Anda di halaman 1dari 11

Hakikat

Thoharoh
Kelompok 3
Kelompok 3

Hida Zulfiyah Ira Puspita Agustin Fatimatus Sania


202102030029 202102030057 202102030078
Pengertian Thoharah
 Menurut bahasa : berarti bersih dan suci dari segala hal yang kotor baik yang bersifat
hissiyy (dapat di indra) atau bersifat ma’nawiyy (abstrak)

 Menurut istilah : Menurut mazhab Syafi‟i, mereka

pertama, thaharah yang berarti melakukan sesuatu yang membolehkan (seseorang)


melaksanakan shalat seperti wudhu, tayammum, dan mandi yang sifatnya sunat

kedua, adalah menghilangkan hadats dan najis atau melakukan sesuatu yang semakna
dan yang sebentuk dengannya, seperti tayamum, mandi sunat dan sebagainya.
Macam Thoharoh
 Thaharah Indrawi
 Bersuci dari Hadats :
• Hadats Besar
Hadats besar adalah hadats yang ada pada seluruh tubuh. Diantara penyebabnya adalah :
berhubungan seksual, haid, nifas, dsb.
• Hadats Kecil
Hadats kecil adalah hadats yang ada pada anggota wudhu. Hadats ini disebabkan oleh : buang air
kecil, buang air besar, kentut, keluar air madzi dan lain-lain.
 Bersuci dari najis
Najis adalah benda menjijikkan atau kotor menurut syariat yang menghalangi seseorang dari
sahnya shalat. Apabila seseorang terdapat benda najis yang menempel pada badan, pakaian,
ataupun tempat shalatnya maka shalatnya tidak sah dan sebelum shalat hendaknya ia sucikan
terlebih dahulu. Adapun benda-benda najis tergolong menjadi tiga :
Macam Thoharoh

• Najis Mugholadzoh (Najis Berat) : seperti air liur anjing.


• Najis Mutawasitthoh (Najis Pertengahan) : seperti air kencing dan tinja manusia serta hewan yang
tidak dimakan dagingnya seperti tikus, kucing dsb, bangkai (kecuali kulitnya yang sudah
disamak), air madzi, air wadi, sesuatu yang menjijikkan dan banyak seperti darah yang mengucur,
darah haid, nanah, muntahan dsb.
• Najis Mukhaffafah (Najis Ringan) : seperti air kencing bayi laki-laki yang belum makan.

Thoharoh Maknawi
• Mensucikan hati dari segala dosa dan maksiat baik itu syirik, dengki, sombong, ujub, riya, dan
segala sesuatu yang mengotorinya. Thoharoh ini jauh lebih penting karena Thoharoh indrawi tidak
akan terwujud kecuali suci dari syirik.
Macam macam Air
 Air Mutlak
● Hukumnya adalah air suci lagi mensucikan, artinya bahwa air suci pada dirinya dan dapat menyucikan yang lain. Air yang demikian boleh
diminum dan dapat dipakai untuk membersihakan benda lain. . Adapun macam-macam air tersebut yaitu:
● Air Hujan, salju, air es yang sudah hancur kembali.
● Air Laut,
● Air Telaga,
● Air Kolam,air sungai, dan air sawah. Air jenis ini termasuk suci dan menyucikan.
● Air Musta’mal (yang terpakai)

 Air Musta’mal yaitu air yang telah terpisah dari anggota-anggota badan orang-orang berwudlu dan mandi. Air yang demikian hukumannya
suci dan menyucikan seperti hukum air mutlak, hal ini dikarenakan asalnya yang suci, sehingga tidak ada suatu alasanpun yang dapat
mengeluarkan air dari kesuciannya.

 Air Campur
Macam air ini adalah air yang bercampur dengan sabun, tepung dan benda-benda lain yang biasanya terpisah dari air. Air tersebut hukumnya
menyucikan selama kemutlakannya masih terjaga tetapi jika sudah tidak dapat lagi dikatakan aie mutlak maka hukumnya suci pada dirinya,
tetpai tidak menyucikan bagi yang lain.
 Air Najis
Air dalam bagian ini ada 2 macam yaitu:
• Air yang sudah berubah salah satu sifatnya dengan najis yaitu rasa, warna dan baunya. Para Ulama bersepakat bahwa air itu tidak
dapat dipakai untuk bersuci baik sedikit atau banyak hukumnya seperti najis.
• Air beranajis tetapi tidak berubah diantara salah satu sifat yang tadi. Hukumnya adalah suci dan menyucikan baik sedikit atau banyak.

 Wudlu
• Perintah wajib berwudlu bersamaan dengan wajib shalat lima waktu yaitu satu setengah tahun sebelum hijrah Nabi ke Madinah.
Berwudlu cukup dikenal, yang maksudnya adalah bersuci dengan air mengenai muka, kedua tangan, kepala dan kedua kaki.
 Tata Cara Wudlu
• Niat dalam hati, ikhlas karena Allat swt;
• Membaca “Bismillahirrahmanirrahim”;
• Membasuh kedua telapak tangan tiga kali, dengan menyela-nyelai jari;
• Menggosok gigi;
• Berkumur-kumur dan mengisap air ke hidung tiga kali;
• Membasuh wajah tiga kali;
• Membasuh kedua tangan hingga siku-siku tiga kali;
• Mengusap kepala dari depan hingga belakang (tengkuk) lalu kembali lagi ke depan;
• Mengusap kedua telinga, yang sebelah luar dengan ibu jari dan yang sebelah dalam dengan jari telunjuk;
• Membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki, dengan menggosok-gosok dan menyela-nyelai jari-jari kaki;
• Selesai wudhu membaca ““Asyhadu alla¬ila-ha-ilallah wahdahu-la-syari-kalah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu¬wa rasu-
luh”.
Tayamum
 Tayammum dilakukan sebagai pengganti wudlu’ dan mandi besar bila ada halangan, seperti sakit
atau ketiadaan air untuk bersuci, misalnya karena musafir.
• “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu
telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu
dengan tanah yang baik (suci): sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pema`af lagi Maha Pengampun.” (Lihat pula ayat senada dalam QS. Al-Mâidah/5: 6)

 Berdasarkan QS. 4: 43, QS. 5: 6 dan riwayat yang disepakati al-Bukhari dan Muslim di atas,
maka cara bertayammum adalah sebagai berikut:
• Mengucap basmalah (yakni bismillâhirrahmânirrahîm) sambil meletakkan kedua telapak tangan
di tanah (boleh di dinding) kemudian meniup debu yang menempel di kedua telapak tangan
tersebut.
• Mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah satu kali, kemudian langsung mengusapkan ke
tangan kanan lalu kiri cukup sampai pergelangan telapak tangan, masing-masing satu kali.
Mandi
 Mandi atau biasa disebut dengan mandi junub adalah membasahi seluruh badan dengan air suci. Hal ini
disyari`atkan berdasarkan QS. Al-Ma’idah/5: 6 dan Al-Baqarah/2: 222. Mandi besar ini wajib dilakukan apabila
keluar mani, selesai bersenggama (sekalipun tidak keluar mani), selesai haid atau nifas (yakni darah yang keluar
sehabis melahirkan), baru masuk Islam, sesudah sadar dari pingsan atau gila, dan meninggal dunia. Sedangkan
bagi orang yang junub atau wanita yang selesai haid, selama belum mandi besar diharamkan untuk shalat,
thawaf dan berdiam di masjid.

 Perintah Mandi Besar


• Keluar air mani;
• Bertemunya dua kemaluan;
• Hendak menghadiri shalat Jumat;
• Baru selesai haid;
• Baru selesai nifas;
 Tata cara mandi secara runtut menurut Rasulullah saw adalah:

• Mencuci kedua tangan.


• Mencuci farji (kemaluan) dengan tangan kiri. Setelah itu dituntunkan pula mencuci tangan kiri dengan tanah
(HR. Al-Bukhâri) atau cukup digantikan dengan sabun mandi.
• Berwudlu seperti wudlu untuk shalat.
• Menyiramkan air ke kepala secara merata (keramas) sambil menguceknya sampai ke dasar kulit kepala. Bagi
wanita yang berambut panjang, bila merasa kerepotan maka bisa menggelung rambutnya kemudian
menyiramnya dengan air. (HR. Jama`ah, kecuali al-Bukhari).
• Menyiramkan air ke seluruh badan (mandi) sampai rata yang dimulai dari kanan kemudian kiri. Rasulullah saw
mengakhiri mandinya dengan mencuci kaki. (HR. al-Bukhâri-Muslim).
• Selama wudlu tidak batal, maka setelah mandi boleh melaksanakan shalat tanpa perlu berwudlu lagi.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai