Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh :
AL KAHFI
1111101000112
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
i
i
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
Al Kahfi
ii
PEMINATAN GIZI
Gambaran Pola Asuh pada Baduta Stunting Usia 13-24 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Neglasari Kota Tangerang Tahun 2015
ABSTRAK
Stunting adalah bentuk dari proses pertumbuhan yang terhambat dan merupakan
masalah gizi yang perlu mendapat perhatian serta menjadi salah satu masalah
utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Pola asuh merupakan salah satu faktor
yang dapat menyebabkan masalah gizi seperti stunting karena balita masih
tergantung terhadap pola asuh yang diterapkan keluarga dalam pemenuhan
makanan dan perawatan kesehatannya.
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran pola asuh balita stunting usia 13-24
bulan di wilayah kerja Puskesmas Neglasari. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif yang dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2015 dengan
melakukan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Informan dalam
penelitian ini adalah pengasuh utama, informan keluarga, kader posyandu, dan
TPG puskesmas.
Perilaku pencarian layanan kesehatan sudah baik dimana Sebagian besar informan
rutin membawa anaknya ke posyandu. Perilaku higiene dan sanitasi lingkungan
terlihat kurang baik dari sisi membersihkan kotoran anak, cuci tangan sebelum
makan, keberadaan kakus, hewan peliharaan di sekitar rumah, pengelolaan
sampah, upaya ibu menjaga anak tetap bersih, dan lingkungan anak bermain.
Namun untuk sumber air bersih, seluruh informan sudah memilikinya walaupun
ada yang tidak bisa diminum. Untuk minum, seluruh informan menggunakan air
isi ulang. Perawatan ibu ketika hamil secara umum sudah baik dalam hal
pemeriksaan kandungan, konsumsi tablet Fe, dan imunisasi TT. Terdapat
informan yang memiliki aktivitas berat selama kehamilan, seperti biasa, dan tidak
melakuakan aktivitas apapun.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada ibu atau pengasuh yang memiliki
baduta atau balita untuk rutin datang ke posyandu dan memberikan makanan
dengan memperhatikan variasi, porsi dan frekuensi yang sesuai dengan umur
anak. Ibu atau pengasuh perlu memperhatikan jadwal makan anak agar tidak
berbarengan ketika anak sedang jajan. Untuk mengatasi sulit makan pada anak,
ibu atau pengasuh perlu membuat warna dan bentuk yang menarik pada makanan.
Selain itu ibu atau pengasuh juga harus memperhatikan cara menyimpan makanan
agar tidak tercemar debu atau bakteri serta memperhatikan kebersihan anak baik
ketika bermain, makan, tidur, ataupun yang lainnya. Dalam mengatasi masalah
sampah yang masih banyak berserkan dan dibuang sembarangan, Pihak
puskesmas perlu berkoordinasi dengan kelurahan setempat dan masyarakat untuk
mengatasi masalah tersebut. Disarankan kepada pihak puskesmas untuk
memberikan pengetahuan mengenai stunting kepada kader posyandu.
Dibutuhkannya peran aktif kader posyandu dalam mensosialisasikan jadwal
posyandu kepada masyarakat. Selain itu kader juga perlu memberika pengetahuan
kepada masyarakat tentang apa itu ASI eksklusif dan manfaatnya baik bagi anak
ataupun ibu sendiri dengan cara penyampaian pesan yang ramah.
NUTRITION DEPARTEMENT
ABSTRACT
Stunting is a form of stunted growth process and a nutritional problems that need
attention and become one of the major public health problem in Indonesia.
Parenting is one of the factors that can cause nutritional problems such as stunting
for children under five that still depend on the upbringing applied to the family in
the fulfillment of food and medical care.
This study aims to determine a picture of stunting parenting toddlers aged 13-24
months in Puskesmas Neglasari. This study used a qualitative approach conducted
from May to July 2015 with in-depth interviews, observation and document
analysis. Informants of this study are primary caregivers, family informants,
posyandu cadres, and TPG health centers.
informants let their children plays it out of from their sight. Immunizations are
good, but when the child is sick, informants need to perform a simple way to
treat a child.
Based on the research results suggested to the health centers and neighborhood
health center to provide counseling about the Cleanliness and Healthyness
Behavior to the public.
Based on the research, suggested to the mother or caregiver who has baduta or
toddler to regularly come to Posyandu and provide food to look at the variation,
the portion and frequency appropriate to the child's age. Mothers or caregivers
need to pay attention to the meal schedule so as not to coincide child when the
child is eating snacks. To overcome the difficulty eating in children, mother or
caregiver needs to make colors and interesting shapes on food. Besides the mother
or caregiver must also consider how to store food that is not contaminated with
dust or bacteria as well as observing good hygiene when children play, eat, sleep,
or the other. In addressing the problem of waste is still a lot of scattered and
discarded carelessly, Parties health centers need to coordinate with the local
village and community to resolve the issue. Suggested to the clinic to provide
knowledge about the cadre's stunting. Cadre's need for an active role in
disseminating to the public posyandu schedule. In addition cadres also need about
providing knowledge to the public about what it is and the benefits of exclusive
breastfeeding for a child or a mother herself with a friendly way of delivering
messages.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
Oleh
Al Kahfi
NIM : 1111101000112
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Nama : Al Kahfi
Agama : Islam
PENDIDIKAN FORMAL
Hidayatullah Jakarta.
ix
KATA PENGANTAR
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Gambaran Pola Asuh pada
Kota Tangerang Tahun 2015 ”. Shalawat dan salam penulis mohonkan kepada
Aamiin.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu tersusunnya laporan ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
1. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu mendoakan kebaikan untuk anaknya
2. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
5. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS, selaku dosen pembimbing I yang sangat
7. Ibu Ratna Juwita, AMG, yang telah memberikan banyak masukan dan
kegiatan magang.
9. Semua baduta dan kelauarganya yang telah bersedia untuk menjadi informan
10. Teman-teman yang telah membantu mulai dari pembuatan surat izin sampai
11. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat kurang dari sempurna, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang diberikan. Semoga laporan ini dapat
Penulis
xi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB VI PEMBAHASAN
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
DAFTAR DIAGRAM
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
3. Pedoman Observasi
PENDAHULUAN
terhambat, dan merupakan salah satu masalah gizi yang perlu mendapat
perhatian (Picauly dan Toy, 2013). Masalah pendek (stunting) pada anak
dalam kehidupan setelahnya. Hal ini karena sekitar 70% pembentukan sel
otak terjadi sejak janin masih dalam kandungan hingga anak berumur 2
tahun. Jika otak mengalami gangguan pertumbuhan maka jumlah sel otak,
serabut sel dan penghubung sel otak akan berkurang. Hal ini menyebabkan
wawancara menjadi lebih besar, tidak mendapat pekerjaaan yang baik dan
kebutuhan pangan. Selain itu, dari aspek estetika, anak yang tumbuh
proporsional akan kelihatan lebih menarik dari anak yang pendek (Depkes,
2012).
makanan, pola asuh dan kesehatan yang diperoleh ibu dan anak-anaknya
1
2
sekolah yang buruk. Anak – anak yang pendek memiliki risiko yang lebih
miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap penyakit tidak menular
37.2%. Angka ini lebih besar dari tahun 2010 sebesar 35.6% dan tahun
2007 sebesar 36.8%. Di Provinsi Banten, pada tahun 2007, 2010 dan 2013
dengan batas non public health problem yang ditetapkan WHO untuk
banyak terjadi pada usia 48-59 bulan dengan proporsi sebesar 29.8%.
akan semakin jauh dari pertumbuhan linear normal. Keadaan ini diduga
karena semakin tinggi usia anak maka kebutuhan energi dan zat gizi
normal jika umur terus bertambah dan penyediaan makanan baik kuantitas
3
memiliki peluang lebih besar terkena stunting daripada anak yang berusia
dibawah 12 bulan.
langsung masalah gizi pada anak. Keadaan tersebut terjadi karena praktik
perilaku kebersihan dan pengasuhan yang buruk. Pada intinya, semua ini
yang bermakna dengan status gizi berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/TB.
Pada balita yang mengalami diare akan berpeluang pendek, kurus dan gizi
kurang 1 kali lebih besar pada anak yang normal atau balita dengan status
gizi baik (Hidayat dan Fuada, 2011). Penelitian Adi dan Andrias (2011),
menunjukkan secara umum balita yang berada pada rumah tangga miskin
balita dengan tingkat kemiskinan rumah tangga. Hasil ini diperkuat dengan
4
anak berada pada status gizi yang baik. Hasil analisis menunjukkan tingkat
pendidikan ibu memiliki pengaruh terhadap statsu gizi dimana ibu yang
dan gizi dan dapat digunakam sebagai tolak ukur dalam menentukan
dengan pola asuh yang kurang atau rendah memiliki peluang lebih besar
Yogyakarta, dan Papua, peranan karakteristik ibu dan pola asuh sangat
berpengaruh terhadap status gizi balita. Hal ini karena, ibu yang memiliki
Pola asuh kesehatan berhubungan langsung dengan status gizi dan pola
Menurut Engle dkk (1997) dan Zeitlin (2000), pola asuh terdiri dari
terutama pada ibu yang belum cukup umur dan kekurangan gizi selama
pada pola asuh makan anak yang diterapkan oleh keluarga (Martianto dkk,
tumbuh kembang anak baik secara positif maupun negatif (Fitriana dkk,
2007).
dalam kategori kurang. Secara umum terlihat bahwa ibu masih cukup
memaksakan suatu makanan kepada anak. Selain itu tidak ada usaha dari
keluarga agar anak mau makan dan lebih membiarkan anak jajan
dari usia balita dan adanya anak usia 1 bulan yang diberikan nasi. Selain
itu masih ditemukan ibu yang kurang setuju gizi buruk harus segera
ditangani, memperkenalkan makanan semi cair pada bayi dan anak usia
Pola asuh pemberian makan yang diterapkan juga kurang baik dan
kurang bervariasi dan hampir sama setiap harinya serta porsi yang kurang.
Makanan yang diberikan berupa nasi, tim atau bubur dengan kuah sayur
atau bumbu saja seperti kecap dan garam serta anak jarang diberikan sayur
bagaimana pola asuh makan yang baik, baik melalui penyuluhan ataupun
keadaan tetap seperti itu dan sulit untuk merubahnya (Lubis, 2010).
memberikan air dengan kelapa hijau yang dicampur dengan madu. Selain
itu pada saat bayi berusia 0-6 bulan anak sudah diberikan makanan lain
seperti biskuit dan telur. Konsumsi makanan balitanya pun tidak sesuai
dengan pola makan balita yang baik karena sebelum anak berusia satu
tahun sudah diberikan makanan ringan. Ketika anak tidak mau makan, ibu
Semarang, ibu-ibu tidak segera memberikan ASI setelah bayi lahir, tetapi
antara apa yang dikatakan orang tua dengan dengan keadaan sebenarnya.
Dimana beberapa anak masih dibiarkan main ditempat yang kotor atau
bergaul dengan anak lain yang terkena penyakit infeksi, serta adanya orang
tua dan anak balitanya tidak mencuci tangan sebelum makan. Selain itu
karena anak dalam keadaan sakit ketika imunisasi diberikan. Ada pula
orang tua yang membawa anaknya berobat ke Puskesmas namun obat dan
lain yang terjadi yaitu ibu tidak membasuh anak ketika buang air kecil dan
Tangerang yaitu 20% (Usfar dkk, 2010) dan kecamatan paling tinggi balita
paling besar yaitu 20.03%, kecamatan paling besar jumlah perempuan buta
2014, prevalensi balita umur 13-24 bulan yang mengalami stunting sebesar
penyebab utama masalah gizi pada balita yaitu asupan makanan dan
penyakit infeksi. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya cakupan pemberian
mengenai praktik pola asuh yang dilakukan ibu terhadap balita yang
mengalami stunting.
yang memiliki status gizi stunting merupakan suatu hal yang berguna
seseorang merupakan sesuatu yang unik, berbeda, dan tidak dapat diukur
mereka tentang suatu masalah. Peneliti juga dapat merasakan apa yang
yang dapat mempengaruhi status gizi balita. Penelitian ini dilakukan untuk
tahun 2015 ?
2015 ?
2015.
pola asuh yang baik dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
penelitian ini adalah pengasuh utama, keluarga, kader posyandu dan TPG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stunting
2.1.1. Pengertian
15
16
2.1.3. Penyebab
Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini
lingkungan yang tidak sehat. Masalah gizi kronis pada balita dapat
yang lama karena orang tua atau keluarga tidak tahu atau belum
(Depkes, 2012).
kemiskinan.
akan pola asuh yang baik maka gizi anak pun akan ikut
menjadi baik.
hanya saja selama ini banyak anggapan di masyarakat bahwa masalah gizi
hanya dialami oleh balita dari keluarga miskin. Anggapan itu tidak
sepenuhnya benar, masalah gizi juga disebabkan karena pola asuh anak
(Nisa, 2013). Balita yang besar dalam keluarga miskin akan tumbuh sehat
Salah satu contohnya, ada anak gizi buruk berasal dari orang tua yang
(Nisa, 2013).
timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh sendiri oleh ibunya dengan kasih
meski dalam kondisi miskin, namun anak tetap sehat (Indriyan, 2013).
yang terjadi antara orang tua dengan anak. Interaksi ini meliputi segala hal
yang diajarkan orang tua kepada anaknya dalam proses pengasuhan dan
pendidikan (Ulfah, 2008). Menurut Engle dkk (1997), pola asuh adalah
sosial anak. Sedangkan menurut Zeitlin, pola asuh adalah praktik di rumah
kesehatan (WHO, 2007). Aspek kunci dalam pola asuh terdiri dari
Engle dkk (1997), pola asuh terdiri dari perawatan bagi ibu, pemberian
bahwa air susu ibu lebih baik dari susu formula. Anak yang
percernaan pada bayi. Hal ini dapat menyebabkan bayi sakit perut
ataupun diare. Jika bayi sakit, dapat membuat asupan gizi, variasi
dengan status gizi balita usia 6-24 bulan. Ibu yang memberikan
ASI tidak eksklusif mempunyai risiko 3.7 kali lebih besar terkena
2012)
bulan memiliki risiko 3.7 kali lebih besar untuk tetap stunting. Hal
wawancara mendalam.
yang akan dialami bayi dalam keadaan seperti ini adalah kesulitan
cair, kental, semi padat dan terakhir makanan padat (Khomsan dan
lebih besar.
mencerna makanan.
yang diberikan.
2006).
diperlukan. Hal ini dilakukan agar anak tidak bosan sehingga dapat
mengenyangkan anak.
kacangan.
dan terjangkau.
Sebagian besar balita khususnya umur 3-5 tahun makan lebih dari
tiga kali sehari. Memberikan makanan 5-6 kali perhari lebih baik
karena balita memiliki perut yang kecil. Anak yang makan kurang
dari 4 kali sehari, asupan energi dan zat gizi lainnya lebih sedikit
dari piring atau mangkuk sendiri lebih baik daripada anak yang
2003).
dukungan dari orang tua. Pada tahap ini biasanya anak akan
makan khusus dengan warna dan bentuk yang menarik. Selain itu
seimbang.
salah satu faktor dalam hal penularan penyakit, hal ini disebabkan
29
2015).
makanan yang tersentuh oleh tangan kotor, lap kotor dan berdebu,
2006).
oleh balita dalam waktu yang lama jika tidak segera diobati.
mengalami diare.
di posyandu.
Wirjatmadi, 2012).
35
pencatatan di posyandu.
yang umumnya dialami oleh sebagian besar balita, seperti diare dan
status gizi balita. Jika balita mengalami penyakit ini maka nafsu
kembang balita. Peran orang tua dalam perilaku kebersihan diri dan
anak, ganti popok ketika akan tidur. Selain itu dibutuhkan pula
maka kondisi kesehatan orang yang ada di dalamnya pun akan ikut
yang sehat dan meminum air yang dimasak, memiliki status gizi
38
2012).
1. Mandikan anak setiap hari dua kali pada pagi dan sore hari
minggu.
suatu jenis makanan. Hal ini akan menyebabkan asupan yang tidak
adalah akibat langsung dari status kesehatan dan gizi ibu sebelum
bayi pada 2 tahun pertama dapat disebabkan karena status gizi anak
mendapat asupan zat gizi makro dan mikro yang cukup (Ernawati
dkk, 2013)
yaitu :
bayi.
42
tenaga ibu.
kesehatan.
salah satu cara mencegah terjadinya bayi lahir dengan berat badan
kehamilan yaitu 1 kali pada trimester I dan II, dan 2 kali pada
2011).
terjadi pada ibu hamil. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi
hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.
posyandu.
pada bayi usia 1-2 tahun adalah pertumbuhan mood. Pada usia ini,
anak mulai belajar merespon apa saja yang diterima atau keadaan
perhatian orang tua kepada anak berupa daya tanggap dari segi
anak berusia 1-2 tahun rangsangan yang dapat diberikan yaitu, jika
anak sudah berjalan maka latih anak untuk menaiki tangga. Ajak
tangan, buang air besar dan kecil pada tempatnya. Sedangkan untuk
2008).
kepada anak adalah jangan lupa untuk selalu memberi pujian ketika
bahwa analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
secara bersamaa, yaitu reduksi data, penyajian data, dan terakhir verifikasi
fenomena yang tentang apa saja yang dialami oleh informan penelitian
lain merupakan alat utama dalam proses pengumpulan data. Hal ini
Pola asuh menurut Zeitlin (2000), terdiri dari pemberian ASI dan
Sedangkan menurut Engle dkk (1997), pola asuh terdiri dari pemberian
Bagan 2.1
Pola Asuh
Baduta
Pola
Perawatan Pemberian Pemberian Perawatan Penyiapan Praktik
bagi Ibu ASI Makan Psikososial dan Kesehatan Pencarian Praktik
Ekslusif Balita dan Penyimpana Dasar Layanan Higiene dan
Stimulasi n Makanan Kesehatan Sanitasi
Kognitif Lingkungan
BAB III
tahun 2015. Keadaan gizi balita dapat disebabkan karena kurangnya pola
asuh yang baik kepada anak. Apabila praktik pengasuhan anak baik, maka
48
49
Bagan 3.1
Stunting
Pola Asuh
Baduta
Faktor yang
No. Definisi Istilah Cara Ukur Alat Ukur Sumber/Informan
Diteliti
Tidak memberikan bayi
usia 0-6 bulan makanan
Pengasuh Utama
atau minuman lain Pedoman
Pemberian Wawancara Keluarga
1. termasuk air putih kecuali wawancara
ASI Eksklusif mendalam Kader Posyandu
obat-obatan atau vitamin mendalam
TPG Puskesmas
dan mineral lain
(Kemenkes, 2014).
Pemberian makanan selain
ASI setelah anak berusia
diatas 6 bulan yang
Pedoman
memperhatikan jumlah,
Pemberian Wawancara wawancara
frekuensi serta
Makanan mendalam mendalam Pengasuh Utama
2. menggunakan berbagai
Pendamping dan dan Keluarga
makanan untuk menutupi
ASI observasi pedoman
kebutuhan gizi anak
observasi
dengan tetap menjaga
proses menyusui (WHO,
2014)
Perilaku ibu atau pengasuh
lain dalam hal
Penyiapan dan pemberian
Pedoman
makanan balita yang
Penyiapan Wawancara wawancara
meliputi pengaturan menu Pengasuh Utama
dan mendalam mendalam
3. makan, Keluarga
Penyimpanan dan dan
penyajian dan
Makanan observasi pedoman
penyimpanan makanan,
observasi
kebiasan membeli makan
balita di luar (Lutfiana,
2013)
Perilaku preventif berupa
memberikan imunisasi Pedoman
Wawancara Pengasuh Utama
Praktik lengkap sebelum 1 tahun, wawancara
mendalam Keluarga
4. Kesehatan tatalaksana rumah tangga mendalam
dan telaah Kader Posyandu
Dasar ketika ada yang sakit serta dan buku
dokumen TPG Puskesmas
penggunaan pelayanan KIA
kesehatan (CORE, 2003).
Keterlibatan ibu terhadap
sumber informasi dan Pedoman
Pola Wawancara Pengasuh Utama
sarana pelayanan wawancara
Pencarian mendalam Keluarga
5. kesehatan dan gizi mendalam
Layanan dan telaah Kader Posyandu
terutama posyandu dan dan buku
Kesehatan dokumen TPG Puskesmas
puskesmas (Fema IPB dan KIA
Plan Indonesia 2008).
Kemampuan ibu menjaga Pedoman
Praktik anak agar tetap bersih, Wawancara wawancara
Pengasuh Utama
Higiene dan mendapat lingkungan yang mendalam mendalam
6. Keluarga
Sanitasi sehat, dan terhindar dari dan dan
lingkungan cedera dan kecelakaan observasi pedoman
(Ayu, 2008). observasi
51
Faktor yang
No. Definisi Istilah Cara Ukur Alat Ukur Sumber/Informan
Diteliti
Waktu istirahat yang Pedoman
Wawancara Ibu
cukup dan peningkatan wawancara
Perawatan mendalam Keluarga
7. asupan makan selama mendalam
bagi Ibu dan telaah Kader Posyandu
masa kehamilan (Engle dan buku
dokumen TPG Puskesmas
dkk, 1997). KIA
52
BAB IV
METODE PENELITIAN
tahun 2015.
Penelitian ini dimulai pada bulan Mei sampai Juli tahun 2015.
baduta usia 13-24 bulan yang mengalami stunting, bukan karena penyakit
atau cacat bawaan. Informan dalam penelitian ini dipilih dengan purposive
52
53
aturan atau panduan ketat untuk ukuran sampel, secara umum sampel
kualitatif terdiri ats sampling kecil yang diteliti secara mendalam. Daymon
terdiri 4 dari hingga 40 informan. Hal yang perlu mendapat garis bawah
dapat diterima hingga kejenuhan terjadi, yaitu ketika tidak muncul lagi
data baru yang penting. Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2,
1. Informan Utama
yang merawat baduta usia 13-24 bulan dengan status gizi stunting.
gizi seperti stunting dan berat badan kurang. Jumlah informan utama
dalam penelitian ini yaitu 4 orang, diambil dari 3 kelurahan yang ada
2. Informan Pendukung
1. Wawancara mendalam
2. Observasi
3. Telaah dokumen
1. Reduksi Data
penelitian. Untuk data yang tidak ada kaitannya masalah, maka dapat
2. Penyajian Data
Data yang telah direduksi kemudian dibuat dalam bentuk matriks dan
3. Penarikan Kesimpulan
penelitian ini.
57
Tabel 4.1
Validasi Data
Wawancara Mendalam
Faktor yang Telaah
No. Pengasuh Kader TPG Observasi
Diteliti Keluarga Dokumen
Utama Posyandu Puskesmas
1. Pemberian ASI √ √ √ √
Pemberian
2. Makanan √ √ √
Pendamping ASI
Penyiapan dan
3. Penyimpanan √ √ √
Makanan
Praktik Kesehatan
4. √ √ √ √ √
Dasar di Rumah
Pola Pencarian
5.
Layanan Kesehatan √ √ √ √ √
Praktik Higiene
6. dan Sanitasi √ √ √
lingkungan
7. Perawatan bagi Ibu √ √ √ √ √
58
BAB V
HASIL PENELITIAN
yang terdiri dari 33 RT dan 7 RW, dan terakhir Kelurahan Karang Sari
Batu Sari.
dengan pusat pemerintahan Kota Tangerang dan DKI Jakarta. Hal ini
58
59
pekerjaan terbanyak adalah belum bekerja dan ibu rumah tangga. Berikut
gambarannya:
Diagram 5.1
itu terdapat juga akses yang mudah untuk ke pasar. Namun berdasarkan
tanpa akses terhadap air bersih, dan rumah tangga tanpa akses terhadap
Gambar 5.1
dari baduta usia 13-24 bulan yang mengalami stunting, terdiri dari
Tabel 5.1
Karakteristik Pengasuh Utama dari Baduta Usia 13-24 Bulan yang
Mengalami Stunting
Baduta Stunting Ra Ai La Al
Umur Balita dalam Bulan 13 18 20 24
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
TB (Cm) 70 69.5 74.5 75
BB Lahir dalam Gram 2.100 2.200 2.700 2.300
Nama Pengasuh Utama Sh Nh Yu Y
Umur 25 25 - 25
Pendidikan SD SD SD SMA
Pekerjaan Ibu Rumah Ibu Rumah Ibu Rumah Ibu Rumah
Tangga Tangga Tangga Tangga
Pekerjaan Ayah Baduta Buruh Bangunan Buruh Harian Pegawai Petugas
Lepas Swasta Kebersihan
Rata- rata Penghasilan 1.200.000 1.200.000 > 2.000.000 2.500.000
Orant Tua Baduta Perbulan
Jumlah Anggota Keluarga 3 4 7 4
dalam 1 Rumah
Jumlah Balita dalam 1 1 1 1
Keluarga
Hubungan dengan Baduta Ibu Ibu Bibi Ibu Angkat
baduta yang paling keci adalah 13 bulan dan paling besar berumur
penelitian ini adalah ibu rumah tangga, sebagian besar dari mereka
Tabel 5.2
mereka adalah ibu rumah tangga dan ibu kandung dari baduta.
63
2. Kader Posyandu
gambarannya:
Tabel 5.3
Informan Pendukung Kader Posyandu
Kader SM/Sh W/Nh T/Rh SY/Y
Nama Posyandu Teratai 1 Dahlia 1 Mawar 2 Kuntum Mekar
Lama menjadi Kader 3 tahun Lebih dari 5 tahun 10 tahun Lebih dari 5 tahun
sepupu dari salah satu informan utama yang juga merupakan kader
―Dia ASI eksklusif, kan kita sering ingetin juga, kita kan
kader, tapi kader di RW lain, kita suruh ASI
eksklusif‖(Sepupu Rh, kader posyandu)
anak sehingga diberikan susu formula, air susu ibu yang kurang,
anak menangis saja, dan ibu mengira anak dalam keadaan lapar.
yang melakukannya.
“Pertama saya kasih air tajin, terus susu, air tajin cuman 2
hari, terus dapet susu dari dokter‖(Informan pendukung
Asm, nenek dari Ai)
air susunya kurang dan ibu sedang bekerja di luar rumah. Berikut
kutipannya :
1 tahun. Selain nasi sebagai makanan pokok, anak juga lebih sering
diberikan makan dengan 1 macam lauk dan sayur untuk setiap kali
ikan, hati ampela, ataupun ayam. Untuk sayur yang diberikan, yang
sayur, ada anak yang memang memakan sayurnya dan ada pula
ayam, daging, dan hati ampela yang dibeli dari pedagang di sekitar
Berikut kutipannya:
mengaku bahwa anaknya tidak suka buah kecuali pepaya dan jeruk.
Berikut kutipannya :
anak makan 2-3 kali dalam sehari. Terkadang 1 anak makan lebih
dari 3 kali karena anak ikut kembali makan ketika ibu atau orang
bahwa anak memang suka ikut makan jika ada anggota keluarga
ada anak yang diberikan makan 2 kali perhari yaitu hanya pagi dan
Berikut kutipannya:
bakso, dan sedikit ikan atau ayam. Terkadang ada anak yang hanya
diberikan nasi dan sayur saja tanpa tambahan lauk. Sebagaian besar
yang pernah memakan mie instan dan ikut makan jika ada anggota
keluarga lain yang makan, baik anak itu sedang berada di rumah
mengkonsumsi buah, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
sedang ada saja, waktunya tidak menentu, dan diberikan buah jika
makan seperti sayur sop, bayam, dan kangkung. Bahkan, ada anak
diberikan sayur, hanya makanan pokok seperti nasi dan lauk saja,
sedangkan susu diberikan jika anak mau atau ada waktu khusus
ada anak yang diberikan dot susu agar anak tertidur pada siang hari.
jarang melihat anak jajan, hanya melihat sekali sampai dua kali
saja. Hal ini karena anak lebih senang bermain dengan teman-
pengawasan dari orang tua. Ada anak masih terlalu kecil, sehingga
jarang meminta jajan dan hanya menyusu saja atau main di depan
rumah. Selain itu, ada 1 anak yang lebih sering menangis dan mau
dan selalu diawasi, seperti dilarang beli chiki, permen, dan es.
74
―Dia jajan mulu sih kadang-kadang, tadi sih baru roti ,terus
apa sih ya tadi, roti kacang....untuk jajan Selalu diawasi,
selalu. Soalnya harus diliatin jajanya.‖(Informan utama Y)
jumlah, jadwal, dan jenis. Porsi makan yang diberikan anak kurang
makan merupakan hal yang paling susah diterapkan oleh ibu karena
dengan 1 jenis makanan seperti sayur sop dengan nasi atau nasi
sekali.
ditaruh biasa saja diatas piring atau mangkuk tanpa ada hiasan
Berikut kutipannya :
ini disebabkan karena biasanya ibu tidak memasak ketika hari sabtu
tersebut.
makanan dari luar seperti lauk dan sayur untuk makan. Ada yang
ada yang dibelikan lauk dan sayur untuk anak makan. Ketika
80
―Ya bubur juga bubur organik sih, bukan kaya bubur ayam
biasa, bubur organik gitu, bubur balita sehat. Nih kalo
misalkan saya ga masak tuh ya, beli, beli 9000, beli 3 tempat
gitu buat 3 kali makan, ya kalo bubur mah kalo kita ga
masak jadi sering, tergantung kitanya kalo kita lagi males
masak ya saya beli bubur gitu , ya paling kalo ga masaknya
itu hari sabtu, minggu hari yang itu aja‖(Informan utama Sh)
―Kadang kadang makan beli aja, saya suka beli mateng aja,
masak kadang kadang , masak sendiri seminggu 1 kali, kan
saya kerja, makanan yg sering sendiri itu sayur sop sayur
bayam‖ (Informan pendukung Rh)
kalau anaknya sering dibelikan lauk dari luar. Hal tersebut juga
makanan oleh ibunya. Ketika makan anak lebih sering diberi atau
Berikut kutipannya:
81
imunisasi, dan bagaimana praktik ibu ketika anak sedang sakit atau
penderita stunting adalah diare dan panas, selain itu ada penyakit
lain seperti batuk, asma dan gatal-gatal yang sering baduta alami
―Gitu doang batuk pilek, panas dia mah udah gitu doang, eh
ama mencret sering mencret dia mah.‖(Informan utama Sh)
sering dialami anak adalah panas, batuk, dan diare serta terdapat 1
tambahan yang dilakukan sekitar usia satu setengah dan dua tahun,
kutipannya :
tidak bisa memberikan buku itu dengan alasan bukunya sudah tidak
anak terlihat tidak memakai alas kaki dan suka memasukkan jari ke
1 anak terlihat jajan yang mempunyai rasa gurih seperti ciki atau
permen dan es. Terdapat pula anak yang jajan dari penjual jajan
pengasuh utama agar anak tidak terkena penyakit yaitu, anak harus
rumah dan tidak sering keluar rumah dengan alasan banyak virus.
―Kata bidan Nur sih anak jangan suka diajak main keluar, di
rumah aja, kata bidan nur gitu. Jadi kan diluar tuh banyak
virus- viruuus, kata bidan Nur gitu. Kata mencegahnya juga
kita harus ngasih jajannnya jangan sembarangan, gitu aja
sih‖ (Informan utama Sh)
84
kalau anak panas. Jika sakit masih berlanjut anak baru dibawa ke
adalah diurut, jarang dibawa ke dokter atau rumah sakit, jika panas
Berikut kutipannya:
untuk anak selalu ikut yang dianjurkan. Jika sebelum obat habis
sudah sembuh dan obat masih tersisa maka obat dibuang atau
karena sejak pagi sampai sore anak berada dengan momongan atau
kutipannya :
cara makan yang baik untuk anak bagaimana, mengapa berat badan
Berikut kutipannya :
―Ya penting banget sih, buat kesehatan aja, kita pengen tahu
anak tiap bulan, naek apa engga, saya kalo ga ke posyandu
diomelin mulu ama emak, ngapain sih ga ke posyandu, jadi
tiap bulan ke posyandu terus‖ (Informan utama Nh)
lainnya mengatakan kalau kualitas air yang ada kurang baik karena
menggunakan air isi ulang, 1 baduta yang diasuh oleh ibu angkat
―Sumber air dari PAM, Cuma kita kalo air minum beli aer
galon, beli aqua. Air PAM cuma untuk mandi, nyuci piring,
nyuci baju, gitu doang ― ( Informan utama Sh)
―Air minum dari galon, kalo air mandi dari kamar mandi,
airnya bersih, kalo diminum ga bisa kayanya....‖ (Informan
utama Y)
―WC MCK itu wc umum , dirumah sih ada tapi udah mampet
jadi di tutup. Semua orang kan wc umum ada didepan , beda
satu rumah aja dari rumah saya. Seribu sekali masuk, ada 3
wc, ga semua orang, masing masing kan punya yang ga
punya aja. Daripada di dalem kan lebih ga bagus kan,
mending diluar lumayan bayar seribu, tempatnya tertutup‖
(Informan Rh)
―Kamar mandinya disono, dibelakang situ, ama yang punya
kontarakannya, bareng-bareng ama yang punya
kontarakannya sih, ada dua. Airnya bersih, kalo diminum ga
bisa kayanya....‖(Informan utama Y)
belakang rumah karena terlalu lama jika harus ke rumah nenek atau
WC kontrakan.
anak yang terlihat tidak memakai alas kaki. Selain itu terdapat 1
hewan. Namun, masih ada saja hewan seperti ayam yang bermain
plastik atau karung yang ada di depan rumah. Hal tersebut juga
―Yaitu itu tadi di samping rumah saya tadi kan kesini MCK,
kesini ada tanah kosong belakang MCK ini, yaitu pada
buang sampah kesitu, engga, buang buang aja . Karena
sawah biar nguruk kali ya, ga sih, terhalang rumah yang
lain, iya dikumpulin dulu di dapur sama di depan baru
dibuang ke belakang, terus ada yang dibakar.‖(Informan Rh)
95
tetapi dibiarkan saja di depan pintu dan banyak debu yang terdapat
Setelah itu ibu mencuci tangan dengan sabun, tetapi anak tidak
97
―Ya dibersihin, kita cebokin biar bersih, abis itu yaudah kita
cuci tangan pake sabun biar bersih, pake sabunnya selalu,
kan demi kesehatan, namanya kita punya anak
kecil.‖(Informan utama Nh)
utama diatas dimana setelah buang air besar anak memang selalu
menggunakan air. Satu anak sudah bisa meminta untuk buang air
tersebut juga sudah bisa meminta untuk buang air kecil karena
kurang dimana baju dan badan anak terlihat sedikit kotor. Anak
―Ya kita jaga anak kita aja, biar nak tetap bersih ya dijaga,
pakeannya dicuci...udah gitu aja. Ya kita lakuin tergantung
kita sendiri sih, jadi kitanya juga harus rapi, kalo abis mandi
kita pakein bedak,minyak telon, gitu aja, sabun,
shampo.‖(Informan utama Sh)
rumah milik orang tuanya, terdiri dari tiga ruangan dengan sekat
keluarga lainnya seperti paman dan anak anagkat yang terdiri dari 7
langit.
selama masa kehamilan. Aspek yang diteliti yaitu pola makan ibu
darah dan imunisasi ketika masa kehamilan, hal apa yang dilakukan
bulan tidak ada asupan makan kecuali dari susu. Hal ini karena ibu
selalu muntah, karena itu ibu sempat dirawat dan diinfus di dalam
ikan, bahkan kadang ibu hanya makan roti saja. Tetapi walaupun
ibu sulit makan, ibu sering memakan cemilan seperti roti dan
ikan, dan sambal. Selain itu, ibu juga jarang makan sayur, untuk
kutipannya:
103
―Kalo susu kita mau muntah waktu pas kita hamil, susunya
mah kita jarang jarang tapi mau muntah. Asupan seperti
biasanya aja, ya suka si di bilangin mertua jangan makan ini
jangan makan ikan, jangan sering sering nanti gatel apa apa
gitu, terus banyakin makan sayur sayuran, terus apalagi
yah....pokonya yang bau bau amis jangan lah jangan sering
sering, ya takut gatel apa apa, apalagi yah..engga sih itu
doang sih kayanya seinget aku.‖(Informan pendukung S, ibu
kandung dari La)
kutipannya:
informan Rh, informasi yang didapat ada sedikit perbedaan. Hal ini
dari lain pihak karena ibu sudah pisah dengan suaminya sejak
tidak ada atau ditinggal dikampung dan tidak bisa diambil. Selain
―Kita, anak kedua mah di bidan sih tapi kita sih ga dirasa
sih, itu juga periksa juga jarang sih periksa juga, berapa kali
yam 2 kali pokonya jarang , ya ga kenapa-kenapa sih
pokonya jarang. Ya waktu kita pas hamil yang kedua mah
kita juga posisi lagi kerja, udah karna kerja aja. Tau tau 7
bulanm kita juga salah ngitung sih itu waktu hamil yang
kedua, lahiran sendiri lagi, bidan cuma ngeluarin temennya
doang, di becak ngelahirin sendiri yang kedua. Pas hamil
anak kedua kita ga ketauan hamilnya gitu, suami kan ga mau
anak lagi.‖(Informan pendukung S, ibu kandung Al)
hamil atau bukan, S tidak mau dengan alasan perutnya besar karena
―Kurang tahu, saya ga tahu, ibu itu hamil pun saya ga tahu,
ga tahu pola makannya gimana, saya dulu tinggal di
Sangiyang....pas main ke rumah orang tua disini saya kaget
dia mau lahiran... Saya pisah dengan istri pas Alifah baru
lahir.‖(Informan pendukung D, mantan suami S)
Berikut kutipannya:
kutipannya:
―Ga tahu asupan yang baik, nanya sih, tapi ga pernah bisa
dilakuin, saya mah seini aja, sebisa saya masuk,
makan.‖(Informan utama Rh)
seperti jalan kaki, dan istirahat siang sekitar 2 jam. Satu informan
―Yaitu kerja, kita bawa kerja itu hamil. Waktu nyapu naik
sepeda, di waktu pas di apa kebon nanas, pas dari hamil
sampe mau merojol kerja, itu pas udah lahir juga 3 hari juga
udah kerja. Waktu itu sih waktu pas itu dari jam 5 sampe jam
11 ,udah gada lagi jam 5 sampe 11 dulunya, tapikan
sekarang 2 kali. Istirahatnya kalo abis pulang udah langsung
tiduran gitu aja, engga engga olahraga ,tapi suka suka kalo
lagi hamil suka suka jalan jalan kelapangan gitu gapake
sendal gitu.‖(Informan pendukung S, ibu kandung dari Al)
BAB VI
PEMBAHASAN
masalah tempat.
111
112
anggota keluarga dan jumlah balita yang ada dalam rumah tangga.
a. Umur Ibu
Hal ini sesuai dengan penelitian Rosha dkk (2012), dimana 56,7%
anak yang mengalami stunting berasal dari ibu yang memiliki usia
antara 20-30 tahun. Hal ini diduga karena frekuensi anak yang
yang berusia 32 tahun menikah pada usia sekitar 18 tahun dan telah
memilki 3 anak.
b. Pendidikan Ibu
jika tingkat pendidikan SMP kebawah dan tinggi jika SMA ke atas.
mendistribusikan makanan.
asuh anak dan kurang baik dalam pemilihan jenis makanan untuk
pada satatus gizi anak yang kurang baik. Hasil diatas dapat
c. Pekerjaan Ibu
dimana 68.7% ibu yang tidak bekerja memiliki anak stunting. Tiga
dari dari 4 informan utama dalam penelitian ini sebagai ibu rumah
rumah tangga.
d. Pekerjaan Suami
e. Pendapatan
Rp. 2.710.000.
tinggi maka jenis pekerjaannya pun akan lebih tinggi dan hal
116
yang hidup bersama dalam satu rumah, satu penghasilan dan makan
cair seperti air tajin dan susu formula. Anak sudah diberikan air
tajin dan susu formula karena ketika melahirkan ibu dirawat selama
satu anak awalnya diberikan ASI saja, namun karena berat badan
anak kurang dan air susu ibu sedikit bidan atau kader menyarankan
kejadian stunting.
ASI eksklusif oleh orang tua. Selain itu alasan yang menyebabkan
anak tidak diberikan ASI eksklusif karena ibu anak lebih megikuti
besar anak mempunyai berat badan lahir rendah. Bayi yang lahir
lahir rendah, termasuk bayi yang lahir prematur adalah ASI dari
ibunya sendiri.
sudah diberikan makanan lain seperti air tajin ketika umur anak
tersebut.
ibu hamil dan menyusui adalah melakukan kegiatan kelas ibu hamil
dan 12 bulan. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding
tahun. Hal ini merupakan petunjuk langsung dari Allah kepada para
ibu, sehingga tidak mungkin dapat diabaikan begitu saja. Ibu yang
posyandu.
berasal dari bahan pokok, sayur dan lauk-pauk, untuk buah anak
memang benar anak lebih sering makan dengan nasi ditambah lauk
terdiri dari nasi, tim ataupun bubur, ditambah dengan kuah sayur
lemak dan protein. Selain itu anak juga jarang diberikan buah dan
bagi balita.
penelitian ini dimana bahan makanan yang sering dibeli oleh ibu
air. Keenam zat gizi tersebut dapat diperoleh dari makanan sehari-
mengacu pada ketentuan syarat diet untuk anak balita, yaitu dapat
badan, dan dapat menghasilkan kalori atau dengan kata lain cukup
semua ibu menyebutkan bahwa makanan anak yang baik itu terdiri
dari sayur, buah, ikan, dan nasi, bahkan ada 1 ibu yang mengatakan
makan anak kadang hanya dengan nasi ditambah lauk atau nasi
dengan keadaan ekonomi yang kurang, tetapi status gizi anak tetap
tersebut akan dilakukan pos gizi, hal ini tentu sangat membantu
kurang dari 4 kali perhari, memiliki asupan zat gizi lebih sedikit
susu. Kemudian ada pula anak yang makan lebih dari 3 kali perhari
ibu angkat, dan pengasuhnya memang sangat suka makan apa saja
sering 2 kali sehari atau makan jika lapar saja. Dalam penelitian
frekuensi makan yang baik untuk balita. Hal ini didasarkan pada
jawaban informan yang ketika ditanya berapa kali anak makan, ibu
ibu mengira jika anak sudah diberikan makan 3 kali, maka itu
perhari.
kurang menarik.
diperlukan. Hal ini dilakukan agar anak tidak bosan sehingga dapat
permen, es, biskuit, wafer, roti, ataupun jajanan yang dijual oleh
karena jika tidak diberi anak akan menangis atau tetap meminta,
dan semua ibu balita menuruti kemauan anak untuk jajan dengan
Jika anak terlalu sering jajan maka anak akan kenyang, hal ini
tidak dapat dianggap baik, apalagi jika anak sudah diberikan uang
kondisi ekonomi yang kurang ibu tidak bisa berbuat banyak. Selain
itu sebagian besar anak dalam penelitian ini sulit untuk makan.
kurang baik, dimana tidak ada cara yang dilakukan ibu untuk
disuapi oleh ibu atau saudaranya, namun terdapat 1 anak yang tidak
mau disuapi. Alasan ibu masih menyuapi anak karena jika tidak
sedikit.
lebih baik daripada anak yang makan bersama dari piring anggota
baik. Hal ini disebabkan karena bila anak makan sendiri mungkin
dia hanya sedikit makan dan anak akan terganggu ketika makan.
133
Oleh sebab itu anak perlu mendapat bantuan ketika makan. Namun
bila anak tetap tidak mau dibantu dengan cara disuapi, ibu harus
banyak anak makan, ketika masih kurang maka ibu harus berusaha
vitaminnya hilang.
sebelum dicuci, ada ibu balita yang mnomotong sayur pada malam
134
hari untuk dimasak esoknya, dan masih adanya ibu yang memasak
agar zat gizi yang terkandung dalam makanan tidak rusak. Menurut
matang sekali karena jika tidak matang atau setengah matang anak
tidak mau makan dan giginya baru tumbuh. Hal ini sangat berbeda
begitu saja diatas piring atau mangkuk tanpa ada variasi dari warna
karena tidak adanya daya tarik yang mendorong anak untuk makan.
ini karena, jika warna tidak menarik maka akan mengurangi minat
untuk makan.
warna berbeda seperti putih, hijau atau jingga ada dalam hidangan,
akan dimakan juga oleh anak. Padahal, cucu dari nenek tersebut
sabun. Namun ada 1 informan yang merebus botol susu atau tempat
disebabkan karena adanya motivasi dari ibu agar anak selalu sehat
ayam, papan talenan dicuci dengan air dan sabun. Praktik mencuci
dengan air panas karena akan memakan waktu dan ada pekerjaan
bau, tetapi tidak setelah mencuci sayuran. Paling banyak ibu yang
karena secara kasat mata tidak terlihat kotoran. Dalam masalah ini,
Berdasarkan hasil observasi ada ibu yang menutup makan dan ada
yang tidak bahkan ada makanan sisa kemarin yang masih akan
makanan untuk hari itu juga, dan ketika makanan ingin dimakan
suhu kamar pada lemari yang terbuat dari kayu atu plastik karena
besar ibu sering memberikan makanan anak seperti lauk atau bubur
yang jarang sekali melakukan hal itu karena lebih memilih untuk
masak sendiri.
ibu berpikir bahwa membeli makanan dari luar tidak higienis tetapi
ibu membeli makannan dari luar karena pada hari hari tertentu
seperti sabtu atau minggu ibu tidak memasak. Selain itu, faktor
oleh ibu yang sering membelikan makanan untuk anak dari luar
tanpa mengetahui mana yang baik dan mana yang kurang baik.
atau masalah yang lainnya, maka ibu menganggap itu tidak apa-apa
mencuci tangan.
kurang sedap. Selain itu ada pula anak yang sering bermain dengan
analisis pola asuh gizi ibu terhadap balita kurang enegri protein
baik dalam penelitian ini mungkin menjadi salah satu sebab anak
ibu angkat, dan yang terakhir oleh tetangga yang diberikan tugas
merawat oleh ibu kandung anak tersebut karena ketika siang hari
bekerja. Tetapi sekarang ini anak lebih banyak tinggal dengan ayah
menderita diare. Hal senada pun dikatakan oleh ibu kandung dan
anak datang dari rumah ibu angkat ke rumah ibu kandung atau
antara suami, ibu kandung, dan ibu angkat, sehingga antara mereka
saling menyalahkan.
imunisasi atau vitamin dia datang. Tetapi ketika tidak ada jadwal
pemberian seperti itu, posyandu sepi atau hanya didatangi oleh ibu-
posyandu akan dimulai, maka banyak ibu yang tidak datang karena
ditinggal.
dapat dilihat dari jarak dan waktu tempuh serta biaya yang
(Makmur, 2009).
menjalankannya.
disebabkan makanan yang salah atau anak mau tumbuh gigi dan
mencuci tangan.
kurang sedap. Selain itu ada pula anak yang sering bermain dengan
analisis pola asuh gizi ibu terhadap balita kurang enegri protein
baik dalam penelitian ini mungkin menjadi salah satu sebab anak
ibu angkat, dan yang terakhir oleh tetangga yang diberikan tugas
merawat oleh ibu kandung anak tersebut karena ketika siang hari
bekerja. Tetapi sekarang ini anak lebih banyak tinggal dengan ayah
menderita diare. Hal senada pun dikatakan oleh ibu kandung dan
anak datang dari rumah ibu angkat ke rumah ibu kandung atau
antara suami, ibu kandung, dan ibu angkat, sehingga antara mereka
saling menyalahkan.
imunisasi atau vitamin dia datang. Tetapi ketika tidak ada jadwal
pemberian seperti itu, posyandu sepi atau hanya didatangi oleh ibu-
posyandu akan dimulai, maka banyak ibu yang tidak datang karena
ditinggal.
dapat dilihat dari jarak dan waktu tempuh serta biaya yang
(Makmur, 2009).
menjalankannya.
156
disebabkan makanan yang salah atau anak mau tumbuh gigi dan
tanpa tutup yang menurut informan tersebut air itu dipakai untuk
oleh beberapa faktor lain seperti kebiasaan cuci tangan dan sumber
air minum terhadap status gizi TB/U. Status gizi dapat dipengaruhi
gizi seimbang, diperlukan juga pola hidup yang bersih. Pola hidup
diperoleh dari sumur. Satu informan memakai air yang berasal dari
PAM.
E. Coli sangat besar. Jika hal ini terjadi, maka dapat menyebabkan
dan dalam rumah. Keadaan seperti ini mungkin menjadi salah satu
salah satu ibu. Perilaku yang dilakukan oleh ibu ini karena adanya
informan yang ketika anaknya buang air kecil hanya di lap dengan
celana yang sama. Hal tersebut terjadi kurang lebih 2-3 kali selama
makanan sebelumnya.
mendapat asupan zat gizi makro dan mikro yang cukup (Ernawati
Walaupun 1 anak lahir dengan normal, tetapi dari dari 3 anak yang
dilahirkan oleh ibu tersebut, anak ini memilki berat badan paling
164
atau tabu terhadap makanan yang dianut pada anak kecil, beberapa
khususnya pada balita, ibu hamil dan menyusui (Fema IPB dan
berusia lanjut. Untuk itu perlu adanya peran dari petugas kesehatan
bagaimana pola makan yang baik. Dalam penelitian ini salah satu
165
pola makan yang berkurang ketika ibu tersebut hamil seperti yang
itu dari kader maupun bidan. Dua informan mengatakan selalu rutin
badan 2.100 gram. Padahal menurut AKG 2014, kebutuhan besi ibu
ada pada sistem pencernaan ibu. Hal yang sama juga terjadi ketika
dimuntahkan kembali.
penting untuk kesehatan ibu dan janin. Namun, hal yang perlu
kesehatan anak.
terjadinya penyakit.
masalah pola makan kepada orang terdekat seperti ibu atau mertua.
bahwa ketika hamil ada beberapa hal yang perlu dilakukan salah
dan bayi.
Hal ini terbukti dari pola makan ibu selama kehamilan yang sama
cukup tinggi.
dilahirkan.
171
yang kurang baik dan adanya ibu yang tidak mengkonsumsi tablet
yang diberikan dan adanya rasa tidak mau makan menjadi salah
BAB VII
7.1. Simpulan
usia 6 bulan adalah susu formula, air tajin, pisang, produk X, dan
biasanya anak lebih sering makan dengan nasi dan satu macam lauk
seperti telur. Porsi untuk anak tidak sesuai yang dianjurkan karena
hanya 2-5 suapan saja. Frekuensi makan yang diberikan kepada anak
frekuensi makan yang baik untuk anak adalah sedikit tetapi sering
karena perut anak yang masih kecil. Kebiasaan jajan anak yang
172
173
dan perasa seperti vetsin menjadi masalah dalam penelitian ini karena
menangis.
baik. Terutama dalam hal penyajian makan anak yang hanya ditaruh
begitu saja diatas piring tanpa adanya variasi bentuk dan warna untuk
menarik anak makan. Kebersihan ibu dan anak saat menyiapkan dan
membeli makanan dari luar dan variasi menu makanan yang diberikan
kepada anak. Namun terdapat perilaku baik yang ditunjukkan dari cara
peralatan masak dan makan yang selalu dicuci pakai sabun dan ada
4. Pola asuh praktik kesehatan dasar di rumah masih kurang baik dari
terlihat dari ibu yang membiarkan anak main di sekitar rumah tanpa
penanganan pertama ketika anak jatuh sakit, dua dari empat informan
174
6. Pola asuh praktik higiene dan sanitasi lingkungan secara umum masih
kurang baik. Terutama dalam hal perilaku ibu setelah anak buang air
kecil atau besar, tindakan ibu sebelum anak makan, keberadaan kakus
ibu agar anak tetap bersih, lingkungan bermain anak, dan pengawasan
7. Pola asuh perawatan ketika hamil secara umum sudah baik terutama
imunisasi TT. Dalam hal pola makan selama kehamilan dan cara
sakit dan 1 informan lainnya memilki aktivitas cukup berat dimana ibu
7.2. Saran
kader dapat dilakukan dalam kegiatan rutin bulanan atau ketika TPG
4. Perlunya kesadaran dari setiap individu dan rumah tangga untuk dapat
makan kepada anak. Ibu atau pengasuh dianjurakan untuk rutin datang
kesehatan yang ada bagaimana cara makan yang baik untuk anak
terutama dari segi porsi, frekuensi dan variasi. Selain itu jadwal
jajan anak.
6. Perlunya peran ibu atau pengasuh untuk mencegah anak jajan yang
kurang baik dengan cara ibu atau pengasuh dapat membuat sendiri
„jajanan‟ untuk anak, sehingga anak tidak tergiur untuk jajan. Selain
itu, ibu atau pengasuh perlu mengatur waktu makan dengan selingan
7. Untuk mengatasi masalah sulit makan pada anak, ibu atau pengasuh
yang unik dan warna yang menarik pada makanan anak sehingga anak
berada.
jangan dilakukan tepat pada saat kegiatan akan dimulai. Hal ini dapat
11. Ketika kader menemukan anak dengan status gizi stunting, maka
selain porsi, variasi, dan frekuensi pemberian makan yaitu, anak perlu
dan kunjungan rumah kepada ibu hamil dan ibu menyusui. Ketika
perhatian dan informasi yang diperlukan oleh ibu hamil dan menyusui
tersebut.
kepada anaknya. Selain itu, tokoh agama seperti ustadz pun dapat
ayat dalam Kitab Suci Al-Quran yang menganjurkan para ibu untuk
14. Kader harus bersikap ramah dan menjaga agar tidak mengeluarkan
kata yang menyinggung perasaan jika ada ibu yang bertanya. Sikap
yang ramah dari kader dapat membuat ibu merasa dihargai dan
15. Kader posyandu atau petugas kesehatan harus bisa memastikan tablet
besi yang diberikan kepada ibu hamil benar-benar diminum dan tidak
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Annis Catur., Andrias, Ririn Dwi. 2011. Balita Pada Rumah tangga Miskin
Di Kabupaten PrioritasKerawanan Pangan Di Indonesia Lebih Rentan
Mengalami Gangguan Gizi. Child Poverty and Social Protection
Conference.
Adriani, M., & Kartika, V. (2013). Pola Asuh Makan Pada Balita Dengan Status
Gizi Kurang Di Jawa Timur, Jawa Tengah Dan Kalimantan Tengah, Tahun
2011. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 16 No. 2 April 2013: 185–
193, vol. 16 No. 2 April 2013, 185-193.
Almatsier, Sunita. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan: Gizi Bayi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Arifin, Dedi Zaenal., Indasari, Sri Yusnita., Sukandar, Hadyana. 2012. Analisis
Sebaran dan Faktor Risiko Stunting pada Balita di Kabupaten
Purwakarta. Epidemiologi Komunitas FKUP. Diakses dari
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2013/07/pustaka_unpad_analisis_sebaran_dan_faktor_risik
o_stunting .pdf.
Atussoleha, Mutiara Imro. 2012. Hubungan Antara Status Gizi, ASI Eksklusif, dan
Faktor Lain terhadap Frekuensi Diare pada Anak Usia 10-23 Bulan di
181
Azis, N. R. A., & H.Muzakkir. (2014). Faktor Risiko Gizi Buruk Pada Anak
Balita. Journal of Pediatric Nursing, Vol. 1(2), April 2014(63-69).
BPS Kota Tangerang. 2011. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kota
Tangerang. Diakses dari
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&
cad=rja&uact=8&ved=0CBwQFjAA&url=http%3A%2F%2Fsis.tangerangk
ota.go.id%2Findex.php%2Fhome%2Fdownload%2Fpublikasi_statistik%2F
51%2Ffd9c202ade938a44051 b29daa98aed49.pdf&ei=zN34VIa8FM-
yuAT6lYCABg&usg=AFQjCNF2H7DQwt2R8yD4ryqo8VY5mpUcw&sig
2=SeDXIWwDHPbMJy9jucxHHw.
Candra, Aryu., Puruhita, Niken., Susanto, JC. 2011. Risk Faktor Stunting among
1-2 Years Old Children in Semarang City. Media Medika Indonesiana,
Volume 45, 206 Nomor 3, Tahun 2011.
CORE. (2003). Positive Deviance & Hearth : Sebuah Buku Panduan Pemulihan
yang Berkesinambungan Bagi Anak Malnutrisi.
Depkes RI. 2005. Rencana Aksi Nasional Pencegahan Dan Penanggulangan Gizi
Buruk 2005-2009.
182
Engle, P. L., Menon, P., & Haddad, L. (1996). Care and Nutrition : Concept and
Measurement. International Food Policyresearch Institute.
Fema IPB dan Plan Indonesia. (2008). Analisis Situasi Ketahanan Pangan dan
Gizi dan Program untuk Memperkuat Ketahanan Pangan dan Memperbaiki
Status Gizi Anak di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
Fitriana., Hartoyo., Nasution, Amini. 2007. Hubungan pola asuh, status gizi dan
status kesehatan anak balita korban gempa dan tsunami di Nanggroe Aceh
Darussalam. Media Gizi dan Keluarga 31(2): 12-19.
183
Hanum, Farida., Khomsan, Ali., Heryatno, Yayat. 2014. Hubungan Asupan Gizi
Dan Tinggi Badan Ibu dengan Status Gizi Anak Balita. Jurnal Gizi dan
Pangan, Maret 2014, 9(1): 1—6.
IDAI. 2013. ASI Eksklusif pada Ibu yang Bekerja. Diakses dari
http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/asi-eksklusif-pada-ibu-yang-
bekerja.html
2013. Pemberian ASI pada Bayi Lahir Kurang Bulan. Diakses dari
http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/pemberian-asi-pada-bayi-lahir
kurang-bulan.html
Indriyan, S. (2013). Gizi Buruk dan Pola Asuh Anak. iakses dari
http://pdrc.or.id/index.php?option=com_content&view=category&layout=
blog&id=66&Itemid=32&lang=en.
Karima, Khaula., Achadi, Endang L. 2012. Status Gizi Ibu dan Berat Badan Lahir
Bayi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 3, Oktober 2012
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi: Situasi dan Analisis
ASI Eksklusif.
Lubis, Khairida Afni. 2010. Analisis Kualitatif Pola Asuh Balita Gizi Buruk di
Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa Kota
Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Lubis, Zulhaida. 2003. Status Gizi Ibu Hamil serta Pengaruhnya terhadap Bayi
yang Dilahirkan.
Luciasari, Erna., Permanasari, Yurusta., Almasyhuri. 2011. Faktor-Faktor
Penyimpangan Positif (Positive Deviance) Status Gizi Balita pada
Keluarga Miskin di Kabupaten Gizi- Kurang Rendahdan Tinggi di
Provinsi Sulawesi Selatan. PGM Vol. 34, No. 2, 2011
Lutfiana, Nurlaela. 2012. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Gizi Buruk Pada Lingkungan Tahan Pangan dan Gizi (Studi Kasus Di
Puskesmas Kendal I Tahun 2012. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang. Diakses dari . http://lib.unnes.ac.id/18287/1/6450407024.pdf.
Martianto, D., Riyadi, H., & Ariefiani, R. (2011). Pola Asuh Makan Pada Rumah
Tangga Yang Tahan Dan Tidak Tahan Pangan Serta Kaitannya Dengan
185
Nisa, F. Z. (2013). Pola Asuh Anak Salah Akibatkan Gizi Buruk. Penyampaian
Dilakukan Dalam Menyongsong Diselenggarakannya Simposium
Internasional ―Wellness, Healthy Lifestyle And Nutrition‖.
Nurhayati, Ai., Sudewi. 2009. Reka Cipta Menu Balita Sebagai Upaya Mengatasi
Sulit Makan dan Kurang Gizi Pada Balita. Media Pendidikan, Gizi dan
Kuliner, Vol. 1, No. 1, Oktober 2009
Oktarina, Zilda., Sudiarti, Trini. 2013. Faktor Risiko Stunting pada Balita 24-54
Bulan di Sumatera. Jurnal Gizi dan pangan, November 2013, 8(3)
Onis, Mercedes de., Blossner, Monika., Bprghi, Elaine. Prevalence and Trends
of Stunting Among Pre-School children, 1990-2020. Public Health
Nutrition/ Volume 15/ Issue 01/ January 2012, pp 142-148
Picauly, Intje., Toy, Sarci Magdalena. 2013. Analisis Determinan Dan Pengaruh
Stunting Terhadap Prestasi Belajar Anak Sekolah di Kupang dan Sumba
Timur, NTT. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013, 8(1): 55—62.
Rahayu, Leni Sri. 2011. Hubungan Pendidikan Orang Tua Dengan Perubahan
Status Stunting Dari Usia 6-12 Bulan Ke Usia 3-4 Tahun. Proseding
Penelitian Bidang Ilmu Eksakta 2011.
Range, S. K. K., Naved, R., & Bhattarai, S. (1997). Child Care Practices
Associated With Positive And Negative Nutritional Outcomes For Children
In Bangladesh: A Descriptive Analysis. Food Consumption and Nutrition
Division, International Food Policy Research Institute.
Sab‟atmaja, S., Khomsan, A., & Tanziha, I. (2010). Analisis Determinan Positive
Deviance Status Gizi Balita Di Wilayah Miskin Dengan Prevalensi Kurang
Gizi Rendah Dan Tinggi. Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2010 5(2): 103 –
112, Juli 2010 5(2), 103-112.
Sandy, Samuel., Sumarni, Sri., Soeyoko. 2015. Analisisi Model FaktorRisko yang
Mempengaruhi Infeksi Kecacingan yang Ditularkan Melalui Tanah pada
Siswa sekolah Dasar di Distrik Arso kabupaten Keerom Papua. Media
Litbangkes Vol. 25, No. 1, Maret 2015
Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2010. Analisis Pemanfaatan Program Pelayanan
Kesehatan Status Gizi Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.
5, No. 2, Oktober 2010
Soetardjo, Susirah. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan: Gizi Anak.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sofiyana, D., & Noer, E. R. (2013). perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku
ibu sebelum dan setelah konseling gizi pada balita gizi buruk. Journal Of
Nutrition college, Volume 2, nomor 1, 134-144.
Ulfani, Dian Hani., Martianto, Drajat., Baliwati, Yayuk Farida. 2011. Faktor-
Faktor Sosial Ekonomi Dan Kesehatan Masyarakat Kaitannya Dengan
Masalah Gizi Underweight, Stunted, Dan Wasted Di Indonesia:
Pendekatan Ekologi Gizi. Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 59–65.
UNICEF. Booklet Pesan Utama, Paket Konseling: Pemberian Makan Bayi dan
Anak. Diakses dari http://www.unicef.org/indonesia/id/PaketKonseling-
3Logos.pdf
UNICEF Indonesia. (2012). Laporan Tahunan 2012. Diakses dari
http://www.unicef.org/indonesia/id/UNICEF_Annual_Report_(Ind)_130731
.pdf.
188
Usfar, Avita A., Iswaranti, Dwi N., Davelyna Devy., Dillon, Drupadi. 2010 Food
and Personal Hygiene Perceptions and Practices among Caregivers
Whose Children Have Diarrhea: A Qualitative Study of Urban
Mothers in Tangerang, Indonesia. Journal of Nutrition Education and
Behavior Volume 42, Number 1, 2010.
Veriyal, N. (2010). Analisis Pola Asuh Ibu Terhadap Balita Kurang Energi
Protein (KEP) yang Mendapat PMT-P di Puskesmas Pagedangan
Kabupaten Tangerang Tahun 2010. Skripsi. (UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta).
Yuliva., Ismail, Djauhar., Rumekti, Diah. 2009. Hubungan Status Pekerjaan Ibu
dengan Berat Lahir Bayi di RSUP dr. M. Djamil Padang. Berita
Kedokteran Masyarakat vol. 25, No. 2, Juni 2009
Zeitlin, M. (2000). Gizi Balita Di Negara-Negara Berkembang, Peran Pola Asuh
Anak : Pemanfaatan Hasil Studi Penyimpangan Positif Untuk Program
Gizi. Paper presented at the Widyakarya Pangan dan Gizi VII, Jakarta.
Zottareli LK., Sunil., TS., Rajaram, S. 2007. Influence of Parental and
Sosioecenomic Factor on Stunting in Children Under 5 Years in Egypt.
East Mediterr Health J. 2007 Nov-Dec;13(6):1330-42. Diakses dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1834118.
LAMPIRAN
Lampiran 2
Karakteristik Informan
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Nama Anak :
1. Makanan apa saja yang diberika kepada anak ketika usia 0- 6 bulan?
usia anak?
selingannya?
4. Setiap kali makan, apakah jenis makanan yang diberikan selalu sama?
bagaimana mengawasinya?
1. Bagaimana anak ibu makan, apakah satu piring dengan ibu atau tidak ?
mengapa?
3. Bagaimana praktik kebersihan ibu dan alat masak atau makan sebelum
jelaskan!
2. Bagaimana upaya yang ibu lakukan agar anak tidak jatuh sakit?
2. Apakah ibu berkonsultasi mengenai kesehatan dan gizi anak ketika datang
ke pelayanan kesehatan?
3. Apa hambatan yang ibu alami ketika pergi ke tempat pelayanan
kesehatan?
air tersebut?
Perawatan ibu
5. Apakah ibu melakukan imunisasi ketika hamil, jeis imunisasi apa yang
diberikan?
6. Bagaimana cara ibu mengetahui asupan yang sesuai untuk masa
kehamilan?
istirahat?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM BAGI INFORMAN
KELUARGA BALITA STUNTING
Karakteristik Informan
Nama :
Umur :
1. Apa saja yang diberikan ibu X kepada anak ketika usia 0- 6 bulan?
3. Untuk makanan pokok, berapa kali anak diberikan oleh ibu X dalam
5. Bagaimana dengan pemberian ASI untuk anak, apakah saat ini ibu X
masih memberikannya?
1. Untuk makan anak, apakah dengan piringnya sendiri atau bersama ibu
atau pengasuhnya?
untuk anak?
hari bagaimana?
Jelaskan !
2. Bagaimana upaya yang ibu X lakukan agar anak tidak jatuh sakit?
obat itu?
Pencarian Layanan Kesehatan
makan?
Perawatan ibu
Jelaskan !
kehamilan?
saudara dan wilayah kerja puskesmas ini, lebih khusus untuk saudara X
pada anaknya?
8. Masalah apa yang ditemui terkait pola asuh anak di wilayah ini?
10. Apa masalah yang paling berpengaruh terhadap masalah gizi yang ada di
wilayah ini?
11. Apa yang dilakukan ketika mendapatkan anak dengan status gizi buruk,
di wilayah ini?
Lampiran 3
DAFTAR OBSERVASI
Informan Utama
HASIL OBSERVASI
KETERANGAN
DAFTAR OBSERVASI
Ra Ai La Al