Anda di halaman 1dari 11

Angraini, dkk/ Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol.8 No.

2 (92-102), Juni 2021

JKMK
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT KHATULISTIWA
http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/JKMK?page=index

PENGETAHUAN IBU, AKSES AIR BERSIH DAN DIARE DENGAN STUNTING DI PUSKESMAS
ATURAN MUMPO BENGKULU TENGAH
Wulan Angraini 1, Mohammad Amin2, Bintang Agustina Pratiwi3, Henni Febriawati4, Riska Yanuarti 5.
Program Studi Kesehatan Masyarakat: Universitas Muhammadiyah Bengkulu1,2,3,4,&5
Alamat : Jalan Adam Malik KM 8,5 : Kota Bengkulu, Bengkulu-38221, Indonesia
Korespondensi: bintangagustinap@umb.ac.id/085267557125

ABSTRAK
Stunting merupakan masalah gizi kronik yang mana pencegahan harus dilakukan sejak dari dalam kandungan ibu. Laporan
gizi Puskesmas Aturan mumpo menunjukkan dari 312 balita terdapat 15 orang balita pendek dan 1 orang sangat pendek.
Balita stunting dipengaruhi banyak faktor gagalnya ASI Eksklusif, asupan nutrisi yang kurang, jarak kehamilan, kurangnya
pengetahuan ibu, masih terbatasnya layanan kesehatan, masih kurangnya akses makanan bergizi dan kurangnya akses air
bersih, jamban, dan sanitasi tempat tinggal yang buruk. Tujuan diketahuinya hubungan pengetahuan ibu, akses air bersih
dan diare dengan stunting. Penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilaksanakan
Februari-Maret 2021. Sampel ibu memiliki anak berusia 24 – 59 bulan metode penarikan sampel purposive sampling.
Analisis data univariat dan bivariate chi-square. Hasil penelitian ibu memiliki balita berstatus gizi stunting berpengetahuan
kurang sebesar 45,5%, ibu memiliki akses air bersih dengan risiko tinggi mempunyai balita dengan stunting 43,8%, ibu
memiliki akses air bersih dengan risiko sedang mempunyai balita stunting 15,5%, ibu memiliki akses air bersih dengan
risiko rendah mempunyai balita stunting 14,3%, ada hubungan pengetahuan ibu dan akses sarana air bersih dengan stunting.
Balita stunting pernah mengalami diare sebesar 35,7% dan balita status gizi normal tidak pernah mengalami diare 82,4%,
tidak ada hubungan diare dengan stunting.. Pengetahuan ibu kunci dalam pengelolaan rumah tangga yang mempengaruhi
sikap ibu dalam pemilihan bahan makanan yang akan dikonsumsi keluarga, akses air bersih yang terlindungi dapat
mengurangi risiko stunting, diare bersifat penyakit infeksi metabolism yang tidak dapat dilihat dalam waktu singkat.
Disarankan diadakannya kunjungan rumah mulai dari awal atau pada saat kehamilan sehingga bisa mengontrol
perkembangan dan pertumbuhan balita.
Kata Kunci : Akses Air Bersih, Diare, Pengetahuan Ibu, Stunting
ABSTRACT
Stunting is chronic nutritional problem where prevention must done from mother's womb. The nutrition report at Puskesmas
Aturan Mumpo shows that out of 312 toddlers are 15 short children and 1 very short person. Stunted toddlers are influenced
by many factors, including failure exclusive breastfeeding, inadequate nutritional intake, pregnancy spacing, lack of
maternal knowledge, limited health services, lack of access to nutritious food and lack of access clean water, latrines, and
poor housing sanitation.The purpose relationship between mother knowledge, access clean water and diarrhea with
stunting. Observational research with cross sectional design. The study conducted February to March 2021. Sample of
mothers with children aged 24 – 59 months with purposive sampling method. Univariate and bivariate chi-square data
analysis. The results showed mothers who stunting toodler had less knowledge of 45.5%, mothers had access clean water
with a high risk of having children toodler with stunting 43.8% have access clean water with moderate risk of having
toddlers with stunting 15.5%, mothers have access clean water with low risk of having toddlers with stunting 14.3%, there is
relationship between mother's knowledge and access clean water facilities with stunting. Toddlers with stunting had
diarrhea 35.7% and toodler with normal never experienced diarrhea 82.4%, no relationship between diarrhea and stunting.
Knowledge mothers is keys in household management that affects mother's attitude in choosing foodstuffs to be consumed
by family, access to protected clean water can reduce the risk of stunting, diarrhea which is a metabolic infectious disease
that cannot be seen in a short time. It is recommended that home visits be held from the very beginning or during pregnancy
so that they can control the development and growth of toddlers.
Keyword : Access Clean Water Facilities, Diarrhea, Knowledge Mother, Stunting
@ 2021, JKMK-Unmuh Pontianak

92
Angraini, dkk/ Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol.8 No.2 (92-102), Juni 2021

PENDAHULUAN
Data WHO menunjukkan Asia menduduki peringkat pertama kejadian stunting di dunia. Diperkirakan 162
juta balita pendek pada tahun 2012, jika tren brlanjut tanpa upaya pencegahan dan penurunan, diproyeksikan
akan menjadi 127 juta pada tahun 2025, 56% anak pendek hidup di Asia dan 36% di Afrika.1 Indonesia angka
prevalensi stunting secara nasional pada tahun 2013 37,2% dimana adanya peningkatan dari tahun 2010 (35,6%)
dan 29007 (36,8%).2 Prevalensi balita pendek 37,2% terdiri dari 18% balita sangat pendek dan 19,2% pendek.
Prevalensi stunting 30-39% dianggap berat menjadikan masalah kesehatan masyarakat serta dianggap serius
apabila prevalensinya > 40%.3 Masalah kesehatan stunting bukan hanya tentang masalah lebih pendek dari teman
sepermainannya akan tetapi lebih dari itu, anak dengan status gizi stunting lebih rawan terhadap penyakit pada
masa remajanya mereka cenderung akan menjadi over weight dan rentang terhadap penyakit tidak menular.4
Balita stunting disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor gizi buruk dialami ibu hamil dan anak balita,
kondisi kesehatan ibu dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah persalinan, postur tubuh ibu
(pendek), jarak kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang masih remaja, asupan nutrisi yang kurang pada saat
kehamilan, tidak terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif,
proses penyapihan dini yang tidak tepat, asupan nutrisi yang diperoleh bayi sejak lahir, kesakitan pada
bayi/penyakit bawaan atau yang diderita, kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan
pada masa kehamilan serta setelah ibu melahirkan, masih terbatasnya layanan kesehatan, masih kurangnya akses
makanan bergizi dan kurangnya akses ke air bersih, jamban dan sanitasi tempat tinggal yang buruk. Kondisi
sanitasi meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi yang mengakibatkan balita stunting. Penyakit infeksi
yang disebabkan oleh hygiene dan sanitasi yang buruk (misalnya diare dan kecacingan) dapat mengganggu
penyerapan nutrisi pada proses pencernaan. Beberapa penyakit infeksi yang diderita bayi dapat menyebabkan
stunting.5 Sarana sanitasi, perilaku penghuni dan kebiasaan cuci tangan pakai sabun oleh ibu mempengaruhi
kejadian stunting.6
Berdasarkan data Susenas tahun 2017, provinsi dengan persentase rumah tangga paling rendah yang
memiliki akses terhadap sumber air minum layak adalah Provinsi Bengkulu (43,83%). Sumber air minum layak
yang dimaksud adalah sarana air minum yang terlindung meliputi air ledeng (keran), keran umum, hydrant
umum, terminal air, penampungan air hujan (PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur bor atau pompa,
yang jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan kotoran, penampungan limbah, dan pembuangan sampah.
Berdasarkan data susenas tahun 2017, provinsi dengan persentase rumah tangganya paling rendah yang memiliki
akses sanitasi layak adalah Provinsi Bengkulu (42,71%) setelah Papua (33,06%). Rumah tangga yang memiliki
sanitasi layak menurut Susenas adalah apabila fasilitas sanitasi yang digunakan memenuhi syarat kesehatan,
antara lain dilengkapi dengan jenis kloset leher angsa atau plengsengan dengan tutup dan memiliki tempat

93
Angraini, dkk/ Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol.8 No.2 (92-102), Juni 2021

pembuangan akhir tinja tangki (septic tank) atau Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan merupakan
fasilitas buang air besar yang digunakan sendiri atau bersama.7
Berdasarkan Laporan Gizi Puskesmas Aturan Mumpo, jumlah balita sebanyak 328 orang. Jika melihat
dari tinggi badan/panjang badan menurut umur, jumlah balita normal 312 orang, balita pendek 15 orang dan
balita sangat pendek adalah 1 orang. Di Desa Talang Tengah terdapat 54 balita, dimana ada 4 balita pendek, Desa
Aturan Mumpo I terdapat 53 balita, dimana ada 3 balita pendek, Desa Aturan Mumpo II terdapat 58 balita,
dimana ada 3 balita pendek dan 1 balita sangat pendek, Desa Tanjung Kepahyang terdapat 54 balita, dimana ada
2 balita pendek, Desa Senabah terdapat 29 balita, dimana ada 2 balita pendek, Desa Kota Titik terdapat 27 balita,
dimana ada 1 balita pendek dan Desa Talang Panjang terdapat 37 balita, dimana ada 2 balita pendek.8 Dengan
mempertimbangkan dampak stunting dan hal-hal berhubungan yang mungkin dapat dicegah, maka peneliti
melihat hubungan pengetahuan ibu, akses air bersih dan diare dengan stunting di wilayah kerja Puskesmas
Aturan Mumpo Bengkulu Tengah.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian ini adalah
penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja
Puskesmas Aturan Mumpo Kabupaten Bengkulu Tengah pada tanggal 11 Februari 2021 hingga 11 Maret 2021.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu untuk variabel stunting dilakukan dengan cara penilaian
status gizi dengan mengukur tinggi badan dan berat badan balita kemudian ditanyakan tanggal lahirnya,
pengetahuan ibu, akses air bersih dan diare dilakukan pengukuran dengan menggunakan kuesioner. Populasi
pada penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki balita di wilayah kerja Puskesmas Aturan Mumpo Kabupaten
Bengkulu Tengah berjumah 268 ibu. Sampel pada penelitian ini berjumlah 88 orang dengan teknik pengambilan
sampe purposive sampling, besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel hipotesis perbedaan
2 proporsi. Analisis data dengan menggunakan analisis univariat dan bivariate chi-square.

HASIL
1. Hasil Univariat

Sampel dalam penelitian ini merupakan ibu yang memiliki balita di wilayah kerja Puskesmas Aturan
Mumpo Kabupaten Bengkulu Tengah. Dari hasil penyebaran kuesioner didapatkan hasil penelitian dengan
analisis univariat berdasarkan umur, pendidikan, pengetahuan, akses sarana air bersih, diare dan stunting yang
dijabarkan sebagai berikut:

94
Angraini, dkk/ Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol.8 No.2 (92-102), Juni 2021

Tabel 1 Analisis Univariat Puskesmas Aturan Mumpo Bengkulu Tengah


Karakteristik Frekuensi (n=88) Persentase (%)
Kelompok Umur
20-24 tahun 18 18,88
25-29 tahun 23 26,13
30-34 tahun 29 32,95
35-39 tahun 18 20,45
Pendidikan
SD/Sederajat 6 6,8
SLTP/Sederajat 43 48,86
SLTA/Sederajat 38 43,18
Perguruan Tinggi 1 1,1
Pengetahuan
Kurang 11 12,5
Baik 77 87,5
Akses Sarana Air Bersih
Risiko Tinggi 16 18,2
Risiko Sedang 58 65,9
Risiko Rendah 14 15,9
Kejadian Diare
Ya 14 15,9
Tidak 74 84,1
Stunting
Stunting 18 20,5
Normal 70 79,5
Sumber : Data Primer, 2020-2021

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukan bahwasannya ibu yang memiliki balita di wilayah kerja
Puskesmas Aturan Mumpo Kabupaten Bengkulu Tengah didominasi sebanyak 32,95% ibu berada
pada kelompok umur 30-34 tahun, sebagian besar (48,86%) ibu berpendidikan SLTP/Sederajat,
sebagian besar (87,5%) ibu berpengetahuan baik, sebagian besar (65,9%) ibu yang memiliki risiko
tinggi dalam akses sarana air bersih, dan sebagian besar (79,5%) ibu memiliki balita dengan status
gizi normal.

95
Angraini, dkk/ Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol.8 No.2 (92-102), Juni 2021

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara satu variabel independen (pengetahuan
ibu, akses sarana air bersih, dan kejadian diare) dengan variabel dependen (kejadian stunting) dengan
menggunakan analisis chi-square yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2 Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Stunting Puskesmas Aturan Mumpo Bengkulu Tengah
Stunting
Pengetahuan Total
Stunting Normal P value
Ibu
N % N % n %
Kurang 5 45,5 6 54,5 11 100
Baik 13 16,9 64 83,1 77 100 0,043
Total 18 20,5 70 79,5 88 100
Sumber : Data Primer, 2020-2021

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa ibu yang memiliki balita berstatus gizi stunting berpengetahuan
kurang sebesar 45,5% dan ibu yang memiliki balita dengan status gizi normal berpengetahuan baik 83,1%.
Hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi-square menunjukkan P value sebesar 0,043 (p-value < 0,05),
artinya ada hubungan yang antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting di Wilayah Kerja Puskesmas
Aturan Mumpo Kabupaten Bengkulu Tengah.
Tabel 3 Akses Sarana Air Bersih dengan Kejadian Stunting Puskesmas Aturan Mumpo Bengkulu Tengah
Stunting
Akses Sarana Air Total
Stunting Normal P value
Bersih
n % N % n %
Risiko Tinggi 7 43,8 9 56,3 16 100
Risiko Sedang 9 15,5 49 85,5 58 100
0,038
Risiko Rendah 2 14,3 12 85,7 14 100
Total 18 20,5 70 79,5 88 100
Sumber : Data Primer, 2020-2021

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa ibu yang memiliki akses air bersih dengan risiko tinggi mempunyai
balita dengan status gizi stunting 43,8%, ibu yang memiliki akses air bersih dengan risiko sedang mempunyai
balita dengan status gizi stunting 15,5%, ibu yang memiliki akses air bersih dengan risiko rendah mempunyai
balita dengan status gizi stunting 14,3%. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi-square menunjukkan P
value sebesar 0,038 (p-value < 0,05), artinya ada hubungan yang antara akses sarana air bersih dengan
kejadian stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Aturan Mumpo Kabupaten Bengkulu Tengah.

96
Angraini, dkk/ Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol.8 No.2 (92-102), Juni 2021

Tabel 4 Diare dengan Kejadian Stunting di Puskesmas Aturan Mumpo Bengkulu Tengah
Stunting
Total
Kejadian Diare Stunting Normal P value
n % N % n %
Ya 5 35,7 9 64,3 14 100
Tidak 13 17,6 61 82,4 74 100 0,237
Total 18 20,5 70 79,5 88 100
Sumber : Data Primer, 2020-2021
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa balita dengan berstatus gizi stunting pernah mengalami diare
sebesar 35,7% dan balita dengan status gizi normal tidak pernah mengalami diare 82,4%. Hasil analisis
bivariat menggunakan uji Chi-square menunjukkan P value sebesar 0,237 (p-value > 0,05), artinya tidak ada
hubungan yang antara kejadian diare dengan kejadian stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Aturan Mumpo
Kabupaten Bengkulu Tengah.
PEMBAHASAN
PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING
Dari hasil analisis uji chi-square yang dilakukan terhadap variabel independen (Pengetahuan Ibu) terhadap
variabel dependen (Stunting) pada balita di wilayah kerja Puskesmas Aturan Mumpo Kabupaten Bengkulu
Tengah diperoleh p-value sebesar 0,043 artinya menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
ibu dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Aturan Mumpo. Hasil penelitian lain dilakukan oleh
Ni’mah (2015) menunjukan bahwa ada hubungan hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting.
Pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang semakin mudah menerima informasi, sehingga
makin baik pengetahuannya. Ibu dengan tingkat pengetahuan yang baik akan menerapkan pengetetahuannya
dalam mengasuh anaknya, khususnya memberikan makanan sesuai dengan zat gizi yang diperlukan balita,
sehingga balita tidak mengalami kekurangan asupan makanan.9 Ibu dengan berpengetahuan kurang berpeluang
3,6 kali balitanya mengalami stunting dibandingkan dengan balita pada kelompok control. Pada balita yang
mengalami stunting, ibunya belum mengetahui tanda-tanda balita mengalami gizi serta belum mengetahuinya
dampak yang akan timbul jika anak mengalami stunting. Pengetahuan yang kurang berdampak pada kurangnya
perhatian terhadap asupan zat gizi yang diberikan ketika anak pada masa balita. Penelitian sebelumnya
menyimpulkan ibu yang memiliki pengetahuan kurang akan berisiko 3,6 kali untuk balitanya mengalami
kejadian stunting.10 Edukasi kesehatan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan pengetahuan ibu terkait
stunting dengan begitu para ibu akan lebih memahami dan memperhatikan asupan gizi dan mengetahui dampak
dari apabila anak mengalami stunting.11

97
Angraini, dkk/ Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol.8 No.2 (92-102), Juni 2021

Hasil penelitian lain juga dilakukan oleh Wulandari (2020) bahwa ada hubungan pengetahuan ibu
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Ibu yang memiliki pengetahuan baik akan berpeluang
menurunkan risiko terjadinya stunting pada balita sebesar 0,265 kali dibandingkan balita dengan ibu
pengetahuan kurang. Sebagian besar balita stunting lebih banyak ditemukan pada ibu dengan tingkat
pengetahuan yang sedang dibandingkan dengan balita non stunting yang banyak ditemukan pada ibu dengan
tingkat pengetahuan baik. Dalam masa pengasuhan, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah
orang tuanya. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan dan perawatan orang tua oleh karena itu orang tua
merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan
lingkungannya untuk mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku dilingkungannya. Ibu
dengan tingkat pengetahuan baik akan menerapkan pengetetahuannya dalam mengasuh anaknya sehingga anak
tidak mengalami stunting.12 Penelitian Yuneta, 2019 menyatakan kekuatan korelasi sedang dengan arah positif
antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi balita. Pengetahuan erat kaitannya dengan pendidikan, dimana
dapat diasumsikan bahwa seseorang dengan pendidikan tinggi akan semakin luas pula pengetahuannya. Tingkat
pengetahuan ibu menjadi kunci dalam pengelolaan rumah tangga, hal ini akan mempengaruhi sikap ibu dalam
pemilihan bahan makanan yang nantinya akan dikonsumsi oleh keluarga. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik
akan mengerti dan memahami pentingnya status gizi yang baik bagi kesehatan serta kesejahteran.13 Pengetahuan
ibu erat hubungannya dengan pendidikan dimana penelitian Suryani, 2018 menyebutkan pendidikan merupakan
salah faktor yang mempengaruhi kejadian stunting selain ada faktor ibu yang bekerja.14
AKSES AIR BERSIH DENGAN KEJADIAN STUNTING
Dari hasil analisis bivariat uji chi-square yang dilakukan terhadap variabel independen (Akses Sarana Air
Bersih) terhadap variabel dependen (Stunting) di wilayah kerja Puskesmas Aturan Mumpo Kabupaten Bengkulu
Tengah menunjukkan p-value 0,038 artinya ada hubungan antara akses sarana air bersih dengan kejadian
stunting di wilayah kerja Puskesmas Aturan Mumpo. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasan (2019)
di Kabupaten Timur, bahwa ada hubungan akses ke sumber air bersih dengan kejadian stunting. Hasil penelitian
menunjukan nilai OR sebesar 5,99 kali artinya keluarga yang tidak memiliki akses ke sumber air bersih balitanya
memiliki risiko menderita stunting dibandingkan dengan keluarga yang memiliki akses ke sumber air bersih.
Pemeliharaan sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan di rumah tangga terbukti mengurangi risiko
penyakit diare antara 30-40. Strategi sederhana dan murah dapat dilakukan untuk mengurangi kandungan
mikroba air sehingga akan berdampak pada penurunan penyakit diare yang di iringi dengan buang air besar di
jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan dan mencuci tangan pakai sabun di air mengalir.15

98
Angraini, dkk/ Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol.8 No.2 (92-102), Juni 2021

Hasil penelitian lain juga dilakukan dengan Zairinayati (2019), bahwa ada hubungan sumber air bersih
dengan kejadian stunting pada balita dengan p-value sebesar 0,001 dengan nilai OR 0,130 yang artinya balita
yang tinggal di rumah dengan sumber air bersih tanpa pengolahan (air sumur) mempunyai resiko terjadinya
untuk mengalami stunting 0,13 kali lebih besar dibandingkan balita yang tinggal dengan sumber air yang sudah
diolah. Hal ini juga memiliki kaitannya dengan kejadian diare sarana air bersih termasuk faktor dominan yang
mempengaruhi kejadian diare pada balita. Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari
sumber yang terlindungi/tidak terkontaminasi. Hal ini juga memiliki kaitannya dengan kejadian diare, sarana air
bersih termasuk faktor dominan yang mempengaruhi kejadian diare pada balita. Untuk mencegah terjadinya
diare maka air bersih harus diambil dari sumber yang terlindungi/tidak terkontaminasi.16
Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa anak yang berasal dari keluarga dengan
sumber air yang tidak terlindung dan jenis jamban yang tidak layak dapat menyebabkan anak mengalami
penyakit diare. Jika diare berlanjut melebihi dua minggu mengakibatan anak mengalami gangguan gizi berupa
stunting.17 Lamanya kejadian diare pada balita berpengaruh secara langsung terhadap stunting, hal ini
dipengaruhi oleh sumber air yang tidak layak dan peningkatan kadar E.coli secara tidak langsung 5,822 kali
meningkatkan resiko stunting.18 Berdasarkan hasil penelitian Sinatrya (2019) menunjukan bahwa ada hubungan
antara akses sarana air bersih dengan kejadian stunting. Penggunaan sarana air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan di rumah tangga dapat mengurangi risiko penyakit diare. Akses terhadap air bersih dan fasilitas
sanitasi yang buruk dapat meningkatkan kejadian penyakit infeksi seperti diare yang dapat membuat energi untuk
pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi, gizi sulit diserap oleh tubuh dan
terhambatnya pertumbuhan, sehingga balita yang memiliki akses ke sumber air bersih yang rendah paling
mungkin menderita stunting. 19
DIARE DENGAN KEJADIAN STUNTING
Dari hasil analisis bivariat uji chi-square yang dilakukan terhadap variabel independen (kejadian diare)
terhadap variabel dependen (Stunting) di wilayah kerja Puskesmas Aturan Mumpo Kabupaten Bengkulu Tengah
menunjukkan p-value 0,237 artinya tidak ada hubungan antara kejadian diare dengan kejadian stunting di
wilayah kerja Puskesmas Aturan Mumpo. Penelitian ini sejalan dengan Purwanti, 2020 yang menyatakan tidak
ada hubungan antara kejadian diare dengan kejadian stunting. Stunting dipengaruhi banyak faktor etrutama
riwayat terdahulu dibandingkan dengan kejadian dare yang hanya dilihat dalam kurun waktu yang singkat. Ada
faktor lain yang berpengaruhh seperti keberagaman pangan baik zat gizi makro/mikro terdahulu juga dapat
mempengaruhi keadaan stunting pada balita. Keadaan stunting merupakan malnutrisi yang bersifat kronis

99
Angraini, dkk/ Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol.8 No.2 (92-102), Juni 2021

dampak dari keadaan yang terjadi dalam kurun waktu lama sedangkan diare adalah penyakit infeksi metabolism
yang dampaknya dapat langsung dilihat dalam jangka waktu yang singkat.20 Diare bukan faktor tunggal yang
mempengaruhi kejadian stunting karena ada faktor lain yang berpengaruh seperti halnya berat badan lahir yang
mempengaruhi kejadian stunting.21
Penyakit diare tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian stunting, dimana balita yang
mengalami diare maupun tidak sebagian besar sama-sama tidak mengalami stunting. Penelitian di Peru, Brazil,
Guinea-Bessau, dan Bangladesh menyebutkan bahwa penilaian penyakit diare kurang dari 30 hari tidak dapat
mempengaruhi keadaan malnutrisi anggota keluarga terutama balita.22 Penelitian Rosari, 2013 juga sejalan
dnegan penelitian ini yang menunjukkan tidak ada hubungan antara balita yang pernah mengalami diare dengan
rerata durasi diare 3 hari dengan kejadian stunting pada balita. Frekuensi diare yang jarang, durasi diare singkat,
serta pemberian tindakan penanggulangan yang tepat menyebabkan diare yang terjadi tidak mempengaruhi status
gizi balita secara bermakna.23 Stunting bukan hanya disebabkan satu faktor namun banyak faktor yang
mempengaruhi salah satunya adalah asupan energi (kalori). Penelitian sebelumnya menyimpulkan asupan energi
(kalori) yang rendah merupakan faktor risiko stunting pada balita. Selain itu penelitian Sutriyawan, 2020 faktor
yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita adalah ASI Eksklusif dimana balita yang tidak diberikan ASI
Eksklusif akan berisiko 3,31 akan mengalami stunting dibandingkan dengan balita yang diberikan ASI Eksklusif.
Sanitasi dasar pun demikian rumah tangga yang memiliki sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat akan
berisiko balita mengalami stunting 6,67 kali dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki sanitasi dasar
memenuhi syarat.24

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ibu yang memiliki balita berstatus gizi stunting
berpengetahuan kurang sebesar 45,5% dan ibu yang memiliki balita dengan status gizi normal berpengetahuan
baik 83,1%. Ibu yang memiliki akses air bersih dengan risiko tinggi mempunyai balita dengan status gizi stunting
43,8%, ibu yang memiliki akses air bersih dengan risiko sedang mempunyai balita dengan status gizi stunting
15,5%, ibu yang memiliki akses air bersih dengan risiko rendah mempunyai balita dengan status gizi stunting
14,3%. Balita dengan berstatus gizi stunting pernah mengalami diare sebesar 35,7% dan balita dengan status gizi
normal tidak pernah mengalami diare 82,4%. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi-square menunjukkan
ada hubungan antara pengetahuan ibu dan akses air bersih dengan kejadian stunting dan tidak ada hubungan
antara diare dengan kejadian stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Aturan Mumpo Kabupaten Bengkulu Tengah.

100
Angraini, dkk/ Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol.8 No.2 (92-102), Juni 2021

Dengan demikian, perlunya pembinaan dan pengawasan ketat dari seluruh pihak terkait pemantauan status gizi
pada balita mulai dari ibu hamil sampai dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Puskesmas Aturan Mumpo Kabupaten Bengkulu Tengah karena telah
bersedia untuk menjadi tempat penelitian. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Bengkulu karena telah memberikan
kesempatan untuk mendapatkan hibah penelitian dari institusi.

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Levels And Trends In Child Malnutrition; Key Findings Of The 2017 Edition. Diakses Dari
Http://Www.Who.Int/Nutgrowthdb/Jme_Brochure2017.Pdf?Ua=1&Ua=1. 2017.
2. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan RI; 2013.
3. WHO. Nutrition landscape information system (NLIS) country profile indicators: Interpretation guide.
Geneva: World Health Organization; 2010.
4. UNICEF. Improving Child Nutrition; The Achievable Imperative for Global. 2013.
5. Kemenkes RI. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta; 2018.
6. Herawati, Anwar A, Setyowati DL. Hubungan Sarana Sanitasi , Perilaku Penghuni , dan Kebiasaan Cuci
Tangan Pakai Sabun ( CTPS ) oleh Ibu dengan Kejadian Pendek ( Stunting ) pada Batita Usia 6-24 Bulan
di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Baru, Samarinda. J Kesehat Lingkung Indones. 2020;19(1):7–15.
7. Kemenkes RI. Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi. P2PTM kemenkes
RI. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2018.
8. Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Tengah. Laporan Gizi Puskesmas Aturan Mumpo Kabupaten
Bengkulu Tengah. 2020.
9. Ni’mah C, Muniroh L. Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengetahuan dan Pola Asuh dengan
Wasting dan Stunting pada Baita Keluarga Miskin. J Media Gizi Indones. 2015;10(1):84–90.
10. Sutriyawan A, Nadhira CC. Kejadian Stunting pada Balita di UPT Puskesmas Citarip Kota Bandung. J
Kesehat Masy Khatulistiwa. 2020;7(2):79–88.
11. Angraini W, Pratiwi BA, Amin M, Yanuarti R, Harjuita TR. Berat Badan Lahir sebagai Faktor Resiko
Kejadian Stunting Kabupaten Bengkulu Utara. J Avicenna. 2019;14(2):47–51.
12. Wulandari RC, Muniroh L. Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi, Tingkat Pengetahuan Ibu dan Tinggi
Badan Orang Tua dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tambak Wedi
Surabaya. Joinly Publ by IAGIKMI Univ Airlangga. 2020;95–102.
13. Yuneta AEN, Hardiningsih, Yunita FA. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi
Balita di Kelurahan Wonorejo Kabupaten Karanganyar. Placentum J Ilm Kesehat dan Apl.
2019;7(1):9–13.
14. Suryani D, Yosephin B, Dailin, Yandrizal, Pratiwi BA, Angraini W. Policy and Determinant Analysis in
Effort to Control Stunting Case in Bengkulu Province. Indian J Public Heal Res Dev. 2018;9(10):17–22.
15. Hasan A, Kadarusman H. Akses ke Sarana Sanitasi Dasar sebagai Faktor Risiko Kejadian Stunting pada
Balita Usia 6-59 Bulan. J Kesehat. 2019;10(3):413–21.
16. Zairinayati, Purnama R. Hubungan Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian STunting pada

101
Angraini, dkk/ Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol.8 No.2 (92-102), Juni 2021

Balita. J Ilm Multi Sciense Kesehat. 2019;10(1):78–91.


17. Olo A, Mediani HS, Rakhmawati W. Hubungan Faktor Air dan Sanitasi dengan Kejadian Stunting pada
Balita di Indonesia. J Obs J Pendidik Anak Usia Dini. 2021;5(2):1113–26.
18. Ihsan A, Riviwanto M, Darwel. Pengaruh Sumber Air Bersih, Jamban, dan Pola Asuh terhadap Stunting
pada Balita dengan Diare Sebagai Variabel Intervening. Bul KeslinGmas. 2020;39(1):1–5.
19. Sinatrya AK, Muniroh L. Hubungan Faktor Water, Sanitation and Hygiene (WASH) dengan Stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Kotakulon, Kabupaten Bondowoso. Amerta Nutr. 2019;3(3):164–70.
20. Purnawati DY, Ratnasari D. Hubungan antara Kejadian Diare, Pemberian ASI Eksklusif dan Stunting
pada Balita. JIGK (Jurnal Ilm Gizi Kesehatan). 2020;1(02):15–23.
21. Angraini W, Pratiwi BA, Amin M, Yanuarti R, Febriawati H, Shaleh MI. Edukasi Kesehatan Stunting di
Kabupaten Bengkulu Utara. J Ilmu Kesehat. 2020;14(1):30–6.
22. Richard SA, Black RE, Gilman RH, Guerrant RL, Kang G, Lanata CF, et al. Diarrhea in Early Childhood:
Short-term Association with Weight and Long-term Association with Length. Am J Epidemiol.
2013;178(7):1129–38.
23. Rosari A, Rini EA, Masrul. Artikel Penelitian Hubungan Diare dengan Status Gizi Balita di Kelurahan
Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. J FK Unan. 2013;2(3):111–5.
24. Fentiana N, Sinarsih. Prevalensi Stunting Balita di Medan-Indonesia Akibat Defisiensi Asupan Energi:
Analisis Faktor yang Mempengaruhi. J Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa. 2018;5(1):8–13.

102

Anda mungkin juga menyukai