Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN BEDAH KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. H DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI


RUANGAN MELATI RSUD Dr. ADNAAN WD PAYAKUMBUH

TAHUN 2023

OLEH

Rahma Dani 22210001


Putri Susanti 22210002
Feby Handayani 22210003
Imon Putra 22210004

CI Klinik CI Akademik

(Ns. Fetrina S.Kep) (Ns. Irma Fidora, S.Kep,. M.Kep)

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA BARAT

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Bedah Kasus yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. H dengan Bronkopneumonia diruangan melati
RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2023.”

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Bedah Kasus ini dapat
diselesaikan karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Bersama ini
perkenankan saya mengucapkan Terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang
tulus kepada:

1. Ns. Fetrina, S.Kep selaku CI Klinik di Ruangan Melati RSUD Dr. Adnaan WD
Payakumbuh.
2. Irma Fidora, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku CI Akademik Profesi Ners Fakultas
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.
3. Pasien dan Keluarga yang telah bersedia memberikan informasi berkaitan dengan
kesehatannya.

Payakumbuh, 10 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................................................... 2
D. Manfaat........................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Bronkopneumonia................................................................ 3


B. Etiologi......................................................................................................... 3
C. Tanda Dan Gejala......................................................................................... 4
D. Patofisiologi dan WOC................................................................................ 4
E. Pemeriksaan Penunjang............................................................................... 7
F. Komplikasi................................................................................................... 7
G. Penatalaksanaan Medis................................................................................ 8
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan............................................................ 8

BAB III KASUS KELOLAAN

A. Pengkajian.................................................................................................... 17
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................ 27
C. Intervensi Keperawatan................................................................................ 27
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.................................................... 31

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pembahasan Pengkajian............................................................................... 41
B. Pembahasan Diagnosa.................................................................................. 41
C. Pembahasan Intervensi................................................................................. 42
D. Pembahasan Implementasi........................................................................... 42
E. Pembahasan Evaluasi................................................................................... 43

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................. 44
B. Saran............................................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkopneumonia dapat terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada di udara,
aspirasi organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen dari focus infeksi yang
jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran nafas masuk ke bronkioli dan alveoli,
menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya
protein dalam alveoli dan jaringan interstitial. Masuknya jamur, virus dan bakteri ke
paru-paru yang mengakibatkan terjadinya infeksi parenkim paru. Salah satu reaksi
infeksi adalah dengan meningkatnya produksi sputum. Produksi sputum yang
meningkat akan menjadi masalah utama pada anak dengan Bronkopneumonia yang
akan mengakibatkan tidak efektifnya bersihan jalan nafas pada anak (Adriana, 2019).
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Penyakit ini
menyumbang 16% dari seluruh kematian anak di bawah 5 tahun, yang menyebabkan
kematian pada 920.136 balita, atau lebih dari 2.500 per hari, atau di perkirakan 2 anak
Balita meninggal setiap menit pada tahun 2018 (WHO, 2019) dalam (Kementrian
Kesehatan RI, 2020). Berdasarkan data laporan rutin subdit ISPA tahun 2018,
didapatkan penemuan insiden Bronkopneumonia (per 1000 balita) di Indonesia sebesar
20,54 (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
Di Indonesia, cakupan penemuan kasus Bronkopneumonia pada balita dari tahun
2016-2019 mengalami peningkatan dari 94,12% menjadi 97,30% (Kementrian
Kesehatan RI, 2020). Prevalensi Bronkopneumonia terbanyak terjadi pada anak usia 1-4
tahun (Kementrian Kesehatan. RI, 2020). Pada tahun 2018-2019 terjadi peningkatan
penemuan penderita Pneumonia atau Bronkopenumonia yaitu 2,82% di Bali, Jawa
Timur menduduki peringkat kedua di Indonesia sedangkan angka kematian balita di
Jawa Timur penderita bronkopneumonia balita di Jawa Timur sebesar 27,08%, di
sumatera barat tahun 2018 sebanyak 586 kasus dan di tahun 2010 sebanyak 819 orang
dan 100 % dapat ditangani (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2018).
Menurut Hasil Data Dinas Kesehatan Kota Padang (2018) terdapat jumlah
balita sebanyak 89.793 orang. Perkiraan penderita sebanyak 8.979 (10%)
Balita, sementara penderita yang ditemukan dan ditangani hanya sebanyak

1
1.850 (20,6 %). Balita laki-laki lebih banyak menderita Pneumonia (23,1%)
dibandingkan dengan balita perempuan (14,9%). Ditemukan data di tahun 2022 di
ruangan melati (anak) di RSUD Adnaan Wd terdapat 139 anak yang mengalami
bronkopneumonia. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan dahak merupakan kendala
yang sering dijumpai pada anak usia bayi sampai dengan usia balita, karena pada usia
tersebut reflek batuk masih lemah sehingga anak tidak mampu untuk mengeluarkan
dahak secara efektif yang berakibat dahak lebih cendrung untuk ditelan yang beresiko
terjadinya muntah yang berakibat tidak nafsu makan.
Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk menjadikan laporan bedah kasus
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. H dengan diagnosa Bronkopneumonia
diruangan melati RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2023”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang muncul yaitu
bagaimana Asuhan Keperawatan pada An. H dengan diagnosa Bronkopneumonia
diruangan melati RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2023.
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan terhadap pasien
Bronkopneumonia.

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan bagi penulis dalam
melaksanakan Bedah kasus, khususnya dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada
pasien Bronkopneumonia.
2. Bagi Instansi
Diharapkan Bedah Kasus ini dapat menjadi referensi bacaan untuk melakukan
Asuhan Keperawatan pada pasien Bronkopneumonia.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Bronchopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbecak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi
di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
Konsolidasi area bercak terjadi pada bronkopneumonia (Smeizer pada Padilla, 2013).
Bronkopneumonia dimulai pada bronkusterminal yang tersumbat dengan eksudat
mukopurulen yang membentuk bidang yang terkonsolidasi pada lobus-lobus di
dekatnya, disebut juga pneumonia Ibularis (Wong, 2009).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru yang bisa disebabkan
oleh bermacam-macam penyebab seperti : virus, bakteri, jamur, benda asing (Wijaya,
2013).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru yang di mulai dalam
bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya disebabkan oleh
virus, bakteri, jamur, dan benda asing yang dapat menyebabkan penyumbatan
eksudat mukopuruken yang membentuk bercak pada lobus-lobus di dekatnya.

2. Etiologi
Reeves 2001 (dalam Padilla, 2013) memaparkan penyebab terjadinya
bronkopneumoni antara lain :
a. Bakteri
Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza,
klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.

3
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001).

3. Tanda dan Gejala


a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan seperti nafas dangkal
1) Nyeri pleuritik
2) Nafas dangkal dan mendengkur
3) Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1) Mengecil, kemudian menjadi hilang
2) Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8  C sampai 41,1C
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif dengan sputum berwarna kuning kehijauan kemudian
berwarna kemerahan.
i. Gelisah
j. Sianosis. (Padilla, 2013)

4. Fatofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh
virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga
terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya
penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan
mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang
terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.

4
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan
napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan
produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga
fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak
lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas,
hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan
yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. (Smeltzer, Suzanne C, 2001)

5
5. Pathway Bronchopneumonia (Smeltzer, Suzanne C, 2001)

Pederita sakit berat yang Jamur, virus, bakteri, protozoa


dirawat di RS
Penderita dengan supresi
sistem kekebalan tubuh
Kontaminasi peralatan
RS Saluran napas bagian
bawah

Peningkatan produksi Bronchiolus


secret Stimulasi
chemoreseptor
hipotalamus
Alveolus
Akumulasi
secret Reaksi peradangan pada Set point bertambah
bronchus dan alveolus
Obstruksi jalan
napas
Fibrosus dan
pelebaran Respon menggigil
Gangguan ventilasi Rangsangan
batuk
Atelektasis Reaksi
Bersihan jalan peningkatan panas
nafas tidak Nyeri tubuh
efektif pleuritik Gangguan
difusi
Hipertermi
Peningkatan Gangguan
frekuensi Nyeri Akut pertukaran
napas gas
Evaporasi
meningkat
Perangsangan Resiko infeksi O2 kejaringan
RAS menurun Cairan tubuh
berkurang
Susah tidur Distensi abdomen Kelemahan
Resiko
Gangguan pola ketidakseimbangan
tidur Muntah, anoreksia Intoleransi elektrolit
aktifitas
Ancaman kehidupan Kompensasi
Metabolisme cadangan lemak
meningkat digunakan tubuh
Ansietas (orang tua)
Defisit nutrisi

Gangguan tumbang Penurunan status gizi

6
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Padilla, 2013) yaitu :
a. Pemeriksaan radiologi
1) Pemeriksaan thoraks
Pada foto thorax Bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu
atau beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi
pada satu atau beberapa lobus.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Leukositosis atau meningkatnya jumlah netrofil akan terjadi pada kasus
bronkopneumonia oleh bakteri.
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diproleh dari batuk yang spontan dan dalam yang
digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis, kultur dan tes sensifitas untuk
mendeteksi agen infeksius.
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.

7. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2002), bronchopneumonia pada anak bila tidak ditangani
dengan baik akan mengakibatkan komplikasi sebagai berikut :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Otitis Media Acute
d. Infeksi sitemik
e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

7
8. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2002), Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi, tetapi karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu therapy secepatnya
maka biasanya diberkan :
a. Penisillin 50.000 U/ kgbb/hari, ditambah dengan chloramfenicol 50-70
mg/kgbb/hari atau diberkan antibiotic yang mempunyai spectrum luas seperti
Ampicillin, pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari
b. Pemberian oksigen, fisioterafi dada dan cairan intravena biasanya diperlukan
campuran glucose dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl
10 mEq / 500 ml/ botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat kurang
makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis
gas darah arteri.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
1) Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
diagnosa medis, perawat yang mengkaji, nomor medical record.
2) Identitas klien dan keluarga klien meliputi : nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, suku bangsa dan alamat.
3) Ayah meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat
4) Ibu meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat saudara
kandung meliputi: umur, jenis kelamin dan pendidikan
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Provocative, yaitu penyebab/hal-hal yang mendahului sebelum terjadi
keluhan utama. Pada pasien bronchopneumonia biasanya didahului oleh
infeksi traktus respiratorius atas.
b) Qualitas/quantitas, yaitu seberapa berat keluhan dirasakan, bagaimana
rasanya seberapa sering terjadinya. Pada pasien bronchopnemonia keluhan
yang dirasakan yaitu sesak nafas, dan demam tinggi sampai kejang.

8
c) Region/radiasi, yaitu lokasi keluhan utama tersebut dirasakan/ditemukan,
daerah/area penyebaran sampai kemana. Pada pasien bronchopnemonia
biasanya sesak dirasakan pada seluruh daerah dada.
d) Severity scale, yaitu skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai seberapa
jauh. Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak dirasakan sangat berat
diikuti oleh demam tinggi dan kejang sampai terjadi penurunan kesadaran.
e) Timing, yaitu kapan keluhan tersebut mulai ditemukan/dirasakan pada
pasien bronchopnemonia keluhan dirasakan berat pada saat malam hari dan
aktifitas yang berlebihan. (Carpenito, 2008)
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi penyakit yang pernah dialami (apa kapan dirawat/tidak dimana,
reaksi anak), pernah dirawat (dimana, kapan, berapa lama, bagaimana reaksi
anak), pengobatan yang pernah diberikan (jenis, berapa lama, dosis), tindakan
medis (operasi, vena pungtie dan lain-lain) alergi atau tidak. Adanya riwayat
infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam, anorexia, sukar
menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan
imunitas seperti malnutrisi, anggota keluarga lain yang mengalami sakit
saluran pernapasan.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi keluarga inti, ayah, ibu, nenek, kakek, parnan, bibi dan lain- lain,
penyakit yang pernah diderita/masih diderita penyakit menular, penyakit
keturunan dan lain-lain.
5) Riwayat Kehamilan
a) Pre Natal
Meliputi penyakit ibu selama hamil, perdarahan, makanan pantangan,
pemeriksaan kehamilan.
I. Trisemester I (0-12 minggu) tiap 4 minggu (7 kali pemeriksaan)
II. Trisemester II (13-24 minggu) : tiap 2 minggu (7 kali pemeriksaan)
III. Trisemester III (25-36 minggu) : tiap minggu sampai bayi lahir imunisasi
TT 2 kali selama kehamilan
b) Intra Natal
Meliputi : bayi waktu lahir ditolong siapa, jenis persalinan, Apgar score,
berat badan lahir, adakah proses kelahiran yang lama, perdarahan, posisi
janin waktu lahir.

9
c) Post Natal
Meliputi kesehatan ibu yang buruk pada masa post natal, kesehatan bayi,
kelainan congenital, infeksi, hipo/hipertermin nutrisi (colostrums) segera
setelah lahir, menunggu asi keluar diganti pasi, pantangan makanan ibu.
6) Riwayat Tumbuh Kembang
Meliputi kejadian penting pada perkembangan masa kanak-kanak seperti
tengkurap, berjalan, imunisasi dan lain-lain.
7) Riwayat Psikologis
a. Pola interaksi, meliputi dengan orang tua, teman dan orang lain
b. Pola kognitif, meliputi kemampuan berfikir, berbahasa dan intelegensi
c. Pola emosi, meliputi bila marah, sedih, takut, gembira dan lain-lain
d. Konsep diri meliputi penilaian atau pandangan terhadap dirinya; harga diri,
bodi image, ideal diri / cita-cita hal yang terbaik, dan aktualisasi diri.
e. Pola pertahanan diri, meliputi bagaiman keluarga menghadapi masalah yang
dihadapi. (Anastasia anne, 2006)
8) Riwayat Sosial
Yang harus dikaji adalah pola kultural atau norma yang berlaku, rekreasi,
lingkungan tempat tinggal klien dan keadaan ekonomi.
9) Kebiasaan Sehari-hari
Meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktifitas seperti bermain dan
personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Pengukuran pertumbuhan meliputi : tinggi badan, berat badan, lingkar
kepala atas dan lingkar dada
b) Pengukuran tanda vital meliputi : tensi darah, nadi, respirasi dan suhu
c) Keadaan sistem tubuh
2) Sistem optalmikus
a) Inspeksi : bentuk, warna konjunctiva, pupil, dan sklera
b) Palpasi : adanya oedema, massa dan peradangan.
c) Pada pasien bronchopneumoni biasanya ditemukan perubahan warna sklera
mata bila terjadi hipertermi.

10
3) Sistem respiratorik
a) Inspeksi : observasi penampilan umum, konfigurasi thorak, kaji terhadap
area intercosta dan penggunaan otot tambahan, evaluasi kulit, bibir dan
membran mukosa, kaji kuku mengenai warnanya. Palpasi mengetahui
adanya masa, pembesaran kelenjar limfe, bengkak, nyeri, pulpasi, krepitasi
dan fokal fremitus
b) Perkusi : untuk mengetahui batas dan keadaan paru-paru
c) Auskultasi : untuk mengevaluasi bunyi nafas yang meliputi frekuensi,
kualitas, tipe dan adanya bunyi tambahan.
d) Pada penderita bronchopneumonia biasanya ditemukan dispneu, pernafasan
cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung, dan penggunaan otot-otot
tambahan, suara nafas abnormal (ronchi) dan batuk dengan produksi
sputum.
4) Sistem kardiovaskuler
a) Inspeksi : warna kulit, anggota tubuh dan membran mukosa, pelpebra
anemis atau tidak, periksa prekordium dan adanya oedema palpasi: seluruh
dada terhadap impuls apikal, getaran dan nyeri tekan, palpasi nadi dan
oedema perifer
b) Perkusi : untuk mengetahui batas jantung
c) Auskultasi : untuk mendengarkan bunyi akibat vibrasi karena kegiatan
jantung.
d) Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan hipotensi, tanda-tanda sianosis
pada mulut dan hidung, nadi cepat dan lemah.
5) Sistem gastro intestinal
a) Inspeksi : mengetahui keadaan warna, lesi / kemerahan pada abdomen dan
gerakan abdomen.
b) Auskultasi : untuk mengetahui frekuensi, nada dan intensitas bising usus
yang dihasilkan
c) Perkusi : mengetahui adanya gelembung udara dalam saluran cerna dan
pekak hati.
d) Palpasi : untuk merasakan adanya spasme otot, nyeri tekan, masa krepitasi
subkutan dan organ abdomen.
e) Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan diare, mual, muntah,
penurunan berat badan dan distensi abdomen.

11
6) Sistem neurologis
a) Inspeksi:untuk mengetahui penampilan umum dan perilaku pasien
b) Perkusi : mengetahui refleks pasien.
c) Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan gelisah, bila
suhu terus-menerus meningkat dapat menimbulkan kejang dan penurunan
kesadaran.
7) Sistem muskulo skeletal
a) Inspeksi : mengetahui keadaan penampilan umum dan keadaan exstremitas.
b) Palpasi : mengetahui masa dan keadaan otot
c) Perkusi : untuk mengetahui adanya reflek dan kekuatan otot
d) Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan kelelahan,
tonus otot, email, penurunan kekuatan otot, dan intoleransi aktifitas.
8) Sistem urogenetalia
a) Inspeksi : mengetahui warna, tekstur, luka memar pada kulit dan perhatikan
keadaan panggul dengan adanya mass /pembesaran

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan.
b. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas.
c. Hipertermia b.d proses penyakit
d. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
e. Intoleransi aktivitas b.d ketidakcukupan antara suplai dan kebutuhan oksigen
f. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
g. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
h. Ansietas b.d krisis situasional
i. Gangguan tumbuh kembang b.d efek ketidakmampuan fisik
j. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d ketidak seimbangan cairan

12
3. Intervensi keperawatan

SDKI SLKI SIKI


Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen jalan nafas
efektif b.d hambatan 1 .x 24 jam, diharapkan pola nafas membaik, Observasi
upaya nafas dengan kriteria : 1. Monitor pola nafas
 Ventilasi semenit meningkat 2. Monitor bunyi nafas tambahan
 Kapasitas vital meningkat 3. Monitor sputum
 Tekanan ekspirasi meningkat Terapeutik
 Tekanan inspirasi meningkat 4. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tlit dan chin-lift
 Dispnea menurun 5. Posisikan semi fowler atau fowler
 Penggunaan otot bantu nafas menurun 6. Berikan minum hangat
7. Lakukan fisioterapi dada
 Frekuensi nafas membaik
8. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Kedalaman nafas membaik
9. Lakukan hiperoksigen sebelum penghisapan endotrakeal
 Ekskursi dada membaik 10.Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
Edukasi
11.Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
12.Anjurkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
13.Kolaborasikan pemberian bronkodilator
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Latihan batuk efektif
tidak efektif b.d 1 x 24 jam, diharapkan bersihan jalan nafas Observasi
sekresi yang tertahan meningkat dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kemampuan batuk
 Batuk efektif meningkat 2. Monitor adanya retensi sputum
 Produksi sputum menurun 3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
 Mengi menurun 4. Monitor input dan output cairan
 Wheezing menurun Terapeutik
 Mekonium menurun 5. Atur posisi semi-fowler atau fowler
 Dispnea menurun 6. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
 Sulit bicara menurun 7. Buang sekret pada tempat sputum
 Sianosis menurun Edukasi
 Gelisah menurun 8. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

13
 Frekuensi nafas membaik 9. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
 Pola nafas membaik selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
10. Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
11. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang
ke-3
Kolaborasi
12. Kolaborasikan pemberian mukolitik atau ekspektoran.

Ansietas b.d krisis setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1 Reduksi ansietas
situasional x 24 jam diharapkan tingkat ansietas menurun Observasi
dengan kriteria hasil : 1. identifikasi saat tingkat ansietas berubah
verbalisasi kebingungan menurun 2. identifikasi kemampuan mengambil keputusan
verbalisasi khawatir akibat kondisi yang 3. monitor tanda-tanda ansietas
dihadapi menurun Terapeutik
perilaku gelisah menurun 4. ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
perilaku tegang menurun 5. temani pasien untuk mengurangi kecemasan
keluhan pusing menurun 6. pahami situasi untuk embuat ansietas
anoreksia menurun 7. dengarkan dengan penuh perhatian
8. gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
palpitasi menurun
9. tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
frekuensi pernapasan menurun
10.motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
frekuensi nadi menurun 11.diskusikan perencanaan realitis tentang peristiwa yang akan datang
tekanan darah menurun Edukasi
pucat menurun 12.jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
pola tidur membaik 13.informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
kontak mata membaik prgnesis.
pola berkemih membaik 14.Anjurkan keluarga agar tetap bersama pasien
15.Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
16.Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
17.Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
18.Kolaborasikan pemberian obat antiansietas.

14
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1 Pemantauan respirasi
gas b.d x 24 jam diharapkan pertukaran gas meningkat, Observasi
ketidakseimbangan dengan kriteria hasil : 1. Monitor frekuensi, irama, dan upaya nafas
ventilasi-perfusi  Tingkat kesadaran meningkat 2. Monitor pola nafas
 Dispnea menurun 3. Monitor kemampuan batuk efektif
 Bunyi nafas tambahan menurun 4. Monitor adanya produksi sputum
 Pusing menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
 Penglihatan kabur menurun 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Diaforesis menurun 7. Auskultasi bunyi nafas
8. Monitor saturasi oksigen
 Gelisah m enurun
9. Monitor nilai AGD
 Nafas cuping hidung menurun
10.Monitor hasil X-ray thoraks
 PCO2 mambiak Terapeutik
 PO2 membaik 11.Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
 Takikardia membaik 12.Dokumentasikan hasil pemantauan
 PH arteri membaik Edukasi
 Sianosis membaik 13.Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Pola nafas membaik 14.Informasikan hasil pemantauan
 Warna kulit membaik
Hipertemia b.d proses Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Hipertermia
penyakit 1 x 24 jam diharapkan hipertermia membaik Observasi
dengan KH : 1. Identifikasi penyebab hipertermia
 Menggigil menurun 2. Monitor suhu tubuh
 Kulit memerah menurun 3. Monitor kadar elektrolit
 Kejang menurun 4. Monitor haluaran urine
 Komsumsi oksigen menurun 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
 Piloereksi menurun Terapeutik
 Pucat menurun 6. Sediakan lingkungan yang dingin
7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Takikardia menurun
8. Basahi atau kipasi permukaan tubuh
 Takipneu menurun
9. Berikan cairan oral
 Bradikardi menurun 10. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
 Hipoksia menurun 11. Lakukan penginginan eksternal
 Suhu tubuh membaik 12. Berikan oksigen

15
 Suhu kulit membaik Edukasi
 Kadar glukosa darah membaik 13. Anjurkan tirah baring
 Pengisian kapiler membaik kolaborasi
 Ventilasi membaik 14. Kolaborasikan pemberian cairan dan elektrolit intravena jika perlu
 Tekanan darah membaik
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen nyeri
pencedera fisiologis 1 x 24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun Observasi
dengan KH : 1. Identifikasi likasi, kerakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
 Kemampuan menuntaskan aktivitas nyeri
meningkat 2. Identifikasi skala nyeri
 Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
 Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Sikap protektif menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Gelisah menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Menarik diri menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Diaforesis menurun
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Perasaan depresi menurun
Terapeutik
 Anoreksia menurun 10.Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
 Ketegangan otot menurun 11.Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Pupil dilatasi menurun 12.Fasilitasi istirahat dan tidur
 Muntah menurun 13.Pertimbangkan jenis dan sumber meredakan nyeri
 Mual menurun Edukasi
 Frekuensi nadi membaik 14.Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Pola nafas membaik 15.Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Tekanan darah membaik 16.Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Proses berfikir membaik 17.Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Fokus membaik 18.Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
 Perilaku membaik Kolaborasi
 Nafsu makan membaik 19.Kolaborasikan pemberian analgetik.
 Pola tidur membaik

16
BAB III

KASUS KELOLAAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An.H
Tempat/tanggal lahir : Pasaman Timur, 27 Agustus 2021
Nama Ayah : Tn.I
Pendidikan Ayah : SD
Pekerjaan Ayah : Tani
Nama Ibu : Ny.H
Pendidikan Ibu : SMA
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku Bangsa : Minang Kabau
Diagnose Medis : Bronkopneumonia
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
An.H datang ke RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh pada
tanggal 30 Desember 2022 pukul 21.52 WIB. Klien datang dengan
keluhan sesak nafas ± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit terdapat
suara nafas tambahan ronchi, demam hilang timbul, batuk (+)
berdahak dengan dahak sulit dikeluarkan, flu (+), mual (-), muntah (-),
klien datang dengan kondisi tanda-tanda vital yaitu HR : 198 x/I, RR :
38 x/I, T : 37,10c, klien di diagnosa dengan penyakit
Bronkopneumonia.
3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Masa Prenatal
Jumlah kunjungan ANC : Setiap bulan
Tempat : Rumah bidan
Pendidikan kesehatan yang diperoleh : Pemenuhan keutuhan
gizi ibu hamil

17
b. Masa Intranatal
Lama persalinan : 30 menit
Jenis persalinan : Normal
Komplikasi persalinan : Tidak ada
Tempat bersalin : Rumah bidan
c. Masa Postnatal
Usaha nafas : Sesak nafas
Apgar score : Setelah 5 menit dilahirkan, bayi baru menangis
Tanda lahir : Tidak ada

4. Riwayat kesehatan Masa Lalu


Orang tua klien mengatakan bahwa klien penah di rawat dengan
penyakit yang sama yaitu Bronkopneumonia sejak beberapa bulan
yang lalu. Orang tua klien juga mengatakan bahwa klien tidak
memiliki riwayat operasi dan tidak memiliki alergi obat dan makanan.
Riwayat Imunisasi : Lengkap

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Orang tua klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama dengan An.H dan penyakit degeneratif
seperti diabetes mellitus, jantung dan hipertensi.
Genogram :

18
Keterangan :
: wanita
: Pria
: Pasien

6. Riwayat Sosial
Yang mengasuh : Ibu
Hub dengan anggota keluarga : Harmonis
Lingkungan rumah : ventilasi rumah kurang dan sempit, perkarangan
rumah banyak tumbuh-tumbuhan, sumber air minumm dari air galon,
pembuangan sampah sementara di depan rumah dengan memakai tong
sampah dan kemudian di bakar.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
Kemandirian dalam bergaul : klien bisa bermain dengan teman, klien
bisa bertepuk tangan dengan orang tua.
Motorik kasar : klien belum bisa berjalan
Motorik halus : klien sudah bisa tepuk tangan
Kognitif dan bahasa : klien sudah bisa berbicara 2 kata
8. Kebiasaan Sehari-hari
a. Sebelum Sakit
1) Pola Nutrisi
Frekuensi makan : 3x sehari dengan porsi sedang
Nafsu makan : Baik
Jenis makanan di rumah : Makanan lunak
Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
Berat Badan : 9,1 Kg
Tinggi Badan : 79 cm

19
2) Pola Eliminasi
Frekuensi: 1x sehari
Warna : Kuning
Waktu : Pagi hari
Bau : Khas
Konsistensi : Normal
Keluhan : Tidak ada
3) BAK
Frekuensi : 5-6x sehari
Warna : Kuning jernih
Jumah : ± 250 cc
Keluhan : Tidak ada
4) Pola Istirahat dan Tidur
Lama tidur : ± 12 jam sehari
Tidur siang : Ada
b. Kebiasaan di Rumah Sakit
1) Pola Nutrisi
Frekuensi makan : 3 sehari dengan porsi sedikit
Berat Badan : 6,9 Kg
Tinggi Badan : 79 cm
2) Personal Hygiene
Mandi : 3x selama di rawat
Oral hygiene : Belum pernah gosok gigi selama di rawat
Cuci rambut : 3x selama di rawat
3) Pola Istirahat dan Tidur
Lama tidur : ± 10 jam sehari
Tidur siang : Ada

20
9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sedang
Tingkat kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6
Tanda-tanda vital : TD : S : 39,1 0C, N : 112 x/i, P : 38 x/i
Berat Badan : 6,9 Kg
Tinggi Badan : 79 Cm
Lingkar kepala : 40 cm
Bentuk kepala : Simetris
a. Integument :
Warna kulit : Kemerahan
Ikterik : Tidak
Turgor : Baik
Rash : Tidak ada
Ptekie : Tidak ada
Tanda lahir : Tidak ada
b. Kepala
Lingkar kepala : 40 cm
Rambut : Bersih, warna rambut pirang, tekstur halus
Palpasi : Tidak ada pebengkakan di bagian kepala, tidak ada
ketombe
c. Mata
Bentuk : Simetris
Pupil : Isokor
Gerakan bola mata : Normal, tidak ada juling
Konjungtiva : Tidak anemis
Palpebra : Tidak oedema
Sclera : Tidak ikterik

21
d. Telinga
Kesimetrisan : Simetris
Discharge : Tidak ada cairan yang keluar dari telinga
e. Hidung
Bentuk : Tidak simetris
Deviasi septum : Septum bengkok
f. Mulut
Bibir : Mukosa bibir kering
Gerakan lidah : Normal
Palatum : Cekung ke atas
Warna : Merah ke pink an
g. Leher
Inpeksi : Leher normal
Palpasi : Tidak terdapat benjolan atau pun pembengkakan thyroid
h. Dada
Paru
Inspeksi : Tidak simetris, tampak ada corong, terdapat retraksi
dindinfg dada
Palpasi : Fermitus kanan kiri sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bronkopneumonia, tidak terdapat suara nafas
tambahan
i. Jantung
Inspeksi : Tidak simetris
Palpasi : Teraba ictus cordi lmc 5 dan ric 5
Auskultasi : Irama reguler
j. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat distensi abdomen
Palpasi : Tidak terdapat benjolan
Perkusi: Tympani
Auskultasi : Bising usus normal

22
k. Sistem Reproduksi
Inspeksi : Tidak terdapat kelainan
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
l. Punggung
Inspeksi : Tidak terdapat lesi
Palpasi : Kondisi punggung normal
m. Genetalia
Tidak ada kelainan pada area genitalia
n. Ekstermitas
Ekstermitas lengkap atas bawah, akral teraba hangat, tidak ada lesi,
tidak ada oedema, pergerakan sendi normal, jumlah jari lengkap,
reflek normal.
o. Pemeriksaan Refleks
Menghisap : Normal
Menelan : Normal
Menunjukkan lidah : Ada
Menggenggam : Normal
Moro : Normal
Merangkak : Ada
Melangkah : Belum bisa berjalan
Babinski reflex : Normal
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan laborratorium pada tanggal 30 desember 2022

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hemoglobin 9,7 g/dl 10 g/dl
Leukosit 23.500 g/dl 5 000 – 10 000
Limfosit absolute 4.000 % > 1 500
Hematokrit 29 % 40 – 48
Trombosit 560.00 /mm2 150 000 – 450 000

23
Hasil pemeriksaan laborratorium pada tanggal 4 januari 2023

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hemoglobin 9,5 g/dl 10 g/dl
Leukosit 26 800 g/dl 5 000 – 10 000
Hematokrit 28 % 40 – 48
Trombosit 733 000 /mm2 150 000 – 450 000

Hasil pemeriksaan serologi pada tanggal 4 januari 2023

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


TSH 1,3 Mlu/ I TSH 0,3 – 6,2
FT 4 2,0 ng/ dl 0,9 – 1,4

b. Terapi yang didapat


Sabutamol 0,5 mg : 3x1
Ambrosol 3 mg : 3x1
Asam folat 1 mg : 3x1
Ampi sulb 250 mg : 4x1
Dexametason 1,2 mg : 3x1
Paracetamol : 70 mg k/p
Azitromicin 70 mg : 1x1
Infuse KN 1B : 9 tpm

24
Analisa data

No Data Etiologi Problem


1 Data subjektif: Hiperseksi jalan Bersihan jalan
1. Ny. H mengatakan An. H nafas nafas tidak efektif
masih batuk-batuk disertai
dahak dengan dahak sulit
dikeluarkan
2. Ny. H mengatakan An. H
anaknya sesak
Data objektif:
1. An. H tampak batuk-batuk
dengan adanya suara
akumulasi dahak di
tenggorokkan
2. Klien tampak gelisah
3. Klien tampak rewel
4. Terdapat retraksi dinding
dada
5. RR : 38 x/i dengan suara
nafas tambahan ronchi basah
6. Nilai leukosit dalam darah 23
500 g/dl
2 Data subjektif: Hambatan upaya Pola nafas tidak
 Ny. A mengatakan An.H masih nafas efektif
sesak dan serak bertambah saat
An.H menangis dan rewel
 Ny. H mengatakan An.H
kesulitan bernafas
Data Objektif:
 Nafas klien tampak sesak
 Terdapat retraksi sesak
 Klien tampak lemah
 Terpasang oksigen nasa
kanul 2 liter
3 Data subjektif: Proses penyakit Hipertermia
1. Ny. H mengatakan badan An.
H demam dan berkeringat
Data objektif
1. Kulit klien teraba panas
2. Warna kulit klien kemerahan
3. Suhu : 39,1 ͦ C
4. Mukosa bibir kering

25
WOC Kasus

Virus, bakteri, jamur, protozoa

Masuk ke saluran pernapasan atas

Menyebar ke saluran pernapasan bawah

Menyebar ke bronkus Hipertermia

Inflamasi dinding Peningkatan


Oedema paru bronkus suhu tubuh

Penurunan Akumulasi sekret di Kebersihan


caplience paru bronkus mulut menurun

Suplai O2 Ketidakefektifan
Anoreksia
menurun bersihan jalan nafas

Intake
Hiperventilasi menurun
Hipoksia

Metabolisme anaerob Gangguan Defisit nutrisi


Dispneu
meningkat pola tidur

Retraksi dinding
Akumulasi
dada/ pernapasan
asam laktat
cuping hidung

Fatique
Ketidakefektifan
pola nafas
Intoleransi
aktifitas

26
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hiperseksi jalan nafas
2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
3. Hipertermia b.d proses penyakit

C. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Bersihan jalan nafas setelah dilakukan asuhan Latihan Batuk Efektif
tidak efektif b.d keperawatan selama 1×24
hiperseksi jalan nafas jam diharapkan bersihan jalan Observasi
nafas dapat teratasi dengan
kriteria hasil : 1. Identifikasi kemampuan
 Batuk efektif meningkat batuk
 Produksi sputum menurun 2. Monitor adanya retensi
 Mengi menurun sputum
 Wheezing menurun 3. Monitor tanda dan gejala
 Mekonium menurun infeksi saluran napas
4. Monitor input dan output
 Dispnea menurun
 Sianosis menurun cairan ( mis. jumlah dan
karakteristik)
 Frekuensi nafas membaik
 Pola nafas membaik
Terapeutik

5. Atur posisi semi-Fowler


atau Fowler
6. Pasang perlak dan bengkok
di pangkuan pasien
7. Buang sekret pada tempat
sputum

Edukasi

8. Jelaskan tujuan dan


prosedur batuk efektif
9. Anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
10. Anjurkan mengulangi tarik

27
napas dalam hingga 3 kali
11. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3

Kolaborasi

12. Kolaborasi pemberian


mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu

2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas
b.d hambatan upaya asuhan keperawatan selama
nafas 1×24 jam, diharapkan pola Observasi
nafas membaik dengan
kriteria hasil: 1. Monitor pola napas
 Ventilasi semenit (frekuensi, kedalaman,
meningkat usaha napas)
 Kapasitas vital meningkat 2. Monitor bunyi napas
 Tekanan ekspresi tambahan (misalnya:
meningkat gurgling, mengi, wheezing,
 Tekanan inspirasi ronchi kering)
meningkat 3. Monitor sputum (jumlah,
 Dispnea menurun warna, aroma)
 Penggunaan oot bantu
nafas menurun Terapeutik
 Frekuensi nafas membaik
4. Pertahankan kepatenan
 Kedalaman nafas
jalan napas dengan head-tilt
membaik
dan chin-lift (jaw thrust jika
curiga trauma fraktur
servikal)
5. Posisikan semi-fowler atau
fowler
6. Berikan minum hangat
7. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
8. Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15 detik
9. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
10. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
11. Berikan oksigen, jika perlu

28
Edukasi

12. Anjurkan asupan cairan


2000 ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
13. Ajarkan Teknik batuk
efektif

Kolaborasi

14. Kolaborasi pemberian


bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

3 Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipertermia


penyakit keperawatan selama 1×24
jam diharapkan hipertermia Observasi
dapat teratasi dengan kriteria
hasil : 1. Identifikasi penyebab
 Mengigil menurun hipertermia (mis: dehidrasi,
 Kulit merah menurun terpapar lingkungan panas,
 Kejang menurun penggunaan inkubator)
 Konsumsi oksigen 2. Monitor suhu tubuh
menurun 3. Monitor kadar elektrolit
 Piloreksi menurun 4. Monitor haluaran urin
 Suhu tubuh membaik 5. Monitor komplikasi akibat
 Kadar gula darah hipertermia
membaik
Terapeutik
 Tekanan darah membaik
6. Sediakan lingkungan yang
dingin
7. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
8. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
9. Berikan cairan oral
10. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
11. Lakukan pendinginan
eksternal (mis: selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,

29
dada, abdomen, aksila)
12. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
13. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

14. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

15. Kolaborasi pemberian


cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

30
D. Implementasi dan Evaluasi

No SDKI Tanggal Implementasi Evaluasi


/jam
1 Bersihan jalan 2-1-2023 Latihan Batuk Efektif S:
nafas tidak  Ny. H mengatakan
efektif b.d 14:50 WIB Observasi napas An. H masi
hiperseksi jalan sesak
nafas 1. mengidentifikasi kemampuan O:
batuk  An. H tampak
2. Memonitor adanya retensi gelisah
sputum  Frekuensi napas
3. Memonitor tanda dan gejala 38 ×/menit
infeksi saluran napas  Klien terpasang
4. Memonitor input dan output oksigen nasal
cairan ( mis. jumlah dan kanul 2 liter
karakteristik)  Terdapat retraksi
dinding dada
Terapeutik  Mukosa bibir
15:45 WIB
tampak kering
5. mengatur posisi semi-Fowler A:
atau Fowler  Masalah belum
6. memasang perlak dan teratasi
bengkok di pangkuan pasien P:
7. membuang sekret pada
 intervensi 1-12
tempat sputum
dilanjutkan
Edukasi

8. menjelaskan tujuan dan


prosedur batuk efektif
9. menganjurkan tarik napas
dalam melalui hidung selama
4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan
17: 30 WIB dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama
8 detik
10. menganjurkan mengulangi
tarik napas dalam hingga 3
kali
11. menganjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3

31
Kolaborasi

12. mengkolaborasikan
pemberian Ambrosol 3 mg
3x1

2 Pola nafas tidak 2-1-2023 Manajemen Jalan Napas S:


efektif b.d  Ny. H mengatakan
hambatan upaya Observasi An. H masi batuk.
nafas O:
14:50 WIB 1. Memonitor pola napas  Frekuensi nafas 38
(frekuensi, kedalaman, usaha x/i
napas)  Penggunaan otot
2. Memonitor bunyi napas bantu pernapasan
tambahan (misalnya:  Klien tampak sesak
gurgling, mengi, wheezing,  Klien tampak
ronchi kering) terpasang nasal
3. Memonitor sputum (jumlah, kanul 2 liter
warna, aroma) A:
 Masalah teratasi
Terapeutik sebagian
P:
4. Mempertahankan kepatenan  Intervensi 1-12
jalan napas dengan head-tilt dilanjutkan
dan chin-lift (jaw thrust jika
curiga trauma fraktur
servikal)
5. Memposisikan semi-fowler
atau fowler
15:45 WIB 6. Memberikan minum hangat
7. Melakukan fisioterapi dada,
jika perlu
8. Melakukan penghisapan
lender kurang dari 15 detik
9. Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
10. Mengeluarkan sumbatan
benda padat dengan forsep
McGill
11. Memberikan oksigen, jika
17:30 WIB perlu

Edukasi

32
12. Menganjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari, jika tidak
ada kontraindikasi
13. Mengajarkan Teknik
batuk efektif

Kolaborasi

14. Mengkolaborasi
pemberian Sabutamol 0,5 mg:
3x1

3 Hipertermi b.d 2-1-2023 Manajemen Hipertermia S:


Proses Penyakit  Ny. H mengatakan
Observasi anak tidak demam
lagi
14:50 WIB 1. Mengidentifikasi penyebab O:
hipertermia (mis: dehidrasi,
terpapar lingkungan panas,  Klien tampak lemah
penggunaan inkubator)  Badan klien teraba
2. Memonitor suhu tubuh hangat
3. Memonitor kadar elektrolit  Mukosa bibir kering
4. Memonitor haluaran urin  Terpasang selang
5. Memonitor komplikasi akibat NGT
hipertermia  Leukosit 23 500
g/dl
Terapeutik A:
15:45 WIB
 Masalah belum
6. Menyediakan lingkungan teratasi
yang dingin P:
7. Melonggarkan atau lepaskan  Intervensi 1-15
pakaian dilanjutkan
8. Membasahi dan kipasi
permukaan tubuh
9. Memberikan cairan oral
10. Menganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebih)
11. Melakukan pendinginan
eksternal (mis: selimut
hipotermia atau kompres
17: 30 WIB
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
12. Menghindari pemberian

33
antipiretik atau aspirin
13. Memberikan oksigen

Edukasi

14. Menganjurkan tirah baring

Kolaborasi

15. Mengkolaborasi pemberian


paracetamol infus 70 mg k/p

No SDKI Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


1 Bersihan jalan 3 -1-2023 Latihan Batuk Efektif S:-
nafas tidak
efektif b.d 14:50 WIB Observasi O:
hiperseksi jalan  nafas masih terlihat
nafas 1. Mengidentifikasi kemampuan sesak
batuk  RR 37 x/i
2. Memonitor adanya retensi  Suara nafas ronchi
sputum basah
3. Memonitor tanda dan gejala  Batuk produktif
infeksi saluran napas  Reflek batuk
4. Memonitor input dan output berkurang
cairan ( mis. jumlah dan  Terpasang O2 nasal
karakteristik) kanul 2 L/menit
 Terdapat retraksi
Terapeutik dinding dada
15:45 WIB
A:
5. mengatur posisi semi-Fowler  Masalah belum
atau Fowler teratasi
6. memasang perlak dan
bengkok di pangkuan pasien P:
7. membuang sekret pada  Intervensi 8
tempat sputum dihentikan 1- 12
dilanjutkan
Edukasi

8. menjelaskan prosedur dan


tujuan batuk efektif
9. menganjurkan tarik napas
dalam melalui hidung selama
4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan

34
dari mulut dengan bibir
17: 30 WIB mencucu (dibulatkan) selama
8 detik
10. menganjurkan mengulangi
tarik napas dalam hingga 3
kali
11. menganjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3

Kolaborasi

12. mengkolaborasikan
pemberian Ambrosol 3 mg
3x1

2 Pola nafas 3 -1-2023 Manajemen Jalan Napas S:


tidak efektif  Ny. A mengatakan
b.d hambatan Observasi An.H masih sesak
upaya nafas dan serak
14:50 WIB 1. Memonitor pola napas bertambah saat
(frekuensi, kedalaman, usaha An.H menangis
napas) dan rewel
2. Memonitor bunyi napas O:
tambahan (misalnya: gurgling,  Nafas klien tampak
mengi, wheezing, ronchi sesak
kering)  Terdapat retraksi
3. Memonitor sputum (jumlah, sesak
warna, aroma)  Klien tampak
lemah
Terapeutik  Terpasang oksigen
nasa kanul 2 liter
4. Mempertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt A :
dan chin-lift (jaw thrust jika  Masalah belum
curiga trauma fraktur servikal) teratasi
5. Memposisikan semi-fowler
atau fowler P:
6. Memberikan minum hangat  Intervensi 10 dan
15:45 WIB 7. Melakukan fisioterapi dada, 12 dihentikan 1 –
jika perlu 14 dilanjutkan
8. Melakukan penghisapan
lender kurang dari 15 detik
9. Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal

35
10. Mengeluarkan sumbatan
benda padat dengan forsep
McGill
11. Memberikan oksigen 2
liter/ menit
17:30 WIB
Edukasi

12. Menganjurkan asupan


cairan 2000 ml/hari, jika tidak
ada kontraindikasi
13. Mengajarkan Teknik
batuk efektif

Kolaborasi

14. Mengkolaborasi
pemberian Sabutamol 0,5 mg:
3x1

3 Hipertermi b.d 2-1-2023 Manajemen Hipertermia S:-


Proses
Penyakit Observasi O:
 Klien tampak
14:50 WIB 1. Mengidentifikasi penyebab lemas
hipertermia (mis: dehidrasi,  Suhu tubuh 370C
terpapar lingkungan panas,  Badan klien teraba
penggunaan inkubator) hangat
2. Memonitor suhu tubuh  Mukosa bibir
3. Memonitor kadar elektrolit kering
4. Memonitor haluaran urin  Terpasang selang
5. Memonitor komplikasi akibat NGT
hipertermia  IVFD KN 1B 8
tts/menit
Terapeutik
15:45 WIB A:
6. Menyediakan lingkungan  Masalah belum
yang dingin teratasi
7. Melonggarkan atau lepaskan
pakaian P:
8. Membasahi dan kipasi  Intervensi 1 dan 10
permukaan tubuh dihentikn 1 - 15
9. Memberikan cairan oral dilanjutkan
10. Menganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis

36
(keringat berlebih)
11. Melakukan pendinginan
eksternal (mis: selimut
hipotermia atau kompres
17: 30 WIB dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
12. Menghindari pemberian
antipiretik atau aspirin
13. Memberikan oksigen

Edukasi

14. Menganjurkan tirah baring

Kolaborasi

15. Mengkolaborasi pemberian


paracetamol infus 70 mg k/p

No SDKI Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


1 Bersihan jalan 4 -1-2023 Latihan Batuk Efektif S:-
nafas tidak O:
efektif b.d 08:50 WIB Observasi  nafas klien sudah
hiperseksi mulai tidak sesak
jalan nafas 1. Mengidentifikasi lagi
kemampuan batuk  RR 30 x / menit
2. Memonitor adanya retensi  Suara nafas sudah
sputum mulai normal
3. Memonitor tanda dan gejala  Batuk sudah mulai
infeksi saluran napas jarang
4. Memonitor input dan output  Tidak terdapat
cairan ( mis. jumlah dan retraksi dinding
karakteristik) dada
 Bibir tampak
Terapeutik kemerahan
10:45 WIB
5. mengatur posisi semi-Fowler A :
atau Fowler  Masalah teratasi
6. memasang perlak dan sebagian
bengkok di pangkuan pasien
7. membuang sekret pada P :
tempat sputum  Intervensi
dihentikan pasien

37
dipulangkan
Edukasi

8. menjelaskan prosedur dan


tujuan batuk efektif
9. menganjurkan tarik napas
dalam melalui hidung selama
4 detik, ditahan selama 2
11: 30 WIB detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
10. menganjurkan mengulangi
tarik napas dalam hingga 3
kali
11. menganjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3

Kolaborasi

12. mengkolaborasikan
pemberian Ambrosol 3 mg
3x1

2 Pola nafas 4 -1-2023 Manajemen Jalan Napas S:-


tidak efektif
b.d hambatan Observasi O:
upaya nafas  Klien tampak
08:50 WIB 1. Memonitor pola napas tidak sesak lagi
(frekuensi, kedalaman, usaha  Tidak terdapat
napas) retraksi dinding
2. Memonitor bunyi napas dada
tambahan (misalnya:  Terpasang oksigen
gurgling, mengi, wheezing, nasa kanul 2 liter
ronchi kering)
3. Memonitor sputum (jumlah, A:
warna, aroma)  Sebagian masalah
teratasi
Terapeutik
P:
4. Mempertahankan kepatenan  Intervensi
jalan napas dengan head-tilt dihentikan pasien
dan chin-lift (jaw thrust jika dipulangkan
curiga trauma fraktur
servikal)

38
5. Memposisikan semi-fowler
atau fowler
10:45 WIB 6. Memberikan minum hangat
7. Melakukan fisioterapi dada,
jika perlu
8. Melakukan penghisapan
lender kurang dari 15 detik
9. Melakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
10. Mengeluarkan sumbatan
benda padat dengan forsep
McGill
11. Memberikan oksigen 2
11:30 WIB liter/ menit

Edukasi

12. Menganjurkan asupan


cairan 2000 ml/hari, jika
tidak ada kontraindikasi
13. Mengajarkan Teknik
batuk efektif

Kolaborasi

Mengkolaborasi pemberian
Sabutamol 0,5 mg: 3x1
3 Hipertermi b.d 4 -1-2023 Manajemen Hipertermia S:-
Proses
Penyakit Observasi O:
 Klien tampak lemas
08:50 WIB 1. Mengidentifikasi penyebab  Suhu 370C
hipertermia (mis: dehidrasi,  Badan klien teraba
terpapar lingkungan panas, hangat
penggunaan inkubator)  Mukosa bibir
2. Memonitor suhu tubuh terlihat lembab
3. Memonitor kadar elektrolit  IVFD KN 1B 8
4. Memonitor haluaran urin tts/menit
5. Memonitor komplikasi
akibat hipertermia A:
 Masalah sebagian
Terapeutik teratasi

6. Menyediakan lingkungan P :
yang dingin  Intervensi

39
7. Melonggarkan atau lepaskan dihentikan pasien
pakaian dipulangkan
8. Membasahi dan kipasi
permukaan tubuh
9. Memberikan cairan oral
10. Menganti linen setiap hari
10:45 WIB
atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebih)
11. Melakukan pendinginan
eksternal (mis: selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
12. Menghindari pemberian
antipiretik atau aspirin
13. Memberikan oksigen
11:30 WIB
Edukasi

14. Menganjurkan tirah baring

Kolaborasi

Mengkolaborasi pemberian
paracetamol infus 70 mg k/p

40
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada bab ini penulis membahas tentang Asuhan Keperawatan pada An.H
dengan bronkopneumonia di ruangan melati RSUD Dr. Adnaan WD
Payakumbuh. Dimulai pada tanggal 2 januari 2023 sampai dengan 4 januari
2023. Penulis memproleh data pengkajian dari wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
Pengkajian pada An.H dilakukan pada tanggal 2 januari 2023 yaitu hari
keempat masuk rumah sakit, data yang diproleh yaitu ibu klien mengatakan
klien batuk tetapi dahak tidak dapat dikeluarkan dan flu. Terdengar suara nafas
tambahan ronchi, RR 38 x/menit, dan keadaan umum baik
Wijaya (2013) bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru
yang bisa disebabkan oleh bermacam-macam penyebab seperti bakteri, virus,
jamur, benda asing. Hasil pemeriksaan darah pada An.H menunjukkan netrofi
segmen rendah, limfosit tinggi dan leukosit tinggi. Jumlah limfosit dan leukosit
yang tinggi menandai keberadaan parasit (Arif, 2016).

B. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan
sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan
nafas. Batasan kerakteristik batuk yang tidak efektif, depresi, gelisah,
penurunan bunyi nafas, perubahan frekuensi nafas, perubahan pola nafas,
sputum dalam jumlah yang berlebihan, suara nafas tambahan, dan adanya

41
batuk. Faktor yang berhubungan lingkungan, obstruksi jalan nafas, dan
fisiologis (SDKI, 2019)

Alasan penulis mengangkat diagnosa tersebut karena inflamasi di dinding


bronkus menyebabkan produksi mukus yang meningkat. Peningkatan produksi
mukus menyebabkan akumulasi sekret yang meningkat di bronkus sehingga
jalan nafas menjadi tidak efektif. Apabila masalah keperawatan bersihan jalan
nafas tidak efektif tidak ditangani akan menyebabkan obstruksi jalan nafas
yang akan menyebabkan suplai oksigen menurun. Sehingga penulis juga
mengangkat diagnosa pola nafas tidak efektif pada An.H.

C. Intervensi Keperawatan
Tujuan dilakukan asuhan keperawatan pada klien An.H adalah masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi setelah 3 x 8 jam dengan kriteria hasil
frekuensi pernapasan dalam batas normal (24-40) x/menit, tidak ada suara
nafas tambahan (ronchi) , klien dapat mengeluarkan sekret dan tidak ada batuk
(SIKI, 2019).
Intervensi yang dilakukan monitor status pernapasan : memonitor
kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas, dan memonitor saluran
nafas, auskultasi suara nafas, posisikan klien dengan posisi semi fowler atau
fowler untuk memaksimalkan ventilasi, lakukan fisioterapi dada,
mengkolaborasikan pemberian obat ambrosol (SLKI, 2019)

D. Implementasi Keperawatan
Menyelesaikan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif pada
An.H penulis telah melakukan implementasi sesuai dengan intervensi.
Memonitor status pernapasan, rasional tindakan ini dilakukan untuk
mengetahui frekuensi pernapasan, jenis pernapasan, secara umum. (Asmadi,
2018).
Tindakan kedua yang dilakukan yaitu mengauskultasi suara paru. Relasional
dilakukan tindakan ini untuk membantu membedakan adanya penurunan aliran

42
udara pada area konsolidasi cairan. Bunyi nafas di atas area yang mengalami
konsolidasi (Padilla, 2013)
Tindakan ketiga memposisikan klien dengan posisi semi fowler (Supadi,
2008) menyatakan bahwa posisi semi fowler membuat oksigen di dalam paru-
paru semakin meningkat sehingga memperingan kesukaran nafas.
Tindakan keempat yaitu fisioterapi dada. Tindakan ini berfungsi untuk
meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan nafas.
Tindakan kelima yaitu mengelola pemberian ambroxol tablet rasional
pemberian ambroxol tablet untuk mengencerkan sekret. Ambroxol adalah obat
untuk mengencerkan sekret, ambroxol bekerja dengan memecahkan serat
mukopolisakarida pada dahak. Cara kerja ini akan membuat dahak menjadi
lebih encer dan lebih mudah dikeluarkan saat batuk.
Tindakan selanjutnya yaitu mengkolaborasikan pemberian terapi obat. Obat
yang diberikan yaitu Sabutamol 0,5 mg 3x1, Asam folat 1 mg 3x1, Ampi
sulb 250 mg 4x1, Dexametason 1,2 mg 3x1, Paracetamol 70 mg k/p,
Azitromicin 70 mg 1x1, Infuse KN 1B 8 tpm.

E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada klien bersihan jalan nafas tidak efektif adalah
frekuensi pernapasan dalam batas normal (24-40 x/menit), tidak ada suara
nafas tambahan (ronchi), klien dapat mengeluarkan sekret dan tidak ada batuk
Setelah dilakukan tindakan 3 x 8 jam masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas respon klien diberikan
fisioterapi dada dahak tidak keluar
Didapatkan data subjektif ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak batuk
data objektif klien tampak tenang dengan tidak rewel, RR 30 x/menit dan
terdengar ronchi pada saat auskultasi paru. Analisis bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas sebagian teratasi planning
intervensi dihentikan pasien dipulangkan.

43
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sesuai dengan asuhan keperawatan pada bronkopneumonia yang telah
dilakukan pada An.H di ruangan Melati RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh
tanggal 2 januari 2023 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian yang didapat adalah klien terdiagnosa bronkopneumonia dengan
keluhan utama batuk berdahak dengan dahak sulit dikeluarkan dan sesak
nafas, keadaan umum klien baik, composmentis terdapat suara nafas
tambahan ronchi pada saat auskultasi paru RR 38 x/menit. Hasil
pemeriksaan darah pada An.H menunjukkan eosinofil rendah, netrofil
segmen rendah dan limfosit tinggi.
2. Diagnosa Keperawaan
Masalah yang muncul pada klien An.H yaitu bersihan jalan nafas tidak
efektif berhungan dengan hipersekresi jalan nafas
3. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan yang ditetapkan adalah memonitor status pernapasan,
memonitor kecepatan irama, kedalaman dan kesulitan bernafas, dan
memonitor suara nafas, auskultasi suara paru, posisikan klien semi fowler
untuk memaksimalkan ventilasi, melakukan fisioterapi dada, dan
mengkelola pemberian ambroxol dan mengkolaborasikan pemberian terapi
obat.
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 x 8 jam sudah sesuai
dengan rencana yang penulis tetapkan

44
5. Evaluasi
Hasil evaluasi yang didapatkan selama dilakukan tindakan 3 x 8 jam asuhan
keperawatan dengan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
hipersekresi jalan nafas masalah teratasi sebagian ditandai dengan masih
terdengar suara ronchi
B. Saran
1. Bagi institusi dan penulis lain
Diharapkan hasil bedah kasus ini sebagai acuan referensi lain serta acuan
untuk dapat dikembangkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien
bronkopneumonia
2. Bagi rumah sakit
Pihak rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
3. Bagi keluarga
Diharapkan keluarga ikut serta agar dalam peningkatan kondisi kesehatan
klien dengan bronkopneumonia

45
46
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo.1012. Kebutuhan Dasar Manusia (oksigenasi) Konsep,


Proses dan Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Betz & Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC;2002

Doenges, Marilynn.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.

Dinas kesehatan Sumatera Barat (Dinkes Sumbar). (2015). Profil Kesehatan


Provinsi Sumatera Barat

Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC; 1997

Nettina, Sandra M.(2001).Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC

Nursalam. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta:Nuha


Medika.

Rekam Medis RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh (2022). Rekapitulasi Pasien


Rawat Inap Melati 2022 Payakumbuh : RSUD Dr Adnaan WD
Payakumbuh.

Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :


Salemba Medica.

Riyadi,Sujono dan Sukarmin2009. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta:Graha


Ilmu.

Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto;2001

Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I,


Jakarta : EGC

Staf Pengajar FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta:


Infomedika;2000
Wijaya.Andra S dan Pitri,Yessie M.2013. Keperawatan Medika Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta:Nuha Medika
Wong.Donna L dkk.2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Wong and Whaley. ( 1995 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia:


WB Saunders Company

Wulandari, Dewi dan Meira Ernawati. 2016.Buku Ajar Keperawatan Anak.


Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai