Anda di halaman 1dari 30

Modul Malnutrisi Energi

Protein

KELOMPOK 15
ANGGOTA KELOMPOK

NOVIA YUPITA SARI C111 08 005


HENDRA SANTOSO C111 08 110
A. WIJA INDRAWAN P. C111 08 129
GUNAWAN S. LAWRENCE C111 08 150
YUYUN AYU APRIANTI C111 08 170
A. ITA MAGFIRAH C111 08 190
ANUNCIA G. WITIN C111 08 220
ST. HARDIYANTI L. N. C111 08 255
ILMA KHAERINA AMALIYAH C111 08 274
DIMAS AGUNG C111 08 293
YAYAT HIDAYATULLAH C111 08 312
FEBY FARAH WAHIBAH C111 08 332
YULIANTO ARIFIN DJIE C111 08 351
Skenario

Seorang anak lelaki umur 1 tahun 11 bulan masuk rawat inap di Rumah Sakit
karena demam dan batuk berulang 6 bulan terakhir. Sekarang dengan sesak
napas. Nafsu makan sangat kurang. Kaki, tungkai serta perut membengkak secara
berangsur 1 bulan ini. Anak mencret berulang dan berlanjut, kadang tinja disertai
darah dan lendir. Kondisi sosio-ekonomi kurang. Kontak dengan penderita Tbc
Paru tidak jelas.
Pemeriksaan Fisik : Anak nampak sakit berat, gizi buruk, apati. BB 8,1 kg, PB 76
cm. Nampak sesak, pernapasan cuping hidung, takhipnu, retraksi, sianosis. Paru
rhonkhi basah halus namun tidak jelas. Jantung dalam batas normal. Nampak
muka, telapak tangan dan kaki pucat. Hati 3 cm b.a.c. dan limpa SI. Edema
dorsum pedis dan pretibial serta tungkai atas dan ascites. Skor dehidrasi 10.
Kelengkapan anamnesis, diagnosis kerja, pemeriksaan laboratorium dan
penunjang yang esensial untuk diagnosis dan penanganan, analisis kemungkinan
penyakit penyerta dan komplikasi, serta penatalaksanaan, menjadi bagian dari
tugas diskusi penyelesaian masalah.
Kata Sulit

Ronkhi
Dehidrasi 10
Edema
Ascites
Ronkhi (suara nafas tambahan)

Ronkhi Basah  suara terputus-putus


 Ronkhi basah kasar: banyak sekret di sal. napas besar. Pada
pend. tak kuat batuk karena kesadaran menurun atau keadaan
umum lemah
 Ronkhi basah sedang: bronkiektasis dan bronkopneumonia
 Ronkhi basah halus: sembab paru dini, pneumonia dini
(asinus kolaps membuka mendadak)
Ronkhi Kering  suara tidak terputus-putus
 Karena obstruksi parsial sal. Napas

Sumber: Pemeriksaan Fisik Dasar Paru, Sub Bag. Paru Fak UWK Surabaya
SKOR DEHIDRASI PADA DIARE BAYI DAN ANAK
-------------------------------------------------------------------------------
PEMERIKSAAN 1 2 3
--------------------------------------------------------------------------------
GAMBARAN KLINIK
• Keadaan umum Baik Gelisah Renjatan
• Mata Normal Cekung Sangat cekung
• Mulut Normal Kering Sangat kering
• Pernapasan/mt 20 – 30 30 – 40 40 – 60
• Turgor Baik Kurang Jelek
• Nadi < 120 120 -140 > 140

• DERAJAT Skor 6 Skor 7 – 12 Skor ≥ 13


DEHIDRASI tidak dehidrasi dehidrasi
dehidrasi Ringan-sedang berat

( Sumber: WHO IR 0559 – Modifikasi)

Pada skenario, anak termasuk dehidrasi sedang.


Edema & Ascites

Edema : Penimbunan cairan sel, bisa intrasel atau


extrasel.
Dipengaruhi 4 faktor:  tekanan hidrostatik kapiler
 tekanan onkotik
/osmotik koloid plasma
 permeabilitas kapiler
adanya sumbatan pada sal.
Limfe
Ascites : Penimbunan cairan di daerah abdomen.
Kata Kunci
anak lelaki umur 1 tahun 11 bulan
Batuk dan demam berulang 6 bulan terakhir
Sesak nafas
Nafsu makan kurang
Kaki, perut, tangan, dan kaki bengkak 1 bl terakhir,
Diare kadang + darah dan lendir
Gizi buruk
Muka, tangan, dan kaki pucat
Hepatosplenomegali, Dehidrasi sedang
Sosio-ekonomi kurang, Kontak TB tak jelas
Pertanyaan

Definisi, Etiologi, dan Patofisiologi Malnutrisi?


Prevalensi terjadinya malnutrisi?
Hubungan malnutrisi dengan timbulnya gejala-
gejala pada skenario?
DD?
Pengobatan?
Pencegahan?
Definisi Malnutrisi

Merupakan suatu keadaan yang disebabkan:


 Kekurangan atau kelebihan secara relatif atau absolut
 Satu atau beberapa zat gizi esensial
 Dalam waktu yang cukup lama untuk menimbulkan keadaan
patologik

Sumber: Bahan Kuliah Gizi, Prof. dr. J.S. Lisal, SpA(K), SpGK
FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG
GIZI KURANG

PENYEBAB
ASUPAN MAKANAN PENYAKIT INFEKSI LANGSUNG

PERAWA
PERSEDIAA TAN PENYEBAB
N ANAK TIDAK
PELAYANAN
MAKANAN DAN IBU LANGSUNG
KESEHATAN
DIRUMAH HAMIL

KEMISKINAN
KURANG PENDIDIKAN POKOK
KURANG KETERAMPILAN MASALAH

AKAR
KRISIS EKONOMI LANGSUNG MASALAH
MALNUTRISI

 Cadangan
metabolisme

 Respon
imunseluler Anemia

Diare melanjut
Adanya kelainan
penyakit penyerta Iritasi saluran pernapasan
sekunder
Demam
Prevalensi

Usia lanjut 50 %
Pada penyakit paru kronis 45 %
IBD 80%
Pasien keganasan 85%
Hubungan Antar Gejala PEM(Protein Energi
Malnutrisi)
Ggn
maturasi,proliferasi,
Omen,
Def.energi protein Def.protein(As.a dan diferensiasi sel
Def.mineral mino)
Fe,vit.b Defek imunitas seluler,ggn
com(B2,B6,B12) sistem komplemen,defek
Hipialbuminemia
Def.faktor imunitas humoral
lipotropik(methio
Tek.Onkotik nin dan triptophan
meningkat,Osmoti Inf.parasit(Ankilotosis
,Amoebiasis)Inf.berula Mudah terkena basil patogen
k menurun
ng
Cairan berdifusi Trigliserida yg di
dari intavaskular bentuk di hati tdk
dapat diangkut ke Inflamasi pd usus
ke jar.intrastitial
Anemia jar.Adiposa?
lemak
Edema dan
Ascites(cavum Pelepasan mediator kimia yg
peritoneum menimbulkan nyeri abdomen
Perlemakan di ,erosi mukosa usus halus
hati

Tinja keluar dgn lendir


dan darah
Hepatomegali

Dehidrasi bila berlangsung


lama
Kwashiorkor Marasmus Bronkopneu- Disentri
monia

Defi bentuk malnutrisi suatu bentuk peradangan pada Suatu penyakit


nisi protein berat yang kurangnya kalori parenkim paru yang ditandai
disebabkan oleh protein yang berat. yang melibatkan dengan diare
intake protein Keadaan ini bronkus / dengan tinja
yang inadekuat merupakan hasil akhir bronkiolus yang yang disertai
dengan intake dari interaksi antara berupa distribusi darah dan
karbohidrat yang kekurangan makanan berbentuk lendir
normal atau tinggi dan penyakit infeksi. bercak-bercak

Etiol  Pola makan  kurang asupan  Faktor infeksi  Shigella


ogi Faktor sosial nutrisi Faktor shiga
Faktor ekonomi Infeksi noninfeksi Shigella
Faktor infeksi Kelainan struktur - Bronko- ambigua dan
bawaan pneumonia Shigella
Prematuritas dan hidrokarbon boydii
penyakit neonatus - Bronko- Shigella
Pemberian ASI pneumonia lipoid flexneri
Gangguan metabolik - daya tahan Shigella
Tumor hipotalamus tubuh sonnei
Urbanisasi
Kwashiorkor Marasmus Bronkopneu Disentri
monia

Epid Negara Miskin sering terjadi pada Negara endemik di


emio seperti di Afrika, anak usia 0-2 tahun berkembang Negara tropis
logi Amerika Tengah, yang biasanya berasal hampir 30% termasuk
Amerika Selatan dan dari keluarga yang pada anak-anak Indonesia dan
Asia Selatan tidak mampu di bawah umur umumnya
5 tahun dengan terdapat pada
resiko kematian masyarakat
yang tinggi dengan
kebersihan
kurang.
Kwashiorkor Marasmus •Bronkopneu Disentri
monia
Geja • BB sulit naik • Sering pada • Demam • Kelemahan
la • Edema general (muka anak usia 0-2 tinggi sampai tubuh +
Klini sembab, punggung tahun 39-40 oC demam
k kaki, perut yang • Hilangnya • Kejang • Diare
membuncit) lemak subkutan • Gelisah berlendir dan
• Diare yang tidak terutama di • Dispnu darah
membaik wajah  old • Pernafasan • Tenesmus
• Perubahan pigmen man face cepat dan • tanda
kulit (deskuamasi dan • Otot-otot lemah dangkal & septisemia 
vitiligo). dan atrofi pernafasan panas tinggi +
• Rambut menjadi • Dinding perut cuping hidung kesadaran
kemerahan dan mudah hipotonus dan • Sianosis di yang menurun
dicabut. kulitnya sekitar hidung • Kadang-
• Penurunan masa otot longgar dan mulut kadang
• lethargia, iritabilitas • BB menurun • Batuk setelah dengan gejala
dan apatis menjadi 60% beberapa hari, perangsangan
• dpt terjadi perlemakan BB menurut awalnya meningeal 
hati, ggn. fungsi ginjal, usianya berupa batuk kaku kuduk
anemia. • Suhu tubuh kering • Penyakit
• dpt mengakibatkan bisa turun kemudian kronis  suhu
shock, koma & menjadi akan
kematian. produktif menurun
kwashiorkor Marasmus bronkopneumonia disentri

Keluhan demam dan batuk berulang 6 Kehilangan berat badan Batuk berdahak sejak 2 Diare disertai darah dan
utama bulan terakhir disertai sesak sampai berakibat kurus minggu lendir dalam tinja
napas

RPS  Edema pada kaki dan  Kulit terlihat keriput  ISPA akut  Panas tinggi (39,50 –
tungkai  Perut kembung dan  demam 40,0 C)
 Asites datar  menggigil  Muntah
 Mencret berulang, tinja  BB sangat turun  suhu tubuh kadang  Anoreksia
disertai darah dan lendir  Diare atau konstipasi melebihi 40oc  Sakit kram di perut
 BB kurang atau menurun  Malaise, lesu  sakit tenggorokan  sakit di anus saat BAB
 Demam  Nafsu makan hilang  nyeri otot dan sendi  Kadang gejala
 Pucat  Dehidrasi  batuk dengan sputum ensefalitis dan sepsis
 Dehidrasi.  anak cengeng, rewel mukoid atau purulen (kejang, sakit kepala,
kadang berdarah. letargi, kaku kuduk,
halusinasi).
 Dehidrasi
 cengeng dan gelisah

Anamnesis - Kebiasaaan makan dan - Kebiasaan makan dan - Lingkungan tempat - Kebiasaan makanan
tambahan minum penderita minum tinggal - Riwayat ASI
- Riwayat ASI - Riwayat ASI - Kontak dengan penderita - Keadaan lingkungan
- Kapan terakhir buang air - Riwayat imunisasi TBC - Frekuensi BAB nya
kecil - Kontak dengan - Tanyakan apakah pernah
 
- Riwayat imunisasi penderita TBC mengalami riwayat yang
- Kontak dengan penderita sama ?
TBC
kwashiorkor marasmus bronkopneumonia
Pemeriksaan fisik disentri
Tanda vital Nadi melambat Nadi cepat
Tekanan darah berkurang Pernapasan cepat
Detak jantung berkurang Tekanan darah
Pernapasan berkurang turun
Denyut jantung
cepat

inspeksi Terlihat kurus, pucat, moon Terlihat kurus, kulit Pasien tampak setiap napas Pasien tampak
face, Kelainan kulit tampak berkerut dan terdapat retraksi otot pucat, lemas,
hiperpigmentasi (crazy longgar, abdomen kembung epigastrik, intercostal, mata cekung.
pavement dermatosis), Mata dan datar, tampak lesu, old suprasternal, dan pernapasan Membran mukosa
cekung, Rambut terlihat kusam, men’s face, tulang rusuk cuping hidung. mengering,turgor
kering dan mudah dicabut tampak lebih jelas kulit berkurang
Sianosis

palpasi Hepatomegali (teraba kenyal, Hilangnya lemak subkutan Ditemukan vokal fremitus -
permukaan licin, dan tajam) terutama pada wajah, yang simetris
Apakah teraba pembesaran teraba otot yang atropi.
limfa ?
Pembesaran tungkai
asites

perkusi Perut terdengar shifting - - -


dullness

auskultasi Ronki basah halus - Ditemukan crackles sedang -


nyaring
kwashiorkor marasmus bronkopneumonia disentri

Pemeriksaan 1. Tes darah : 1. Mengukur TB dan Pemeriksaan radiologi : 1. Pemeriksaan tinja


penunjang Hb rendah BB o Makroskopis :
Glukosa darah peningkatan corak bronkovaskular dan suatu disentri
rendah 2. Menghitung indeks infiltrat kecil dan halus yang tersebar amoeba dapat
Serum dan massa tubuh dipinggir lapang paru. Bayangan ditegakkan bila
albumin menurun bercak ini sering terlihat pada lobus ditemukan bentuk
3. Mengukur ketebalan bawah. trofozoit dalam tinja
2. Biopsi hati : lipatan kulit. o Benzidin test
Fatty infiltration, 2. Pemeriksaan laboratorium : o Mikroskopis : fecal
necrosis, fibrosis 4. Status gizi juga dapat leukosit (petanda
diperoleh dengan Jumlah leukosit meningkat adanya kolitis), fecal
3. Anemia : mengukur LILA Infeksi virus  leukosit normal atau blood.
umumnya ada meningkat
(ringan – berat) Infeksi bakteri  leukosit meningkat 2. Biakan tinja :
peningkatan LED o Media : agar
Pemeriksaan MacConkey, xylose-
laboratorium /PA : 3. Analisis gas darah lysine deoxycholate
(XLD), agar SS.
2. Albumin serum : hipoksemia pada stadium lanjut.
biasanya normal atau Dapat terjadi asidosis respiratorik. 3. Pemeriksaan
sub normal darah rutin :
4. Isolasi mikroorganisme dari paru, leukositosis (5.000
2. Anemia : tidak ada cairan pleura, atau darah bersifat – 15.000 sel/mm3),
atau ringan saja invasif sehingga tidak rutin dilakukan. terkadang dapat
  ditemukan
3. Biopsi hati : normal leucopenia
atau sedikit atrofis
Kwashiorkor Marasmus Bronkopneu Disentri
monia
Kom • lebih mudah untuk hipoglikemia Bronkopneumo
plika terkena infeksi dan hipotermia. nia, otitis
si • kwashiorkor yang media,
terjadi pada awal pielonefritis
kehidupan (bayi dan dan arthritis.
anak-anak) dapat
Prog • menurunkan IQ secara
Penanganan yang Sembuh total Baik
nosi permanen
terlambat (late stages) mortalitas
s mungkin dapat kurang dari 1 %
memperbaiki status
kesehatan anak secara
umum, namun anak
dapat mengalami
gangguan fisik yang
permanen dan
gangguan
intelektualnya.
•Kwashiorkor & •Bronkopneumonia •Disentri
Marasmus
Penat • Diet tinggi kalori tinggi • Anak dengan sesak • dehidrasi,
alaksa protein nafas,memerlukan diberikan cairan
anaan • Infeksi : Kotrimoksasol cairan IV dan oksigen intarvena dan
5ml,oral,2xsehari selama 5 (1-2 L/menit) selanjutnya
hari • Pemberian cairan diberikan diet yang
• Dehidrasi : RL Dextrose % % sesuai dengan berat sesuai dengan
• Vit. A 200.000 iu badan, kenaikan suhu toleransi pasien.
• K 1-2 Meq/kg BB/ hari/IV dan status dehidrasi •sulfadiazine,
• MgSO4 0,25 ml/kgBB/hari • Koreksi gangguan gantrisin dengan
• Asam folat 1mg/hari(5mg keseimbangan asam dosis 100-200
hari pertama) basa dan elektrolit mg/kgBB/hari.
• Fe 3mg/kgBB/hari • penisilin ditambah •kloramfenikol
• Seng(Zn) 2mg/kgBB/hari dengan kloramfenikol dengan dosis 50-100
mg/kgBB/hari
peroral dibagi dalam
3 dosis
Marasmic Kwashiorkor
 Merupakan campuran bbrp gejala dr marasmus dan kwashiorkor (mixed
PEM).
 Pada klasifikasi Wellcome (lihat di atas), anak dgn malnutrisi berat yg
bila ditemukan mempunyai edema dan juga BB/U di bawah 60% dari
BB baku menurut umurnya maka didiagnosis sbg marasmus
kwashiorkor.
 Anak yg menderita marasmus kwashiorkor ini memiliki lbh bnyk lemak
tubuh dibandingkan dgn penderita marasmus.
 Bermanifestasi edema ± tanda2 klinis dari marasmus (p’ubahan kulit &
rambut bisa tdk ada). Terdapat juga hepatomegali dan p’ubahan mental.
 Gejala penyerta : diare, anemia.
 Pem. penunjang : tes total protein, Hb, kadar gula darah, enzim
pencernaan.
 Penatalaksanaan :
Prinsipnya sama dgn kwashiorkor, perbedaannya pada edema yg tdk
menonjol.
Dengan melihat gejala-gejala yang ada pada scenario, kami
mengambil diagnosa kerja yaitu PEM (kwashiorkor)
yang disertai bronkopneumonia/TBC dan disentri.
Kemudian kami memilih Kwashiorkor, bukan dua jenis
PEM lainnya yaitu Marasmus dan Marasmus-Kwashiorkor
dengan alas an :
• Pada Marasmus tidak ditemukan adanya edema
• Marasmus-Kwashiorkor termasuk dalam PEM berat
dimana
BB anak < 60 % BB seharusnya. --> Anak umur 2 th, BB
normal 9,6 kg. BB pada kasus 8,1 kg  >60 %
Dalam menangani pasien ini, kita harus mencari
penyebab utama dari penyakitnya. Dalam hal ini,
kami mengambil kesimpulan bahwa masalah utama
dari pasien ini adalah PEM (kwashiorkor). Maka
pengobatan dimulai dengan menangani
kwashiorkornya.Sedangkan untuk masalah infeksi
lainnya dapat diberikan antibiotik spektrum luas.
Dan jika dari hasil pemeriksaan tambahan
terdiagnosa penyakit penyerta bronkopnemoni/TBC
maka ditambahkan pengobatan spesifik untuk
penyakit tersebut.
Pencegahan PEM

 Ada tiga kondisi yg perlu untuk dpt mencegah malnutrisi,


yaitu :
ketersediaan makanan bergizi yang adekuat dan seimbang;
ketersediaan terhadap akses kesehatan yang baik; dan
pelatihan “adequate care and feeding”.
 Pencegahan PEM:
memperbaiki kuantitas dari makanan yg dikonsumsi;
mengambil langkah2 bijak seperti menjamin diet yang
diberikan bergizi serta seimbang; dan
mengawasi infeksi.
Kwashiorkor & Marasmus Bronkopneumonia Disentri

PENC •Program promosi ASI • Menghindari kontak •Menjaga


EGAH •Program ↑ kualitas makanan dengan penderita kebersihan
AN •Program imunisasi dan •Meningkatkan daya (makanan, tempat
perbaikan sanitasi lingkungan tahan tubuh seperti : pembuangan yang
•Deteksi dini dan pengobatan cara hidup sehat, terpisah dengan
semua penyakit infeksi makan makanan tempat sumber air,
•Memperbaiki infrastruktur bergizi dan teratur , kebersihan rumah)
pemasaran menjaga kebersihan ,
•Subsidi harga bahan makanan beristirahat yang
•Penyuluhan/pendidikan gizi cukup, rajin
tentang pemberian makanan berolahraga, dll.
yang adekuat •Melakukan vaksinasi
•Pemantauan (surveillance)
berat badan tiap bulan pada
anak balita di daerah yang
endemis kurang gizi
•Pemberdayaan KADARZI
(Keluarga Sadar Gizi)
Pencegahan Gizi Buruk

PERILAKU SADAR GIZI :


 Menimbang BB bayi secara t’atur;
 Memberikan makan beraneka ragam setiap hari;
 Hanya memberikan ASI saja kpd bayi sejak lahir sampai
usia 6 bulan, memberikan Makanan Pendamping ASI
setelah usia 6 bulan, menyusui diteruskan sampai usia 2
tahun;
 Menggunakan garam beryodium; dan
 Memberikan suplemen gizi (kapsul vit. A, tablet Fe).
Daftar Pustaka

Pemeriksaan Fisik Dasar Paru, Sub Bag. Paru Fak UWK


Surabaya
WHO. Skor Dehidrasi pada Diare Bayi dan Anak. 2004
Bahan Kuliah Gizi, Prof. dr. J.S. Lisal, SpA(K), SpGK
Staf pengajar IKA FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak jilid 1. Infomedika Jakarta. Jakarta: 1988
Sihadi. Strategi Penanggulangan Gizi Buruk dalam CDK
Vol.36 No.7. 2009
Felix, Ferdynandus . Asuhan Keperawatan Anak
“Marasmik Kwashiorkor”. 2010 dari www.
wordpress.com
Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC,
Jakarta
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai