Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa

dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai

persiapan memasuki masa dewasa. World health organization (WHO)

mengkategorikan batas usia remaja antara usia 10-21 tahun, dengan kriteria

untuk masa pra-remaja 10-12 tahun, masa remaja awal usia 12-15 tahun,

remaja pertengahan 15-18 tahun, dan remaja akhir 18-21 tahun (Monks,

2006).

Remaja merupakan tahap akhir pematangan biologis manusia dalam

mata rantai tumbuh kembang anak. Data demografi menunjukkan remaja

merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Data WHO tahun 2007,

sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun dan

pada tahun yang sama biro pusat statistik mencatat populasi remaja Indonesia

sebesar 30% dari 215 juta penduduk. Tahun 2008, data profil kesehatan

Indonesia mencatat penduduk Indonesia yang tergolong usia 10-19 tahun

adalah sekitar 44 juta jiwa atau 21% yang terdiri dari 50,8% remaja laki-laki

dan 49,2% remaja perempuan (Profil Kesehatan Indonesia, 2009).

Data statistik, jumlah penduduk di Jawa Tengah pada tahun 2010

adalah 33.561.468 jiwa dengan jumlah remaja usia 10-21 tahun 3.878.474

jiwa. Jumlah ini relatif cukup besar, karena mereka akan menjadi generasi
2

penerus yang akan menggantikan kita di masa yang akan datang. Status atau

keadaan kesehatan mereka saat ini akan sangat menentukan kesehatan mereka

disaat dewasa, khususnya bagi perempuan, terutama mereka yang menjadi ibu

dan melahirkan (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2010).

Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa, tidak
1
semua menyadari bahwa pada masa remaja terjadi perubahan yang besar.

Perubahan yang terjadi dengan cepat pada tinggi badan dan berat badan

dikenal dengan istilah adolescence growth spurt. Sering kali kondisi ini sulit

dilewati dengan nyaman karena adanya perubahan yang bersifat fisik.

Perubahan fisik yang terjadi berhungan langsung dengan kepribadian, seksual

dan peran sosial remaja dalam masyarakat terutama yang berkaitan dengan

pengetahuan tentang pubertas dan kaitannya dengan kecemasan dalam

menghadapi perubahan seks sekunder (Nirmala, 2011:21).

Masa permulaan pubertas pada anak perempuan biasanya terjadi antara

usia 10-15 tahun tetapi bisa lebih awal pubertas dini atau terlambat tergantung

faktor-faktor genetik individu. Pada anak laki-laki diawali dengan pelepasan

hormon-hormon dari kelenjar pituitary yang menyebabkan mimpi basah

pertama, pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut

pada bagian tertentu di dada, di ketiak, di kaki, di tangan, kumis dan

sebagainya. Sedangkan anak perempuan masa pubertas dimulai dengan

payudara membesar, pinggul membesar, munculnya rambut pada kemaluan

dan ketiak. Sebagai respon untuk produksi dan pelepasan hormon-hormon

perempuan estrogen dan progesteron (Nirwana, 2011:47).


3

Remaja putra dan putri yang pengetahuannya kurang tentang

perubahan seks sekunder mengatakan bahwa timbul perasaan negatif seperti

cemas, takut, malu dan bingung ketika mereka menghadapi hal tersebut

(Kurniawan, 2009). Remaja mendapatkan informasi yang benar niscaya akan

bermanfaat untuk meredam kerisauan yang tidak perlu. Gadis remaja yang

belum juga mengalami pertumbuhan seks sekunder seperti yang belum juga

tumbuh bulu kemaluanya maksimal pada umur 14 tahun, perjaka sampai usia

15 tahun belum ada tanda-tanda munculnya rambut disekitar penisnya

sebaiknya memeriksakan diri ke dokter karena masalah pubertas yang tertunda

(Boyke, 2006 :2).

Penelitian Indriyani (2008), menunjukkan bahwa sebanyak 32 (75%)

siswa mempunyai pengetahuan yang sedang tentang pubertas. Sebagian besar

kecemasan menghadapi perubahan sekunder masuk kategori sedang sebanyak

43 (60%) siswa. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan

dengan sikap dalam menghadapi kecemasan perubahan sekunder pada siswa

di SMA 15 Medan (pvalue = 0,001).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 15 siswa di SD Negeri

03 Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, ada 3 (20%) siswa yang

mengetahui perubahan seks sekunder dan 12 (80%) siswa yang tidak

mengetahui perubahan seks sekunder. Pengetahuan tentang perubahan seks

sekunder dapat meliputi kapan terjadi perubahan seks sekunder, ciri-ciri

perubahan seks sekunder dan apa yang menyebabkan perubahan seks sekunder

itu terjadi. Dari 3 yang mengetahui perubahan seks sekunder ada 2 (13,33%)
4

siswi diantaranya merasa senang dan 1 (6,67%) merasa biasa saja terhadap

perubahan itu. Sedangkan 12 siswa yang mengetahui perubahan seks sekunder

ada 8 (53,33%) siswa merasa malu (tidak percaya diri), ada 4 (26,67%) siswa

merasa tidak senang.

Fenomena diatas menunjukkan bahwa pengetahuan siswa tentang

perubahan seks sekunder sangat mempengaruhi sikap mereka yang terjadi

dalam diri mereka misalnya siswa yang tidak tahu tentang perubahan seks

sekunder yang terjadi pada diri mereka, mereka lebih cenderung merasa malu

atau tidak percaya diri, lain halnya dengan yang mengetahui tentang

perubahan seks sekunder dimana mereka lebih cenderung merasa senang dan

biasa saja.

Alasan diatas yang membuat peneliti tertarik mengambil judul

hubungan tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan kecemasan

menghadapi perubahan seks sekunder di SD Negeri 03 Cendono Kecamatan

Dawe Kabupaten Kudus.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dari latar belakang dapat dirumuskan

masalah penelitiannya. adakah hubungan tingkat pengetahuan tentang

pubertas dengan kecemasan menghadapi perubahan seks sekunder di SD

Negeri 03 Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus?


5

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan

kecemasan menghadapi perubahan seks sekunder di SD Negeri 03

Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.

2. Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan

kecemasan menghadapi perubahan seks sekunder di SD Negeri 03

Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.

b. Mendeskripsikan kecemasan menghadapi perubahan seks sekunder di

SD Negeri 03 Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.

c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan

kecemasan menghadapi perubahan seks sekunder di SD Negeri 03

Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi pembuat kebijakan


a. Dinas kesehatan
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan untuk
memberikan penyuluhan-penyuluhan terutama yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi pada remaja, karena selama ini masih kurang
penyuluhan yang dilakukan di sekolah-sekolah.

b. SD Negeri 03 Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus


Hasil penelitian ini mampu menjadi landasan pelaksanaan program
kegiatan bimbingan, pembinaan dan konseling dalam upaya
6

peningkatan pengetahuan siswa dengan kecemasan menghadapi


perubahan seks sekunder di SD Negeri 03 Cendono Kecamatan Dawe
Kabupaten Kudus.
2. Bagi institusi
Hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan, yang dimanfaatkan oleh
mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kecemasan
menghadapi perubahan seks sekunder dan dapat dijadikan bahan acuan
atau sumber untuk penelitian sejenis selanjutnya.
3. Bagi peneliti
Untuk menambah pengalaman dalam bidang penelitian, khususnya
mengenai kecemasan menghadapi perubahan seks sekunder.
4. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai upaya
penanganan kecemasan menghadapi perubahan seks sekunder.

E. Keaslian penelitian terdahulu

Variabel, jenis
Teknik analisa data dan
No Peneliti dan judul penelitian, populasi, Hasil penelitian
tujuan penelitian
sampel
1 Fatonah (2009) Jenis penelitian ini Teknik analisa Ada hubungan tingkat
hubungan tingkatadalah cross sectional menggunakan uji Chi pengetahuan remaja
pengetahuan remajarancangan penelitian Square putri dengan sikap
putri dengan sikapdeskriptif korelatif. Tujuan penelitian : tentang perubahan fisik
tentang perubahansampel sejumlah 100 pada masa pubertas di
untuk mengetahui
fisik pada masayang didapat secara SMP Al ahyar Madiun
hubungan tingkat
pubertas di SMP Al-random sampling
ahyar Madiun pengetahuan remaja
putri dengan sikap
tentang perubahan
fisik pada masa
pubertas di SMP Al-
ahyar Madiun
2 Marjanah (2006) Jenis penelitian ini Teknik penelitian Hasil analisis terdapat
hubungan tingkatadalah deskriptif menggunakan uji Chi hubungan tingkat
pengetahuan remajaanalitik dengan Square pengetahuan remaja
putri tentangpendekatan cross Tujuan penelitian : putri tentang perubahan
perubahan sectional. Sampel psikologis pada masa
untuk mengetahui
psikologis padapenelitian ini, yaitu pubertas di MTs Nurul
hubungan tingkat
masa pubertas disiswa putri Mts Nurul Huda Rembang
MTs Nurul HudaHuda Rembang pengetahuan remaja
7

Rembang sejumlah 140 putri tentang


responden yang perubahan psikologis
didapat secara pada masa pubertas di
stratified random MTs Nurul Huda
sampling. Rembang

Sedangkan dalam penelitian ini peneliti ingin mencari hubungan

tingkat pengetahuan tentang pubertas dengan kecemasan menghadapi

perubahan seks sekunder. Perbedaan antara penelitian tersebut dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah desain penelitian, variabel

penelitian, subjek penelitian, serta uji analisis yang digunakan, sedangkan

persamaan yang dapat dilihat yaitu perubahan pada masa pubertas dan

permasalahan yang mendasari dilakukan penelitian.

Dari dua penelitian yang dikemukakan di atas terdapat perbedaan

dengan penelitian yang akan dilaksanakan penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Peneliti sekarang meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang

pubertas dengan kecemasan menghadapi perubahan seks sekunder di SD

Negeri 03 Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independent dan

dependent, jenis penelitian yang digunakan adalah korelasi, sedangkan

penelitian terdahulu meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan

remaja putri dengan sikap tentang perubahan fisik pada masa pubertas di

SMP AlAhyar Madiun. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif

dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

2. Peneliti sekarang meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang

pubertas dengan kecemasan menghadapi perubahan seks sekunder di SD


8

Negeri 03 Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independent dan

dependent, jenis penelitian yang digunakan adalah korelasi, sedangkan

peneliti terdahulu meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan remaja

putri tentang perubahan psikologis pada masa pubertas di MTS Nurul

Huda Rembang, jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan

pendekatan cross sectional.

Anda mungkin juga menyukai