjung kode etik
keperawatan dan menerapkan prinsip
etik keperawatan. Kode etik sekaligus
mencegah kesalahpahaman dan konfik
karena merupakan kristalisasi prilaku
yang dianggap benar menurut pendapat
umum dan berdasarkan pertimbangan
kepentingan profesi, kode etik berisi
prinsip-prinsip etik yang dianut oleh
profesi tertentu. Penerapan prinsip etik
penting untuk dilakukan mengingat
perawat yang dalam melakukan
asuhan keperawatan berprilaku tidak
etik menimbulkan kerugian bagi klien
sebagai penerima asuhan keperawatan
dapat menimbulkan injury atau bahaya
fisik seperti nyeri, kecacatan atau
kematian (Andi dan Edi, 2019).
Etika memiliki beberapa prinsip
utama yang bisa diterima oleh
masyarakat secara luas. Menurut
DeLaune dan Ladner (2011) serta
Purtilo (2005) dalam Lewenson dan
Truglio-Londrigan (2013), prinsip
etik terdiri dari autonomy (keputusan
individu dalam memilih sendiri),
nonmaleficence (perbuatan yang tidak
merugikan), beneficence (berbuat baik
dan mempertahankan keseimbangan
antara keuntungan dan kerugian),
justice (bersikap adil), veracity
(mengatakan yang sesungguhnya), dan
fidelity (menepati janji).
2. Ringkasan Kasus Pada hari Senin, 07 Februari 2022
mahasiswa melakukan pengkajian
kepada By. Ny. C. Saat pengkajian ibu
pasien mengatakan anaknya batuk
disertai dahak sejak satu minggu yang
lalu namun dahak tidak bisa keluar.
Hasil peneriksaan TTV didapatkan RR
71 x / menit, SpO2 99%, N 173
x/menit, suhu 36,7°C, terdapat retraksi
dinding dada, pernapasan cuping
hidung, menggunakan alat bantu
pernapasan nasal kanul 1 lpm, hasil
auskultasi terdapat ronkhi halus, hasil
laboratorium tanggal 06 Februari 2022
CRP 87 mg/L, leukosit 27790.
Kemudian untuk mengatasi masalah
tersebut perawat melakukan tindakan
kolaborasi nebulizer Ventolin + NaCl
dan melakukan tindakan keperawatan
mandiri fisioterapi dada serta
mengajarkan ibu bagaimana cara
melakukan fisioterapi dada dan
mengingatkan ibu untuk tidak
melakukan fisioterapi dada ketika anak
baru saja minum ASI.
3. Refleksi Kasus Dari ringkasan kasus di atas didapatkan
prinsip etik keperawatan yang
diterapkan oleh perawat yaitu prinsip
etik Beneficience karena perawat telah
mengajarkan fisioterapi dada sehingga
ibu bisa melakukannya secara mandiri
di rumah ketika anak tidak dapat
mengeluarkan sekret. Selian itu, prinsip
etik keperawatan yang lain yaitu Non-
Maleficience (perawat memberikan
yang terbaik dan tidak merugikan
pasien) karena perawat telah
mengingatkan untuk tidak melakukan
fisioterapi dada ketika anak baru saja
minum ASI. Karena dari tindakan yang
diajarkan kepada keluarga pasien
diharapkan memberikan efek terapi
kepada pasien bukan merugikan /
memperparah keadaan pasien.
4. Solusi/Tindak Lanjut Setelah mengajarkan cara melakukan
fisioterapi dada perawat tidak lupa
mengingatkan ibu untuk melakukan
fisioterapi dada secara mandiri atau saat
di rumah ketika anak batuk namun
tidak dapat mengeluarkan dahak.

Purwokerto, 11 Februari 2022

Mahasiswa

(Rizki Tri Mulyawati)

Anda mungkin juga menyukai