Anda di halaman 1dari 18

BAB I

HAKIKAT MANUSIA DAN DIMENSI - DIMENSINYA

A. Hakikat Manusia

1. Terminologi
a. Istilah (term) berasal dari bahasa Arab kata dasarnya “haq” yang berarti
kebenaran yang sesungguhnya (mendasar). Apabila seseorang menerangkan
atau menjelaskan sesuatu benda atau sifat, maka yang dijelaskan itu adalah ciri-
ciri atau sifat yang mendasar dari benda atau objek tersebut. Contoh, bila
seorang manusia hanya mempunyai sebuah kaki, tetapi otaknya masih dapat
berpikir normal, maka yang bersangkutan masih dianggap sebagai manusia
yang layak begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, pemikiran atau akal sehat
merupakan salah satu cirri “haq” (hakiki) manusia. Selanjutnya, kebenaran
yang hakiki “haq” berasal dari Tuhan, dapat juga dari manusia, asal tidak
menentang aturan Tuhan. (Q.S. 2: 147).

b. Istilah manusia juga berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata “man” yang
artinya manusia, kebetulan sama juga artinya dengan yang ada dalam bahasa
Inggris. Selanjutnya, penggalan kata yang kedua yaitu “nasia” yang artinya
pelupa. Jadi, istilah manusia berarti orang yang sering lupa tentang aturan atau
peringatan-peringatan Tuhan.

1
Beberapa istilah lain yang sering digunakan untuk manusia adalah :

1) Al Insani : manusia yang punya hati “insane kamil” = nurani. Ada juga manusia yang
jasadnya masih hidup, tetapi nuraninya telah “mati” karena tidak berfungsi.
2) Al basyar : manusia dalam bentuk lahiriahnya yaitu makhluk yang memerlukan makan
dan minum atau yang punya badan dan anggota sebagai layaknya manusia biasa.
3) Annas : manusia secara umum dalam bahasa Inggris disebut people.
4) Baniadam : bani = anak, adam yaitu Nabi Adam maksudnya turunan atau anak cucu Nabi
Adam.

2. Sifat Hakikat Manusia


a. Pengertian Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia adalah cirri yang menjadi karakteristik yang
secara prinsipil membedakan manusia dari makhluk lain seperti hewan,
meskipun secara biologis dalam hal tertentu ada kemiripan antara manusia
dengan hewan.
b. Wujud Sifat Hakikat Manusia
1) Kemampuan menyadari diri
2) Kemampuan bereksistensi
3) Memiliki kata hati
4) Memiliki moral
5) Kemampuan untuk bertanggung jawab
6) Memiliki rasa kebebasan
7) Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari haknya
8) Kemampuan dalam menghayati kebahagiaan

2
3. Berbagai Pandangan tentang hakikat manusia
a. Pandangan Islam/ Al-Qur’an
1) Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan/Allah
2) Hakikat manusia sebagai Khalifah (manager)
b. Pandangan Ilmuan tentang hakikat manusia (Prayitno 2009: 10-11)
1) Plato : mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya ditandai oleh
adanya kesatuan antara apa yang ada pada dirinya, yaitu pikiran,
kehendak, dan nafsu.
2) Hsun Tsu : manusia pada hakikatnya adalah jahat, oleh karenanya
untuk mengembangkannya diperlukan latihan dan disiplin yang keras
terutama disiplin kepada tubuhnya.
3) Agustinus : manusia merupakan kesatuan jiwa dan badan yang
dimotivasi oleh prinsip kebahagiaan kesemuanya itu diwarnai oleh
warisan dari pendahulunya.
4) Descartes ; manusia terdiri dari unsur dualistik, jiwa, dan badan. Jiwa
tidak bersifat bendawi, abadi dan tidak dapat mati sedangkan badan
yang bersifat bendawi dapat sirna dan menjadi sasaran ilmu fisika. Di
antara badan dan jiwa terdapat pertantangan yang berkelanjutan tak
terjembatani badan dan jiwa itu masing-masing mewujudkan diri dalam
berbagai hal sendiri-sendiri. Namun demikian, hakikat manusia itu
adalah jiwanya.
5) Freud : manusia tidak memegang nasibnya sendiri. Tingkah laku
manusia ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan insting-
instingnya dan dikendalikan oleh pengalaman masa lampau dan
ditentukan oleh faktor-faktor interpersonal dan intrapsikis.
6) Adler : manusia tidak semata-mata bertujuan memuaskan dorongan
dirinya, tetapi juga memotivasi untuk melaksanakan tanggung jawab
sosial dan pemenuhan kebutuhan dalam mencapai sesuatu. Tingkah
laku individu ditentukan oleh lingkungan, pembawaan, dan individu itu
sendiri.

3
7) Rogers : manusia adalah makhluk rasional, tersosialisasikan, dan dapat
menentukan nasibnya sendiri. Dalam kondisi yang memungkinkan
manusia akan mampu mengarahkan diri sendiri, maju, dan menjadi
individu yang positif dan konstruktif.
8) Skinner : manusia adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya
dikontrol oleh faktor-faktor dari luar dirinya. Tingkah laku manusia
dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungannya melalui
hukum-hukum belajar.
9) Glasser : tindakan manusia didorong untuk memenuhi kebutuhan dasar
(baik psikologikis maupun fisiologis) yang sesuatu untuk
mempertahankan kesadaran organisme sedangkan kebutuhan psikologis
terarah untuk mencintai dan dicintai serta berguna bagi diri sendiri dan
orang lain.
10) Ellis : manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat secara
rasional ataupun tidak rasional. Berpikir dan merasa itu sangat dekat
dan bergandengan satu sama lain pikiran seseorang dapat menjadi
perasaannya, dan sebaliknya.
11) Sartre : manusia dipandang sebagai nol dan yang me-nol-kan diri, pour
soi yang dirinya itu bukan merupakan objek, melainkan subjek, dan
secara kodrati dirinya itu adalah bebas.

c. Pandangan beberapa aliran tentang hakikat manusia


1) Pandangan psiko analitik dari S. Freud
Menurut Freud dalam Akta mengajar V secara hakiki kepribadian
manusia terdiri dari tiga komponen yaitu : Id, ego, dan superego. Istilah
lain yang juga dipakai yaitu : Id=das es, dan ego = das ich, serta
superego = das uber ich. Id meliputi berbagai jenis keinginan,
dorongan, kehendak, dan insting manusia yang mendasari
perkembangan individu, yang sering juga disebut libido seksual atau
dorongan untuk mencapai kenikmatan hidup. Didalam Id itu terdapat

4
dua unsure yang paling utama yaitu unsure seksual dan sifat agresif.
Ego berfungsi untuk menjembatani antara Id dengan dunia luar dari
individu itu. Ego mengatur gerak gerik Id dalam mmuaskan libidonya,
deangan cara tidak memunculkan semua dorongan yang timbul atau ada
didalam Id. Superego , tumbuh dan berkembang berkat interaksi
antara individu dengan lingkungannya yang bersifat mengatur seperti :
nilai (value) moral, adat, tradisi, hukum, norma, dan yang sejenisnya.
dengan kata lain superego dapat diartikan pengawas tingkah laku
individu dengn lingkungannya. Banyak kritikan terhadap teori freud
terutama dari kaum agama yang berpendat bahwa tingkah laku manusia
bukan hanya dikendalikan oleh factor lingkungan melalui superego,
melainkan oleh aturan yang datang dari tuhan. Kondisi lingkungan
yangdiobuat mqanusialah yang berfungsi untuk
menumbuhkembangkan nurani libido yang terpendam di dalamnya.
Dalam teori freud disebut juga psiko analitik, yang artinya psiko= jiwa
yang pantulannya dari tingkah laku manusia, dan analitik= analisis
yang mengklasifikasikan unsure-unsur yang ada dalam kejiwaan yaitu
Id, ego, dan superego. Untuk lebih jelasnya hasil analisis itu dapat
diilustrasikan dalam gambar berikut:

Ego

Superego

Id

5
2) Pandangan Humanistik
Padangan humanistic ini ditokohi oleh Roger, Hansen, Adler, dan
Marti Buber (Akta mengajar V oleh universitas terbuka, 1985). Human
artinya manusia, yaitu memahami secara hakiki keberadaan manusia,
oleh manusia dan dari manusia berdasarkan ratio (pemikiran manusia).
Pandangan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a) Dalam batas tertentu manusia punya otonomi untuk menentukan
nasibnya.
b) Manusia bukan makhluk jahat atau baik, tetapi ia punya potensi
untuk keduanya.
c) Manusia adalah makhluk yang bertanggungjawab atas
perbuatannya.
d) Manusia makhluk yang senantiasa akan menjadi (on going
process), dan tak pernah sempurna.

3) Pandangan Behavioristik
Pandangan ini menjelaskan bahwa behavior (tingkah laku)
manusia ditentukan oleh pengaruh lingkungan yang dialami oleh
individu yang bersangkutan. Lingkungan adalah penentu tunggal dari
tingkah laku manusia. Jika ingin merubah tingkah laku manusia, perlu
dipersiapkan kondisi lingkungan yang mendukung kearah perubahan
itu. Pelopor aliran behaviorristik ini antara lain: Skinner, Thorndike,
Watson, Pavlov, Gadne (Bigge, 1982 : 10 - 11).

B. Harkat dan Martabat Manusia


Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurnah, karena manusia di
smping memiliki pisik biologis, juga di berikan akal pikiran, perasaan, hati, moral, dan
potensi yang sangat besar untuk dapat dikembangkan terus selama hidupnya. Manusia
harus dilihat secara menyeluruh sehingga kita memahami secara utuh harkat dan martabat
manusia.

6
Menurut Prayitno (2009: 14) hakikat manusia dilihat dari harkat dan martabat manusia
yaitu :
a. Makhluk yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Makhluk yang paling indah dan sempurna dalam penciptaan dan
pencitraannya.
c. Makhluk yang tinggi derajatnya
d. Khalifah di muka bumi
e. Pemilik hak asasi manusia

Hakikat manusia merupakan inti dari kemanusiaan manusia, mulai dari


awal penciptaannya dalam kondisi keberadaannya di muka bumi sampai
kepada kembalinya kepada sang pencipta Allah yang Maha Kuasa.

Harkat dan martabat manusia akan semakin mencapai hasil yang baik,
jika potensi diri manusia itu dikembangkan dengan baik. Pengembangan
potensi diri manusia tidak berjalan dengan sendirinya, tetapi memerlukan
upaya yang optimal dari diri sendiri dan lingkungannya.

Fitrah Kemanusiaan
Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia, yang diciptakan oleh
Tuhan degan sebaik-baik ciptaannya yang paling sempurna dan paling mulia.
Manusia dilahirkan Ibunya dalam keadaan fitrah atau suci, tidak berdosa,
sebagaimana dalam Islam dikatakan bahwa “Semua anak dilahirkan dalam
keadaan suci, orang tuanyalah yang menjadikan dia majusi atau nasrani. Oleh
sebab itu, fitrah manusia yang baik ini perlu dipelihara dan dikembangkan
dalam hidupnya agar tetap terjaga dan terpelihara sifat kefitrahan tersebut.
Lingkungan jangan mempengaruhi kepada hal-hal yang merusak fitrah
manusia yang baik tersebut.

7
C. Dimensi-dimensi Kemanusiaan
1. Dimensi Keindividualan
Manusia sebagai makhluk individual dimaksudkan sebagai seorang yang
utuh (individual; in-divide: tidak terbagi) yang terdiri dari kesatuan fisik dan
psikis. Keberadaan manusia sebagai individual bersifat unik (unique), artinya
berbeda antara satu dari yang lainnya. Setiap manusia sama mempunyai
mata,telinga,kaki, dan anggota tubuh lainnya namun tidak ada yang persis sama
bentuknya.
2. Dimensi Kesosialan
Seseorang akan menemukan “akunya”, manakala berada di tengah aku
yang lain. Artinya manusiatidak akan mengenali dirinya dan dapat mewujudkan
potensinya sebelum dia berinteraksi dengan manusia yang lain. Manusia adalah
makhluk sosial sekaligus adalah juga mkhluk individual.
3. Dimensi Kesusilaan
Dalam pergaulan sosial manusia diikat oleh nilai-nilai tertentu yang
menjadi patokan/ukuran bahwa suatu prilaku dianggap baik/buruk. Istilah susila
berasal dari dua kata, yaitu su berarti baik dan sila berarti dasar. Jadi kesusilaan
merupakan ukuran baik dan buruk.
4. Dimensi Keberagamaan
Manusia adalah makhluk yang religious, yang mengakui bahwa ada suatu
Dzat yang menguasai alam beserta isinya, yang dipuja, dan disembahnya yang
disebut Ilahi yaitu Tuhan. Manusia pada dasarnya tunduk dan patuh kepada Tuhan,
kepada ajaran-ajaran yang disampaikan melalui kitab suci-Nya.

D. Pengembangan Dimensi Kemanusiaan

Manusia secara individual terlahir ke muka bumi dengan segenap potensinya untuk
berkembang. Potensi tersebut tidak dengan sendirinya akan terwujud. Artinya diperlukan
upaya dar manusia lain untuk merangsang agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia agar menjadi manusia.

8
Agar potensi yang dimiliki manusia berkembang optimal, maka manusia memerlukan
orang lain dalam kehidupannya dalam proses sosialisasi. Tidak ada manusia yang maju dan
berhasil tanpa bergaul dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Oleh sebab itu setiap individu
harus mampu hidup dan menunjukkan kesendiriannya di tengah-tengah pergaulan sosialnya
dan mampu menerima keberadaan orang lain dalam dirinya.

E. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya

Manusia Indonesia yang utuh merupakan tujuan pembangunan seperti digambarkan oleh
GBHN bahwa pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membangun manusia
Indonesia yang seutuhnya, yang hidup secara serasi, selaras, dan seimbang antara kehidupan
jasmaniah dan rohaniah, individual, dan kemasyarakatan serta kehidupan dunia dan
akhiratnya.

Dalam masyarakat Indonesia yang beraneka ragam coraknya, memerlukan kemauan dan
kemampuan mengendalikan diri dan kepentingan yang pada gilirannya dapat menumbuhkan
keseimbangan dan stabilitas masyarakat. Oleh sebab itu, sikap hidup manusia Indonesia
adalah :

1. Kepentingan pribadinya tetap diletakkan dalam kerangka kesadaran dan kewajiban


sebagai makhluk sosial dalam kehidupan masyarakat.
2. Kewajiban terhadap masyarakat dirasakan lebih besaar dari kepentingan pribadinya.

Sikap dan pandangan hidup tersebut merupakan proses dan tujuan pendidikan dalam
keseimbangan yang selaras antar pemenuhan kebutuhan individu dengan pengembangan
hidup masyarakat.

Raka Joni (1989 : 10) menyatakan perananan kunci dari pendidik dalam interaksi
pendidikan adalah pengendalian yang pada dasarnya dilakukan dengan tiga cara, yaitu :

a. Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk memutuskan dan


berbuat
b. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan berbuat dengan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan

9
c. Menyediakan sistem dukungan yang menawarkan kesempatan serta kemudahan
belajar.

Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan (UUSPN) nomor 20 tahun 2003 merumuskan


fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokrasi serta bertanggung jawab.”

10
BAB II

HAKEKAT PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan

Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogie”, yang akarnya katanya
“pais” yang berarti anak dan “again” yang artinya membimbing. Jadi, “paedagogie” berarti
bimbingan yag diberikan kepada anak. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan
menjadi “education”. “Education” berasal dari bahasa Yunani “educare” yang berarti
membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan
berkembang.

Batasan atau definisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli atau suatu bangsa
tergantung dari sudut pandang yang dipergunakan dalam member arti, sehingga definisi
pendidikan ini berbeda antara satu dengan yang lain. Ada yang memberikan definisi
pendidikan yang lebih bersifat deskriptif, dimana mereka melihat dari bagaimana proses
terjadinya pendidikan itu sendiri, tanpa melihat tujuan apa yang ingin dicapai. Di samping itu
ada yang mendefinisikan pendidikan berdasarkan tujuannya atau lebih bersifat normatif
(Madyo Ekosusilo, 1987 : 3 ).

Langeveld adalah seorang ahli pendidikan bangsa Belanda yang pendidikannya


berorientasi ke Eropa dan lebih menekankan pada teori-teori (ilmu). Di Indonesia dapat kita
kenal dengan bukunya Paedagogik Teoritik Sistematis. Buku tersebut berisikan uraian yang
tersusun lengkap tentang konsep dasar dan masalah-masalah pendidikan. Ahli ini
merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut :

“Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar
anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan
orang lain.”

Rumusan diatas memiliki keterbatasan yakni yang menjadi subjek didik hanyalah
manusia yang tergolong “anak”, untuk mencapai kedewasaanya. Sifat daripada pendidikannya
ialah semua usaha, pengaruh, perlindungan, bimbingan, dan bantuan terhadap anak dari orang

11
dewasa, yang terjadi dalam suasana pergaulan antara orang dewasa dan anak, kapan saja dan
dimana saja. Perlu ditekankan bahwa tidak setiap pergaulan itu merupakan pendidikan.

John Dewey seorang ahli filsafat pendidikan Amerika pragmatisme dan dinamis,
pendidikan (education) diartikan sebagai “Proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesame manusia”
(IKIP.1992:1). Berbeda dengan Langeveld yang lebih menekankan pada teori-teori (ilmu)
sedangkan Dewey lebih menekankan pada kegunaan (pragmatis).

Driyarkara tokoh pendidikan kita yang sudah almarhum, tetapi pandangannya masih
tetap aktual pada masa sekarang dan bahkan pada masa yang akan datang, merumuskan
pendidikan dengan versi lain tokoh ini mengemukakan tiga rumusan yang masing-masing
rumusan itu berdasarkan kepada aspek-aspek yang melatarbelakangi pemikirannya. Rumusan
pertama, pokok pemikirannya adalah kemanusiaan, dimana pendidik memanusiakan anak
didik memanusiakan diri. Rumusan kedua, pokok pemikiran yang mendasarinya diambil dari
kenyataan bahwa pendidikan berarti memasukkan anak kedalam akan berdaya. Proses ini
menuntut aktifitas baik diri anak sendiri maupun dari pendidik. Menurut dasar pendidikan ini,
maka rumusan definisinya adalah sebagai berikut:

“Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan “tri tunggal” ayah-ibu-anak


dimana terjadi pembudayaan anak, dengan mana anak berproses untuk akhirnya
membudaya sendiri sebagai manusia purnawan (Driyarkara, 1980 : 130).”

Rumusan ketiga, dasar pemikiran dari pandangannya adalah nilai-nilai hidup manusia
pada prinsipnya merupakan pelaksanaan nilai-nilai ini, seperti cara berpakaian, cara hidup,
dan cara bergaul. Berdasarkan pokok pemikiran itu rumusan definisi yang dikemukakan
adalah sebagai berikut:

“Pendidikan adalah hidup bersama dalam satuan “tri tunggal” ayah-ibu-anak,


dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai dengan mana dia berproses untuk
akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan (Driyarkara,
1980 : 131).”

12
Dari rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah hidup bersama
dalam kesatuan tri tunggal ayah-ibu-anak dimana terjadi pemanusiaan anak, pembudayaan
anak, dan pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses, untuk akhirnya bisa
membudaya sendiri sebagai manusia purnawan, atau dengan kata lain memanusiakan anak
atau manusia muda menjadi manusia purnawan.

Ki Hajar Dewantara, sebagai Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia, peletak dasar


yang kuat pendidikan nasional yang progresif untuk generasi sekarang dan generasi :

“Pendidikan umumnya berarti daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya


budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek dan tubuh anak); dalam
Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita
memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, dan penghidupan anak-anak yang
kita didik, selaras dengan dunianya (Ki Hajar Dewantara, 1977 : 14).”

Tokoh ini adalah sebagai pelopor dan peletak dasar dari Pergurua Taman Siswa. Dasar
itu kini terkenal dengan nama “Panca Darma”. Dasar-dasar itu adalah dasar kemerdekaan,
dasar kebangsaan, dasar kemanusiaan, dasar kebudayaan, dan dasar kodrat alam. Dalam
pelaksanaannya dasar kemerdekaan ini dimaksudka agar pendidik memberikan kebebasan
kepada anak didik untuk mengatur dirinya sendiri dan mengembangkan individunya sendiri,
namun harus berdasarkan nilai hidup yang tinggi, sehingga dapat terwujudnya keseimbangan
dan keselarasan baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Pengertian yang terdapat dalam, Dictionary of Education, bahwa pendidikan


adalah:

“Pendididikan ialah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan


sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia
hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat
memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan
individu yang optimum (Dijen Dikti, 1983/1984 : 19).”

13
Pengertian pendidikan yang tertera dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (Tap
MPR No. II/MPR/1988), dinyatakan sebagai berikut:

“Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan


kepribadian dengan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat, dan pemerintah.”

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 Bab I


pasal 1 menggariskan pengertian:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Pengertian pendidikan yang ada dalam UUSPN tersebut dipertegas lagi dalam
ketetapan MPR, bahwa pendidikan adalah supaya untuk:

“Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah,


terpadu, dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh
seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal
disertai dengan hak dukungan dan lingkungan sesuai dengan potensinya.”

Dari semua definisi yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
itu mengandung beberapa cirri/unsur umum seperti berikut:

1. Bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dari si pendidik yang mempunyai


tanggung jawab kepada masa depan anak atau peserta didik.
2. Usaha itu mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yaitu pengembangan diri
individu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
sehingga bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang pribadi dan

14
sebagai seorang anggota masyarakat, serta mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang selalu berubah.
3. Dalam pencapaian tujuan pendidikan anak didik perlu diikutsertakan untuk
terlibat secara aktif sepenuhnya.
4. Pencapaian tujuan tersebut terlaksana dalam suatu proses dimana diperlukan
bimbingan yang terencana, teratur, dan sistematis.
5. Kegiatan tersebut terselenggara dalam jalur pendidikan di sekolah dan
pendidikan di luar sekolah.

B. Ilmu Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia,
memiliki lapangan yang sangat luas. Ruang lingkup lapangan pendidikan mencakup semua
pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan.

Ilmu pendidikan sebagai teori perlu dipelajari oleh pendidik, karena akan memberi
beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah tujuan mana yang akan
dicapai
2. Untuk menghindari atau mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktek, karena
dengan memahami teori pendidikan, seseorang akan mengetahui mana yang
boleh, dan mana yang tidak boleh dilakukan
3. Dapat dijadikan sebagai tolok ukur, sampai dimana seseorang telah berhasil
melaksanakan tugas dalam pendidikan.

C. Hakekat Pendidikan

Hakekat pendidikan tidak akan terlepas dari hakekat manusia, sebab urusan utama
pendidikan adalah manusia. Wawasan yang dianut oleh pendidik dalam hal ini guru, tentang

15
manusia akan mempengaruhi strategi atau metode yang digunakan dalam melaksanakan
tugas-tugasnya.

Beberapa asumsi dasar yang berkenaan dengan hakekat pendidikan itu dinyatakan oleh
Raka Joni (1985 : 2) sebagai berikut:

1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh


keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidikan
2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan
hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat
3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat
4. Pendidikan berlangsung seumur hidup
5. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan
dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.

D. Peranan Pendidikan dalam Kehidupan Manusia


 Pendidikan untuk mencapai Kemanusiaan yang ideal
Manusia dalam hidupnya selalu terkait dengan masa lalunya dan sekaligus
mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya.
 Pendidikan untuk Pengembangan Dimensi Kemanusiaan
Pendidikan di samping untuk mencapai manusia yang ideal, atau yang dicita-
citakan, pendidikan juga diarahkan untuk pengembangan dimensi kemanusiaan,
sehingga manusia bisa berkembang secara optimal.

E. Pendidikan Sebagai Sistem


Salah satu cara untuk memperoleh gambaran yang lebih mantap tentang pendidikan,
yaitu dengan mempergunakan pendekatan sistem. Pendekatan sistem dalam pendidikan
dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

16
F. Faktor-Faktor Pendidikan

Dalam kegiatan atau proses pendidikan terdapat faktor-faktor pendidikan yang dapat
membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi. Faktor-faktor pendidikan tersebut
adalah seperti berikut:

 Faktor tujuan
 Faktor pendidik
 Faktor subjek didik
 Faktor isi/materi pendidikan
 Faktor cara/metode dan alat
 Faktor situasi lingkungan

a. Tujuan
Tujuan merupakan faktor pendidikan yang memiliki posisi penting dalam proses
pendidikan. Bermacam-macam tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pendidik supaya
dapat dicapai oleh subjek didik.

b. Pendidik
Pendidik ialah orang yang mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan
pendidikan. Orang tua biasanya disebut pendidik menurut kodrat, sedangkan guru, dan
tenaga-tenaga lainnya yang sejenis disebut pendidik menurut jabatan.

c. Subjek didik
Istilah subjek didik digunakan berdasarkan pandangan bahwa makhluk manusia
yang dididik adalah makhluk yang berkepribadian.

d. Isi/materi Pendidikan
Berdasarkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, ditetapkan isi/materi pendidikan
yang relevan.

17
e. Metode dan Alat Pendidikan
Erat kaitannya dengan materi/bahan pelajaran adalah metode pendidikan.
Kenyataann menunjukkan bahwa peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi
edukatif.

f. Lingkungan Pendidikan
Pengertian lingkungan pada hakekatnya merupakan sesuatu yang ada di luar diri
individu, walaupun ada juga yang mengatakan bahwa ada lingkungan yang terdapat dalam
diri individu. Para ahli membedakan jenis lingkungan menjadi, lingkungan alam dan
lingkungan sosial.
Menurut tempat pelaksanaan pendidikan, lingkungan dibedakan atas :
 Keluarga
 Sekolah
 Masyarakat

18

Anda mungkin juga menyukai