Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah kita diberikan nikmat kesehatan hingga sampai
sekarang ini. Dan tak lupa pula shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW. Serta para sahabat-sahabat-Nya, pengikut-pegikutnya hingga
akhir zaman. Dimana yang telah mengajarkan iman dan islam kepada kita, sehingga kita
dapat menikmati indahnya keimanan dan Islam.

Dengan penuh rasa syukur kami ucapkan karena dapat menyelesaikan tugas KMB II
ini. Dalam penulisan dan penyusuan kata-kata pada tugas ini masih banyak kesalahan
penulisan, untuk itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pambaca demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang.

Akhir kata semoga Makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Kendari, Februari 2020

Penulis,

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang  
Infeksi meningococcus dapat terjadi secara endemikmaupun epidemik. Secara klinis
keduanya tidak dapat dibedakan, tetapi serogroupdari strain yang terlibat berbeda. Kasus
endemik pada negara-negara berkembangdisebabkan oleh strain serogroup B yang biasanya
menyerang usia dibawah 5 tahun, kebanyakan kasus terjadi pada usia antara 6 bulan dan 2
tahun. Kasusepidemik disebabkan oleh strain serogroup A dan C, yang mempunyai
kecendrunganuntuk menyerang usia yang lebih tua.Lebih dari setengah kasus
meningococcus terjadi pada umurantara 1dan 10 tahun. Penyakit inirelatif jarang didapatkan
pada bayi usia ≤3 bulan. Kurang dari 10% terjadi pada pasien usia lebih dari 45 tahun.
DiAS dan Finland, hampir 55% kasus pada usia dibawah 3 tahun selama
keadaannonepidemik, sedangkan di Zaria, Negeria insiden tertinggi terjadi pada pasienusia
5 sampai 9 tahun.

Keadaan geografis dan populasi tertentu merupakanpredisposisi untuk terjadinya


penyakit epidemik. Kelembaban yang rendah dapatmerubahbarier mukosa nasofaring,
sehingga merupakan predisposisi untukterjadinya infeksi. Meningococcal epidemik di
daerah Sao Paulo dari 1971 sampai1974 dimulai pada bulan Mei dan Juni, yang merupakan
peralihan dari musim hujanke musim panas. African outbreaks terjadi selama musim panas
dari bulanDesember hingga juni. Di daerahSub-saharan Meningitis Belt (Upper volta,
Dahomey, Ghana dan Mali di barat, hinggaNiger, Nigeria, Chad, Sudan di timur) di mulai
pada musism panas/winter dry season(November-Desember),mencapai puncaknya pada
akhir April-awal Mei, saat angingurun Harmattan berkepanjangan dan tingginya suhu udara
sepanjang hari; diakhiri secara mendadak dengan dimulainya musim penghujan. Walaupun
terpaparnya populasi yang rentan terhadap strain baru yang virulen mungkin merupakan
penyebab epidemik, beberapa faktor lain termasuk lingkungan yang padat penduduk,
adanya kuman saluran nafas pathogen lain, hygiene yang rendah danlingkungan yang buruk
merupakan pencetus untuk terjadinya infeksi epidemik. InfeksiN. meningitidis semata-mata
hanya mengenai manusia. Telah terbukti bahwa tidakdidapatkan adanya host antara,
reservoar atau transmisi dari hewan ke manusiapada infeksi M. meningitidis. Nasofarings
merupakan reservoar alami bagi meningococcus,transmisi dari kuman tersebut terjadi lewat

2
saluran pernafasan (airbonedroplets), serta kontak seperti dalam keluarga atau situasi recruit
training.

Pada suatu studi yang dilakukan oleh Artenstein dkk, didapatkan bahwa sebagian
besar partikel dari droplet salurannafas mengandung meningococcus. Meningococcus bisa
didapatkan pada kultur darinasofaring dari manusia sehat, keadaan ini disebut carrier. Hal
tersebut dapatmeningeal tergantung kepada kemampuan dari kapsel polisakarida untuk
menghambataktivitas sistim komplemen bakterisidal yang klasik dan
menginhibisiphagositosis neutrophil. Aktivasi dari sistim komplemen merupakan hal
yangsangat penting dalam mekanisme pertahanan terhadap infeksi N. meningitidis.Pasien
dengandefisiensi dari komponen terminalkomponen (C5, C6, C7, C8 dan mungkin C9)
merupakan resiko tinggi untukterinfeksi Neisseria (termasuk N.Meningitidis).
(Sumber : Irfannuddin ;Fisiologi Paramedis)

Faktor resiko utama untuk meningitis adalah respons imunologi terhadap patogen
spesifik yang lemah terkait dengan umur muda. Resiko terbesar pada bayi (1 – 12 bulan); 95
% terjadi antara 1 bulan dan 5 tahun, tetapi meningitis dapat terjadi pada setiap umur.
Resiko tambahan adalah kolonisasi baru dengan bakteri patogen, kontak erat dengan
individu yang menderita  penyakit invasif, perumahan padat penduduk, kemiskinan, ras
kulit hitam, jenis kelamin laki-laki dan pada bayi yang tidak diberikan ASI pada umur 2 – 5
bulan. Cara penyebaran mungkin dari kontak orang ke orang melalui sekret atau tetesan
saluran pernafasan
Meningitis Bakterial Di Indonesia, angka kejadian tertinggi pada umur antara 2 bulan-2
tahun. Umumnya terdapat pada anak distrofik,yang daya tahan tubuhnya rendah. Insidens
meningitis bakterialis  pada neonatus adalah sekitar 0.5 kasus per 1000 kelahiran hidup.
Insidens meningitis pada bayi  berat lahir rendah tiga kali lebih tinggi dibandingkan bayi
dengan berat lahir normal. Streptococcus group B dan E.coli merupakan penyebab utama
meningitis bakterial pada neonatus. Penyakit ini menyebabkan angka kematian yang cukup
tinggi (5-10%). Hampir 40% diantaranya mengalami gejala sisa berupa gangguan
pendengaran dan defisit neurologis.
Meningitis Tuberkulosis . Di seluruh dunia, tuberkulosis merupakan penyebab utama dari
morbiditas dan kematian  pada anak. Di Amerika Serikat, insidens tuberkulosis kurang dari
5% dari seluruh kasus meningitis bakterial pada anak, namun penyakit ini mempunyai
frekuensi yang lebih tinggi pada daerah dengan sanitasi yang buruk. Meningitis tuberkulosis
masih banyak ditemukan di Indonesia karena morbiditas tuberkulosis anak masih tinggi.

3
Angka kejadian tertinggi dijumpai pada anak terutama bayi dan anak kecil dengan
kekebalan alamiah yang masih rendah. Angka kejadian jarang dibawah usia 3  bulan dan
mulai meningkat dalam usia 5 tahun pertama, tertinggi pada usia 6 bulan sampai 2 tahun.
Angka kematian berkisar antara 10-20%. Sebagian besar memberikan gejala sisa, hanya
18% pasien yang normal secara neurologis dan intelektual. Anak dengan meningitis
tuberkulosis yang tidak diobati, akan meninggal dalam waktu 3-5 minggu. Angka kejadian
meningkat dengan meningkatnya jumlah pasien tuberkulosis dewasa.

B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Meningitis?
b. Bagaimana etiologi terjadinya Meningitis?
c. Bagaimana patofisiologi penyakit Meningitis?
d. Apa saja komplikasi dari Meningitis?
e. Apa saja manifestasi klinis penyakit Meningitis?
f. Bagaimana penatalaksanaan dari kasus Meningitis?
g. Bagaimana asuhan keperawatan kasus Meningitis?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan piameter
dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan serebrospinal (CSS).
Peradangan yang terjadi pada Meningitis yaitu membran atau selaput yang melapisi
otak dan medula spinalis, dapat disebkan berbagai organisme seperti virus, bakteri
ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan
otak (Wordpress. 2009)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau
selaput yang melpaisi otak dan medula spinalis, dapat disebabkan oleh berbagai
organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah
dan berpindah kedalam cairan otak (Black & Hawk.2005)
Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medula spinalis.
Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder) seperti
Sinusiotis, Otitis Media, Pneumonia, Edokarditis atau Osteomielitis. Meningitis
bakterial adalah inflamasi arakhnoid dan piameter yang mengenai CSS, Meningeotis
juga bisa disebut Leptomeningitis adalah infeksi selaput arakhnoid dan CSS di dala
ruangan subarakhnoid (Lippincott Williams & Wilkins.2012)

B. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Sementara meningitis bakteri
lebih berbahaya..
1. Meningitis Bakteri
Saat ini ada beberapa bakteri yang dapat menyebabkan meningitis. Beberapa di
antaranya:
a) Bakteri Meningokokus atau Meningococcal bakteri. Ada beberapa jenis bakteri
meningococcal disebut grup A, B, C, W135, Y dan Z. Saat ini sudah ada vaksin
yang tersedia untuk perlindungan terhadap grup C meningococcal bakteri..
b) Streptococcus pneumoniae bakteri atau pneumokokus bakteri ini cenderung
mempengaruhi bayi dan anak-anak dan orang tua karena sistem kekebalan tubuh
mereka lebih lemah dari kelompok usia lainnya.

5
c) Mereka yang memiliki CSF shunt atau memiliki cacat dural mungkin bisa
terkena meningitis yang disebabkan oleh Staphylococcus
d) Pasien yang memiliki tulang belakang prosedur (misalnya tulang belakang
anaesthetia) beresiko meningitis yang disebabkan oleh Pseudomonas spp.
e) Sifilis dan tuberkulosis menuju meningitis serta jamur meningitis langka
penyebab tetapi terlihat dalam individu positif HIV dan orang-orang dengan
kekebalan yang ditekan.

Menurut kelompok usia, beberapa bakteri kemungkinan penyebab meningitis meliputi:

a) Dalam baru-borns - pneumokokus bakteri atau group B streptokokus, Listeria


monocytogenes, Escherichia coli
b) Bayi dan anak-anak - H. influenzae tipe b, pada anak-anak kurang dari 4 tahun dan
menjadi unvaccinated menimbulkan risiko meningitis karena Meningokokus,
Streptococcus radang paru-paru
c) Anak-anak dan orang dewasa : S. pneumoniae, H. influenzae tipe b, N. meningitidis,
gram negatif Basil, staphylococci, streptokokus dan L. monocytogenes.
d) Orang tua dan orang-orang dengan kekebalan ditekan : S. pneumoniae, L.
monocytogenes, tuberculosis (TB), organisme gram-negatif
e) Setelah cedera kepala atau infeksi yang diperoleh setelah tinggal di rumah sakit atau
prosedur. Termasuk infeksi dengan Kleibsiella pneumoniae, E.coli, Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus

2. Transmisi infeksi
Meningococcal bakteri yang menyebabkan meningitis tersebar yang biasanya
melalui kontak dekat yang berkepanjangan. Penyebaran dimungkinkan karena pasien
berada dekat dari orang yang terinfeksi melalui bersin, batuk, berbagi barang-barang
pribadi seperti, sikat gigi, sendok garpu, peralatan dll. Bakteri pneumokokus juga
tersebar oleh kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, batuk, bersin dll. Namun,
dalam kebanyakan kasus hal ini hanya menyebabkan infeksi ringan, seperti infeksi
telinga tengah (otitis media). Orang-orang dengan sistem kekebalan rendah yang dapat
mengembangkan infeksi lebih parah seperti meningitis.

6
3. Meningitis virus penyebab
Ada beberapa virus yang dapat menyebabkan meningitis. Vaksinasi terhadap banyak
virus ini telah menyebabkan penurunan kejadian beberapa kasus meningitis. Contoh
campak, gondok dan Rubela (MMR) . Vaksinisasi tersedia bagi anak dengan kekebalan
rendah terhadap gondok, yang dulunya merupakan penyebab utama dari virus
meningitis pada anak-anak.
Virus yang dapat menyebabkan meningitis meliputi:
1) virus herpes simpleks-ini dapat menyebabkan genital herpes
2) enteroviruses-virus flu perut - ini telah menyebabkan polio di masa lalu juga
bertanggung jawab atas
3) Gondok
4) Echovirus
5) Coxsackie
6) Virus herpes zoster
7) Campak
8) Arbovirus
9) Influenza
10) HIV
11) Virus West Nile

4. Transmisi HIV
Infeksi virus meningitis dapat menyebar oleh kontak dekat dengan orang
terinfeksi dan yang terkena ketika orang bersin dan batuk. Mencuci tangan setelah
terkontaminasi dengan virus-misalnya, setelah menyentuh permukaan atau objek yang
memiliki virus di atasnya dapat mencegah penyebaran.

5. Penyebab lain dari meningitis


Penyebab lain dari meningitis meliputi:
a) Meningitis jamur-disebabkan oleh Cryptococcus, Histoplasma dan Coccidioides
spesies dan melihat pada pasien AIDS
b) Parasit yang menyebabkan meningitis-termasuk contoh meningitis eosinophilic yang
disebabkan oleh angiostrongyliasis
c) Organisme lainnya seperti tuberkulosis atipikal, sifilis, penyakit Lyme, leptospirosis,
listeriosis dan brucellosis, penyakit Kawasaki dan Mollaret's meningitis

7
d) Mungkin ada tidak ada infeksi dan peradangan hanya meninges menuju bebas-
infektif meningitis. Hal ini disebabkan oleh tumor, leukemia, limfoma, obat dan
bahan kimia yang diberikan spinally atau epidurally selama anestesi atau prosedur,
penyakit seperti Sarkoidosis, sistemik lupus eritematosus dan penyakit dll.
(News Medical Life Sciences & Medicine)

C. Patofisiologi
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ
atau jaringan tubuh yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai ke
selaput otak, misalnya pada penyakit faringitis, tonsilitis, pneuminoa,
bronchopneumonia dan endokarditis. Penyebaran bakteri atau virus dapat pula secara
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada didekat selaput otak,
misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis, trombosis sinus kavernosus dan sinusitis.
Penyebaran bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau
komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman kedalam ruang subaraknoid menyebabkan
reaksi radang pada pia dan arkhnoid, CSS (cairan serebrospinal) dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami
hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit
polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam
beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-
sel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan. Bagian luar mengandung
leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan dilapisan dalam terdapat makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron.
Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrono-purulen menyebabkan
kelainan kraniales. Pada meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal
tampak jernih dibandingkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
(Universitas Sumatra Utara)

D. Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis antara lain
1. Trombosis vena cerbral, yang menyebabkan kejang, koma, atau kelumpuhan.

8
2. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan diruangan subdural karena
adanya infeksi karena kuman.
3. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal yang
disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.
4. Ensefalitis, yaitu radang pada otak
5. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah diotak.
6. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infrak otak karena adanya
infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada jaringan otak.
7. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran pendengaran.
8. Gangguan perkembangan mental dan intelegensi karena adanya retardasi mental
yang mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak terganggu.
(Harsono. 2007)

E. Manifestasi Klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala.rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk
dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya
otot – otot ekstensor tenkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus. Yaitu tengkuk kaku dalam
sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun.
tanda kernig dan brudzinsky positif . Gejala meningitis di akibatkan dari infeksi dan
peningkatan TIK
1. Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala di hubungkan
dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam
umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
2. Perubahan pada tinkat kesadaran dihubunkan dengan meningitis bakteri.
Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit
individu terhadap proses fisiologik. Manifestasi prilaku juga umum terjadi. Sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak response, dan koma.
3. Iritasi meningen negakibatkan sejumlah tanda yang mudah di kenali yang umumnya
terlihat pada semua tipe meningitis.
4. Rigiditas nukal (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot otot leher .fleksi paksaan
menyebabkan nyeri berat.
5. Tanda kerning positif : ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan
fleksi kea rah abdomen , kaki tidak dapat di ekstensikn sempurna.

9
6. Tanda brudzinski: bila leher difleksikan, maka di hasilkan fleksi lutut dan pinggul;
bila di lakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka
gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
7. Demikian pula alas an yang tidak di ketahui, pasien iini mengeluh mengalami
fotofobia atau sensitive yang berlebihan terhadap cahaya.
8. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis. Kejang terjadi
terjadi sekunder akibat area vocal kortikal yang peka. Tanda tanda peningkatan TIK
sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan
karakteristik tanda tanda vital(melebarnya tekanan pulse dan bradikardia),pernafasan
tidak teratur, sakit kepal muntah, dan penrunan tingkat kesadaran.
9. Adanya ruam merupakan salah satu ciri yang menyolok pada meningitis
meningokokal (Neisseria meningitis). Sekitar dari semua pasien dengan tipe
meningitis mengembangkan lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam petekie dengan
lesi purpura asmpai ekimosis pada daerah yang luas.
10. Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% dengan meningitis meningiokokkus,
dengan tanda tanda septicemia; demam tinggi yang tiba tiba muncul, lesi purpura
ynag menyebar(sekitar wajah dan ekstremitas), syok dan tanda tanda koagulopati
intravaskuler diseminata (KID).kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam
setelah serangan infeksi.
11. Organisme penyebab infeksi selalu dapat di identifikasi melalui biakan kuman ada
cairan serebrosinal dan darah.counter immuno electrooesis (CIE) digunakan secara
luas untuk mendeteksi antigen bakteri ada cairan tubuh, umumnya cairan
serebrosnal dan urine

F. Penatalaksanaan Medis
Terapi Konservatif/Medikal
1) Terapi Antibiotik
Pemilihan obat-obatan antibiotika, harus terlebih dahulu dilakukan kultur darah
dan lumbal punksi guna pemberian antibiotika disesuaikan dengan kuman penyebab.
Berikut ini pilihan antibiotika atas dasar umur
Pemilihan antimikrobial pada meningitis otogenik tergantung pada pemilihan
antibiotika yang dapat menembus sawar darah otak, bakteri penyebab serta perubahan
dari sumber dasar infeksi. Bakteriologikal dan respon gejala klinis kemungkinan akan

10
menjadi lambat, dan pengobatan akan dilanjutkan paling sedikit 14 hari setelah hasil
kultur CSF akan menjadi negatif.
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan
perawat perlu menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai
tempat bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim
medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis
meliputi: Pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah
otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk
menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan
sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji
resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif
digunakan.

Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):

1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg


selama 1 setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1
tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari
selama 3 bulan.
Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):
1. Sefalosporin generasi ketiga
2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.

Pengobatan simtomatis:
1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-
0,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau
Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat
digunakan untuk mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.

11
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik:
pemberian tambahan volume cairan intravena
2) Kortikosteroid
Efek anti inflamasi dari terapi steroid dapat menurunkan edema serebri,
mengurangi tekanan intrakranial, akan tetapi pemberian steroid dapat menurunkan
penetrasi antibiotika kedalam abses dan dapat memperlambat pengkapsulan abses, oleh
karena itu penggunaan secara rutin tidak dianjurkan. Oleh karena itu kortikosteroid
sebaiknya hanya digunakan untuk tujuan mengurangi efek masa atau edema pada
herniasi yang mengancam dan menimbukan defisit neurologik fokal. Label et al (1988)
melakukan penelitian pada 200 bayi dan anak yang menderita meningitis bakterial
karena H.Influenzae dan mendapat terapi deksamehtason 0,15 Mg/kgBB/x tiap enam
jam selama 4hari, 20 menit sebelum pemberian antibiotika. Ternyata pada pemeriksaan
24jam kemudian didapatkan penurunan tekanan CSF, peningkatan kadar glukosa CSF
dan penurunan kadar protein CSF. Yang mengesankan dari penelitian ini bahwa gejala
sisa berupa gangguan pendengaran pada kelompok yang mendapatkan deksamethason
adalah lebih rendah dibandingkan kontrol. Tunkel dan Scheld (1995), menganjurkan
pemberian deksamethason hanya pda penderita dengan resiko tinggi, atau pada
penderita dengan status mental sangat terganggu, edema otak atau tekanan intrakranial
tinggi. Hal ini mengingat efek samping penggunaan deksamethason yang cukup banyak
seperti perdarahan traktus gastrointestinal, penurunan fungsi imun selular sehingga
menjadi peka terhadap patogen lain dan mengurangi penetrasi antibiotika kedalam
CSF.

3) Terapi Operatif
Penanganan vokal infeksi dengan tindakan operatif mastoidektomi. Pendekatan
mastoidektomi harus dapat menjamin eradekasi seluruh jaringan patologik dimastoid.
Maka sering diperlukan mastoidektomi radikal. Tujuan operasi ini adalah untuk
memaparkan dan mengeksplorasi seluruh jalan yang mungkin digunakan oleh invasi
bakteti.
Selain itu juga dapat dilakukan tindakan trombektomi, jugular vein
ligation,perisinual dan cerebellar abcess drainage yang diikuti antibiotika broad
spectrum dan obat-obatan yang mengurangi edema otak yang tentunya akan
memeberikan outcome yang baik pada penderita komplikasi intrakranial dari otitis
media. (Majalah Kedokteran Nusantara Vol.3.2006)

12
BAB VI

Penutup

A. Kesimpulan
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan
piameter dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan serebrospinal
(CSS) yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Pada penderita Meningitis biasanya di
jumpai Keluhan pertama yaitu nyeri kepala.rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk
dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya
otot – otot ekstensor tenkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus yaitu tengkuk kaku dalam
sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi, Kesadaran menurun,
tanda kernig dan brudzinsky positif . Untuk penanganan penderita menginitis dapat
diberikan terapi medis yaitu pemberian obat antibiotik dan kortekosteroid. Selain itu
dapat juga dilakukan terapi operatif yaitu tindakan operatif mastoidektomi,
trombektomi, jugular vein ligation, perisinual dan cerebellar abcess drainage.

B. Saran
1. Bagi pasien
Pada pasien yang sudah merasakan adanya tanda dan gejala yang timbul pada
pasien, sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan secepatnya di rumah sakit agar
secepatnya mendapatkan penanganan secara dini untuk mencegah terjadinya
kompllikasi yang lebih lanjut.
2. Bagi perawat
Pada perawat yang menangani pasien meningitis di harapkan dapat memberikan
penkes terhadap pasien, tanda dan gejala meningitis, tujuannya agar pasien bisa
secepatnya dapat melakukan tindakan pencegahan terkait penyakit meningitis.
3. Bagi rumah sakit

13
Disarankan untuk rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan lainnya dapat
meningkatkan sarana dan fasilitas tenaga kesehatan yang memadai, serta
menampung dan memberikan pelayanan kesehatan yang kooperatif dan profesional,
tujuannya adalah untuk mengurangi penderita meningitis di Indonesia, serta dapat
bersaing dengan tenaga kesehatan yang ada dimanca negara.

Daftar Pustaka

Dochterman,Joanne McCloskey.,dkk.2004.Nursing Interventions Classification


(NIC).United States of America:Mosby

Harsono.(2007).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta:Gajah Mada University Press.


Herdman,T.Teather.2012.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014.Jakarta:EGC

Lippincott Williams & Wilkins.2012. Pediatric Infection Disease Journal.USA


Moorhead,Sue.dkk.2004.Nurshing Outcomes Classificatioon (NOC).United States of
America:Mosby

Majalah Kedokteran Nusantara vol.3.2006.Diagnosis dan penatalaksanaan Meningitis


Otogenik.

News Medical Life Sciences & Medicine.diakses dari :http://www.news-


medical.net/health/Meningitis-Causes-%28Indonesian%29.aspx. tanggal 25 November
2015

14

Anda mungkin juga menyukai