Halaman 1
Halaman 4
BAB II
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS)
/Photovoltaic
1. Mengenai PLTS
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia, paling populer
digunakan untuk listrik pedesaan (terpencil), system seperti ini populer
dengan sebutan SHS (Solar Home System). SHS umumnya berupa system
berskala kecil, dengan menggunakan modul surya 50-100 Wp (Watt Peak)
dan menghasilkan listrik harian sebesar 150-300 Wh. Karena skalanya yang
kecil, system DC (direct current) lebih disukai, untuk menghindari losses dan
self consumption akibat digunakannya inverter.
Biasanya panel surya itu letakkan dengan posisi statis menghadap
matahari. Padahal bumi itu bergerak mengelilingi matahari. Orbit yang
ditempuh bumi berbentuk elip dengan matahari berada di salah satu titik
fokusnya. Karena matahari bergerak membentuk sudut selalu berubah, maka
dengan posisi panel surya itu yang statis itu tidak akan diperoleh energi listrik
yang optimal. Agar dapat terserap secara maksimum, maka sinar matahari itu
harus diusahakan selalu jatuh tegak lurus pada permukaan panel surya.
Cara kerja sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan
menggunakan Grid-Connected panel sel surya Photovoltaic untuk perumahan
:
.
Modul sel surya Photovoltaic merubah energi surya menjadi arus listrik
DC. Arus listrik DC yang dihasilkan ini akan dialirkan melalui suatu inverter
(pengatur tenaga) yang merubahnya menjadi arus listrik AC, dan juga dengan
otomatis akan mengatur seluruh sistem. Listrik AC akan didistribusikan
melalui suatu panel distribusi indoor yang akan mengalirkan listrik sesuai
yang dibutuhkan peralatan listrik. Besar dan biaya konsumsi listrik yang
dipakai di rumah akan diukur oleh suatu Watt-Hour Meters.
Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang
merupakan unit rakitan beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul
fotovoltaik secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film.
Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana,
sedangkan untuk membuat sel fotovoltaik diperlukan teknologi tinggi.
Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang
dihubungkan secara seri dan paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat
modul sel surya yaitu sebesar 60% dari biaya total. Jadi, jika modul sel surya
itu bisa diproduksi di dalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya
pembangunan PLTS. Untuk itulah, modul pembuatan sel surya di Indonesia
tahap pertama adalah membuat bingkai (frame), kemudian membuat laminasi
dengan sel-sel yang masih diimpor. Jika permintaan pasar banyak maka
pembuatan sel dilakukan di dalam negeri. Hal ini karena teknologi pembuatan
sel surya dengan bahan silikon single dan poly cristal secara teoritis sudah
Halaman 5
sel
photovoltaic
yang
Kesimpulan
Halaman 7
Daftar Pustaka
1. http://konversi.wordpress.com/2010/05/01/sekilas-mengenaipembangkit-listrik-tenaga-air-plta/
2. http://indone5ia.wordpress.com/2011/05/13/pembangkit-listriktenaga-air-plta-alternatif-energi-masa-depan-indonesia/
3. http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&ved=0CEsQF
jAI&url=http%3A%2F%2Fnekomata08.weebly.com%2Fuploads
%2F5%2F4%2F6%2F3%2F5463859%2Fk2_photovoltaic.doc&ei=4XF
hUKq3C8KsrAfwo4CIBQ&usg=AFQjCNFooElBj9z9S4BRm_GUSFPjNXx
YLA&sig2=J3Vh0sK1U7O1PHB_bE52FQ
4. http://rhazio.wordpress.com/2007/09/12/pembangkit-listrik-tenagasurya/
Halaman 8
Halaman 9