Anda di halaman 1dari 6

Jumlah daya listrik yang dapat dibangkitkan pada suatu pusat pembangkit listrik tenaga air

tergantung pada ketinggian (h) dimana air jatuh dan laju aliran airnya. Ketinggian (h)
menentukan besarnya energi potensial (EP) pada pusat pembangkit (EP = m x g x h). Laju aliran
air adalah volume dari air (m3) yang melalui penampang kanal air per detiknya (q m3/s). Daya
teoritis kasar (P kW) yang tersedia dapat ditulis sebagai:

Daya yang tersedia ini kemudian akan diubah menggunakan turbin air menjadi daya mekanik.
Karena turbin dan peralatan elektro-mekanis lainnya memiliki efisiensi yang lebih rendah dari
100% (biasanya 90% hingga 95%), daya listrik yang dibangkitkan akan lebih kecil dari energi
kasar yang tersedia.
Indonesia mempunyai potensi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebesar 70.000 mega watt
(MW). Potensi ini baru dimanfaatkan sekitar 6 persen atau 3.529 MW atau 14,2 % dari jumlah
energi pembangkitan PT PLN.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PLTA
Ada beberapa keunggulan dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang dapat dirangkum
secara garis besar sebagai berikut :
1. Respon pembangkit listrik yang cepat dalam menyesuaikan kebutuhan beban. Sehingga
pembangkit listrik ini sangat cocok digunakan sebagai pembangkit listrik tipe peak untuk
kondisi beban puncak maupun saat terjadi gangguan di jaringan.
2. Kapasitas daya keluaran PLTA relatif besar dibandingkan dengan pembangkit energi
terbarukan lainnya dan teknologinya bisa dikuasai dengan baik oleh Indonesia.
3. PLTA umumnya memiliki umur yang panjang, yaitu 50-100 tahun.
4. Bendungan yang digunakan biasanya dapat sekaligus digunakan untuk kegiatan lain,
seperti irigasi atau sebagai cadangan air dan pariwisata.
5. Bebas emisi karbon yang tentu saja merupakan kontribusi berharga bagi lingkungan.
Selain keunggulan yang telah disebutkan diatas, ada juga dampak negatif dari pembangunan
PLTA pada lingkungan, yaitu mengganggu keseimbangan ekosistem sungai/danau akibat
dibangunnya bendungan, pembangunan bendungannya juga memakan biaya dan waktu yang

lama. Disamping itu, terkadang kerusakan pada bendungan dapat menyebabkan resiko
kecelakaan dan kerugian yang sangat besar.

Prinsip dasar pemanfaatan sumber energi tenaga air ini adalah dengan (i) mengandalkan
jumlah debit air dan (ii) dengan memanfaatkan ketinggian jatuhnya air.
Berdasarkan konstruksinya, ada dua cara pemanfaatan tenaga air untuk pembangkit listrik: (a)
memanfaatkan aliran air sungai tanpa membangun bendungan dan reservoir atau yang sering
disebut dengan Run-of-river Hydropower ; (b) membangun bendungan dan membuat reservoir
untuk mengalirkan air ke turbin.
Secara umum cara kerja PLTA adalah dengan memanfaatkan energi dari aliran air dalam jumlah
debit tertentu dari sumber air (sungai, danau, atau waduk) melalui intake, kemudian dengan
menggunakan pipa pembawa (headrace) air diarahkan menuju turbin. Beberapa PLTA biasanya
menggunakan pipa pesat (penstock) sebelum dialirkan menuju turbin/kincir air, dengan tujuan
meningkatkan energi dalam air dengan memanfaatkan gravitasi dan mempertahankan tekanan air
jatuh.

Gambar 2 Pembangkit Listrik Tenaga Air


(a) dengan bendungan (b) tanpa bendungan
Turbin yang tertabrak air akan memutar generator dalam kecepatan tertentu, sehingga terjadilah
proses konversi energi dari gerak ke listrik. Sementara air yang tadi digunakan untuk memutar
turbin dikembalikan ke alirannya. Energi listrik yang dibangkitkan dapat digunakan secara
langsung, disimpan dalam baterai ataupun digunakan untuk memperbaiki kualitas listrik pada
jaringan.

Gambar 1. Pembangkitan listrik tenaga air umumnya


Laju q dimana air jatuh dari ketinggian efektif h tergantung dari besarnya luas penampang kanal.
Jika luas penampang kanal terlalu kecil, daya keluaran akan lebih kecil dari daya optimal karena
laju air q dapat lebih besar. Di lain pihak, ukuran kanal tidak dapat dibuat besar secara
sembarangan karena laju air q yang melalui kanal tergantung dari laju pengisian air pada
reservoir air di belakang bendungan.
Volume air pada reservoir dan ketinggian h yang bersangkutan, tergantung dari laju air yang
masuk ke dalam reservoir. Selama musim kering, ketinggian air pada reservoir dapat berkurang
karena jumlah air dalam reservoir lebih sedikit. Selama musim hujan, ketinggiannya dapat naik
kembali karena air yang masuk dari berbagai aliran air yang mengisi bendungan. Fasilitas
pembangkit listrik tenaga air harus di desain untuk menyeimbangkan aliran air yang digunakan
untuk membangkitkan energi listrik dan jumlah air yang mengisi reservoir melalui sumber alami
seperti curahan hujan, salju, dan aliran air lainnya.

Fungsi alat :
Dam : kontruksi yang dibangun untuk menahan laju air,atau mengalirkan ke PLTA

meningkatkan energi
mempertahankan tekanan air jatuh.
Penstock

dalam

air

dengan

memanfaatkan

gravitasi

dan

Katup utama (Main Inlet Valve), berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi
energi kinetic
Turbin : pergerakan turbin menimbulkan adanya energy mekanik
Generator : sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi
mekanis. Generator terdiri dari dua bagian utama, yaitu rotor dan stator. Rotor
terdiri dari 18 buah besi yang dililit oleh kawat dan dipasang secara melingkar
sehingga membentuk 9 pasang kutub utara dan selatan. Jika kutub ini dialiri arus
eksitasi dari Automatic Voltage Regulator (AVR), maka akan timbul magnet. Rotor
terletak satu poros dengan turbin, sehingga jika turbin berputar maka rotor juga ikut
berputar. Magnet yang berputar memproduksi tegangan di kawat setiap kali sebuah
kutub melewati "coil" yang terletak di stator. Lalu tegangan inilah yang kemudian
menjadi listrik
8. Draftube atau disebut pipa lepas, air yang mengalir berasla dari turbin
9. Tailrace atau disebut pipa pembuangan
10. Transformator adalah trafo untuk mengubah tegangan AC ke tegangan yang
lebih tinggi.
11. .Switchyard (controler)
12. Kabel transmisi
13. Jalur Transmisi, berfungsi menyalurkan energi listrik dari PLTA menuju rumahrumah dan pusat industri.
14. Spillway adalah sebuah lubang besar di dam (bendungan) yang sebenarnya
adalah sebuah metode untuk mengendalikan pelepasan air untuk mengalir dari
bendungan atau tanggul ke daerah hilir.

JAKARTA - Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso II, kapasitas 195 megawat (MW),
milik Kalla Group Maret 2013 rencananya akan segera diresmikan pengoperasianya.
Hingga kini Kalla Group tengah membangun dua PLTA lainnya yakni PLTA Poso I dengan
kapasitas 60 MW dan PLTA Poso III dengan kapasitas 320 MW.

PLTA Poso II telah beroperasi dan menyalurkan listrik untuk wilayah Sulawesi. Untuk
membangun PLTA Poso II itu, Kalla Group menginvestasikan modalnya senilai Rp4 triliun.
Sementara untuk PLTA Poso I direncanakan rampung pada 2016 dan PLTA Poso III pada 2018

Anda mungkin juga menyukai