OLEH:
SRI MAWARNI
14420211063
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilocal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
d. Patrilocal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
e. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau istri (Widagdo and Kholifah, 2016).
4. Ciri-ciri keluarga
a. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluaraga
b. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota memiliki kekebasan dalam menjalankan
fungsi dan tungasnya masing-masing
c. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing. (Tri wahyuni, 2021)
5. Tipe keluarga
Menurut (Tri wahyuni, 2021)Tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis
yaitu :
1) Tipe keluarga tradisional
a. Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri dari suami,
istri dan anak.
b. Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri namun tidak
memiliki anak.
c. Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua dengan anak yang
terjadi akibat perceraian atau kematina
d. Singlr adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga terdiri dari satu orang
dewasa yang tidak menikah.
e. Extended family merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga inti di tambah
dengan anggota keluarga yang lainnya.
f. Middle-aged or erdely couple dimana orang tua tinggal sendiri dirumah karena
anak-anaknya telah memiliki rumah tangga sendiri.
2) Tipe keluarga non tradisional
a. Unmarried parent and family yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua dan
anak tanpa adanya ikatan pernikahan.
b. Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal bersama tanpa
adanya ikatan perkawinan
c. Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki persamaan jenis
kelamin tinggal satu rumah layaknya suami-istri
d. Nonmarial hetesexesual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama tanpa
adanya pernikahan dan sering berganti pasangan
e. Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki hubungan darah
dalam waktu sementara. (Tri wahyuni, 2021)
Menurut PPNI 2003 dalam (Utami, Agustine, & Happy, 2016), Kode Etik
Perawat adalah suatu pernyataan atau keyakinan yang mengungkapkan kepedulian
moral, nilai dan tujuan keperawatan. Kode Etik Keperawatan adalah pernyataan
standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku perawat dan menjadi
kerangka kerja untuk membuat keputusan.Aturan yang berlaku untuk seorang perawat
Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat
nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode
etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan
Dengan adanya kode etik, diharapkan para profesional perawat dapat
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pasien. Adanya kode etik akan melindungi
perbuatan yang tidak profesional. Kode etik keperawatan disusun oleh organisasi
profesi, dalam hal ini di Indonesia adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) (Utami et al., 2016).
2. Tujuan Etika Keperawatan
Kode etik bertujuan untuk memberikan alasan/dasar terhadap keputusan yang
menyangkut masalah etika dengan menggunakan model-model moralitas yang
konsekuen dan absolut(Utami et al., 2016).
Menurut (Utami et al., 2016) pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan
adalah upaya agar perawat, dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat
menghargai dan menghormati martabat manusia. Tujuan kode etik keperawatan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien,
teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan
maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
b. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan
tugasnya
c. Untuk mendukung profesi perawat yang dalam menjalankan tugasnya
diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat
d. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan
e. Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan
keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas
praktek keperawatan.
3. Fungsi Etika Keperawatan
Etika keperawatan juga memiliki fungsi penting bagi perawat dan seluruh
individu yang menikmati pelayanan keperawatan. Fungsi-fungsi tersebut adalah
(Utami et al., 2016):
a) Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola
asuhan keperawatan
b) Mendorong para perawat di seluruh Indonesia agar dapat berperan serta dalam
kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan hasil penelitian
serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu
dan jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan
c) Mendorong para perawat agar dapat berperan serta secara aktif dalam mendidik
dan melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat, tidak hanya di rumah
sakit tetapi di luar rumah sakit. d. Mendorong para perawat agar bisa
mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan
profesional, integritas dan loyalitasnya bagi masyarakat luas
d) Mendorong para perawat agar dapat memelihara dan mengembangkan
kepribadian serta sikap yang sesuai dengan etika keperawatan dalam
melaksanakan profesinya
e) Mendorong para perawat menjadi anggota masyarakat yang responsif, produktif,
terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi ke masa depan sesuai
dengan perannya.
4. Prinsip Etik Keperawatan
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip ini didasarkan pada keyakinan bahwa setiap individu memiliki
kemampuan berpikir logis dan membuat keputusan sendiri. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip
otonomi direfleksikan dalam sebuah praktek profesional ketika perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
b. Berbuat baik, mendatangkan manfaat (Beneficial)
Beneficial artinya mendatangkan manfaat atau kebaikan. Kebaikan memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan
dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi
pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi. Prinsip
kemurahan hati adalah :
a. menghilangkan kondisi-kondisi yang sangat merugikan,
b. Mencegah kerugian/kerusakan/ kesalahan.
c. Berbuat baik.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip ini dibutuhkan untuk tercapainya keadilan terhadap orang lain dengan
tetap menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
refleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai dengan hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini mengindikasikan bahwa individu secara moral diharuskan untuk
menghindari sesuatu yang dapat merugikan orang lain (tindakan menghindarkan
kerusakan/kerugian/ kejahatan). Prinsip ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)
Veracity berarti penuh dengan kebenaran. Pemberi pelayanan kesehatan harus
menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan memastikan bahwa klien sangat
mengerti dengan situasi yang dihadapi. Dengan kata lain prinsip ini berkaitan
dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran Informasi yang
disampaikan harus akurat, komprehensif, dan obyektif sehingga pasien
mendapatkan pemahaman yang baik mengenai keadaan dirinya selama menjalani
perawatan. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling
percaya.
f. Kesetiaan, menepati janji (Fidelity)
Prinsip ini berarti bahwa tenaga kesehatan wajib menepati janji, menjaga
komitmennya dan menyimpan rahasia klien. kesetiaan perawat menggambarkan
kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab
dasar Seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan mencegah penyakit
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan
g. kerahasiaan (confidentiality)
Prinsip ini menggariskan bahwa informasi tentang klien harus dijaga
kerahasiaannya. segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. tidak ada seorangpun
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diizinkan oleh klien dengan
bukti persetujuan. diskusi tentang klien dengan tenaga kesehatan lain di luar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga pasien tentang klien harus
dihindari
h. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan hasil pekerjaan, di mana
"tindakan" yang dilakukan merupakan satu aturan profesional. Oleh karena itu
pertanggungjawaban atas hasil asuhan keperawatan mengarah langsung kepada
praktis itu sendiri (Hastim & Prasetyo, 2019).
b. Etiologi Gastritis
Menurut Brunner & Suddart (2002), gastritis disebabkan oleh infeksi kuman
Helicobacter pylori dan pada awal infeksi mukosa lambung menunjukkan respon
inflamasi akut dan jika diabaikan akan menjadi kronik.
Klasifikasi Gatritis
1. Gastritis Akut
- Gastritis akut tanpa perdarahan
- Gastritis akut dengan perdarahan (Gastritis hemoragik atau gastritis
erosive)
Gastritis akut berasal dari makan yang terlalu banyak atau terlalu cepat, makan
makanan yang terlalu berbumbu, atau yang mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit, iritasi bahan semacam alcohol, aspirin, NSAID, Lisol,
serta bahan korosif lain, refluks empedu atau cairan pancreas.
2. Gastritis Kronik\
Inflamasi lambunh yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter Pylori
3. Gastritis Bacterial
Gastritis bacterial disebut juga gastritis infekstiosa disebabkan oleh refluks dari
duodenum
c. Patofisiologi Gastritis
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, enzim-enzim pancreas dapat merusak
mukosa lambung (gastritis erosif), menganggu pertahanan mukosa lambung dan
memungkinkan difusi kembali asam pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini
menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab
iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan
tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus-menerus,
jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan.
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan serum vitamin B 12
Pemeriksaan Feses
Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas
Biopsi
f. Penatalaksanaan
Pada gastritis akut dapat diatasi dengan menghindari makanan dan minuman
yang meningkatkan sekresi asam lambung seperti alkohol. Bila pasien mampu makan
melalui mulut, diit mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu
diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaannya adalah
serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas.
bila gastritis yang diakibatkan oleh makanan yang sangat asam, pengobatannya terdiri
dari pencernaan dan penetralisasian agen penyebab seperti antasida. Obat-obatan anti
muntah dapat membantu menghilangkan mual- muntah. Sedangkan pada gastritis
kronik dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stres
dan memulai farmakologi terapi. Helicobacter pylori diatas dengan antibiotik (seperti
amoksilin), menghindari alkohol dan obat-obatan yang mengiritasi mukosa lambung
Vitamin B 12 dan terapi yang sesuai lainnya diberikan pada anemia pernisiosa
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
Nama kepala keluarga
Alamat dan telepon
Pekerjaan kepala keluarga
Pendidikan kepala keluarga
Komposisi keluarga dan genogram
Tipe keluarga
Suku bangsa
Agama
Status sosial ekonomi keluarga
Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman- pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga dari pihak suami dan istri
c. Pengkajian Lingkungan
Karakteristik rumah
Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Sistem pendukung keluarga
d. Struktur Keluarga
a. Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat
sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan
pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d. Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam
tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan
yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada.
e. Pemeriksaan Fisik
3. Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah:
1. Mudah 2
2. Sebagian 1 2
3. Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah:
1. Tinggi 3
2. Cukup 2 1
3. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
1. Msalah berat, harus ditangani 2
2. Masalah tida perlu segera 1 1
ditangani
3. Masalah tidak dirasakan 0
5. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah penyusunan rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari
komponen tujuan umum, tujuan khusus, kreteria tindakan, dan standar untuk
menyelesaikan masalah keperawatan keluarga berdasarkan prioritas dan tujuan yang
telah ditetapkan. Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penyusunan prioritas,
menetapkan tujuan, identifikasi sumberdaya keluarga, dan menyeleksi intervensi
keperawatan. Penetapan tujuan umum dan khusus, serta dilengkapi dengan kreteri dan
standar. Secara rasional mampu dicapai keluarga dalam menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga ataupun memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga. Standar adalah
tolak ukur pencapaian hasil intervensi keperawatan terhadap masalah keperawatan
atau kebutuhan kesehatan keluarga, apakah hasilnya telah sesuai dengan kretria yang
diharapkan (Setiadi, 2008)
4. Implementasi
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana
intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan memandirikan
keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga dididik untuk dapat menilai potensi yang
dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat
memampukan keluarga untuk : mengenal masalah kesehatannya, mengambil
keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan
membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan
yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan terdekat (Sudiharto, 2007).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada keriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini
terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama
proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses,
dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut
sebagai evaluasi hasil. (Aziz Alimul Hidayat, 2021)
DAFTAR PUSTAKA
Amira Esti, T. R. (2020). Buku Ajar Keperawatan keluarga Askep Stroke. Padang,
SUMBAR: Pustaka Galeri mandiri.
Harding, M. M., Kwong, J., Roberts, D., Hagler, D., & Reinisch, C. (2019). Lewis ’ s
Medical-Surgical Nursing Assessment and Management of Clinical Problems (11th
ed.). Canada: Elsevier.
Utami, N. W., Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan
Profesional. Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Susan, C., Stromberg, H. K., & Dallerd, C. V. (2017). Medical-Surgical Nursing Concepts
and Practice (3rd ed.). Amerika: Elsevier.
Widagdo, W. and Kholifah, N. S. (2016) Keperawatan Komunitas Dan Keluarga. 1st edn.
Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan Kemenkes RI.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2017). Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta: Nuha
Medika.