ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kejadian ISPA balita pada keluarga yang
merokok didalam rumah dengan keluarga yang tidak merokok. Metode penelitian ini mengunakan desain
studi perbandingan dengan pendekatan case-control. Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja Puskesmas
Rejosari Pekanbaru terhadap 68 keluarga yang diambil dengan menggunakan teknik simple random
sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang telah
dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat
dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 34 keluarga (50% dari total sampel)
yang angotanya merokok didalam rumah dan mempunyai balita yang sering terserang ISPA adalah
sebesar 58,8%, sedangkan 34 keluarga yang anggotanya tidak merokok sama sekali dan mempunyai
balita yang sering terserang ISPA sebesar 29,4% dengan derajat kemaknaan 0,05 diperoleh p < 0,05 yaitu
0,028 serta nilai OR 3,429. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan
antara kejadian ISPA balita pada keluarga yang merokok di dalam rumah dengan keluarga yang tidak
merokok dimana keluarga yang anggota keluarganya merokok di dalam rumah memiliki resiko 3,429 kali
lebih besar dibandingkan keluarga yang tidak merokok. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan bagi
Puskesmas melakukan upaya promosi secara berkala tentang bahaya asap rokok didalam rumah terhadap
kesehatan balita.
Perbandingan Kejadian ISPA Balita Pada Keluarga Yang Merokok di Dalam Rumah 7
dengan Keluarga Yang Tidak Merokok
Hadi Syahputra, Febriana Sabrian, Wasisto Utomo
PENDAHULUAN yang diperkirakan menderita ISPA. Data
Merokok merupakan salah satu gaya dari Dinas Kesehatan Pekanbaru tahun
hidup yang berpengaruh pada kesehatan 2011 menunjukkan bahwa dari 20
manusia. Tingginya prevalensi merokok Puskesmas di kota Pekanbaru, Puskesmas
negara berkembang termasuk Indonesia Rejo Sari menempati urutan pertama
menyebabkan masalah merokok menjadi terbanyak penemuan kasus ISPA balita
semakin serius. Data statistik dari World sepanjang tahun 2011 yaitu sebanyak 777
Health Organization (WHO) tahun 2012 kasus ISPA pneumonia dan 4.457 kasus
menunjukkan prevalensi jumlah perokok ISPA bukan pneumonia.
yang berusia lebih dari 15 tahun di Berdasarkan studi pendahuluan yang
Indonesia hampir mencapai 2x lipat rata- dilakukan peneliti pada tanggal 12 Oktober
rata perokok usia dewasa di dunia, yaitu 2012 di wilayah kerja Puskesmas Rejosari,
61% laki-laki serta 5% perempuan. Hal ini didapatkan data bahwa sepanjang bulan
menempatkan Indonesia menjadi negara ke- September 2012, total balita yang bertempat
3 tertinggi dalam jumlah perokok usia tinggal di wilayah kerja Puskesmas Rejosari
dewasa (WHO, 2012). Kondisi ini diiringi memiliki frekuensi kejadian ISPA
dengan banyaknya jumlah perokok pasif (pneumonia) sebanyak 41 orang balita.
dimana sebanyak 78,4% atau 133,3 juta Sedangkan kejadian ISPA (bukan
orang dewasa terpapar asap rokok didalam Pneumonia) sebanyak 300 orang balita.
rumahnya (Departemen Kesehatan RI, Data ini menunjukkan peningkatan kejadian
2012). ISPA dari bulan sebelumnya, yaitu pada
Menjadi seorang perokok pasif dapat bulan Agustus 2012 jumlah balita yang
menimbulkan berbagai penyakit karena menderita ISPA (pneumonia) berjumlah 27
dalam asap rokok terkandung lebih dari balita. Sedangkan kejadian ISPA (bukan
4000 bahan kimia. Salah satu penyakit yang pneumonia) sebanyak 288 orang balita.
dapat ditimbulkan yaitu ISPA yang Studi pendahuluan juga dilakukan pada
menyerang saluran pernafasan manusia tanggal 14 februari tahun 2013 di salah satu
dengan jumlah penderita infeksi posyandu yang terdapat diwilayah kerja
kebanyakan pada anak (Hartono & Puskesmas Rejosari, yaitu posyandu
Rahmawati, 2012). Selembut Hati yang terdapat di kelurahan
Riau merupakan salah satu provinsi di Tenayan Raya dengan mewawancarai 10
Indonesia yang memiliki presentase orang ibu yang memiliki balita ISPA. Hasil
kejadian ISPA balita yang cukup tinggi. studi pendahuluan ini mendapatkan hasil
Pada tahun 2010 Dinas Kesehatan Provinsi dari 10 ibu yang mempunyai balita ISPA, 8
Riau mencatat frekuensi kejadian ISPA orang ibu diantaranya memiliki suami
yang tinggi, yaitu dari 15 penyakit rawat perokok yang merokok didalam rumah.
inap RS se-Provinsi Riau tahun 2010, angka Keberadaan perokok didalam rumah
kunjungan rawat inap ISPA berada pada telah terbukti memiliki pengaruh terhadap
peringkat ke 5 terbanyak (9,5%). kejadian ISPA, dimana menurut penelitian
Sedangkan pada kunjungan rawat jalan di yang dilakukan oleh Winarni, Ummah dan
RS se-provinsi Riau, ISPA berada pada Salim tahun 2010 mengatakan bahwa
urutan pertama terbanyak dengan 19.046 terdapat hubungan antara perilaku merokok
kasus (18,1%). Sedangkan pada pola orang tua dan anggota keluarga yang
penyakit rawat jalan di Puskesmas se tinggal di dalam satu rumah dengan
provinsi Riau, pada tahun 2010 ISPA kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini
menjadi penyakit yang paling sering diperkuat oleh Permatasari (2009), dimana
dijumpai, yaitu sebanyak 34,17% dari didapatkan hasil bahwa luas ventilasi,
semua total kunjungan Puskesmas rawat lubang asap dapur dan keberadaan perokok
jalan. Dari 12 kabupaten/kota di Provinsi didalam rumah memiliki hubungan
Riau, Pekanbaru berada pada peringkat bermakna dengan kejadian pneumonia pada
pertama terkait dengan penemuan kasus balita. Oleh karena itu peneliti tertarik
ISPA pada balita yaitu dari total 82.077 untuk melihat perbandingan kejadian ISPA
balita di pekanbaru, terdapat 8.208 balita balita pada keluarga yang merokok didalam
Perbandingan Kejadian ISPA Balita Pada Keluarga Yang Merokok di Dalam Rumah 9
dengan Keluarga Yang Tidak Merokok
Hadi Syahputra, Febriana Sabrian, Wasisto Utomo
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat Tabel 4 menunjukkan perbedaan
bahwa mayoritas keluarga memiliki jumlah kejadian ISPA balita pada keluarga yang
anggota keluarga sebanyak 4 orang yaitu 21 merokok didalam rumah dan keluarga yang
keluarga (30,9%) dan usia balita keluarga tidak merokok sama sekali. Dari 68
responden sebagian besar ≥ 2 tahun yaitu keluarga responden yang terdiri dari 34
24 balita (35,3%). Sedangkan jenis kelamin keluarga responden perokok di dalam
balita paling banyak laki-laki yakni sebanak rumah dan 34 keluarga responden yang
38 balita (55,9%). tidak terdapat perokok sama sekali,
didapatkan hasil bahwa dari 34 keluarga
Tabel 2 yang merokok didalam rumah terdapat 20
Kebiasaan merokok anggota keluarga keluarga (58,8%) yang balita nya sering
Kebiasaan merokok Jumlah (%) terserang ISPA dan 14 keluarga (41,2%)
Tidak merokok sama sekali 34 50 balita mereka tidak sering terserang ISPA.
Merokok di dalam rumah 34 50 Sedangkan dari 34 keluarga yang tidak
Total 68 100 memiliki perokok sama sekali, 24
diantaranya (70,6%) memiliki balita yang
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat tidak sering menderita ISPA dan hanya 10
bahwa jumlah keluarga yang mempunyai keluarga (29,4%) yang memiliki balita yang
kebiasaan merokok di dalam rumah sama sering menderita ISPA.
jumlahnya dengan keluarga yang tidak Berdasarkan hasil analisa dengan
merokok sama sekali yaitu masing-masing menggunakan uji Chi-Square menunjukkan
34 keluarga (50%). p value sebesar 0,028 dimana p value <
0,05. Hal ini berarti Ho ditolak dan dapat
Tabel 3 disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
Kejadian ISPA pada balita dalam satu kejadian ISPA balita antara keluarga yang
tahun terakhir merokok didalam rumah dengan yang tidak
Kejadian ISPA Jumlah (%) merokok. Dari hasil analisis diperoleh pula
nilai OR=3,429, artinya keluarga yang
Tidak sering 38 55,9
memiliki anggota keluarga yang merokok
Sering 30 44,1
didalam rumah, balita mereka beresiko 3,4
kali terserang ISPA dibandingkan keluarga
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
yang tidak merokok sama sekali.
mayoritas keluarga responden memiliki
balita yang tidak sering menderita ISPA
DISKUSI
yakni 38 keluarga (55,9%).
A. Karakteristik responden
1. Karakteristik demografi responden
Analisa bivariat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Tabel 4
pada wilayah kerja Puskesmas Rejosari,
Perbandingan kejadian ISPA balita pada
didapat kan hasil bahwa 21 keluarga
keluarga yang merokok di dalam rumah
(30,9%) dari total 68 keluarga memiliki
dengan keluarga yang tidak merokok
jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang
Kejadian OR dan hanya 2 keluarga (2,9 %) yang
Variabel ISPA (95% P memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak
Tidak Sering Total CI) Value 8 orang. Hal ini dapat menjadi salah satu
sering indikator keberhasilan pemerintah provinsi
Kebiasaan N N N 3,429 0,028 Riau terkait dengan program keluarga
keluarga (%) (%) (%) berencana (KB) yang menyurakan
merokok 1,2 – kampanye “Dua Anak Cukup” (Kemenkes
Tidak ada 24 10 34 19,3 RI, 2013).
(70,6) (29,4) (100) Jumlah anggota keluarga yang tinggal
Ada 14 20 34 dalam satu rumah dapat meningkatkan
(41,2) (58,8) (100) kemungkinan terjadinya ISPA pada balita.
Total 38 30 68 Hal ini sesuai dengan penelitian yang
(55,9) (44,1) (100)
Perbandingan Kejadian ISPA Balita Pada Keluarga Yang Merokok di Dalam Rumah 11
dengan Keluarga Yang Tidak Merokok
Hadi Syahputra, Febriana Sabrian, Wasisto Utomo
ISPA balita pada keluarga yang merokok tarikan napas maka ±500 mililiter udara
didalam rumah dengan keluarga yang tidak terhirup. Kita bisa bayangkan akibatnya jika
merokok serta nilai OR 3,429 yang berarti udara yang masuk kedalam tubuh sudah
bahwa keluarga yang memiliki anggota terkana polusi. Udara yang tidak sehat
keluarga yang merokok di dalam rumah dengan partikel-partikel polusi sebesar 10
balitanya beresiko 3,4 lebih sering terserang mikron bisa mengakibatkan berbagai
ISPA dibandingkan dengan keluarga yang infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
tidak merokok. Polusi udara dapat disebabkan oleh
Keadaan fisik sekitar manusia kontaminasi asap rokok, ozon yang berasal
berpengaruh terhadap manusia baik secara dari printer, perabotan cat, bahan pembersih
langsung maupun tidak terhadap dan dari debu atau karbon yang menempel
lingkungan-lingkungan biologis dan (Ide, 2010).
lingkungan sosial manusia. Lingkungan Anak-anak yang menjadi perokok pasif
fisik (termasuk unsur kimia) meliputi udara, lebih beresiko terserang penyakit
kelembaban, air, dan pencemaran udara. dibandingkan orang dewasa, dimana sudah
Berkaitan dengan ISPA, adalah tergolong terbukti bahwa anak-anak menyerap nikotin
air borne diasease karena salah satu dua kali lebih banyak dibandingkan orang
penularannya melalui udara yang tercemar dewasa (Hanas, 2007). Balita yang menjadi
dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran perokok pasif didalam rumahnya memiliki
pernapasan, maka udara secara resiko yang lebih tinggi untuk terserang
epidemiologi mempunyai peranan yang penyakit bronkitis, pneumonia dan infeksi
besar pada transmisi penyakit infeksi saluran pernafasan lainnya serta penyakit
saluran pernapasan. asma dan juga infeksi telinga (Edlin &
Salah satu faktor yang menyebabkan Golanty, 2010).
kejadian ISPA balita ini adalah karena Balita merupakan masa dimana
adanya anggota keluarga yang merokok struktur tubuh belum sempurna atau matur
didalam rumah, sehingga menyebabkan sehingga masa balita biasa disebut sebagai
balita mereka beresiko tinggi terpapar asap masa pertumbuhan dan perkembangan.
rokok (perokok pasif). Paparan asap rokok Pertumbuhan dan perkembangan yang
memperberat timbulnya ISPA, karena dari 1 terjadi pada masa balita merupakan salah
batang rokok yang dinyalakan akan satu penyebab tingginya resiko balita
menghasilkan asap sampingan selama terserang penyakit pernafasan karena sistem
sekitar 10 menit, sementara asap utamanya fisiologis belum sempurna pada masa ini.
hanya akan dikeluarkan pada waktu rokok Wong dkk (2009) mengatakan bahwa
itu dihisap dan biasanya hanya kurang dari sebagian besar sistem fisiologis relatife
1 menit. Walaupun asap sampingan matur pada akhir masa toddler, dimana
dikeluarkan dahulu ke udara bebas sebelum struktur internal telinga dan tenggorokan
dihisap perokok pasif, tetapi karena kadar terus memendek dan melurus, dan jaringan
bahan berbahayanya lebih tinggi dari pada limfoid tonsil dan adenoid terus bertambah
asap utamanya, maka perokok pasif tetap besar. Akibatnya, sering terjadi otitis media,
menerima akibat buruk dari kebiasaan tonsillitis, dan infeksi saluran pernafasan
merokok orang sekitarnya (Jabbar, 2012). atas.
Selain itu, asap rokok juga sangat Penelitian telah banyak dilakukan
berbahaya karena mengandung bahan kimia terkait dengan pengaruh asap rokok
yang telah terbukti menyebabkan kanker terhadap kesehatan pernafasan balita.
serta dapat meningkatkan resiko anak kecil Winarni, Ummah dan Salim (2010)
terserang penyakit saluran pernafasan dan mengatakan bahwa terdapat hubungan
infeksi telinga tengah (Warner & kelly, antara perilaku merokok orang tua dan
2009). anggota keluarga yang tinggal di dalam satu
Keberadaan perokok aktif di dalam rumah dengan kejadian ISPA pada balita.
rumah akan menyebabkan pencemaran Penelitian ini diperkuat oleh Permatasari
udara di dalam ruangan. Manusia bernapas (2009), dimana didapatkan hasil bahwa
kira-kira 20 kali dalam satu menit, sekali keberadaan perokok didalam rumah
Perbandingan Kejadian ISPA Balita Pada Keluarga Yang Merokok di Dalam Rumah 13
dengan Keluarga Yang Tidak Merokok
Hadi Syahputra, Febriana Sabrian, Wasisto Utomo
Mairusnita.(2007). Karakteristik penderita WHO. (2009). 10 facts on second hand
infeksi saluran pernafasan akut smoke. Diperoleh tanggal 1 Oktober
(ISPA) pada balita yang berobat ke 2012 dari
badan pelayanan kesehatan rumah http://www.who.int/features/factfiles/
sakit umum daerah (bpkrsud) kota tobacco/en/.
langsa tahun 2006. USU: e-
Repository WHO.(2012). World health statistic 2012.
Diperoleh tanggal 1 Oktober 2012
Mas’udatul, I. (2013). Pengaruh kebiasaan dari
merokok keluarga di dalam rumah http://www.who.int/gho/publications/
terhadap kejadian ISPA pada balita. world_health_statistics/2012/en/
Skripsi tidak di publikasikan.
Winarni., Ummah, B. A., & Salim, S. A. N.
Mishra, R. (2003). Encyclopaedia of health, (2010). Jurnal ilmiah kesehatan
nutrition and family welfare. New keperawatan : Hubungan antara
Delhi: Sarup & Sons. perilaku merokok orang tua dan
anggota keluarga yang tinggal dalam
Nur, H. (2004). Faktor-faktor yang satu rumah dengan kejadian ISPA
berhubungan dengan kejadian pada balita diwilayah kerja
penyakit ISPA pada balita di Puskesmas Sempor II kabupaten
kelurahan Pasie Nan Tigo kebumen. Diperoleh tanggal 28
Kecamatan Koto Tangah Kota september dari
Padang. Skripsi FKM USU. Medan http://scholar.google.co.id/scholar?h
l=id&q=Jurnal+ilmiah+kesehatan+
Oktaviani, D., Fajar. M. A., Purba. I. keperawatan+%3A+Hubungan+anta
(2010). Hubungan kondisi fisik ra+perilaku+merokok+orang+tua+
rumah dan perilaku keluarga dan+anggota+keluarga+yang+tingg
terhadap kejadian ISPA pada balita al+dalam+satu+rumah
di kelurahan cabai kota Prabumulih +dengan+kejadian+ISPA+pada+balita+di
Tahun 2010. wilayah+kerja+Puskesmas+Sempor
http://balitbangnovda.sumselprov.go. +II+kabupaten+kebumen.+&btnG=
id/data/download/20121227222926.
Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, D.,
WHO. (2007). Addressing sex and gender Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.
in epidemic-proneinfectious disease. (2009). Buku ajar keperawatan
France: World health organization. pediatrik volume2. Jakarta: EGC.