Pembangkit Listrik adalah suatu alat atau mesin yang berfungsi untuk merubah energi
tertentu menjadi sebuah energi listrik. Pembangkit listrik merupakan alat yang dapat
menghasilkan energy listrik yang nantinya akan disalurkan ke rumah-rumah warga ataupun
perusahaan. Ada banyak pembangkit listrik yang ada di Indonesia, yaitu Pembangkt Listrik
Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA),
dan lain sebagainya.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah suatu pembangkit energy listrik dengan
memanfaatkan aliran air yang berupa energy potensial untuk menggerakkan turbin menjadi
sebuah energy mekanik pada generatornya dan diubah lagi menjadi energi listrik oleh generator
dengan memanfaatkan ketinggian dan kecepatan aliran air. Bentuk utama dari pembangkit listrik
jenis ini adalah generator yang dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari
air. Pembangkit listrik tidak hanya terbatas pada air dari sebuah waduk atau air terjun melainkan
juga meliputi pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air seperti tenaga ombak.
Jenis-jenis PLTA:
2. Generator
Generator dihubungkan ke turbin dengan bantuan poros dan gearbox. Memanfaatkan
perputaran turbin untuk memutar kumparan magnet didalam generator sehingga terjadi
pergerakan elektron yang membangkitkan arus AC. Generator merubah energi mekanik
dari turbin menjadi energi elektrik. Generator terdiri dari dua bagian utama, yaitu rotor
dan stator. Rotor terdiri dari 18 buah besi yang dililit oleh kawat dan dipasang secara
melingkar sehingga membentuk 9 pasang kutub utara dan selatan. Jika kutub ini dialiri
arus eksitasi dari Automatic Voltage Regulator (AVR), maka akan timbul magnet. Rotor
terletak satu poros dengan turbin, sehingga jika turbin berputar maka rotor juga ikut
berputar. Magnet yang berputar memproduksi tegangan di kawat setiap kali sebuah kutub
melewati “coil” atau lilitan yang terletak di stator. Lalu tegangan inilah yang kemudian
menjadi listrik.
Agar generator bisa menghasilkan listrik, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a) Putaran
Putaran rotor dipengaruhi oleh frekuensi dan jumlah pasang kutub pada rotor,
sesuai dengan persamaan:
η = 60 . f / P
dimana:
η : putaran
f : frekuensi
P : jumlah pasang kutub
Contoh : Jumlah kutub pada rotor di PLTA Saguling sebanyak 9 pasang, dengan
frekuensi system sebesar 50 Hertz, maka didapat nilai putaran rotor sebesar 333 rpm.
b) Kumparan
Banyak dan besarnya jumlah kumparan pada stator mempengaruhi besarnya daya
listrik yang bisa dihasilkan oleh pembangkit
c) Magnet
Magnet yang ada pada generator bukan magnet permanen, melainkan dihasilkan
dari besi yang dililit kawat. Jika lilitan tersebut dialiri arus eksitasi dari AVR maka akan
timbul magnet dari rotor.
Sehingga didapat persamaan:
E=B.V.L
Dimana:
E : Gaya elektromagnet
B : Kuat medan magnet
V : Kecepatan putar
L : Panjang penghantar
Dari ketiga hal tersebut, yang bernilai tetap adalah putaran rotor dan kumparan,
sehingga agar beban yang dihasilkan sesuai, maka yang bisa diatur adalah sifat
kemagnetannya, yaitu dengan mengatur jumlah arus yang masuk. Makin besar arus yang
masuk, makin besar pula nilai kemagnetannya, sedangkan makin kecil arus yang masuk,
makin kecil pula nilai kemagnetannya.
3. Trafo
Trafo digunakan untuk menaikan tegangan arus bolak balik (AC) agar listrik tidak
banyak terbuang saat dialirkan melalui transmisi. Travo yang digunakan adalah travo step
up. Transmisi berguna untuk mengalirkan listrik dari PLTA ke rumah – rumah atau
industri. Sebelum listrik kita pakai tegangannya di turunkan lagi dengan travo step down.
Pembangkit listrik tenaga air konvensional bekerja dengan cara mengalirkan air dari dam
ke turbin setelah itu air dibuang.
4. Bendungan
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi
waduk, danau, atau tempat rekreasi. Bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke
sebuah Pusat Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut
pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan.
Kelemahan PLTA
1. Membutuhkan investasi yang besar.
2. Membutuhkan lahan yang luas untuk membuat pusat listrik yang berkapasitas besar.
3. Persiapannya memerlukan waktu yang relatif lama.
4. PLTA sangan bergantung pada ketersediaan air sungai, sehingga harus tetap menjaga
daerah tangkapan air.