BAB I
PENDAHULUAN
2. Breastshot
3. Undershot
b. Daya turbin
Daya turbin adalah kecepatan melakukan kerja dimana
kecepatan melakukan kerja ini diakibatkan oleh turbin. Daya turbin
sangat dipengaruhi paling besar oleh banyak serta tinggi air jatuh,
dikarenakan nlai berat jenis air dan efisiensi turbin adalah konstan,
jadi semakin besar nilai Q dan H, maka daya turbin akan semakin
besar.
c. Efisiensi turbin
Efisiensi turbin tidak tetap nilainya, tergantung dari keadaan
beban dan jenis turbinnya. Kinerja dari suatu turbin dapat
dinyatakan dalam beberapa keadaan: tinggi terjun maksimum,
tinggi terjun minimum, tinggi terjun normal, dan tinggi terjun
rancangan.
Pada tinggi terjun rancangan turbin akan memberikan
kecepatan terbaiknya sehingga efisiensinya mencapai maksimum.
Dalam tabel disajikan efisiensi turbin untuk berbagai kondisi
sebagai gambaran mengenai kisaran nilai efisiensi terhadap beban
dan jenis turbin.
Sampai saat sekarang, penggunaan kincir air masih banyak
ditemui karena sifat-sifatnya yang murah, sederhana, serta mudah
dan murah dalam pembuatan dan perawatannya. Walaupun
mempunyai banyak kekurangan dibandingkan dengan turbin air,
teknologinya yang sangat sederhana ini cocok digunakan didaerah
pedesaan yang terpencil, asalkan daerah tersebut memiliki potensi
sumber tenaga air yang cukup terjamin.
Kincir air adalah yang pembuatannya paling banyak ditiru,
yang bekerjanya memanfaatkan kapasitas air (V). Faktor yang
harus diperhatikan pada kincir air selain energi tempat adalah
1. Turbin Impuls
2. Turbin Reaksi
3. Turbin Pelton
4. Turbin Turgo
5. Turbin Crossflow.
Salah satu jenis turbin impuls ini juga dikenal dengan nama
Turbin Michell-Banki yang merupakan penemunya. Selain itu
juga disebut Turbin Osberger yang merupakan perusahaan yang
memproduksi turbin crossflow. Turbin crossflow dapat
dioperasikan pada debit 20 litres/sec hingga 10m33/sec dan head
antara 1 s/d 200 m.
6. Turbin Francis
b. Daya fluida
NFluida = ρ x g x Q x H (2)
Keterangan:
NFluida = Daya fluida (Watt)
ρ = Massa jenis air (Kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/ s2)
Q = Debit (m3/s)
H = Head (mH2O)
c. Kecepatan sudut
2x π x nx r
ɷ ¿
60
(3)
Keterangan:
ɷ = Kecepatan sudut (m/s)
n = Putaran poros roda air (rpm)
r = Jari-jari pulley pembebanan (m)
π = 3,14
d. Torsi
=Fxr (4)
Keterangan:
= Torsi (N.m)
F = Gaya beban (N)
r = Jari-jari pulley pembebanan (m)
e. Daya output
Noutput = ɷ x (5)
Keterangan:
ɷ = Kecepatan sudut (m/s)
= Torsi (N.m)
f. Efisiensi total
N output
Ƞtot ¿ x 100% (6)
Nfluida
Keterangan:
Ƞtot = Efisiensi total
Noutput = Daya output (Watt)
Nfluida = Daya fluida (Watt)
1. Memeriksa keadaan alat yang akan digunakan pada pengujian Roda air
serta memeriksa keadaan katup apakah dalam kondisi baik.
2. Menghubungkan pompa dengan sumber listrik.
3. Mempersiapkan ember berkapasitas 0,004 m3 dalam keadaan kosong dan
stopwatch.
4. Menampung air yang keluar dari pompa dan menghitung waktu air
memenuhi ember dengan stopwatch.
5. Mengulangi prosedur percobaan pada point 4 sebanyak dua kali untuk
pembukaan yang sama.
6. Setelah itu, mengubah katup dengan bukaan 25%, 50%, 75%, dan 100%.
Kemudian mengulangi prosedur percobaan pada point 3 sampai 6.
7. Mengatur debit air dengan bukaan 75%.
8. Mengatur variasi beban pada roda air, yaitu 3N, 4N, 5N, 7N, dan 8N.
9. Setelah itu menghitung jumlah putaran roda air dengan tachometer.
10. Setelah itu mengubah katup dengan bukaan 100%.
11. Mengatur variasi beban pada roda air, yaitu 3N, 4N, 6N, 8N, dan 9N.
12. Mengulang langkah 9.
13. Setelah pengambilan data selesai matikan pompa dengan memutuskan
sumber listrik.
14. Membersihkan dan mengembalikan alat yang digunakan dalam pengujian
pada tempat semula
BAB II
PENGUJIAN
II.1.1 Debit (m 3 /s )
a. Pembukaan katup 25%
t 1+t 2+t 3
t= 3
10,35+ 10,08+10,44
=
3
= 10,29 s
V
Q=
t
0,004
=
10,29
= 0,000388 m 3 /s
V
Q =
t
0,004
Q =
8,56
= 0,000467 m 3 /s
II.2 Perhitungan
II.2.1 Daya fluida
a. Pembukaan katup 75%
NFluida = ρ x g x Q x H
NFluida = 997 x 9,81 x 0,000539 x 0,8
= 4,22 Watt
b. Pembukaan katup 100%
NFluida = ρ x g x Q x H
NFluida = 997 x 9,81 x 0,000579 x 0,8
= 4,53 Watt
2x π x nx r
ɷ = 60
2 x 3,14 x 42 x 0,11
=
60
= 0,48 m/s
2x π x nx r
ɷ = 60
2 x 3,14 x 40,2 x 0,11
=
60
= 0,46 m/s
2x π x nx r
ɷ = 60
2 x 3,14 x 38,6 x 0,11
=
60
= 0,44 m/s
2x π x nx r
ɷ = 60
2 x 3,14 x 35,6 x 0,11
=
60
= 0,41 m/s
2x π x nx r
ɷ = 60
2 x 3,14 x 34,2 x 0,11
=
60
= 0,39 m/s
b. 100%
2x π x nx r
ɷ = 60
2 x 3,14 x 43,8 x 0,11
=
60
= 0,50 m/s
2x π x nx r
ɷ = 60
2 x 3,14 x 42 x 0,11
=
60
= 0,48 m/s
2x π x nx r
ɷ = 60
2 x 3,14 x 38,9 x 0,11
=
60
= 0,44 m/s
2x π x nx r
ɷ = 60
2 x 3,14 x 35,9 x 0,11
=
60
= 0,41 m/s
2x π x nx r
ɷ = 60
2 x 3,14 x 34,5 x 0,11
=
60
= 0,40 m/s
II.2.3 Torsi
a. 75%
F =3
=Fxr
= 3 x 0,11 = 0,33 N.m
F =4
=Fxr
= 4 x 0,11 = 0,44 N.m
F =5
=Fxr
= 5 x 0,11 = 0,55 N.m
F =7
=Fxr
= 7 x 0,11 = 0,77 N.m
F =8
=Fxr
= 8 x 0,11 = 0,88 N.m
b. 100%
F=3
=Fxr
= 3 x 0,11 = 0,33 N.m
F=4
=Fxr
= 4 x 0,11 = 0,44 N.m
F=6
=Fxr
= 6 x 0,11 = 0,66 N.m
F=8
=Fxr
= 8 x 0,11 = 0,88 N.m
F=9
=Fxr
= 9 x 0,11 = 0,9 N.m
Nout 2 = ɷ x T
= 0,46 x 0,44
= 0,2024 Watt
Nout3 = ɷ x T
= 0,44 x 0,55
= 0,242 Watt
Nout4 = ɷ x T
= 0,41 x 0,77
= 0,3157 Watt
Nout5 = ɷ x T
= 0,39 x 0,88
= 0,3423 Watt
b. 100%
Nout1 = ɷ x T
= 0,50 x 0,33
= 0,165 Watt
Nout2 = ɷ x T
= 0,48 x 0,44
= 0,2112 Watt
Nout3 = ɷ x T
= 0,48 x 0,66
= 0,3168 Watt
Nout4 = ɷ x T
= 0,41 x 0,88
= 0,3608 Watt
Nout5 = ɷ x T
= 0,40 x 0,99
= 0,396 Watt
0,1584
Ƞtot1 = 100%
4,22
= 3,7 %
N output 2
Ƞtot = N 100%
fluida
0,5024
Ƞtot2 = 100%
4,22
= 4,8 %
N output 3
Ƞtot = N 100%
fluida
0,242
Ƞtot3 = 100%
4,22
= 5,7 %
N output 4
Ƞtot = N 100%
fluida
0,3157
Ƞtot4 = 100%
4,22
= 7,5 %
N output 5
Ƞtot = N 100%
fluida
0,3432
Ƞtot5 = 100%
4,22
= 8,1 %
b. 100%
N output 1
Ƞtot = N 100%
fluida
0,16 5
Ƞtot1 = 100%
4,53
= 3,6 %
N output 2
Ƞtot = N 100%
fluida
0,2112
Ƞtot2 = 100%
4,53
= 4,7 %
N output 3
Ƞtot = N 100%
fluida
0,3168
Ƞtot3 = 100%
4,53
= 6,9 %
N output 4
Ƞtot = N 100%
fluida
0,3608
Ƞtot4 = 100%
4,53
= 7,9 %
N output 5
Ƞtot = N 100%
fluida
0,396
Ƞtot5 = 100%
4,53
= 8,7 %
N output (Watt)
0.3
0.25 75% FT-UNHAS
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN
0.2 100%
0.15
0.1 BAB III
0.05
ANALISA
0
32 34 36 38 40 42 44 46
DATA
Putaran (rpm)
GRAFIK
DAN
PEMBAHASAN
Pada grafik hubungan antara putaran dengan daya output (Proda air) didapati
grafik yang turun dan didapati data-data pada pembukaan katup 75%, yaitu
pada saat nilai putaran kincir n= 42 rpm maka didapatkan nilai daya output
0,1584 watt, pada saat nilai putaran kincir air, n= 40,2 rpm maka didapatkan
nilai daya output 0,2024 watt, saat nilai putaran kincir air n= 38,6 rpm maka
didapatkan nilai daya output 0,242 watt, saat nilai putaran kincir air n= 35,6
rpm maka didapatkan nilai daya ouput 0,3157 watt dan pada saat nilai putaran
kincir air n= 34,2 rpm maka didapatkan nilai daya output 0,3423 watt. Pada
pembukaan katup 100%, yaitu pada saat nilai putaran kincir air n= 43,8 rpm
maka didapatkan nilai daya output sebesar 0,165 watt, pada saat nilai putaran
kincir n= 42 rpm maka didapatkan nilai daya output 0,2112 watt, pada saat
nilai putaran kincir n= 38,9 rpm maka didapatkan nilai daya output 0,3168
watt, pada saat nilai putaran kincir n= 35,9 rpm maka nilai daya output yang
didapatkan sebesar 0,3608 watt, dan pada saat putaran kincir air n= 34,5 rpm
maka didapatkan nilai daya output sebesar 0,396 watt.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi faktor pengali untuk
faktor pengali untuk menghasilkan nilai daya outputnya, jika kita lihat
persamaan daya output sama dengan besarnya kecepatan sudut kincir dikali
dengan torsi, besarnya kecepatan sudut sendiri sangat dipengaruhi oleh
besarnya nilai putaran kincir dan torsi sendiri sangat dipengaruhi oleh besarnya
nilai gaya yang bekerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar
gaya yang bekerja maka semakin besar nilai daya output yang dihasilkan,
putaran kincir berbandig terbalik dengan besarnya gaya dan besarnya daya
output yang dihasilkan.
Seperti data yang ditampilkan pada grafik, besarnya nilai putaran (rpm)
berbanding terbalik dengan besarnya nilai N roda air. Hal ini dikarenakan besar
nilai putaran (rpm) ini diakibatkan oleh kecilnya nilai pembebanan atau gaya
yang diberikan terhadap poros pada roda air. Sedangkan nilai pembebanan atau
gaya yang diberikan terhadap poros pada roda air sangat berpengaruh besar
karena akan merubah besar nilai torsi pada rumus N roda air. Hal ini dapat
dilihat pada data yang ditampilkan oleh grafik yaitu pembukaan katup 75%
dengan putaran (rpm): 42 rpm; 40,2 rpm; 38,6 rpm; 35,6 rpm; dan 34,2 rpm.
Dari penjelasan diatas dapat dipastikan besarnya nilai pembebanan atau gaya
yang diberikan pada poros roda air dengan putaran (rpm) 42,8 rpm<40,2
rpm<38,6 rpm<35,6 rpm<34,2 rpm. Sehingga nilai N roda air pada masing-
masing putaran yaitu: 0,11 Watt, 0,16 Watt, 0,24 Watt , 0,27 Watt dan 0,33
Watt. Selain pembukaan 75% kita juga dapat melihat data yang ditampilkan
oleh grafik yaitu pembukaan katup 100% dengan putaran (rpm): 46 rpm; 42,5
rpm; 38,8 rpm; 37,3 rpm; dan 35,7 rpm. Dari penjelasan diatas dapat dipastikan
besarnya nilai pembebanan atau gaya yang diberikan pada poros roda air
dengan putaran (rpm) 46 rpm<42,5 rpm<38,8 rpm<37,3 rpm<35,7 rpm.
Sehingga nilai N roda air pada masing-masing putaran yaitu: 0,1584 Watt,
Ƞ total (%)
6
LABORATORIUM
5
MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN
75% FT-UNHAS
4 100%
3 0,2024
2
1 Watt,
0 0,242
32 34 36 38 40 42 44 46
`Putaran ( rpm ) Watt,
0,3423
Watt , dan 0,2112 Watt. Dengan meningkatkan pembukaan katup maka akan
meningkatkan putaran (rpm) dikarenakan banyaknya fluida yang mengalir.
Pada grafik hubungan antara putaran dengan efisiensi roda air didapat
grafik yang turun dan didapati data-data pada pembukaan katup 75%,
yaitu pada saat nilai n= 42 rpm dengan pemberian beban sebesar 3N maka
efisiensi yang diperoleh adalah 3,7%; pada saat nilai n= 40,2 rpm dengan
pemberian beban sebesar 4N maka efisiensinya menurun menjadi 4,8%; pada
saat nilai n= 38,6 rpm dengan pemberian beban sebesar 5N maka efisiensi yang
diperoleh menjadi 5,7%; pada saat nilai n= 35,6 rpm dengan pemberian beban
sebesar 7N maka nilai efisiensinya turun lagi menjadi 7,5%; dan pada saat nilai
n= 34,2 rpm dengan pemberian beban sebesar 8N maka didapatkan efisiensi
8,1%. Dan pada pembukaan katup 100%, yaitu pada saat nilai n= 43,8 rpm
dengan pemberian beban sebesar 3N maka didapatkan efisiensi 3,6%; pada saat
nilai n= 42 rpm dengan pemberian beban sebesar 4N maka efisiensinya sebesar
4,7%; pada saat nilai n=38,9 rpm dengan pemberian beban sebesar 6N maka
efisiensi yang diperoleh sebesar 6,9%; pada saat nilai n= 35,9 rpm dengan
pemberian beban sebesar 8N maka nilai efisiensinya sebesar 7,9%; dan pada
saat nilai n= 34,5 rpm dengan pemberian beban sebesar 9N maka didapatkan
efisiensi sebesar 8,7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa putaran kincir air
berbanding terbalik dengan nilai efesiensi yang dihasilkan kincir air. Hal ini
disebabkan oleh nilai gaya, jika kita lihat persamaan efisiensi total itu adalah
daya out dibagi dengan daya fluida, daya out itu sendiri adalah kecepatan sudut
kincir dikali dengan torsi, kecepatan sudut kincir dipengarungi oleh besarnya
putaran kincir, sedangkan pada torsi sangat dipengaruhi oleh gaya. Pada
pembukaan katup 75% pada putaran n= 34,2 rpm dengan nilai efisiensi sama
dengan 8,1% yang merupakan efisiensi tertinggi pada pembukaan katup 75%
hal ini disebabkan oleh gaya yang bekerja merupakan gaya yang tertinggi pada
pembukaan katup tersebut, sehingga faktor pengalinya besar sehingga
mencapai nilai efisiensi yang maksimal pada pembukaan katup 75%. Pada
putaran n=35,6 rpm dengan nilai efisiensinya sama dengan 7,5% efisiensi ini
mengalami penurunan, hal ini disebabkan gaya yang bekerja yang menjadi
faktor pengali lebih kecil dari 8N yakni 5N. Begitu seterusnya sampai pada
efisiensi terendah yakni 3,7% hal ini karena gaya yang bekerja yang
merupakan faktor pengali yakni sebesar 3N. Begitu juga dengan pembukaan
katup 100% pada saat nilai putaran n= 34,5 rpm dengan nilai efisiensi 8,7%
dan ini merupakan nilai efisiensi tertinggi hal ini dipengaruhi oleh nilai gaya
yang bekerja yang merupakan faktor pengali dengan nilai gaya sama dengan
8N dan merupakan beban terbesar, sehingga menghasilkan nilai efisiensi
terbesar, saat nilai n= 35,9 rpm dengan nilai efisiensi 7,9% jika kita lihat
nilainya mengalami penurunan hal ini disebabkan gaya yang bekerja yang
merupakan faktor pengali lebih kecil dari 8N yakni 9N sehingga efisiensi turun
dari 8,7% ke 7,9%. Begitu seterusnya sampai pada nilai efisiensi terendah
pada pembukaan katup 100% yakni efisiensi 3,6% hal ini gaya yang bekerja
yang merupakan faktor pengali berada pada nilai terendah pada pembukaan
katup 100% yakni sebesar 3N. Dan perlu diketahui bahwa putaran berbanding
terbalik dengan gaya yang bekerja. Dan gaya berbanding lurus dengan
efisiensi. Pada grafik di atas juga dapat dilihat bahwa pada pembukaan katup
75% memiliki efisiensi yang lebih rendah dibandingkan dengan pembukaan
katup 100%. Hal ini disebabkan semakin besar debit semakin besar daya
fluida.
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
1. Pembukaan katup berbanding lurus dengan debit air yang mengalir,
semakin besar pembukaan katup maka debit air yang mengalir
akan semakin besar pula
2. Semakin besar pembukaan katup maka efisiensi kincir air akan semakin
besar juga, hal ini disebabkan karena adanya pertambahan jumlah air
yang mengalir maka kecepatan putaran kincir air semakin tinggi.
Semakin besar pembebanan pada roda air maka semakin kecil efisiensi
yang di hasilkan roda air
IV.2. Saran
IV.2.1 Laboratorium
Memperbaiki dudukan tachometer pada poros roda air
Mengganti tachometer dengan yang baru
Menambahkan saluran pembuangan pada reservoir
IV.2.2 Asisten
Mempertahankan ketelitian saat asistensi
Mempertahankan metode penjelasan materi
Mempertahankan metode asistensi (diselipkan dengan candaan) agar
tidak terlalu tegang