Anda di halaman 1dari 4

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR

Prinsip Kerja dari PLTA


         Pada prinsipnya PLTA mengolah energi potensial air diubah menjadi energi
kinetis dengan adanya head, lalu energi kinetis ini berubah menjadi energi mekanis
dengan adanya aliran air yang menggerakkan turbin, lalu energi mekanis ini berubah
menjadi energi listrik melalui perputaran rotor pada generator. Jumlah energi listrik
yang bisa dibangkitkan dengan sumber daya air tergantung pada dua hal, yaitu jarak
tinggi air (head) dan berapa besar jumlah air yang mengalir (debit).

Gambar 4. Proses kerja PLTA


      Laju q dimana air jatuh dari ketinggian efektif h tergantung dari besarnya luas
penampang kanal. Jika luas penampang kanal terlalu kecil, daya keluaran akan lebih
kecil dari daya optimal karena laju air q dapat lebih besar. Di lain pihak, ukuran kanal
tidak dapat dibuat besar secara sembarangan karena laju air q yang melalui kanal
tergantung dari laju pengisian air pada reservoir air di belakang bendungan.
         Volume air pada reservoir dan ketinggian h yang bersangkutan, tergantung dari
laju air yang masuk ke dalam reservoir. Selama musim kering, ketinggian air pada
reservoir dapat berkurang karena jumlah air dalam reservoir lebih sedikit. Selama
musim hujan, ketinggiannya dapat naik kembali karena air yang masuk dari berbagai
aliran air yang mengisi bendungan. Fasilitas pembangkit listrik tenaga air harus di
desain untuk menyeimbangkan aliran air yang digunakan untuk membangkitkan
energi listrik dan jumlah air yang mengisi reservoir melalui sumber alami seperti
curahan hujan, salju, dan aliran air lainnya.
          Pembangkit listrik tenaga air merupakan aplikasi energi terbarukan yang
terbesar dan paling matang secara teknologi, dimana terdapat 678.000 MW kapasitas
daya listrik yang terpasang di seluruh dunia, yang menghasilkan lebih dari 22% listrik
dunia (2564 TWh/tahun pada 1998). Dalam hal ini, 27.900 MW merupakan
pembangkit skala kecil yang menghasilkan listrik 115 TWh/tahun. Di eropa barat,
pembangkit listrik tenaga air berkontribusi sebesar 520 TWh listrik pada tahun 1998,
atau sekitar 19% dari energi listrik di Eropa (sehingga menghindari emisi dari
sejumlah 70 juta ton CO2 per tahun-nya). Pada sejumlah negara di Afrika dan
Amerika Selatan, pembangkit listrik tenaga air merupakan sumber listrik yang
menghasilkan lebih 90% kebutuhan energi listriknya. Gambar 2 memperlihatkan
pembangkitan energi listrik dari air dunia yang meningkat secara dinamis tiap
tahunnya. Di samping pembangkit listrik tenaga air yang berkapasitas besar yang
telah ada, masih terdapat ruang untuk pengembangan lebih jauh dimana diperkirakan
hanya sekitar 10% dari total potensi air di dunia yang telah digunakan.
 Kelebihan dan Kekurangan PLTA
    Ada beberapa keunggulan dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang dapat
dirangkum secara garis besar sebagai berikut :

1. Respon pembangkit listrik yang cepat dalam menyesuaikan kebutuhan beban.


Sehingga pembangkit listrik ini sangat cocok digunakan sebagai pembangkit
listrik tipe peak untuk kondisi beban puncak maupun saat terjadi gangguan di
jaringan.
2. Kapasitas daya keluaran PLTA relatif besar dibandingkan dengan pembangkit
energi terbarukan lainnya dan teknologinya bisa dikuasai dengan baik oleh
Indonesia.
3. PLTA umumnya memiliki umur yang panjang, yaitu 50-100 tahun.
4. Bendungan yang digunakan biasanya dapat sekaligus digunakan untuk kegiatan
lain, seperti irigasi atau sebagai cadangan air dan pariwisata.
5. Bebas emisi karbon yang tentu saja merupakan kontribusi berharga bagi
lingkungan.
6. Selain keunggulan yang telah disebutkan diatas, ada juga efek negatif
pembangunan PLTA

kerugiannya yaitu sebagai berikut:

1. Pada lingkungan, yaitu mengganggu keseimbangan ekosistem sungai/danau


akibat dibangunnya bendungan.
2. Biaya investasi paling mahal.
3. Pembangunan bendungan memakan waktu yang lama.
4. Memerlukan lahan yang luas.
5. Di samping itu terkadang, kerusakan pada bendungan dapat menyebabkan resiko
kecelakaan dan kerugian yang sangat besar.

Anda mungkin juga menyukai