Anda di halaman 1dari 20

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR

Oleh:

Jihad Fahmi Kelas 4 MI Al-Hidayah

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

KATA PENGANTAR
Dengan segenap puja dan puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan tugas tentang Waduk Jati Luhur Sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air ini. Adapun tujuan penyusunan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas pengganti dikarenakan tidak mengikuti rekreasi ke Waduk Jatiluhur. Saya menyadari bahwa proses penulisan tugas ini masih jauh dari

kesempurnaan atau masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam materi, penyusunan tata penulisan kalimat maupun dalam segi penyusunan tata gambar. Namun demikian, saya telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dalam memenuhi salah satu syarat ketuntasan. Amin

Depok, 17 Desember 2011

Jihad Fahmi

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... DAFTAR ISI .......................................................................................... BAB I: PENDAHULUAN ..................................................................... BAB II: PEMBAHASAN ..................................................................... 1. Penjelasan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) ................ 2. Jenis Jenis PLTA ............................................................. a. PLTA run off River ......................................................... b. PLTA dengan kolam tando .............................................. 3. Waduk Jatiluhur ................................................................... a. Lokasi Bendungan Jaitluhur ............................................ b. Bendungan Jatiluhur ........................................................ c. Gagasan Pembangunan Bendungan Jatiluhur .................. d. Masa Pembangunan Bendungan Jatiluhur ....................... BAB III PENUTUP ............................................................................. DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

2 3 4 5 5 8 8 9 10 10 10 15 17 19 19

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang dari penulisan ini adalah untuk mengetahui fungsi lain Waduk Jatiluhur yang di ketahui selama ini sebagai tempat rekreasi adalah sebagai tempat PLTA. Air selalu mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, aliran air ini dapat digunakan sebagai sumber energi. Aliran air yang sangat deras merupakan sumber energi gerak, energi gerak dimanfaatkan untuk energi listrik. Aliran air yang makin banyak dan deras menghasilkan listrik yang makin besar. Pada stasiun pembangkit listrik tenaga air air biasanya dibendung, sehingga permuakaannya semakin tinggi. Stasiun pembangkit listrik listrik tenaga air biasanya di bangun di wilayah perbukitan yang sering terjadi hujan. Maka dari itu, alasan waduk Jatiluhur di jadikan tempat PLTA, salah satunya adalah wilayah yang cocok sebagai tempat PLTA yaitu wilayah perbukitan yang sering terjadi hujan.

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

BAB II PEMBAHASAN

1. Penjelasan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)


Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) merupakan salah satu pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan berupa air. Salah satu keunggulan dari pembangkit ini adalah responnya yang cepat sehingga sangat sesuai untuk kondisi beban puncak maupun saat terjadi gangguan di jaringan. Selain kapasitas daya keluarannya yang paling besar diantara energi terbarukan lainnya, pembangkit listrik tenaga air ini juga telah ada sejak dahulu kala. Berikut ini merupakan penjelasan singkat mengenai pembangkit listrik tenaga air serta keberadaan potensi energi air yang masih belum digunakan. Tenaga air telah berkontribusi banyak bagi pembangunan kesejahteraan manusia sejak beberapa puluh abad yang lalu. Beberapa catatan sejarah mengatakan bahwa penggunaan kincir air untuk pertanian, pompa dan fungsi lainnya telah ada sejak 300 SM di Yunani, meskipun peralatan-peralatan tersebut kemungkinan telah digunakan jauh sebelum masa itu. Pada masa-masa antara jaman tersebut hingga revolusi industri, aliran air dan angin merupakan sumber energi mekanik yang dapat digunakan selain energi yang dibangkitkan dari tenaga hewan. Perkembangan penggunaan energi dari air yang mengalir kemudian berkembang secara berkelanjutan sebagaimana dicontohkan pada desain tenaga air yang menakjubkan pada tahun 1600-an untuk istana Versailles dibagian luar Paris, Prancis. Sistem tersebut memiliki kapasitas yang sepadan dengan 56 kW energi listrik. Sistem tenaga air mengubah energi dari air yang mengalir menjadi energi mekanik dan kemudian biasanya menjadi energi listrik. Air mengalir melalui kanal (penstock) melewati kincir air atau turbin dimana air akan menabrak sudu-sudu yang menyebabkan kincir air ataupun turbin berputar. Ketika digunakan untuk 5

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

membangkitkan energi listrik, perputaran turbin menyebabkan perputaran poros rotor pada generator. Energi yang dibangkitkan dapat digunakan secara langsung, disimpan dalam baterai ataupun digunakan untuk memperbaiki kualitas listrik pada jaringan. Jumlah daya listrik yang dapat dibangkitkan pada suatu pusat pembangkit listrik tenaga air tergantung pada ketinggian (h) dimana air jatuh dan laju aliran airnya. Ketinggian (h) menentukan besarnya energi potensial (EP) pada pusat pembangkit (EP = m x g x h). Laju aliran air adalah volume dari air (m3) yang melalui penampang kanal air per detiknya (q m3/s). Daya teoritis kasar (P kW) yang tersedia dapat ditulis sebagai:

Daya yang tersedia ini kemudian akan diubah menggunakan turbin air menjadi daya mekanik. Karena turbin dan peralatan elektro-mekanis lainnya memiliki efisiensi yang lebih rendah dari 100% (biasanya 90% hingga 95%), daya listrik yang dibangkitkan akan lebih kecil dari energi kasar yang tersedia. Gambar 1 menunjukkan pusat pembangkit listrik tenaga air pada umumnya.

Gambar 1. Pembangkit listrik tenaga air umumnya Laju q dimana air jatuh dari ketinggian efektif h tergantung dari besarnya luas penampang kanal. Jika luas penampang kanal terlalu kecil, daya keluaran akan lebih kecil dari daya optimal karena laju air q dapat lebih besar. Di lain pihak, ukuran kanal tidak dapat dibuat besar secara sembarangan karena laju air q yang melalui kanal tergantung dari laju pengisian air pada reservoir air di belakang bendungan. Volume air pada reservoir dan ketinggian h yang bersangkutan, tergantung dari laju air yang masuk ke dalam reservoir. Selama musim kering, ketinggian air pada reservoir dapat berkurang karena jumlah air dalam reservoir lebih sedikit. Selama musim hujan, ketinggiannya dapat naik kembali karena air yang masuk dari berbagai

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

aliran air yang mengisi bendungan. Fasilitas pembangkit listrik tenaga air harus di desain untuk menyeimbangkan aliran air yang digunakan untuk membangkitkan energi listrik dan jumlah air yang mengisi reservoir melalui sumber alami seperti curahan hujan, salju, dan aliran air lainnya. Pembangkit listrik tenaga air merupakan aplikasi energi terbarukan yang terbesar dan paling matang secara teknologi, dimana terdapat 678.000 MW kapasitas daya listrik yang terpasang di seluruh dunia, yang menghasilkan lebih dari 22% listrik dunia (2564 TWh/tahun pada 1998). Dalam hal ini, 27.900 MW merupakan pembangkit skala kecil yang menghasilkan listrik 115 TWh/tahun. Di eropa barat, pembangkit listrik tenaga air berkontribusi sebesar 520 TWh listrik pada tahun 1998, atau sekitar 19% dari energi listrik di Eropa (sehingga menghindari emisi dari sejumlah 70 juta ton CO2 per tahun-nya). Pada sejumlah negara di Afrika dan Amerika Selatan, pembangkit listrik tenaga air merupakan sumber listrik yang menghasilkan lebih 90% kebutuhan energi listriknya. Gambar 2 memperlihatkan pembangkitan energi listrik dari air dunia yang meningkat secara dinamis tiap tahunnya. Di samping pembangkit listrik tenaga air yang berkapasitas besar yang telah ada, masih terdapat ruang untuk pengembangan lebih jauh dimana diperkirakan hanya sekitar 10% dari total potensi air di dunia yang telah digunakan. Grafik 1. Pembangkitan energi listrik tenaga air dunia dalam TWh terhadap tahun

Hampir semua proyek pembangkit listrik tenaga air memiliki skala yang besar, yang biasanya didefinisikan kapasitasnya lebih besar dari 30 MW. Tabel 1 menampilkan perbandingan antara beberapa ukuran pembangkit listrik tenaga air.

Tabel 1. Kapasitas beberapa pembangkit energi listrik tenaga air

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

Air yang tersimpan dapat digunakan ketika dibutuhkan, baik secara terusmenerus (jika ukuran reservoirnya cukup besar) atau hanya saat beban listrik sangat dibutuhkan (beban puncak). Keuntungan dari pengaturan penyimpanan air ini tergabung dengan kapabilitas alami dari pembangkit listrik tenaga air yang memiliki respon yang cepat dalam ukuran menit terhadap perubahan beban. Oleh karena itu, pembangkit jenis ini sangat berharga karena memiliki pembangkitan listrik yang fleksibel untuk mengikuti perubahan beban yang terduga maupun yang tak terduga. Pembangkit listrik tenaga air berskala besar telah berkembang dengan baik dan digunakan secara luas. Di perkirakan bahwa 20% hingga 25% dari potensi air skala besar di dunia telah dikembangkan. Pembangkit listrik tenaga air skala besar merupakan sumber energi terbarukan yang paling diinginkan berdasarkan ketersediaan dan fleksibilitas dari sumber energinya. Pada tahun 2008 telah dibangun proyek Three Gorges Dam yaitu PLTA dengan skala 22.5 GW dengan membendung sungai Yangtse di Cina dan merupakan PLTA terbesar di dunia saat ini. Pembangunan PLTA berskala besar membutuhkan biaya awal yang besar sementara biaya operasinya sangat kecil. Hal ini berbeda dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil seperti batu bara dan diesel. Di Indonesia terdapat banyak sekali potensi air yang masih belum dimanfaatkan. Seperti sungai-sungai besar maupun kecil yang terdapat di berbagai daerah. Hal ini merupakan peluang yang bagus untuk pengembangan energi listrik di daerah khususnya daerah yang belum terjangkau energi listrik. Pengembangan dapat dilakukan dalam bentuk mikrohidro ataupun pikohidro yang biayanya relatif kecil. Proyek ini dapat dilakukan secara mandiri, seperti yang telah dilakukan oleh tim PALAPA HME ITB di kampung Cilutung dan Awilega, desa Jayamukti kabupaten Garut, Jawa Barat.

2. Jenis Jenis PLTA


Ditinjau dari cara membendung air, PLTA dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu :

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

A. PLTA run off river, air sungai dialihkan dengan menggunankan dam yang dibangun memotong aliran sungai. Air sungai ini kemudian disalurkan ke bangunan air PLTA. Daya yang dapat dibangkitkan tergantung pada debit air sungai, namun dari segi pembiayaan PLTA run off river ini lebih murah dibandingkan dengan PLTA kolam tando.

Gambar 2. Prinsip Kerja PLTA Run Off River

B. PLTA dengan kolam tando (reservoir), air sungai dibendung dengan bendungan besar agar terjadi penimbunan air sehingga terjadi kolam tando. Selanjutnya air dari kolam tando ini akan disalurkan ke bangunan air PLTA. PLTA kolam tando memiliki keuntungan dari segi kestabilan, karena jika musim kemarau, kekurangan air diatasi dengan mengambil air dari timbunan air dikolam tando dan hal ini tidak dapat dilakukan pada PLTA run off river. Namun PLTA kolam tando membutuhkan wilayah yang luas dan bendungan yang besar, sehingga biaya investasinya akan lebih mahal.

Gambar 3. Potongan memanjang pipa pesat PLTA Sutami (PLTA dengan kolam tando reservoir)

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

Adanya penimbunan air terlebih dahulu dalam kolam tando sehingga sewaktu musim hujan, di mana besar debit air sungai melebihi kapasitas penyaluran air bangunan air PLTA, air dapat ditampung dalam kolam tando. Pada musim kemarau, di mana debit air sungai lebih kecil daripada kapasitas penyaluran air bangunan PLTA, selisih kekurangan air ini dapat diatasi dengan mengambil air dari timbunan air yang ada dalam kolam tando. Inilah keuntungan penggunaan kolam tando pada PLTA. Hal ini tidak dapat dilakukan pada PLTA run off river. Daya yang dapat dibangkitkan pada PLTA run off river tergantung pada debit air sungai. Tetapi PLTA run off river biaya pembangunannya lebih murah daripada PLTA dengan kolam tando (reservoir) karena kolam tando memerlukan bendungan yang besar dan juga memerlukan daerah genangan yang luas.

3.Waduk Jatiluhur
a. Lokasi Bendungan Jatiluhur

Berjarak kurang lebih 100 km arah Tenggara Jakarta, yang dapat dicapai melalui jalan tol Jakarta Cikampek dan jalan tol Cipularang (ruas Cikampek Jatiluhur), dan 60 km arah Barat Laut Bandung, yang dapat dicapai melalui jalan tol Cipularang (ruas bandung Jatiluhur). Dari Kota Purwakarta sekitar 7 km arah barat. Berdasarkan koordinat geografis, posisi Tubuh Bendungan Jatiluhur berada pada 6o31 Lintang Selatan dan 107o23 Bujur Timur. Kotak merah pada gambar kiri menunjukkan posisi Bendungan Jatiluhur pada peta. b. Bendungan Jatiluhur Bendungan Jatiluhur merupakan bendungan terbesar di Indonesia, membendung aliran Sungai Citarum di Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta Provinsi

10

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

Jawa Barat, membentuk waduk dengan genangan seluas 83 km 2 dan keliling waduk 150 km pada elevasi muka air normal +107 m di atas permukaan laut (dpl). Gambar disamping adalah denah area Waduk Jatiluhur sebelum dan sesudah penggenangan. Luas daerah tangkapan Bendungan Jatiluhur adalah 4.500 km 2. Sedangkan luas daerah tangkapan yang langsung ke waduk setelah dibangun Bendungan Saguling dan Cirata di hulunya menjadi tinggal 380 km2, yang merupakan 8% dari keseluruhan daerah tangkapan. Daerah tangkapan (upper Citarum) meliputi wilayah Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta. Pada Awalnya dirancang memiliki kapasitas tampungan 3 milyar m3, namun saat ini tinggal 2,44 milyar m3 (hasil pengukuran batimetri tahun 2000) akibat sedimentasi. Namun demikian setelah dibangun Bendungan Saguling dan Cirata di atasnya, laju sedimentasi semakin menurun. Bendungan Jatiluhur merupakan bendungan multiguna, dengan fungsi sebagai pembangkit listrik dengan kapasitas terpasang 187,5 MW, pengendalian banjir di Kabupaten Karawang dan Bekasi, irigasi untuk 242.000 ha, pasok air untuk rumah tangga, industri dan penggelontoran kota, pasok air untuk budidaya perikanan air payau sepanjang pantai utara Jawa Barat seluas 20.000 ha, dan pariwisata. Bendungan ini mulai dibangun pada tahun 1957 ditandai dengan peletakkan batu pertama pembangunan oleh Presiden RI pertama Ir. Soekarno. Tanggal 19 September 1965 merupakan kunjungan terakhir Ir. Soekarno ke Bendungan Jatiluhur, yakni sebelas hari sebelum pecahnya peristiwa G 30 S PKI. Pada kesempatan tersebut sempat dilaksanakan Sidang Kabinet Dwikora.

Gambar 3: Denah Area Bendungan Ir. H. Djuanda Sebelum Penggenangan

11

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

Gambar 4: Citra Satelit Waduk Jatiluhur

Gambar 5: Foto Bendungan Jatiluhur (diambil tahun 2000) Peresmian oleh Presiden RI Kedua Jenderal Soeharto pada tanggal 26 Agustus 1967. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan Bendungan Ir. H. Djuanda hingga selesai adalah US$ 230 juta. Biaya ini meliputi biaya dalam bentuk dolar dan rupiah.

Gambar 6 : Peresmian Konstruksi Bendungan Jatiluhur. (Sumber: Menyimak Bendungan di Indonesia (1910 2006) KNI-BB, Yayasan Kilas Teknologi Konstruksi Indonesia)

12

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

Gambar 7: Kunjungan terakhir Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno, ke Bendungan Jatiluhur

Gambar 8 : Pegawai dan masyarakat Menyambut kedatangan Presiden Pertama RI,. Soekarno

Gambar 9: Foto Peresmian Bendungan Jatiluhur Terlihat dalam gambar di atas Ibu Tien Soeharto sedang melakukan pengguntingan pita sebagai tanda diresmikannya Bendungan Jatiluhur. Foto di bawah ini memperlihatkan Presiden Pertama RI Jenderal Soeharto sedang berada di Gedung Istora dan kemudian berjalan menuju ke arah Hotel Pasanggrahan.

13

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

Gambar 10: Presiden Soeharto sedang menikmati hidangan di Gedung Istora

Gambar 11: Presiden Soeharto, berjalan menuju Hotel Istora

Gambar 12: Foto Ir. H. Djuanda Untuk mengenang jasa Ir. H. Djuanda (nama lengkap Ir. H. R. Djoeanda Kartawidjaja) dalam memperjuangkan pembiayaan pembangunan Bendungan Jatiluhur, bendungan ini dinamakan secara resmi Bendungan Ir. H. Djuanda. Beliau adalah Perdana Menteri RI terakhir dan memimpin kabinet Karya (1957 1959). Ir H

14

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

Djuanda Kartawidjaja, lulusan Technische Hogeschool (Sekolah Tinggi Teknik) sekarang Institut Teknologi Bandung (ITB), yang sebelumnya pernah menjabat menteri di antaranya Menteri Perhubungan, Pengairan, Kemakmuran, Keuangan dan Pertahanan. Beliau bersama-sama dengan Ir. Sedijatmo dengan gigih memperjuangkan terwujudnya proyek Jatiluhur di Pemerintah Indonesia dan forum internasional. Pada kunjungan terakhirnya Ir. Soekarno menyampaikan perintah untuk menyelesaikan pembangunan Bendungan Jatiluhur pada akhir April 1966, namun tidak terlaksana karena pemberontakkan G 30 S PKI.

Gambar 13: Kunjungan Wakil Presiden Drs. Moch. Hatta di Bendungan Jatiluhur tanggal 25 September 1956 c. Gagasan Pembangunan Bendungan Jatiluhur Gagasan pembangunan bendungan di Sungai Citarum dudah dimulai pada abad ke-19 oleh para ahli pengairan pada waktu itu dengan telah dilakukannya survey awal antara lain survey topografi dan hidrologi. Bahkan pengukuran debit Sungai Citarum untuk keperluan bendungan dan irigasi telah di mulai pada tahun 1888. Gagasan pembangunan tersebut kemudian dikembangkan dan disempurnakan oleh Prof. Dr. Ir. W.J. van Blommestein, seorang ahli pengairan Belanda pada tahun 1930. Gagasan ini untuk pertama kali dipresentasikan pada pertemuan tahunan Persatuan Insinyur Kerajaan Belanda (Koninklijk Instituut van Ingenieurs atau KIVI) tanggal 18 Desember 1948 di Jakarta dengan judul Een Federaal Welvaartsplan voor het Westelijk Gedeelte van Java. Ketika itu, Prof. Ir. W.J. van Blommestein, Kepala Perencanaan Jawatan Pengairan Belanda, sudah melakukan survey secara lebih rinci untuk membuat rencana pembangunan tiga waduk besar di sepanjang aliran sungai Citarum; Saguling (sebelumnya dinamakan Waduk Tarum oleh Prof. Ir. W.J. van Blommestein), Cirata dan Jatiluhur.

15

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

Selanjutnya Prof. W.J. van Blommestein sampai kepada sebuah gagasan dimana selain potensi tiga waduk di Sungai Citarum, juga ada potensi pengembangan antar Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk sungai-sungai di Pulau Jawa, yang dikenal dalam tulisannya berjudul A Development Project for the Island of Java and Madura pada Agustus 1979. Gagasannya waktu itu adalah Jatiluhur hanya dikembangkan untuk kepentingan irigasi dan pembangunan kanal untuk transportasi air dari Anyer sampai Surabaya melewati Solo. Prof. Ir. Wilem Johan van Blommestein lahir di Kertasura Kota Solo tanggal 15 Mei 1905 dan meninggal pada tanggal 11 Agustus 1985. Kuliah di Institut Teknologi Bandung pada tahun 1924 dan lulus dengan mendapar gelar insinyur pada tahun 1928. Pada ini juga beliau langsung ditugaskan ke wilayah afdeling Karawang. Setahun kemudian beliau pindah ke Purworejo, bekerja sebagai insinyur dibidang keirigasian. Tahun 1931 sampai 1934 beliau bertugas di Yogyakarta

Gambar 17 : Foto Prof. Ir. Wilem Johan van Blommestein. Karya lainnya adalah salah satu bendungan terbesar di dunia yang dibangun di Suriname, yang kemudian diberi nama Bendungan Blommestein. Bendungan ini memiliki luas genangan 1.560 km2, dengan tinggi 54 m. Panjang puncak bendungan keseluruhan 12.000 m. Luas daerah tangkapan 12.000 km2. Bendungan mulai dibangun tahun 1960 dan selesai tahun 1964.

Gambar 18: Foto Bendungan Blommestein

16

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

Gagasan Prof. Dr. Ir. W.J. van Blommestein kemudian dikaji ulang oleh Ir. Van Scravendijk tahun 1955 dengan tulisan berjudul Integrated Water Resources Development in Citarum River Basin (240,000 ha sawah). Gagasan ini kemudian dilengkapi oleh Ir. Abdullah Angudi tahun 1960 melalui nota pengelolaan sehingga menjadi Rencana Induk Pengembangan Proyek Serbaguna Jatiluhur. Gagasan untuk membangun sebuah bendungan di aliran sungai Citarum dirintis kembali pada era tahun 1950-an. Ir. Agus Prawiranata sebagai Kepala Jawatan Irigasi waktu itu mulai memikirkan pengembangan jaringan irigasi untuk mengantisipasi kecukupan beras dalam negeri. Ketika itu, Indonesia sudah menjadi negara pengimpor beras terbesar dunia. Namun untuk membangun bendungan dengan skala besar, ketika itu masih menjadi bahan tertawaan, karena Pemerintah RI belum punya uang. Lalu ide ini dibahas bersama Ir. Sedyatmo, yang ketika itu menjabat sebagai Kepala Direksi Konstruksi Badan Pembangkit Listrik Negara, Direktorat Jenderal Ketenagaan, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. Kebetulan waktu itu PLN punya anggaran dan memang sedang berupaya mencari pengganti sumber daya listrik yang masih menggunakan minyak, karena memang mahal. Lalu, Ir. Sediyatmo menugaskan Ir. P.C. Harjosudirdjo (sekarang; Prof. DR. Ir. P.K. Haryasudirja) ketika itu sebagai Asisten Kepala Direksi Konstruksi PLN, untuk merancang Bendungan Jatiluhur ini. Sebelum pembangunan Bendungan Jatiluhur, bagian utara Provinsi Jawa Barat telah dibangun beberapa prasarana sumber daya air, seperti Bendung Walahar, Pundong, Salamdarma, Barugbug dan sebagainya. Namun masing-masing prasarana sumber daya air tersebut belum terintegrasi dan sebagaimana fungsi bendung, tidak dapat menampung air dimusim hujan sehingga pada musim hujan selalu banjir dan kekeringan pada musim kemarau. Intensitas tanam (crop intensity) hanya 1, yakni 1 kali tanam setahun. Kemudian daerah pertanian tersebut sebagian besar dikuasai para tuan tanah, dan petani sebagian besar adalah penggarap yang tidak memiliki tanah. Hal penting yang juga menjadi pertimbangan saat itu, menurut Prof. DR. Ir. P.K. Haryasudilja, ketika itu sebagai Asisten Urusan Jatiluhur yang menangani urusan perencanaan maupun pelaksanaan pembangunannya, adalah pertimbangan suplai air ke Jakarta. Ketika itu pelabuhan Tanjung Priok tak pernah disinggahi kapal-kapal asing, karena tidak cukup air untuk perbekalan kapal. Sehingga kegiatan eksporimpor dari Tanjung Priok tersendat. Haryasudirja yang membuat spesifikasi bendungan Jatiluhur, mengaku meniru gaya bendungan terbesar di dunia, yaitu bendungan Aswan di Mesir. Menggunakan konsultan dari Perancis yang sudah berpengalaman dalam membangun bendungan besar.

17

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

d. Masa Pembangunan Bendungan Jatiluhur Masa pembangunan Proyek Jatiluhur juga unik, sebab sempat mengalami sembilan kali pergantian kabinet dari Kabinet Karya Tahun 1957 sampai Kabinet Ampera Tahun 1967. Menteri-menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga pada masa pembangunan Bendungan Jatiluhur adalah Ir. Pangeran Mohamad Noor, Ir. Sardjono Dipokusumo, Mayjen D. Suprayogi, dan Dr. Ir. Sutami. Tahun 1965 Menteri PUT dalam kompartemen Pembangunan Mayjen D. Suprayogi membawahi 6 kementerian yaitu: Kementerian Listrik dan Tenaga Ir. Setiadi Reksoprodjo, Menteri Pengairan Dasar Ir. Petrus Kanisius Hardjosudirdjo, Menteri Binamarga Mayjen Hartawan Wirjodiprodjo, Menteri Ciptakarya dan Konstruksi David Cheng, Menteri trans Sumatera Ir. Bratanata dan Menteri Negara diperbantukan pada Menteri Koordinator Pekerjaan Umum dan Tenaga Ir. Sutami. Hal yang perlu dicatat dari periode pembangunan ini adalah Perancis tidak pernah menyelesaikan pembangunan Bendungan Jatiluhur. Pada tanggal 15 Oktober 1965, yakni 15 hari setelah pecah G 30 S PKI, para tenaga ahli asing kembali ke negaranya. Pada saat itu sebagian konstruksi menara pelimpah utama bagian atas belum selesai dan Bendungan pelana Pasirgombong Barat dan timur sama sekali belum dibuat. Penyelesaian pekerjaan yang tersisa tersebut dilaksanakan secara swakelola oleh tenaga ahli dari Indonesia dengan memanfaatkan peralatan yang ditinggalkan. Namun demikian pada saat peresmian Bendungan Jatiluhur oleh Presiden Soeharto, pekerjaan masih belum selesai seratus persen. Pelimpah pembantu (auxiliary) yang berada di tumpuan kiri Bendungan Pelana Ubrug belum sesuai dengan rencana awalnya, yakni penggunaan pintu radial pada kedua jendelanya. Hal ini disebabkan biaya untuk penyelesaian tidak tersedia lagi. Agar Bendungan Jatiluhur dapat beroperasi sesuai rencana, pada keempat jendela pelimpah pembantu Ubrug dibuat beton lunak lengkung yang puncaknya mencapai elevasi +111,6 m, yakni elevasi banjir maksimum. Pelimpah pembantu Ubrug dioperasikan dengan cara meledakkan beton lunak lengkung. Namun demikian selama operasi Bendungan Jatiluhur, pelimpah pembantu tersebut belum pernah dioperasikan. Berikut adalah tenaga ahli/insinyur periode awal pembangunan Bendungan Jatiluhur: 1. Ir. Patti (tidak sampai selesai) 2. Ir. Masduki Umar 3. Ir. Ahmad Musa

18

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

4. Ir. Donardi Senosarto 5. Ir. Sutopo 6. Ir. Sudarjo 7. Ir. Asban Basiran (saat ini masih membantu Direksi PJT II sebagai Tenaga Senior dibidang Bendungan) 8. Ir. Samsiar

BAB III PENUTUP

A.

Simpulan Berdasarkan pembahasan mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Air dapat

disimpulkan bahwa : 1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah salah satu solusi yang baik dalam mengatasi masalah kelangkaan energi karena penerapannya yang sangat berpotensi bagi perairan di Indonesia. 2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan pembangkit energi yang bersih dan terbarukan (clean and renewable energy) karena memanfaatkan energi potensial, kinetik, dan mekanik yang ada pada air yang mengalir pada suatu ketinggian tertentu untuk kemudian dikonversi menjadi energi listrik. 3. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit listrik yang sangat ekonomis dan tentunya sangat terjangkau oleh masyarakat untuk mendapatkan energi listrik dari pembangkit ini. 4. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dapat menjadi alat yang amput dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada suatu negara karena dari segi bertambahnya permintaan akan sumber energi oleh masyrakat yang ada di Negara di seluruh dunia.

DAFTAR PUSTAKA

19

WADUK JATILUHUR DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TENAGA AIR

Haryanto. SAINS untuk Sekolah Dasar Kelas IV, Jakarta: Erlangga, 2006 Sasongko, Firman. Sekilas Mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Air. Style Sheet. http://konversi.wordpress.com/2010/05/01/sekilas-mengenai-pembangkit-listriktenaga-air-plta Sdy. Pembangkit Listrik Tenaga Hidro. Style Sheet. http://arcsigclinic-

sdy.blogspot.com/2011/02/pembangkit-listrik-tenaga-hidro.html Ahira, Anne. Konsep Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Air. http://

www.anneahira.com /pembangkit-listrik-tenaga-air.htm

20

Anda mungkin juga menyukai