Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

OBS FEBRIS PADA ANAK

DI SUSUN OLEH :
NAMA : HANDAYANI
NIM : N520184255

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keadaan tubuh sehat adalah suatu harga mutlak yang harus dimiliki olehseorang
manusia. Manusia dapat melaksanakan segala aktivitasnya dalamkeadaan sehat.
Keadaan sehat juga dapat mempengaruhi kondisi psikisseorang manusia, sehingga
keadaan sehat juga berpengaruh dalam jasmanidan rohani manusia dalam hidup.
Namun sesuai kodrat yang asalnya dariAllah SWT sang maha pencipta, manusia
tidaklah selalu merasakan sehatdalam hidupnya. Keadaan sakit dapat menerpa
siapapun manusia tersebut(Aziz, S, 2008).
Penyakit dapat didefenisikan sebagai perubahan pada individu-individuyang
menyebabkan parameter kesehatan mereka berada dibawah kisarannormal. Dalam
kisaran yang sebenarnya penyakit tidaklah melibatkan perkembangan suatu bentuk
kehidupan yang benar-benar baru. Penyakit merupakan suatu bentuk kehidupan dari
agen luar yang akan mengganggukehidupan tubuh manusia. Terdapat bermacam-
macam penyakit di dunia ini. Terpadat macam-macam pula gejala yang menandai tubuh
terinfeksi olehsuatu penyakit salah satunya demam (Price et al, 2005).
Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuhmelawan
infeksi. Oleh karena adanya demam inilah tubuh dapat secara pelan- pelan mencoba
untuk menghancurkan agen-agen patogen yang akanmenginvasi tubuh (Anonim,A.,
2008).Oleh karena pentingnya demam sebagai respons protektif tubuh terhadapagen
luar maupun sebagai gejala suatu penyakit inilah, maka penulis akanmembahasnya
didalam laporan tutorial yang berjudul Peran Demam SebagaiGejala Tubuh Terhadap
Invasi Agen Patogen Asing.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan yang diinginkan penulis yaitu diperolehnya pengalaman nyata dalam
memberikan Asuhan Keperawatan Febris pada An. A di Ruang Dahlia RSUD Sunan
Kalijaga Demak
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama 3x24 jam maka diharapkan penulis
dapat :
1. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan Febris
2. Membuat analisa data keperawatan pada klien dengan Febris
3. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan Febris
4. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Febris
5. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Febris
6. Mengidentifikasi faktor pendukung, penghambat serta dapat mencapai
solusinya
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. PENGERTIAN
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau
lebih.Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,80C.Sedangkan bila suhu
tubuh lebih dari 400C disebut demam tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2000).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat
termoregulasi hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami demam bila suhu
tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal (Donna L. Wong, 2003).
2. ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain. (Julia, 2000).Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena
kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi
suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan
riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit
dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai
demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien
mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat
celcius dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu
minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis
lainnya.
3. MANIFESTASI KLINIS
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada
fase demam meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala
- Peningkatan denyut jantung
- Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
- Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
- Peningkatan suhu tubuh
- Pengeluaran keringat berlebih
- Rambut pada kulit berdiri
- Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala
- Proses mengigil lenyap
- Kulit terasa hangat / panas
- Merasa tidak panas / dingin
- Peningkatan nadi
- Peningkatan rasa haus
- Dehidrasi
- Kelemahan
- Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
- Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
- Kulit tampak merah dan hangat
- Berkeringat
- Mengigil ringan
- Kemungkinan mengalami dehidrasi
4. PATOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point(Julia, 2000). Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan
tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam
tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem
pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam,
ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen)
yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat
penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur
panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan
menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh
darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun,
terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.Inilah yang
menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akanmerangsang aktivitas
“tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut
dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003). Sedangkan sifat-
sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil.bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke
nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen
atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu
baru.Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak
disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah,
mungkin malahan kembali ke tingkat normal.(Guyton, 1999).
PATHWAY

Penyebab demam

Mekanisme pertahanan tubuh(respon imun)

Infeksi zat asing

Pelepasan pirogen

Hipotalamus

MK: Hipertermia

Dehidrasi
Mual, muntah

MK: Resiko
ketidakseimbangan elektrolit

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK


Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia
untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu scanning, masih dapat diperiksa
bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar
tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti
melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan
seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi.
6. PENATALAKSANAAN
1. Medis
1. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam.
Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.Perhatikan pula
apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-
kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi
perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai
oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat
seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
a. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang
akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknyaMinuman yang diberikan
dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh.
Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh
memperoleh gantinya.
e. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan
suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat
terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres.
Jangan menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit
dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan
intoksikasi (keracunan).
g. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku.
Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh
akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh
akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur
suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh
darah tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori
kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan
jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan
kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan
mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup
parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh
manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok takaran obat
dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan
sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan
kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang
berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari
golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi
mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point
hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol
yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf
pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari.
Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan
baik.Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan
hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat
seperti ibuprofen juga bekerja meneka n pembentukan prostaglandin.Obat ini bersifat
antipiretik, analgetik dan antiinflamasi.Efek samping yang timbul berupa mual, perut
kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.Efek samping
hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik.Efek terhadap
ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan
asetaminopen).Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8
jam.Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin.Mempunyai
efek antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa
agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han saluran cerna. Dosis terap eutik 10
mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan unt uk anak kurang dari 6
bulan.Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena. Asam mefenamat
suatu obat gol ongan fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai
antipiretik.Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.Dosis pemberiannya
20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh
diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.
2. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai
demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll),
apakah menggigil, gelisah.
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien).
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
3. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi sensori
b. Sistem persyarafan : kesadaran
c. Sistem pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem integumen
g. Sistem perkemihan
3. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. foto rontgent
c. USG
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia b.d dehidrasi ditandai dengan kulit terasa hangat (Domain 11.Kelas
6. Kode Diagnosis 00007)
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d muntah ditandai dengan program
pengobatan (Domain 2. Kelas 5. Kode Diagnosis 00195)
3. Intervensi
1. Hipertermia b.d dehidrasi ditandai dengan kulit terasa hangat
NOC :
Setelah dilakukan tindakan kep selama 3x24 jam diharapkan terjadi
termoregulasi
NIC :
1. Monitor TTV
2. Manajemen cairan
3. Perawatan demam
4. Pemberian nutrisi parenteral
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d muntah ditandai dengan program
pengobatan
NOC :
Setelah dilakukan tindakan kep selama 3x24 jam diharapkan ada keseimbangan
elektrolit
NIC :
1. Monitor eletrolit
2. Manajemen cairan
3. Manajemen muntah
4. Kolab pengobatan
7. DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta
Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi
Pada Anak.PERKANI : Surabaya
Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika : Jakarta
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.
Lynda juall, Carpenito, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan / Lynda juall Carpenito,
Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester (Edisi 8), Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medika Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta
PROSES KEPERAWATAN
PENGKAJIAN ANAK

A. PENGKAJIAN
Nama mahasiswa : An. Z
Tempat praktek : Ruang Dahlia
Tanggal praktek : 22-03-2019

1. IDENTITAS DATA
Nama : An. Z
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Wonosalam 5/3 Demak
Tempat/tgl lahir : Demak, 30-10-2017
Agama : Islam
Usia : 1 tahun
Suku bangsa : Jawa
Nama ayah/ibu : Tn. J/ Ny. N
Pendidikan ayah : SMP
Pekerjaan ayah : Wiraswasta
Pendidikan ibu : SMP
Pekerjaan ibu : Swasta
2. KELUHAN UTAMA :
Panas
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Ibu pasien mengatakan panas naik turun kurang lebih 4 hari, mual, muntah, batuk, pilek,
N: 108 x/menit, S: 38,8 C, Rr : 26 x/menit
4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Penyakit pada waktu kecil
Ibu pasien mengatakan waktu bayi anaknya tidak punya riwayat kejang, anaknya sakit
panas, batuk pilek biasa
2. Pernah dirawat di RS
Pasien belum pernah di rawat di RS sebelumnya
3. Obat-obatan yang digunakan
Paracetamol syr
4. Tindakan (operasi)
Tidak ada
5. Riwayat Imunisasi
Selama ini ibu pasien rutin untuk mengimunisasikan anaknya di posyandu terdekat
6. Alergi
Anaknya tidak mengalami riwayat alergi
7. Kecelakaan
Tidak pernah
5. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
1. Kemandirian dan bergaul
Ibu pasien mengatakan anaknya belum bisa mandiri, sebelum sakit ibu pasien
mengatakan anaknya adalah anak yang mudah bergaul dengan teman seusianya.
Semenjak sakit, pasien hanya diam saja dan menangis jika di hampiri oleh petugas
2. Motorik halus
Ibu pasien mengatakan anaknya mampu untuk menuang air, memasukkan benda ke
dalam tempatnya
3. Kognitif dan bahasa
Ibu pasien mengatakan anaknya cukup mampu menyebutkan nama makanan dan
benda di sekelilingnya
4. Motorik kasar
Ibu pasien mengatakan anaknya mampu berlari dan melompat dan meniru gerakan
sederhana
Kesimpulan perkembangan anak
An. Z perkembangannya sesuai dengan harapan, anak aktif dan mampu melakukan
kegiatan sesuai dengan usianya
6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA (DISERTAI GENOGRAM

An. Z

Keterangan :

: Laki - laki

: perempuan

: Serumah

7. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL MENURUT GORDON Pola persepsi kesehatan-


manajemen (Pemeliharaan Kesehatan)
1. Pola metabolisme nutrisi
Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan makan 3 x sehari dengan sayur dan lauk
pauk,porsi setengah piring kecil . Untuk minum 1,5 L per hari
Saat sakit : Pasien makan 2x sehari dengan setengah porsi dari biasanya. Minum
air putih 2 gelas per hari
2. Pola eliminasi
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan
BAB : 1 x sehari , normal
BAK : 5 x sehari
Saat sakit : ibu pasien mengatakan
BAB : 1 x sehari , tetap normal
BAK : 5 x sehari
3. Pola aktifitas latihan
Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan aktivitas normal seperti biasa
Saat sakit : Ibu pasien mengatakan gerak dan aktivitas pasien terbatas, hanya
melakukan aktivitas di tempat tidur dan di gendong ibu karena di pasang infus
4. Pola istirahat tidur
Sebelum Sakit : Ibu pasien mengatakan setiap hari tidur dengan rentang 8 – 11 jam.
Tidur malam pukul 19.00, bangun pagi pukul 06.00.
Saat sakit : Saat sakit pasiensusah tidur dan sedikit terganggu karena ruang
gerak yang tidak memadai, pasien menangis rewel sebelum tidur
5. Pola persepsi kognitif
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan
Harga Diri : tidak bermasalah
Body Image : tidak bermasalah
Ideal diri : tidak bermasalah
Peran : tidak bermasalah
Identitas diri : tidak bermasalah
Saat sakit : ibu pasien mengatakan
Harga Diri : tidak bermasalah
Body Image : tidak bermasalah
Ideal diri : tidak bermasalah
Peran : tidak bermasalah
Identitas diri : tidak bermasalah
6. Pola persepsi diri
Ibu pasien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakit anaknya secara mendetail,
yang diketahui anaknya sakit panas
7. Pola hubungan social
Sebelum Sakit : Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, dengan ibu dan bapaknya
serta mau bermain bersama teman-temannya
Saat sakit : Pasien masih dapat berkomunikasi baik, dengan ibu dan bapaknya tapi
pasien tidak mau bermain dengan teman seusianya, pasien rewel minta di gendong
ibunya
8. Pola seksual
Pasien adalah anak pertama dari Tn. J dan Ny. N
9. Pola pemecahan masalah mengatasi stress
Sebelum Sakit : Ibu pasien mengatakan pasien cooperative
Saat sakit : Pasien menangis dan rewel
10. Sistem kepercayaan nilai-nilai
Pasien dan ibu pasien menganut ajaran islam

8. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa medik
Obs Febris
2. Tindakan operasi
Tidak ada
3. Status nutrisi
Nutrisi selama sakit
- Selera makan : menurun
- Frekuensi makanan dalam 24 jam : 2 kali sehari
- Makanan yang disukai : telur mata sapi
- Pembatasan pola makan : (-)
- Cara makan : menggunakan sendok dan piring
4. Status cairan
Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam : air putih dan susu
- Frekuensi minum : tidak menentu
- Kebutuhan cairan dalam 24 jam : tidak diketahui
5. Obat-obatan
Paracetamol syr 3x1 c
6. Aktivitas
Kegiatan sehari – hari selama sakit
- Terbatas
- Pengaturan jadwal harian : -
- Penggunaan alat bantu untuk aktivitas : (-)
- Kesulitan pergerakan tubuh : (-)
7. Tindakan keperawatan
1. Monitor TTV
2. Manajemen cairan
3. Perawatan demam
4. Pemberian nutrisi parenteral
8. Hasil laboratorium
Hb : 9,6
Hematokrit : 30,0
Lekosit : 11,0
Trombosit : 281
Eritrosit : 3,87
Netrofil : 45,3
Limfosit : 45,3
Monosit : 8,7
Eosinofil : 0,6
Basofil : 0,1
MCH : 25,3
MCHC : 32,7
RDW : 11,9
MPV : 9,0
PDW : 5,6
Widal Typhi O : Negatif
Widal Typhi H : 1/80
9. Hasil rontgen
Tidak ada
10. Data tambahan
Tidak ada

9. PEMERIKSAAN FISIK
1. Temperatur : 38,8 C
2. Denyut jantung/nadi : 108 x/menit
3. Respiratori rate : 26 x/menit
4. Tekanan darah :-
5. Pertumbuhan : Baik
6. Keadaan umum : Baik
7. Lingkar kepala :
8. Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
9. Hidung : Bentuk simetris, tidak terdapat cuping hidung, tidak ada polip
10. Mulut : Mukosa kurang lembab tidak ada stomatitis
11. Telinga : Normal tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik
12. Tengkuk : Normal tidak ada benjolan
13. Dada :
I : Simetris kanan kiri, postur normal
P : Vokal premitus kanan kiri sama
P : Sonor kanan kiri
A : Suara Vesikuler
14. Jantung :
I : Ictus cordis tidak tampak pada mid klavikula intercostal 4-5 kiri
P : Ictus cordis teraba pada mid klavikula intercostal 4-5 kiri
P : Pekak di intercostal 5
A : Terdengar bunyi jantung S1 dan S2
15. Perut :
I : Datar
A : Bunyi peristaltic 24 x/menit
P : Tidak terdapat nyeri tekan
P : Tympani
16. Punggung : Simetris kanan kiri
17. Genetalia : Bersih, normal
18. Ekstremitas :
Atas : Tidak ada edema, terpasang infus RL 20 tpm di tangan
Bawah : Tidak ada edema, tidak ada luka
19. Kulit : agak kering
A. ANALISA DATA

NO TANDA DAN GEJALA PROBLEM ETIOLOGI

1 Suhu tubuh tinggi Hipertermia dehidrasi

2 Mual, demam Resiko muntah


ketidakseimbangan
elektrolit

B. MASALAH KEPERAWATAN ( SESUAI DENGAN PRIORITAS)


No Tgl/jam ditemukan Diagnosa Paraf Tgl/jam Paraf
Keperawatan teratasi
1. 22-03-2019 Hipertermia b.d -
14.00 WIB dehidrasi ditandai
dengan kulit terasa
hangat (Domain
11.Kelas 6. Kode
Diagnosis 00007)

2. 22-03-2019 Resiko -
14.00 WIB ketidakseimbangan
elektrolit b.d muntah
ditandai dengan
program pengobatan
(Domain 2. Kelas 5.
Kode Diagnosis
00195)
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN.
No Dx keperawatan Tujuan, kriteria Intervensi Rasional Paraf
evaluasi keperawatan tindakan
1. Hipertermia b.d Setelah dilakukan O : Monitor TTV -Mengetahui
dehidrasi ditandai tindakan kep N : Mananajemen perubahan
dengan kulit terasa selama 3x24 jam cairan tanda-tanda
hangat (Domain diharapkan terjadi E : Perawatan vital pasien
11.Kelas 6. Kode termoregulasi: Demam -Mencegah
Diagnosis 00007) 1.Monitor TTV C : Pemberian terjadinya
2.Manajemen nutrisi parenteral dehidrasi
cairan waktu panas
3.Perawatan -Meminimalisir
demam produksi panas
4.Pemberian yang
nutrisi parenteral diproduksi oleh
tubuh
-Membantu
dalam
penurunan
panas

2. Resiko Setelah dilakukan O : Monitor -mengurangi


ketidakseimbangan tindakan kep elektrolit risiko
elektrolit b.d selama 3x24 jam N : Mananajemen kekurangan
muntah ditandai diharapkan ada cairan voume cairan
dengan program keseimbangan E : Manajemen semakin
pengobatan elektrolit : muntah bertambah
(Domain 2. Kelas 1.Monitor eletrolit C : Kolaborasi -mengetahui
5. Kode Diagnosis 2.Manajemen pengobatan penyebab
00195) cairan untuk
3.Manajemen menentukan
muntah intervensi
4.Kolaborasi penyelesaian
pengobatan -Kebutuhan
penggantian
cairan di
dasarkan pada
perbaikan
kekurangan
dan kehilangan
terus menerus

D. PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN


1. Implementasi Keperawatan
No Dx Keperawatan Tgl/jam Implementasi Respon Paraf

1. Hipertermia b.d 22-03-2019 1.Memonitor TTV Ds: Ibu pasien


dehidrasi ditandai 15.00 WIB  N: 108 mengatakan
dengan kulit terasa x/menit anaknya masih
hangat (Domain  S: 38,8 C panas
11.Kelas 6. Kode  Rr : 26 Do:
Diagnosis 00007) x/menit -S : 38,8 C
 -tubuh teraba panas

2.Melakukan Ds : Ibu pasien

mananajemen mengatakan

cairan : anaknya masih

-Memonitor status lemes

hidrasi Do :

-Memberikan terapi -Membran mukosa

IV seperti yang kurang lembab

ditentukan -N: 108 x/menit


-Pasien terpasang
infus 12 tpm

3.Melakukan Ds : Ibu pasien

perawatan demam: mengatakan

-Menutup pasien anaknya di kompres

dengan selimut hangat dan di sibin

atau pakaian karena badannya


ringan masih panas
-Memberikan Do :
kompres hangat -Pasien terlihat di
kompres
-Pasien di sibin jika
pagi dan sore hari
4.Melakukan Ds : Ibu pasien
pemberian nutrisi mengatakan
parenteral anaknya di suapi dari
jatah yang diberikan
RS
Do:
-Pasien mau makan
dengan porsi
setengah

2. Resiko 22-03-2019 1.Melakukan Ds : Ibu pasien


ketidakseimbangan 15.00 WIB monitor elektrolit mengatakan
elektrolit b.d anaknya muntah
muntah ditandai berkurang, mau
dengan program makan tapi sedikit
pengobatan Do :
(Domain 2. Kelas -Muntah berkurang
5. Kode Diagnosis -Nafsu makan
00195) kurang
2.Melakukan Ds :
manajemen cairan -Ibu pasien
-Memberikan terapi mengatakan
IV anaknya dipasang
-Memberikan infus oleh petugas
cairan dengan Do :
tepat -Pasien terpasang
infus di tangan
-Terapi 12 tpm
3.Manajemen Ds: Ibu pasien
muntah : mengatakan
-Melakukan muntahnya
perkiraan volume berkurang dari awal
emesis masuk RS
Do:
-Muntah berkurang
4.Melakukan Ds: Ibu pasien
kolaborasi mengatakan
pengobatan anaknya di suntik
lewat infus oleh
petugas dan diberi
obat untuk di minum
Do:
-Pasien di inj ondan
3x1/3 A

E. EVALUASI
No Tgl/jam Dx Keperawatan Perkembangan Paraf
1. 22-03-2019 Hipertermia b.d dehidrasi S : Ibu pasien mengatakan
Jam 17.00 ditandai dengan kulit terasa panas tubuh anaknya sudah
hangat (Domain 11.Kelas 6. berkurang
Kode Diagnosis 00007) O : -S : 38,0 C
-Tubuh masih teraba panas
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

2. 22-03-2019 Resiko ketidakseimbangan S : Ibu pasien mengatakan


Jam 17.00 elektrolit b.d muntah ditandai anaknya sudah tidak muntah,
dengan program pengobatan O : -Pasien sudah tidak
(Domain 2. Kelas 5. Kode muntah
Diagnosis 00195) -Turgor kulit elastis baik
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai