PENDAHULUAN
A. Teori Dasar
A.1.Definisi Fluida
Fluida adalah sebuah zat mampu alir yang ketika diberi tekanan
sekecil apa pun akan bergeser.
A.2.Kincir Air
Kincir air adalah alat yang dapat mengubah atau mengkonversi
energi potensial dari air menjadi energi kinetik. Kincir dapat
didefiniskan sebagai peralatan mekanis berbentuk roda wheel, dengan
sudu bucket atau vane pada sekeliling tepi-tepinya yang diletakkan pada
poros horsintal. Kincir air berarti kincir dengan media kerja air. Data
sejarah menunjukkan bahawa prinsip konversi energi aiar menjadi
energi mekanik telah dikenal sejak lebih 2500 tahun yang lalu dengan
memulai digunakannya kincir air sederhana yang terbuat dari kayu
sebagai mesin pembangkit tenaga. Penggunaan kincir air diawali dari
India, kemudian berkembang ke Mesir, dan berlanjut ke Eropa dan
seterusnya meramba ke Amerika.
Rancangan yang sistematik dari kincir air dimulai abad ke 18
dimana banyak dilakukan riset untuk meningkatkan kinerja kincir air
yang dirancang secara teoritik, dikembangkan oleh Poncelet dan banyak
digunakan di Inggris pada awal abad 19 (Prayatmo, 2007). Kincir dapat
didefiniskan sebagai peralatan mekanis berbentuk roda wheel, dengan
sudu bucket atau vane pada sekeliling tepi-tepinya yang diletakkan pada
poros horsintal. Kincir air berarti kincir dengan media kerja air,
disamping ada juga kincir angin dengan media kerja angin. Pada kincir
air, air beroprasi dengan tekanan atmosfer dan mengalir melalui sudu-
sudu, yang mengakibatkan kincir berputar pada putaran tertentu. Air
mengalir dari permukaan atas head race kepermukaan.
A.2.1. Klasifikasi Kincir Air
Kincir air dapat diklasifikasikan berdasarkan sistem aliran air
pendorong yaitu titik dari mana air akan mendorong sudu kincir air.
Berikut adalah klasifikasi kincir air berdasarkan titik penembak air
pipa pesat.
a. Overshot
b. Breastshot
c. Undershot
A.3.Turbin Air
Turbin air merupakan suatu pembangkit mula-mula yang
memanfaatkan energi potensial air menjadi energi mekanik dimana air
memutar roda turbin. Air yang berada pada ketinggian tertentu
memiliki energi potensial. Ketika air mengalir ke tempat yang lebih
rendah energi potensial berubah menjadi energi kinetik. Oleh turbin
air, energi kinetik dirubah menjadi energi mekanik.
Perkembangan turbin air sudah berlangsung lama. Jenis turbin air
yang paling awal dan paling sederhana adalah waterwheel, pertama
kali digunakan oleh orang-orang Yunani dan dipergunakan luas pada
abad pertengahan di Eropa. Selanjutnya berangsur-angsur muncul
berbagi jenis turbin air seperti turbin pelton yang ditemukan oleh
Lester A. Pelton pada abad kesembilan belas dan turbin Kaplan yang
ditemukan oleh Viktor Kaplan pada abad keduapuluh (Dixon & Hall,
2010).
A.3.1. Prinsip Kerja Turbin
b. Turbin Reaksi
d. Turbin Turgo
Gambar 7. turbin turgo
Sumber : https://www.alibaba.com/product-detail/China-Turgo-Turbine-Micro-
Hydro-Turbine_60773820691.html
e. Turbin Crossflow.
Salah satu jenis turbin impuls ini juga dikenal dengan nama
Turbin Michell-Banki yang merupakan penemunya. Selain itu juga
disebut Turbin Osberger yang merupakan perusahaan yang
memproduksi turbin crossflow. Turbin crossflow dapat
dioperasikan pada debit 20 litres/sec hingga 10 m3/sec dan head
antara 1 s/d 200 m.
f. Turbin Francis
f. Efisiensi total
N output
Ƞtot = x100%
N fluida
Keterangan:
Ƞtot = Efisiensi total
Noutpot = Daya output (Watt)
Nfluida = Daya fluida (Watt)
B. Tujuan Penelitian
a. Menghitung besarnya debit air berdesarkan pembukaan katup 25%, 50%,
75%, dan 100%.
b. Menghitung besarnya efisiensi total berdasarkan variasi beban dengan
pembukaan katub 50% yaitu; 2 N, 3 N, 5 N, 6 N, 7 N , dan pembukaan
katub 75% yaitu; 2 N, 4 N, 6 N, 7 N, dan 8 N.
1 4
7
5
3
6
8
9
10
11
13
14
12
Keterangan :
1. Roda air
2. Pulley pada poros roda air
3. Tali pulley
4. Pipa penyalur
5. Dial gauge
6. Bak / Reservoir
7. Sudu
8. Pembeban
9. Air dalam bak
10. Katup
11. Pompa air
12. Ember
13. Tachometer
14. Stopwatch
1. Debit (m 3 /s )
Pembukaan katub 25%
V
Q=
t
0,004
Q= = 0,00042 m3 /s
11,6
B. Perhitungan
1. Daya fluida
Pembukaan katub 25%
NFluida = ρ x g x Q x H
NFluida = 997 x 9,81 x 0,00042 x 0,8
= 3,28 Watt
2. Kecepatan sudut
50%
2x π x nx r
ɷ =
60
2 x 3,14 x 19,4 x 0,11
= = 0,22 m/s
60
2x π x nx r
ɷ =
60
2 x 3,14 x 17,5 x 0,11
= = 0,2 m/s
60
2x π x nx r
ɷ =
60
2 x 3,14 x 17 x 0,11
= = 0,19 m/s
60
2x π x nx r
ɷ =
60
2 x 3,14 x 16,5 x 0,11
= = 0,19 m/s
60
2x π x nx r
ɷ =
60
2 x 3,14 x 15,9 x 0,11
= = 0,18 m/s
60
75%
2x π x nx r
ɷ =
60
2 x 3,14 x 20 x 0,11
= = 0,23 m/s
60
2x π x nx r
ɷ =
60
2 x 3,14 x 19,4 x 0,11
= = 0,22 m/s
60
2x π x nx r
ɷ =
60
2 x 3,14 x 18,2 x 0,11
= = 0,21 m/s
60
2x π x nx r
ɷ =
60
2 x 3,14 x 17,4 x 0,11
= = 0,2 m/s
60
2x π x nx r
ɷ =
60
2 x 3,14 x 17,1 x 0,11
= = 0,19 m/s
60
3. Torsi
50%
F=2
=Fxr
= 2 x 0,11 = 0,22 N.m
F=3
=Fxr
= 3 x 0,11 = 0,33 N.m
F=5
=Fxr
= 5 x 0,11 = 0,55 N.m
F=6
=Fxr
= 6 x 0,11 = 0,66 N.m
F=7
=Fxr
= 7 x 0,11 = 0,77 N.m
75%
F=2
=Fxr
= 2 x 0,11 = 0,22 N.m
F=4
=Fxr
= 4 x 0,11 = 0,44 N.m
F=6
=Fxr
= 6 x 0,11 = 0,66 N.m
F=7
=Fxr
= 7 x 0,11 = 0,77 N.m
F=8
=Fxr
= 8 x 0,11 = 0,88 N.m
4. Daya output
50%
Nout1 =ɷx
= 0,22 x 0,22 = 0,05 Watt
Nout 2 =ɷx
= 0,2 x 0,33 = 0,06 Watt
Nout3 =ɷx
= 0,19 x 0,55 = 0,11 Watt
Nout4 =ɷx
= 0,19 x 0,66 = 0,12 Watt
Nout5 =ɷx
= 0,18 x 0,77 = 0,14 Watt
75%
Nout1 =ɷx
= 0,23 x 0,22 = 0,05 Watt
Nout2 =ɷx
= 0,22 x 0,44 = 0,09 Watt
Nout3 =ɷx
= 0,21 x 0,66 = 0,13 Watt
Nout4 =ɷx
= 0,2 x 0,77 = 0,15 Watt
Nout5 =ɷx
= 0,19 x 0,88 = 0,17 Watt
5. Efisiensi total
50%
N output 1
Ƞtot = x100%
N fluida
0,05
Ƞtot1= x100% = 1,1 %
4,77
N output 2
Ƞtot = x100%
N fluida
0,06
Ƞtot2= x100% = 1,4 %
4,77
N output 3
Ƞtot = x100%
N fluida
0,11
Ƞtot3= x100% = 2,3 %
4,77
N output 4
Ƞtot = x100%
N fluida
0,12
Ƞtot4= x100% = 2,6 %
4,77
N output 5
Ƞtot = x100%
N fluida
0,14
Ƞtot5= x100% = 3 %
4,77
75%
N output 1
Ƞtot = x100%
N fluida
0,05
Ƞtot1= x100% = 1 %
5,01
N output 2
Ƞtot = x100%
N fluida
0,1
Ƞtot2= x100% = 2 %
5,01
N output 3
Ƞtot = x100%
N fluida
0,13
Ƞtot 3= x100% = 2,8 %
5,01
N output 4
Ƞtot = x100%
N fluida
0,15
Ƞtot 4= x100% = 3,1 %
5,01
N output 5
Ƞtot = x100%
N fluida
0,17
Ƞtot5= x100% = 3,5 %
5,01
C. Tabel Perhitungan
Tabel 3. Tabel Hasil Perhitungan
BK ρair
No. F(N) n(rpm) Q(m3/s) r(m)
(%) (kg/m3)
1 2 19,4 0,00061 0,11 997
2 3 17,5 0,00061 0,11 997
3 5 17 0,00061 0,11 997
4 50 6 16,5 0,00061 0,11 997
5 7 15,9 0,00061 0,11 997
6 2 20 0,00064 0,11 997
7 4 19,4 0,00064 0,11 997
8 75 6 18,2 0,00064 0,11 997
9 7 17,4 0,00064 0,11 997
10 8 17,1 0,00064 0,11 997
Ht Nfluida Noutput
No. τ (n.m) ω(rad/s) η (%)
(m) (watt) (watt)
1 0,8 0,22 0,223 4,77 0,05 1,1
2 0,8 0,33 0,201 4,77 0,066 1,4
3 0,8 0,55 0,196 4,77 0,108 2,3
4 0,8 0,66 0,19 4,77 0,125 2,6
5 0,8 0,77 0,183 4,77 0,141 3
6 0,8 0,22 0,23 5,01 0,051 1
7 0,8 0,4 0,223 5,01 0,098 2
8 0,8 0,66 0,21 5,01 0,139 2,8
9 0,8 0,77 0,2 5,01 0,154 3,1
10 0,8 0,88 0,197 5,01 0,173 3,5
BAB III
20
Putaran (rpm)
15
50%
10 75%
0
0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18
N roda air (Watt)
20
Putaran (rpm)
15
50%
75%
10
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Ƞ total (%)
Pada grafik hubungan antara putaran dengan efisiensi roda air didapat
grafik yang turun dan didapati data-data pada pembukaan katup 50%,
yaitu pada saat nilai n= 19,4 rpm dengan pemberian beban sebesar 2N maka
efisiensi yang diperoleh adalah 1,1%; pada saat nilai n=17,5 rpm dengan
pemberian beban sebesar 3N maka efisiensinya menurun menjadi 1,4%; pada
saat nilai n=17 rpm dengan pemberian beban sebesar 5N maka efisiensi yang
diperoleh menjadi 2,3%; pada saat nilai n=16,5 rpm dengan pemberian beban
sebesar 6N maka nilai efisiensinya turun lagi menjadi 2,6%; dan pada saat nilai
n=15,9 rpm dengan pemberian beban sebesar 7N maka didapatkan efisiensi
3%. Dan pada pembukaan katup 75%, yaitu pada saat nilai n= 20 rpm dengan
pemberian beban sebesar 2N maka didapatkan efisiensi 1%; pada saat nilai
n=19,4 rpm dengan pemberian beban sebesar 4N maka efisiensinya sebesar
2%; pada saat nilai n=18,2 rpm dengan pemberian beban sebesar 6N maka
efisiensi yang diperoleh sebesar 2,8%; pada saat nilai n=17,4 rpm dengan
pemberian beban sebesar 7N maka nilai efisiensinya sebesar 3,1%; dan pada
saat nilai n=17,1 rpm dengan pemberian beban sebesar 8N maka didapatkan
efisiensi sebesar 3,5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa putaran kincir air
berbanding terbalik dengan nilai efesiensi yang dihasilkan kincir air. Hal ini
disebabkan oleh nilai gaya, jika kita lihat persamaan efisiensi total itu adalah
daya out dibagi dengan daya fluida, daya out itu sendiri adalah kecepatan sudut
kincir dikali dengan torsi, kecepatan sudut kincir dipengarungi oleh besarnya
putaran kincir, sedangkanpada torsi sangat dipengaruhi oleh gaya. Pada
pembukaan katup 50% pada putaran n=15,9 rpm dengan nilai efisiensi sama
dengan 3% yang merupakan efisiensi tertinggi pada pembukaan katup 50% hal
ini disebabkan oleh gaya yang bekerja merupakan gaya yang tertinggi pada
pembukaan katup tersebut, sehingga faktor pengalinya besar sehingga
mencapai nilai efisiensi yang maksimal pada pembukaan katup 50%. Pada
putaran n=16,5 rpm dengan nilai efisiensinya sama dengan 2,6% efisiensi ini
mengalami penurunan, hal ini disebabkan gaya yang bekerja yang menjadi
faktor pengali lebih kecil dari 7N yakni 6N. Begitu seterusnya sampai pada
efisiensi terendah yakni 1,1% hal ini karena gaya yang bekerja yang
merupakan faktor pengali yakni sebesar 2N. Begitu juga dengan pembukaan
katup 75% pada saat nilai putaran n=17,1 rpm dengan nilai efisiensi 3,5% dan
ini merupakan nilai efisinsi tertinggi hal ini dipengaruhi oleh nilai gaya
yang bekerja yang merupakan faktor pengali dengan nilai gaya sama dengan
8N dan merupakan beban terbesar, sehingga menghasilkan nilai efisiensi
terbesar, saat nilai n=17,4 rpm dengan nilai efisiensi 3,1% jika kita lihat
nilainya mengalami penurunan hal ini disebabkan gaya yang bekerja yang
merupakan faktor pengali lebih kecil dari 8N yakni 7N sehingga efisiensi turun
dari 3,5% ke 3,1%. Begitu seterusnya sampai pada nilai efisiensi terendah
pada pembukaan katup 75% yakni efisiensi 1% hal ini gaya yang bekerja yang
merupakan faktor pengali berada pada nilai terendah pada pembukaan katup
75% yakni sebesar 2N. Dan perlu diketahui bahwa putaran berbanding terbalik
dengan gaya yang bekerja. Dan gaya berbanding lurus dengan efisiensi. Pada
grafik di atas juga dapat dilihat bahwa pada pembukaan katup 50% memiliki
efisiensi yang lebih rendah dibandingkan dengan pembukaan katup 75%. Hal
ini disebabkan pada pembukaan katup 50% debit lebih kecil dibandingkan
dengan pembukaan 75%. Semakin besar debit semakin besar daya fluida.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Semakin kecil pembukaan katup maka debit air yang mengalir
akan semakin kecil pula dengan kata lain pembukaan katup berbanding
lurus dengan debit air yang mengalir.
2. Semakin besar pembukaan katup maka efisiensi kincir air akan semakin
besar juga, hal ini disebabkan karena adanya pertambahan jumlah air
yang mengalir maka kecepatan putaran kincir air semakin tinggi.
B. Saran
1. Laboratorium
Mempertahankan kebersihan lab
Mempertahankan kerapian lab
Menambahkan pendinginruangan
2. Asisten
Mempertahankan Keramahan
Memperbaiki Artikulasi
Mempertahankan Ketegasan