TAHUN 2023
OLEH
CI Klinik CI Akademik
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Bedah Kasus yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. H dengan Bronkopneumonia diruangan melati
RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2023.”
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Bedah Kasus ini dapat
diselesaikan karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Bersama ini
perkenankan saya mengucapkan Terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang
tulus kepada:
1. Ns. Fetrina, S.Kep selaku CI Klinik di Ruangan Melati RSUD Dr. Adnaan WD
Payakumbuh.
2. Irma Fidora, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku CI Akademik Profesi Ners Fakultas
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.
3. Pasien dan Keluarga yang telah bersedia memberikan informasi berkaitan dengan
kesehatannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................................................... 2
D. Manfaat........................................................................................................ 2
A. Pengkajian.................................................................................................... 17
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................ 27
C. Intervensi Keperawatan................................................................................ 27
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.................................................... 31
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan Pengkajian............................................................................... 41
B. Pembahasan Diagnosa.................................................................................. 41
C. Pembahasan Intervensi................................................................................. 42
D. Pembahasan Implementasi........................................................................... 42
E. Pembahasan Evaluasi................................................................................... 43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................. 44
B. Saran............................................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkopneumonia dapat terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada di udara,
aspirasi organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen dari focus infeksi yang
jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran nafas masuk ke bronkioli dan alveoli,
menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya
protein dalam alveoli dan jaringan interstitial. Masuknya jamur, virus dan bakteri ke
paru-paru yang mengakibatkan terjadinya infeksi parenkim paru. Salah satu reaksi
infeksi adalah dengan meningkatnya produksi sputum. Produksi sputum yang
meningkat akan menjadi masalah utama pada anak dengan Bronkopneumonia yang
akan mengakibatkan tidak efektifnya bersihan jalan nafas pada anak (Adriana, 2019).
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Penyakit ini
menyumbang 16% dari seluruh kematian anak di bawah 5 tahun, yang menyebabkan
kematian pada 920.136 balita, atau lebih dari 2.500 per hari, atau di perkirakan 2 anak
Balita meninggal setiap menit pada tahun 2018 (WHO, 2019) dalam (Kementrian
Kesehatan RI, 2020). Berdasarkan data laporan rutin subdit ISPA tahun 2018,
didapatkan penemuan insiden Bronkopneumonia (per 1000 balita) di Indonesia sebesar
20,54 (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
Di Indonesia, cakupan penemuan kasus Bronkopneumonia pada balita dari tahun
2016-2019 mengalami peningkatan dari 94,12% menjadi 97,30% (Kementrian
Kesehatan RI, 2020). Prevalensi Bronkopneumonia terbanyak terjadi pada anak usia 1-4
tahun (Kementrian Kesehatan. RI, 2020). Pada tahun 2018-2019 terjadi peningkatan
penemuan penderita Pneumonia atau Bronkopenumonia yaitu 2,82% di Bali, Jawa
Timur menduduki peringkat kedua di Indonesia sedangkan angka kematian balita di
Jawa Timur penderita bronkopneumonia balita di Jawa Timur sebesar 27,08%, di
sumatera barat tahun 2018 sebanyak 586 kasus dan di tahun 2010 sebanyak 819 orang
dan 100 % dapat ditangani (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2018).
Menurut Hasil Data Dinas Kesehatan Kota Padang (2018) terdapat jumlah
balita sebanyak 89.793 orang. Perkiraan penderita sebanyak 8.979 (10%)
Balita, sementara penderita yang ditemukan dan ditangani hanya sebanyak
1
1.850 (20,6 %). Balita laki-laki lebih banyak menderita Pneumonia (23,1%)
dibandingkan dengan balita perempuan (14,9%). Ditemukan data di tahun 2022 di
ruangan melati (anak) di RSUD Adnaan Wd terdapat 139 anak yang mengalami
bronkopneumonia. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan dahak merupakan kendala
yang sering dijumpai pada anak usia bayi sampai dengan usia balita, karena pada usia
tersebut reflek batuk masih lemah sehingga anak tidak mampu untuk mengeluarkan
dahak secara efektif yang berakibat dahak lebih cendrung untuk ditelan yang beresiko
terjadinya muntah yang berakibat tidak nafsu makan.
Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk menjadikan laporan bedah kasus
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. H dengan diagnosa Bronkopneumonia
diruangan melati RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2023”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang muncul yaitu
bagaimana Asuhan Keperawatan pada An. H dengan diagnosa Bronkopneumonia
diruangan melati RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2023.
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan terhadap pasien
Bronkopneumonia.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan bagi penulis dalam
melaksanakan Bedah kasus, khususnya dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada
pasien Bronkopneumonia.
2. Bagi Instansi
Diharapkan Bedah Kasus ini dapat menjadi referensi bacaan untuk melakukan
Asuhan Keperawatan pada pasien Bronkopneumonia.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Etiologi
Reeves 2001 (dalam Padilla, 2013) memaparkan penyebab terjadinya
bronkopneumoni antara lain :
a. Bakteri
Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza,
klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001).
4. Fatofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh
virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga
terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya
penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan
mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang
terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
4
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan
napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan
produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga
fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak
lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas,
hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan
yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. (Smeltzer, Suzanne C, 2001)
5
5. Pathway Bronchopneumonia (Smeltzer, Suzanne C, 2001)
6
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Padilla, 2013) yaitu :
a. Pemeriksaan radiologi
1) Pemeriksaan thoraks
Pada foto thorax Bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu
atau beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi
pada satu atau beberapa lobus.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Leukositosis atau meningkatnya jumlah netrofil akan terjadi pada kasus
bronkopneumonia oleh bakteri.
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diproleh dari batuk yang spontan dan dalam yang
digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis, kultur dan tes sensifitas untuk
mendeteksi agen infeksius.
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
7. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2002), bronchopneumonia pada anak bila tidak ditangani
dengan baik akan mengakibatkan komplikasi sebagai berikut :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Otitis Media Acute
d. Infeksi sitemik
e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
7
8. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2002), Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi, tetapi karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu therapy secepatnya
maka biasanya diberkan :
a. Penisillin 50.000 U/ kgbb/hari, ditambah dengan chloramfenicol 50-70
mg/kgbb/hari atau diberkan antibiotic yang mempunyai spectrum luas seperti
Ampicillin, pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari
b. Pemberian oksigen, fisioterafi dada dan cairan intravena biasanya diperlukan
campuran glucose dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl
10 mEq / 500 ml/ botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat kurang
makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis
gas darah arteri.
8
c) Region/radiasi, yaitu lokasi keluhan utama tersebut dirasakan/ditemukan,
daerah/area penyebaran sampai kemana. Pada pasien bronchopnemonia
biasanya sesak dirasakan pada seluruh daerah dada.
d) Severity scale, yaitu skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai seberapa
jauh. Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak dirasakan sangat berat
diikuti oleh demam tinggi dan kejang sampai terjadi penurunan kesadaran.
e) Timing, yaitu kapan keluhan tersebut mulai ditemukan/dirasakan pada
pasien bronchopnemonia keluhan dirasakan berat pada saat malam hari dan
aktifitas yang berlebihan. (Carpenito, 2008)
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi penyakit yang pernah dialami (apa kapan dirawat/tidak dimana,
reaksi anak), pernah dirawat (dimana, kapan, berapa lama, bagaimana reaksi
anak), pengobatan yang pernah diberikan (jenis, berapa lama, dosis), tindakan
medis (operasi, vena pungtie dan lain-lain) alergi atau tidak. Adanya riwayat
infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam, anorexia, sukar
menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan
imunitas seperti malnutrisi, anggota keluarga lain yang mengalami sakit
saluran pernapasan.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi keluarga inti, ayah, ibu, nenek, kakek, parnan, bibi dan lain- lain,
penyakit yang pernah diderita/masih diderita penyakit menular, penyakit
keturunan dan lain-lain.
5) Riwayat Kehamilan
a) Pre Natal
Meliputi penyakit ibu selama hamil, perdarahan, makanan pantangan,
pemeriksaan kehamilan.
I. Trisemester I (0-12 minggu) tiap 4 minggu (7 kali pemeriksaan)
II. Trisemester II (13-24 minggu) : tiap 2 minggu (7 kali pemeriksaan)
III. Trisemester III (25-36 minggu) : tiap minggu sampai bayi lahir imunisasi
TT 2 kali selama kehamilan
b) Intra Natal
Meliputi : bayi waktu lahir ditolong siapa, jenis persalinan, Apgar score,
berat badan lahir, adakah proses kelahiran yang lama, perdarahan, posisi
janin waktu lahir.
9
c) Post Natal
Meliputi kesehatan ibu yang buruk pada masa post natal, kesehatan bayi,
kelainan congenital, infeksi, hipo/hipertermin nutrisi (colostrums) segera
setelah lahir, menunggu asi keluar diganti pasi, pantangan makanan ibu.
6) Riwayat Tumbuh Kembang
Meliputi kejadian penting pada perkembangan masa kanak-kanak seperti
tengkurap, berjalan, imunisasi dan lain-lain.
7) Riwayat Psikologis
a. Pola interaksi, meliputi dengan orang tua, teman dan orang lain
b. Pola kognitif, meliputi kemampuan berfikir, berbahasa dan intelegensi
c. Pola emosi, meliputi bila marah, sedih, takut, gembira dan lain-lain
d. Konsep diri meliputi penilaian atau pandangan terhadap dirinya; harga diri,
bodi image, ideal diri / cita-cita hal yang terbaik, dan aktualisasi diri.
e. Pola pertahanan diri, meliputi bagaiman keluarga menghadapi masalah yang
dihadapi. (Anastasia anne, 2006)
8) Riwayat Sosial
Yang harus dikaji adalah pola kultural atau norma yang berlaku, rekreasi,
lingkungan tempat tinggal klien dan keadaan ekonomi.
9) Kebiasaan Sehari-hari
Meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktifitas seperti bermain dan
personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Pengukuran pertumbuhan meliputi : tinggi badan, berat badan, lingkar
kepala atas dan lingkar dada
b) Pengukuran tanda vital meliputi : tensi darah, nadi, respirasi dan suhu
c) Keadaan sistem tubuh
2) Sistem optalmikus
a) Inspeksi : bentuk, warna konjunctiva, pupil, dan sklera
b) Palpasi : adanya oedema, massa dan peradangan.
c) Pada pasien bronchopneumoni biasanya ditemukan perubahan warna sklera
mata bila terjadi hipertermi.
10
3) Sistem respiratorik
a) Inspeksi : observasi penampilan umum, konfigurasi thorak, kaji terhadap
area intercosta dan penggunaan otot tambahan, evaluasi kulit, bibir dan
membran mukosa, kaji kuku mengenai warnanya. Palpasi mengetahui
adanya masa, pembesaran kelenjar limfe, bengkak, nyeri, pulpasi, krepitasi
dan fokal fremitus
b) Perkusi : untuk mengetahui batas dan keadaan paru-paru
c) Auskultasi : untuk mengevaluasi bunyi nafas yang meliputi frekuensi,
kualitas, tipe dan adanya bunyi tambahan.
d) Pada penderita bronchopneumonia biasanya ditemukan dispneu, pernafasan
cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung, dan penggunaan otot-otot
tambahan, suara nafas abnormal (ronchi) dan batuk dengan produksi
sputum.
4) Sistem kardiovaskuler
a) Inspeksi : warna kulit, anggota tubuh dan membran mukosa, pelpebra
anemis atau tidak, periksa prekordium dan adanya oedema palpasi: seluruh
dada terhadap impuls apikal, getaran dan nyeri tekan, palpasi nadi dan
oedema perifer
b) Perkusi : untuk mengetahui batas jantung
c) Auskultasi : untuk mendengarkan bunyi akibat vibrasi karena kegiatan
jantung.
d) Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan hipotensi, tanda-tanda sianosis
pada mulut dan hidung, nadi cepat dan lemah.
5) Sistem gastro intestinal
a) Inspeksi : mengetahui keadaan warna, lesi / kemerahan pada abdomen dan
gerakan abdomen.
b) Auskultasi : untuk mengetahui frekuensi, nada dan intensitas bising usus
yang dihasilkan
c) Perkusi : mengetahui adanya gelembung udara dalam saluran cerna dan
pekak hati.
d) Palpasi : untuk merasakan adanya spasme otot, nyeri tekan, masa krepitasi
subkutan dan organ abdomen.
e) Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan diare, mual, muntah,
penurunan berat badan dan distensi abdomen.
11
6) Sistem neurologis
a) Inspeksi:untuk mengetahui penampilan umum dan perilaku pasien
b) Perkusi : mengetahui refleks pasien.
c) Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan gelisah, bila
suhu terus-menerus meningkat dapat menimbulkan kejang dan penurunan
kesadaran.
7) Sistem muskulo skeletal
a) Inspeksi : mengetahui keadaan penampilan umum dan keadaan exstremitas.
b) Palpasi : mengetahui masa dan keadaan otot
c) Perkusi : untuk mengetahui adanya reflek dan kekuatan otot
d) Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan kelelahan,
tonus otot, email, penurunan kekuatan otot, dan intoleransi aktifitas.
8) Sistem urogenetalia
a) Inspeksi : mengetahui warna, tekstur, luka memar pada kulit dan perhatikan
keadaan panggul dengan adanya mass /pembesaran
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan.
b. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas.
c. Hipertermia b.d proses penyakit
d. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
e. Intoleransi aktivitas b.d ketidakcukupan antara suplai dan kebutuhan oksigen
f. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
g. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
h. Ansietas b.d krisis situasional
i. Gangguan tumbuh kembang b.d efek ketidakmampuan fisik
j. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d ketidak seimbangan cairan
12
3. Intervensi keperawatan
13
Frekuensi nafas membaik 9. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
Pola nafas membaik selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
10. Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
11. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang
ke-3
Kolaborasi
12. Kolaborasikan pemberian mukolitik atau ekspektoran.
Ansietas b.d krisis setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1 Reduksi ansietas
situasional x 24 jam diharapkan tingkat ansietas menurun Observasi
dengan kriteria hasil : 1. identifikasi saat tingkat ansietas berubah
verbalisasi kebingungan menurun 2. identifikasi kemampuan mengambil keputusan
verbalisasi khawatir akibat kondisi yang 3. monitor tanda-tanda ansietas
dihadapi menurun Terapeutik
perilaku gelisah menurun 4. ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
perilaku tegang menurun 5. temani pasien untuk mengurangi kecemasan
keluhan pusing menurun 6. pahami situasi untuk embuat ansietas
anoreksia menurun 7. dengarkan dengan penuh perhatian
8. gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
palpitasi menurun
9. tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
frekuensi pernapasan menurun
10.motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
frekuensi nadi menurun 11.diskusikan perencanaan realitis tentang peristiwa yang akan datang
tekanan darah menurun Edukasi
pucat menurun 12.jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
pola tidur membaik 13.informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
kontak mata membaik prgnesis.
pola berkemih membaik 14.Anjurkan keluarga agar tetap bersama pasien
15.Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
16.Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
17.Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
18.Kolaborasikan pemberian obat antiansietas.
14
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1 Pemantauan respirasi
gas b.d x 24 jam diharapkan pertukaran gas meningkat, Observasi
ketidakseimbangan dengan kriteria hasil : 1. Monitor frekuensi, irama, dan upaya nafas
ventilasi-perfusi Tingkat kesadaran meningkat 2. Monitor pola nafas
Dispnea menurun 3. Monitor kemampuan batuk efektif
Bunyi nafas tambahan menurun 4. Monitor adanya produksi sputum
Pusing menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Penglihatan kabur menurun 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Diaforesis menurun 7. Auskultasi bunyi nafas
8. Monitor saturasi oksigen
Gelisah m enurun
9. Monitor nilai AGD
Nafas cuping hidung menurun
10.Monitor hasil X-ray thoraks
PCO2 mambiak Terapeutik
PO2 membaik 11.Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Takikardia membaik 12.Dokumentasikan hasil pemantauan
PH arteri membaik Edukasi
Sianosis membaik 13.Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Pola nafas membaik 14.Informasikan hasil pemantauan
Warna kulit membaik
Hipertemia b.d proses Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Hipertermia
penyakit 1 x 24 jam diharapkan hipertermia membaik Observasi
dengan KH : 1. Identifikasi penyebab hipertermia
Menggigil menurun 2. Monitor suhu tubuh
Kulit memerah menurun 3. Monitor kadar elektrolit
Kejang menurun 4. Monitor haluaran urine
Komsumsi oksigen menurun 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Piloereksi menurun Terapeutik
Pucat menurun 6. Sediakan lingkungan yang dingin
7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
Takikardia menurun
8. Basahi atau kipasi permukaan tubuh
Takipneu menurun
9. Berikan cairan oral
Bradikardi menurun 10. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
Hipoksia menurun 11. Lakukan penginginan eksternal
Suhu tubuh membaik 12. Berikan oksigen
15
Suhu kulit membaik Edukasi
Kadar glukosa darah membaik 13. Anjurkan tirah baring
Pengisian kapiler membaik kolaborasi
Ventilasi membaik 14. Kolaborasikan pemberian cairan dan elektrolit intravena jika perlu
Tekanan darah membaik
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen nyeri
pencedera fisiologis 1 x 24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun Observasi
dengan KH : 1. Identifikasi likasi, kerakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Kemampuan menuntaskan aktivitas nyeri
meningkat 2. Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Sikap protektif menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Gelisah menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Menarik diri menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Diaforesis menurun
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Perasaan depresi menurun
Terapeutik
Anoreksia menurun 10.Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
Ketegangan otot menurun 11.Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Pupil dilatasi menurun 12.Fasilitasi istirahat dan tidur
Muntah menurun 13.Pertimbangkan jenis dan sumber meredakan nyeri
Mual menurun Edukasi
Frekuensi nadi membaik 14.Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Pola nafas membaik 15.Jelaskan strategi meredakan nyeri
Tekanan darah membaik 16.Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Proses berfikir membaik 17.Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Fokus membaik 18.Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Perilaku membaik Kolaborasi
Nafsu makan membaik 19.Kolaborasikan pemberian analgetik.
Pola tidur membaik
16
BAB III
KASUS KELOLAAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An.H
Tempat/tanggal lahir : Pasaman Timur, 27 Agustus 2021
Nama Ayah : Tn.I
Pendidikan Ayah : SD
Pekerjaan Ayah : Tani
Nama Ibu : Ny.H
Pendidikan Ibu : SMA
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku Bangsa : Minang Kabau
Diagnose Medis : Bronkopneumonia
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
An.H datang ke RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh pada
tanggal 30 Desember 2022 pukul 21.52 WIB. Klien datang dengan
keluhan sesak nafas ± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit terdapat
suara nafas tambahan ronchi, demam hilang timbul, batuk (+)
berdahak dengan dahak sulit dikeluarkan, flu (+), mual (-), muntah (-),
klien datang dengan kondisi tanda-tanda vital yaitu HR : 198 x/I, RR :
38 x/I, T : 37,10c, klien di diagnosa dengan penyakit
Bronkopneumonia.
3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Masa Prenatal
Jumlah kunjungan ANC : Setiap bulan
Tempat : Rumah bidan
Pendidikan kesehatan yang diperoleh : Pemenuhan keutuhan
gizi ibu hamil
17
b. Masa Intranatal
Lama persalinan : 30 menit
Jenis persalinan : Normal
Komplikasi persalinan : Tidak ada
Tempat bersalin : Rumah bidan
c. Masa Postnatal
Usaha nafas : Sesak nafas
Apgar score : Setelah 5 menit dilahirkan, bayi baru menangis
Tanda lahir : Tidak ada
18
Keterangan :
: wanita
: Pria
: Pasien
6. Riwayat Sosial
Yang mengasuh : Ibu
Hub dengan anggota keluarga : Harmonis
Lingkungan rumah : ventilasi rumah kurang dan sempit, perkarangan
rumah banyak tumbuh-tumbuhan, sumber air minumm dari air galon,
pembuangan sampah sementara di depan rumah dengan memakai tong
sampah dan kemudian di bakar.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
Kemandirian dalam bergaul : klien bisa bermain dengan teman, klien
bisa bertepuk tangan dengan orang tua.
Motorik kasar : klien belum bisa berjalan
Motorik halus : klien sudah bisa tepuk tangan
Kognitif dan bahasa : klien sudah bisa berbicara 2 kata
8. Kebiasaan Sehari-hari
a. Sebelum Sakit
1) Pola Nutrisi
Frekuensi makan : 3x sehari dengan porsi sedang
Nafsu makan : Baik
Jenis makanan di rumah : Makanan lunak
Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
Berat Badan : 9,1 Kg
Tinggi Badan : 79 cm
19
2) Pola Eliminasi
Frekuensi: 1x sehari
Warna : Kuning
Waktu : Pagi hari
Bau : Khas
Konsistensi : Normal
Keluhan : Tidak ada
3) BAK
Frekuensi : 5-6x sehari
Warna : Kuning jernih
Jumah : ± 250 cc
Keluhan : Tidak ada
4) Pola Istirahat dan Tidur
Lama tidur : ± 12 jam sehari
Tidur siang : Ada
b. Kebiasaan di Rumah Sakit
1) Pola Nutrisi
Frekuensi makan : 3 sehari dengan porsi sedikit
Berat Badan : 6,9 Kg
Tinggi Badan : 79 cm
2) Personal Hygiene
Mandi : 3x selama di rawat
Oral hygiene : Belum pernah gosok gigi selama di rawat
Cuci rambut : 3x selama di rawat
3) Pola Istirahat dan Tidur
Lama tidur : ± 10 jam sehari
Tidur siang : Ada
20
9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sedang
Tingkat kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6
Tanda-tanda vital : TD : S : 39,1 0C, N : 112 x/i, P : 38 x/i
Berat Badan : 6,9 Kg
Tinggi Badan : 79 Cm
Lingkar kepala : 40 cm
Bentuk kepala : Simetris
a. Integument :
Warna kulit : Kemerahan
Ikterik : Tidak
Turgor : Baik
Rash : Tidak ada
Ptekie : Tidak ada
Tanda lahir : Tidak ada
b. Kepala
Lingkar kepala : 40 cm
Rambut : Bersih, warna rambut pirang, tekstur halus
Palpasi : Tidak ada pebengkakan di bagian kepala, tidak ada
ketombe
c. Mata
Bentuk : Simetris
Pupil : Isokor
Gerakan bola mata : Normal, tidak ada juling
Konjungtiva : Tidak anemis
Palpebra : Tidak oedema
Sclera : Tidak ikterik
21
d. Telinga
Kesimetrisan : Simetris
Discharge : Tidak ada cairan yang keluar dari telinga
e. Hidung
Bentuk : Tidak simetris
Deviasi septum : Septum bengkok
f. Mulut
Bibir : Mukosa bibir kering
Gerakan lidah : Normal
Palatum : Cekung ke atas
Warna : Merah ke pink an
g. Leher
Inpeksi : Leher normal
Palpasi : Tidak terdapat benjolan atau pun pembengkakan thyroid
h. Dada
Paru
Inspeksi : Tidak simetris, tampak ada corong, terdapat retraksi
dindinfg dada
Palpasi : Fermitus kanan kiri sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bronkopneumonia, tidak terdapat suara nafas
tambahan
i. Jantung
Inspeksi : Tidak simetris
Palpasi : Teraba ictus cordi lmc 5 dan ric 5
Auskultasi : Irama reguler
j. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat distensi abdomen
Palpasi : Tidak terdapat benjolan
Perkusi: Tympani
Auskultasi : Bising usus normal
22
k. Sistem Reproduksi
Inspeksi : Tidak terdapat kelainan
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
l. Punggung
Inspeksi : Tidak terdapat lesi
Palpasi : Kondisi punggung normal
m. Genetalia
Tidak ada kelainan pada area genitalia
n. Ekstermitas
Ekstermitas lengkap atas bawah, akral teraba hangat, tidak ada lesi,
tidak ada oedema, pergerakan sendi normal, jumlah jari lengkap,
reflek normal.
o. Pemeriksaan Refleks
Menghisap : Normal
Menelan : Normal
Menunjukkan lidah : Ada
Menggenggam : Normal
Moro : Normal
Merangkak : Ada
Melangkah : Belum bisa berjalan
Babinski reflex : Normal
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan laborratorium pada tanggal 30 desember 2022
23
Hasil pemeriksaan laborratorium pada tanggal 4 januari 2023
24
Analisa data
25
WOC Kasus
Suplai O2 Ketidakefektifan
Anoreksia
menurun bersihan jalan nafas
Intake
Hiperventilasi menurun
Hipoksia
Retraksi dinding
Akumulasi
dada/ pernapasan
asam laktat
cuping hidung
Fatique
Ketidakefektifan
pola nafas
Intoleransi
aktifitas
26
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hiperseksi jalan nafas
2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
3. Hipertermia b.d proses penyakit
C. Intervensi Keperawatan
Edukasi
27
napas dalam hingga 3 kali
11. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas
b.d hambatan upaya asuhan keperawatan selama
nafas 1×24 jam, diharapkan pola Observasi
nafas membaik dengan
kriteria hasil: 1. Monitor pola napas
Ventilasi semenit (frekuensi, kedalaman,
meningkat usaha napas)
Kapasitas vital meningkat 2. Monitor bunyi napas
Tekanan ekspresi tambahan (misalnya:
meningkat gurgling, mengi, wheezing,
Tekanan inspirasi ronchi kering)
meningkat 3. Monitor sputum (jumlah,
Dispnea menurun warna, aroma)
Penggunaan oot bantu
nafas menurun Terapeutik
Frekuensi nafas membaik
4. Pertahankan kepatenan
Kedalaman nafas
jalan napas dengan head-tilt
membaik
dan chin-lift (jaw thrust jika
curiga trauma fraktur
servikal)
5. Posisikan semi-fowler atau
fowler
6. Berikan minum hangat
7. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
8. Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15 detik
9. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
10. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
11. Berikan oksigen, jika perlu
28
Edukasi
Kolaborasi
29
dada, abdomen, aksila)
12. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
13. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
30
D. Implementasi dan Evaluasi
31
Kolaborasi
12. mengkolaborasikan
pemberian Ambrosol 3 mg
3x1
Edukasi
32
12. Menganjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari, jika tidak
ada kontraindikasi
13. Mengajarkan Teknik
batuk efektif
Kolaborasi
14. Mengkolaborasi
pemberian Sabutamol 0,5 mg:
3x1
33
antipiretik atau aspirin
13. Memberikan oksigen
Edukasi
Kolaborasi
34
dari mulut dengan bibir
17: 30 WIB mencucu (dibulatkan) selama
8 detik
10. menganjurkan mengulangi
tarik napas dalam hingga 3
kali
11. menganjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
12. mengkolaborasikan
pemberian Ambrosol 3 mg
3x1
35
10. Mengeluarkan sumbatan
benda padat dengan forsep
McGill
11. Memberikan oksigen 2
liter/ menit
17:30 WIB
Edukasi
Kolaborasi
14. Mengkolaborasi
pemberian Sabutamol 0,5 mg:
3x1
36
(keringat berlebih)
11. Melakukan pendinginan
eksternal (mis: selimut
hipotermia atau kompres
17: 30 WIB dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
12. Menghindari pemberian
antipiretik atau aspirin
13. Memberikan oksigen
Edukasi
Kolaborasi
37
dipulangkan
Edukasi
Kolaborasi
12. mengkolaborasikan
pemberian Ambrosol 3 mg
3x1
38
5. Memposisikan semi-fowler
atau fowler
10:45 WIB 6. Memberikan minum hangat
7. Melakukan fisioterapi dada,
jika perlu
8. Melakukan penghisapan
lender kurang dari 15 detik
9. Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
10. Mengeluarkan sumbatan
benda padat dengan forsep
McGill
11. Memberikan oksigen 2
11:30 WIB liter/ menit
Edukasi
Kolaborasi
Mengkolaborasi pemberian
Sabutamol 0,5 mg: 3x1
3 Hipertermi b.d 4 -1-2023 Manajemen Hipertermia S:-
Proses
Penyakit Observasi O:
Klien tampak lemas
08:50 WIB 1. Mengidentifikasi penyebab Suhu 370C
hipertermia (mis: dehidrasi, Badan klien teraba
terpapar lingkungan panas, hangat
penggunaan inkubator) Mukosa bibir
2. Memonitor suhu tubuh terlihat lembab
3. Memonitor kadar elektrolit IVFD KN 1B 8
4. Memonitor haluaran urin tts/menit
5. Memonitor komplikasi
akibat hipertermia A:
Masalah sebagian
Terapeutik teratasi
6. Menyediakan lingkungan P :
yang dingin Intervensi
39
7. Melonggarkan atau lepaskan dihentikan pasien
pakaian dipulangkan
8. Membasahi dan kipasi
permukaan tubuh
9. Memberikan cairan oral
10. Menganti linen setiap hari
10:45 WIB
atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebih)
11. Melakukan pendinginan
eksternal (mis: selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
12. Menghindari pemberian
antipiretik atau aspirin
13. Memberikan oksigen
11:30 WIB
Edukasi
Kolaborasi
Mengkolaborasi pemberian
paracetamol infus 70 mg k/p
40
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada bab ini penulis membahas tentang Asuhan Keperawatan pada An.H
dengan bronkopneumonia di ruangan melati RSUD Dr. Adnaan WD
Payakumbuh. Dimulai pada tanggal 2 januari 2023 sampai dengan 4 januari
2023. Penulis memproleh data pengkajian dari wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
Pengkajian pada An.H dilakukan pada tanggal 2 januari 2023 yaitu hari
keempat masuk rumah sakit, data yang diproleh yaitu ibu klien mengatakan
klien batuk tetapi dahak tidak dapat dikeluarkan dan flu. Terdengar suara nafas
tambahan ronchi, RR 38 x/menit, dan keadaan umum baik
Wijaya (2013) bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru
yang bisa disebabkan oleh bermacam-macam penyebab seperti bakteri, virus,
jamur, benda asing. Hasil pemeriksaan darah pada An.H menunjukkan netrofi
segmen rendah, limfosit tinggi dan leukosit tinggi. Jumlah limfosit dan leukosit
yang tinggi menandai keberadaan parasit (Arif, 2016).
B. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan
sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan
nafas. Batasan kerakteristik batuk yang tidak efektif, depresi, gelisah,
penurunan bunyi nafas, perubahan frekuensi nafas, perubahan pola nafas,
sputum dalam jumlah yang berlebihan, suara nafas tambahan, dan adanya
41
batuk. Faktor yang berhubungan lingkungan, obstruksi jalan nafas, dan
fisiologis (SDKI, 2019)
C. Intervensi Keperawatan
Tujuan dilakukan asuhan keperawatan pada klien An.H adalah masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi setelah 3 x 8 jam dengan kriteria hasil
frekuensi pernapasan dalam batas normal (24-40) x/menit, tidak ada suara
nafas tambahan (ronchi) , klien dapat mengeluarkan sekret dan tidak ada batuk
(SIKI, 2019).
Intervensi yang dilakukan monitor status pernapasan : memonitor
kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas, dan memonitor saluran
nafas, auskultasi suara nafas, posisikan klien dengan posisi semi fowler atau
fowler untuk memaksimalkan ventilasi, lakukan fisioterapi dada,
mengkolaborasikan pemberian obat ambrosol (SLKI, 2019)
D. Implementasi Keperawatan
Menyelesaikan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif pada
An.H penulis telah melakukan implementasi sesuai dengan intervensi.
Memonitor status pernapasan, rasional tindakan ini dilakukan untuk
mengetahui frekuensi pernapasan, jenis pernapasan, secara umum. (Asmadi,
2018).
Tindakan kedua yang dilakukan yaitu mengauskultasi suara paru. Relasional
dilakukan tindakan ini untuk membantu membedakan adanya penurunan aliran
42
udara pada area konsolidasi cairan. Bunyi nafas di atas area yang mengalami
konsolidasi (Padilla, 2013)
Tindakan ketiga memposisikan klien dengan posisi semi fowler (Supadi,
2008) menyatakan bahwa posisi semi fowler membuat oksigen di dalam paru-
paru semakin meningkat sehingga memperingan kesukaran nafas.
Tindakan keempat yaitu fisioterapi dada. Tindakan ini berfungsi untuk
meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan nafas.
Tindakan kelima yaitu mengelola pemberian ambroxol tablet rasional
pemberian ambroxol tablet untuk mengencerkan sekret. Ambroxol adalah obat
untuk mengencerkan sekret, ambroxol bekerja dengan memecahkan serat
mukopolisakarida pada dahak. Cara kerja ini akan membuat dahak menjadi
lebih encer dan lebih mudah dikeluarkan saat batuk.
Tindakan selanjutnya yaitu mengkolaborasikan pemberian terapi obat. Obat
yang diberikan yaitu Sabutamol 0,5 mg 3x1, Asam folat 1 mg 3x1, Ampi
sulb 250 mg 4x1, Dexametason 1,2 mg 3x1, Paracetamol 70 mg k/p,
Azitromicin 70 mg 1x1, Infuse KN 1B 8 tpm.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada klien bersihan jalan nafas tidak efektif adalah
frekuensi pernapasan dalam batas normal (24-40 x/menit), tidak ada suara
nafas tambahan (ronchi), klien dapat mengeluarkan sekret dan tidak ada batuk
Setelah dilakukan tindakan 3 x 8 jam masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas respon klien diberikan
fisioterapi dada dahak tidak keluar
Didapatkan data subjektif ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak batuk
data objektif klien tampak tenang dengan tidak rewel, RR 30 x/menit dan
terdengar ronchi pada saat auskultasi paru. Analisis bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas sebagian teratasi planning
intervensi dihentikan pasien dipulangkan.
43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan asuhan keperawatan pada bronkopneumonia yang telah
dilakukan pada An.H di ruangan Melati RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh
tanggal 2 januari 2023 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian yang didapat adalah klien terdiagnosa bronkopneumonia dengan
keluhan utama batuk berdahak dengan dahak sulit dikeluarkan dan sesak
nafas, keadaan umum klien baik, composmentis terdapat suara nafas
tambahan ronchi pada saat auskultasi paru RR 38 x/menit. Hasil
pemeriksaan darah pada An.H menunjukkan eosinofil rendah, netrofil
segmen rendah dan limfosit tinggi.
2. Diagnosa Keperawaan
Masalah yang muncul pada klien An.H yaitu bersihan jalan nafas tidak
efektif berhungan dengan hipersekresi jalan nafas
3. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan yang ditetapkan adalah memonitor status pernapasan,
memonitor kecepatan irama, kedalaman dan kesulitan bernafas, dan
memonitor suara nafas, auskultasi suara paru, posisikan klien semi fowler
untuk memaksimalkan ventilasi, melakukan fisioterapi dada, dan
mengkelola pemberian ambroxol dan mengkolaborasikan pemberian terapi
obat.
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 x 8 jam sudah sesuai
dengan rencana yang penulis tetapkan
44
5. Evaluasi
Hasil evaluasi yang didapatkan selama dilakukan tindakan 3 x 8 jam asuhan
keperawatan dengan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
hipersekresi jalan nafas masalah teratasi sebagian ditandai dengan masih
terdengar suara ronchi
B. Saran
1. Bagi institusi dan penulis lain
Diharapkan hasil bedah kasus ini sebagai acuan referensi lain serta acuan
untuk dapat dikembangkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien
bronkopneumonia
2. Bagi rumah sakit
Pihak rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
3. Bagi keluarga
Diharapkan keluarga ikut serta agar dalam peningkatan kondisi kesehatan
klien dengan bronkopneumonia
45
46
DAFTAR PUSTAKA
Betz & Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC;2002